Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dengan curah hujan yang tinggi, dan memiliki topografi yang bervariasi. Adanya
posisi yang seperti itu, maka secara geologis, geomorfologis dan klimatologis Indonesia
selalu menghadapi bencana alam seperti, gerakan tanah (longsor), letusan gunung api,
gempa bumi, banjir dan lain-lainnya. Setiap tahun beberapa wilayah di Indonesia
mengalami bencana gerakan tanah. Gerakan tanah tersebut mengakibatkan kerugian materi
dan juga hampir selalu menelan korban jiwa. Berdasarkan data sampai bulan mei tahun
2018 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan adanya 268 kejadian
gerakan tanah dengan korban jiwa yang meninggal dan hilang 63 jiwa, luka-luka 76 jiwa,
terdampak dan mengungsi sebanyak 35.601 jiwa.
Kejadian gerakan tanah umumnya berskala kecil, tidak sehebat gempa bumi, tsunami
maupun gunung meletus, sehingga perhatian pada masalah ini umumnya tidak terlalu
besar, ditambah lagi bahaya bencana gerakan tanah kurang diperhatikan dalam
perencanaan pembangunan. Keadaan topografi pada
relief bergunung-gunung disetiap wilayahnya, menjadikan Indonesia sangat berpotensi
mengalami gerakan tanah.
Kondisi alamiah tersebut semakin diperparah dan diperberat karena kerusakan
lingkungan berupa konversi
lahan bervegetasi menjadi lahan budidaya atau bahkan menjadi lahan tidak bervegetasi,
sehingga hal ini menyebabkan peningkatan kerawanan dan frekuensi kejadian bencana
alam, salah satunya gerakan tanah.

Sifat ekspansif pada lempung, selain


disebabkan oleh ukuran butir penyusunnya juga sangat dipengaruhi oleh mineralogi
penyusun lempung tersebut. Kelimpahan mineral lempung sendiri sangat bervariasi
dipengaruhi oleh berbagai macam hal diantaranya adalah jenis batuan asal, pelapukan
serta proses
diagenesis sehingga menyebabkan terdapatnya variasi baik secara vertikal maupun
lateral (Priyono, 2012).
Schäbitz et al. (2018) menjelaskan bahwa, daya kembang tanah (ekspansif) lempung
antara lain tergantung pada:
1. Jenis dan jumlah mineral
2. Kemudahan bertukarnya ion-ionnya atau disebut kapasitas pertukaran kation
Untuk mengetahui faktor jenis tanah
yang berpengaruh terhadap adanya kejadian gerakan tanah maka diperlukan kajian
lebih mendalam tentang mineralogi jenis lempung dan sifat-sifatnya yang
dampaknya berpengaruh terjadap kejadian gerakan tanah di Indonesia.

1.2 rumusan masalah


 menganalisis jenis-jenis mineralogi lempung ?

1.3. Tujuan

 mengetahui jenis-jenis mineralogi lempung


BAB II

pembahasan

Mineral Clay/lempung

Menurut ahli mineralogi, mineral clay adalah mineral silikat berlapis

(pilosilikat) atau mineral lain yang bersifat liat (plasticity) dan mengalami pengerasan

saat dipanaskan atau dalam keadaan kering [19].

Mineral clay merupakan kelompok mineral penting karena kebanyakan

mineral clay merupakan hasil pelapukan kimiawi. Mineral clay juga merupakan unsur

utama tanah (soil) dan penyusun batuan sedimen. Mineral clay menyusun hampir 40%

mineral pada batuan sedimen.

Istilah clay digunakan di Amerika Serikat dan International Society of Soil

Science untuk menyatakan suatu batuan atau partikel mineral yang terdapat pada tanah

(soil) dengan diameter kurang dari 0.002 mm. Sedangkan menurut sedimentologis,

partikel clay berukuran kurang dari 0.004 mm [19].

