Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang
Berlangsungnya pemakaian obat bahan alam didukung oleh beberapa
faktor yang menguntungkan. Pertama, efek sampingnya yang lebih kecil
dibanding obat sintetik karena bahan alam bekerja melalui mekanisme yang
diaktivasi oleh beberapa senyawa kimia yang berbeda sehingga hasil totalnya
secara signifikan memiliki efek samping yang lebih rendah. Alasan kedua
adalah karena kerjanya yang lebih ‘lunak’ tanpa disertai sifat-sifat merugikan
maka penggunaannya bisa sebagai obat “pilihan sendiri” (self-selected)
(Tyler, 1999).
Salah satu tumbuhan yang dipakai masyarakat untuk pengobatan adalah
sintok (Cinnamomum sintoc BL.). Sintok ialah sejenis tumbuhan berbatang
kayu berasal dari suku Lauraceae. Sintok biasa digunakan secara tradisional
untuk pengobatan bagian dalam atau bagian luar tubuh. Bagian yang dapat
digunakan untuk pengobatan adalah kulit batang, kulit cabang dan daun. Kulit
batang sintok digunakan sebagai obat cacing (antelmentik), obat tusukan atau
gigitan binatang beracun, obat reumatik (antiinflamasi), mengobati penyakit
sifilis, untuk mengurangi sekresi usus (disentri) dan dapat menghilangkan
kejang perut bagian bawah (Heyne, 1987).
Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) secara tradisional banyak digunakan
untuk mengobati penyakit bronkhitis, asma, disentri, obat cacing dan
meningkatkan pengeluaran ASI bagi ibu menyusui (Rashid et al., 2013). Dari
hasil penelitian ekstrak daun patikan kebo mempunyai aktivitas antioksidan
secara invitro (Chitra et al., 2011), antiinflamasi (Sandeep et al., 2009)
antibakteri, obat bisul (Bhuvaneshwar et al, 2010), obat penenang (Marie et
al, 1990), serta mempunyai aktivitas sebagai antitumor (Sandeep &
Chandrakant, 2011). Evaluasi mengenai uji toksisitas akut pada hewan
percobaan menunjukkan ekstrak patikan kebo aman digunakan, tidak
menyebabkan kematian karena menimbulkan efek toksik pada mencit dengan
pemberian 10 g/kg berat badan (Shirish, 2013).
Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme dan manifestasi
embrionik yang cacat (abnormal). Zat kimia yang bersifat teratogen secara
nyata dapat mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan efek yang
berubahubah, mulai letalitas sampai kelainan bentuk (malformasi) dan
keterlambatan pertumbuhan. Prinsip teratologi adalah pemberian senyawa uji
pada hewan percobaan pada masa kehamilan dan melihat pengaruhnya
terhadap perkembangan fetus sehingga diketahui kemampuan atau potensi
toksisitas senyawa terhadap sel janin yang sedang berkembang (Lu, 1995 :
Harbinson, 2001).
Uji teratogenik merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi efek
khusus suatu senyawa pada janin selama masa organogenesis yang
merupakan periode kritis selama masa kehamilan dan adanya pengaruh dari
luar dapat menimbulkan efek teratogenik. Uji ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan penggunaannya pada ibu hamil dan menentukan efek ekstrak
terhadap janin. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian efek teratogenik
ekstrak etanol kulit batang sintok pada dosis 500 dan 1000 mg/kg bobot
badan pada tikus setelah pemberian berulang selama 19 hari kehamilan.
Parameter yang diamati adalah jumlah janin, jumlah resorpsi, jumlah aborsi
dan adanya cacat fisik pada janin. ( Lu, 1995; Mutiatikum, 1999).