Struktur dasar kristal pada mineral clay terdiri atas satu atau dua lapisan silikon
dioksida dengan satu lembaran aluminium oksida atau magnesium oksida. Di dalam
lapisan silika, unit dasarnya adalah silika tetrahedron. Pada struktur silika tetrahedron,
atom silikon terikat pada 4 atom oksigen. Jika tiap tetrahedron membagi 3 dari 4
oksigen lain maka akan terbentuk struktur heksagonal yang disebut lapisan tetrahedral
Berdasarkan struktur dan komposisi kimianya, mineral clay digolongkan

menjadi tiga kelompok utama [20,22], yaitu :

1. Kandite

Kandite merupakan clay yang memiliki struktur dua lembar lapisan T-O, satu

lapisan silika tetrahedral dan satu lapisan alumina oktahedral. Lapisan oktahedral

kandite menyerupai struktur pada gibbsite. Karena lapisan tidak bermuatan (neutral)

maka ikatan diantara lapisan merupakan ikatan Van der Waals lemah. Jenis yang

paling umum untuk kelompok kandite adalah kaolinite yang memiliki formula kimia

Al2Si2O5(OH)4 dan struktur seperti pada gambar 2.3. Beberapa jenis kelompok kandite

lainnya dengan struktur yang sama diantaranya adalah Anauxite, Dickite, dan Nacrite.

Kaolinite terbentuk melalui proses pelapukan atau alterasi hidrotermal mineral

aluminosilikat. Karena itu, batuan yang kaya akan feldspar biasanya akan mengalami

pelapukan menjadi kaolinite. Untuk pembentukan kaolinite, maka pada proses

pelapukan atau alterasinya harus bersih dari ion-ion seperti ion Na, K, Ca, Mg dan Fe.

Proses pelepasan ion-ion tersebut dilakukan pada kondisi asam (pH rendah). Sumber

pembentuk kaolinit yang paling umum adalah batuan granitic, karena batuan granitic

kaya akan feldspar.

Karena kaolinite tidak dapat menyerap air, maka kaolinite tidak dapat mngembang

ketika kontak dengan air. Karena alasan inilah, maka kaolinite merupakan tipe clay

yang biasa digunakan dalam industri keramik.

Merupakan mineral silikat berlapis (Gambar 2), struktur mineral satu banding satu (1:1)
merupakan lembaran
alumina oktahedran (gibbsite) membentuk satu unit dengan tebal 7.15Å
(1Å=10-10nm), berwujud seperti
lempengan tipis. Mineral kaolinit berwujud seperti lempengan-lempengan tipis, masing-masing
dengan diameter 1000Å sampai 20000Å dan ketebalan dari 100Å sampai 1000Å dengan luasan
spesifik perunit massa ±15 m2/gr. Kaolinite memiliki kapasitas shrink-mengembang rendah,
sehingga tidak dapat mengabsorpsi air dan kapasitas tukar kation rendah (1-15 meq/100g).
Biasanya disebut oleh masyarakat tanah lempung putih atau tanah liat putih merupakan endapan
residual.
Gambar 3. Struktur 1:1 Kaolinite (Encyclopedia Britannica dalam Grim, 2013).

2. Montmorillonite
Termasuk kelompok mineral smektit, struktur mineral 2:1 (Gambar 5). Tebal satu satuan unit
adalah 10Å-18Å, mempunyai beberapa sifat yang spesifik
sehingga keberadaannya dapat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia tanah. Struktur kisinya
tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng
SiO2. Karena struktur inilah
montmorillonit dapat mengembang menyusut menurut sumbu c dan mempunyai sifat penting
lainnya yakni mempunyai muatan negative (negative charge), yang menyebabkan mineral ini
sangat reaktif terhadap lingkungan.
Mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi, dan kemampuannya yang dapat
mengembang bila basah ataupun menyusut bila kering. Pembentukan mineral smektit
memerlukan kondisi sebagai berikut:
(1) curah hujan harus cukup untuk menyebabkan terjadinya pelapukan, tapi tidak menyebabkan
pencucian basa-basa dan silica;
(2) adanya masa-masa kering yang diperlukan untuk kristalisasi smektit;
(3) drainage yang terhambat sehingga terhindar dari proses pencucian dan
hilangnya bahan-bahan hasil pelapukan; serta
(4) suhu tinggi untuk menunjang proses pelapukan (Driessen and Dudal, 1989 dalam Bambang et
al, 2006).
Gambar 2.4. Struktur smectite [22]
3. Illite
Terdiri atas satu lapisan alumina antara dua lapisan silika, tebal satu satuan unit adalah 10Å, tidak
berubah jika diberi larutan glycol, struktur satuan kristalnya 2:1 (Gambar 4), hampir sama dengan
montmorillonit.

Gambar 4. Struktur illite

Anda mungkin juga menyukai