B. Prosedur kerja
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang pemeliharaan
dan kandang perlakuan, TLC silica gel 60 F254 (MERCK), chamber
kromatografi, lumpang dan stamfer, sudip, pisau bedah, gunting bedah, cawan
petri, tisu gulung, kaca arloji, timbangan analitik, kertas millimeter blok, kaca
pembesar, pinset, beaker glass (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet tetes, batang
pengaduk, timbangan hewan, kandang mencit, spatel (MEIDEN), spuit, jarum
oral (TERUMO), wadah perendam fetus, wadah pewarnaan, handscoon,
masker, jas labor dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini ialah Daun segar Patikan kebo, aquadest, Na CMC (Natrium Carboxy
Methyl Cellulose) (Brataco), etanol 70% (NOVALINDO), kuersitrin, asam
asetat, larutan bouin’s (formaldehid 14 %, asam pikrat jenuh, asam asetat) dan
larutan alizarin merah (KOH 1% dan alizarin merah 6 mg/L).
Pembuatan ekstrak kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.)
menggunakan pelarut etanol 70%.. Pengujian efek teratogenik ekstrak etanol
kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) pada tikus yang
dikelompokkan secara acak yaitu kelompok yang diberi bahan uji dosis 500
mg/Kg BB , kelompok yang diberi bahan uji dosis 1000 mg/Kg BB
dibandingkan terhadap kelompok kontrol.Pemberian bahan uji diberikan
secara oral sejak kehamilan hari pertama sampai hari ke 19, pada hari ke 10
dilakukan laparatomi untuk melihat adanya implantasi fetus dan pemberian
bahan uji dilanjutkan sampai hari ke 19 kemudian dilakukan pembedahan
untuk mengeluarkan fetus. Pengamatan meliputi pemeriksaan bobot fetus,
jumlah fetus keseluruhan, jumlah fetus yang hidup, jumlah fetus yang mati,
jumlah resorpsi, jumlah aborsi dan kelainan morfologisnya, pemeriksaan
jaringan lunak, dan pemeriksaan kerangka fetus (Taylor, 1986; Mutiatikum,
1999; Burdan, 2005 Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji
ANAVA. Pengamatan meliputi pemeriksaan bobot fetus, jumlah fetus
keseluruhan, jumlah fetus yang hidup, jumlah fetus yang mati, jumlah
resorpsi, jumlah aborsi dan kelainan morfologisnya, pemeriksaan jaringan
lunak, dan pemeriksaan kerangka fetus).
C. Skema

Daun patikan kebo 1. Dibersihkan


2. Dirajang
3. Dikering
Sampel anginkan
Rajang dimaserasi dengan etanol 70%
sambil sambil sesekaali diaduk
Disaring

Filtrat I Sisa penyaringan I


Rajang dimaserasi dengan etanol 70%
sambil sambil sesekaali diaduk
Disaring
Dimaserasi kembali dengan etanol
70% Sambil sesekali di aduk dan
Filtrat II Sisa penyaringanFiltrat
II I + Filtrat II + filtrat III
disaring
Uji kandungan kimia Ekstra
Filtrat
kental
III Uji efek teratogen
Ampas dengan rotaryepavoratov
dipekatkan
Skema II

Ekstrak Kulit Batang Sintok (Cinnamomum Sintoc


BL.) menggunakan pelarut etanol 70%

Pengujian efek teratogenik ekstrak etanol kulit batang sintok (Cinnamomum


sintoc BL.) pada tikus yang dikelompokkan secara acak

Bahan uji

dosis 500 mg/Kg BB dosis 1000 mg/Kg a. bobot fetus


b. jumlah fetus keseluruhan
c. jumlah fetus yang hidup
d. jumlah fetus yang mati
Diberikan secara oral e. jumlah resorpsi
f. jumlah aborsi dan
g. kelainan morfologisnya
h. pemeriksaan jaringan
lunak
dibandingkan terhadap kelompok kontrol
implantasi
10 harifetus
laparatomi 19 hari i. pemeriksaan
pembedahan kerangka

Anda mungkin juga menyukai