Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI PENYAKIT KUSTA


PUSKESMAS NGAGEL REJO

Nama Kelompok :

1. Intan Cahya P. L NIM. 161.0048


2. Lina Arsita NIM. 161.0058
3. Nur Afifasari . NIM. 161.0078
4. Yudha bayu F. NIM. 161.0108

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DETEKSI DINI PENYAKIT KUSTA
DI Commented [U1]: TAMBAHKAN TEMPAT KALIAN AKAN
MELAKUKAN PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Deteksi Dini Penyakit Kusta Commented [U2]: SETELAH POKOK BAHASAN, SUB
POKOK BAHASAN, SASARAN, WAKTU, TEMPAT
Waktu : Jumat, 26 April 2019
Sasaran : Pengunjung PUSKESMAS Ngagel Rejo
Tempat : Ruang Tunggu PUSKESMAS Ngagel Rejo
Jenis : Pendidikan Kesehatan

A. LATAR BELAKANG
Kusta (Morbus Hansen) merupakan penyakit menular/infeksi menahun
disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut dapat
menyerang kulit dan saraf tepi, sehingga jika terlambat diobati dapat
menimbulkan cacat permanen, Kusta dapat disembuhkan tanpa menimbulkan
kecacatan jika cepat ditemukan dan cepat diobati. Penyakit kusta ini memang
termasuk penyakit menular, namun paling sulit untuk menular karena hanya
orang yang memiliki kontak erat, dekat dan dalam intensitas waktu yang tidak
singkat yang biasanya berisiko tertular. Cara penularannya adalah bakteri
tersebut masuk melalui percikan cairan pernafasan dan kemunculannya pun
bergantung pada imunitas tubuh seseorang. Imunitas tersebut mempengaruhi
lama masa inkubasi bahkan tipe penyakit kusta (kering atau basah). Commented [U3]: LITERATURE REFERENSINYA MANA?

Indonesia sebenarnya sudah mencapai target eliminasi kusta di tingkat


nasional, yaitu angka prevalensi < 1 / 10.000 penduduk pada tahun 2000.
Terdapat beberapa provinsi di Indonesia yang belum mencapai status
eliminasi yang ditandai angka prevalensi kusta di wilayahnya masih > 1 per
10.000 penduduk. Sebagian besar berada di wilayah Indonesia Timur yakni
seluruh Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, serta
Provinsi Kalimantan Utara dan satu provinsi di pulau Jawa yaitu Jawa Timur.
Tingkat kecacatan yang bisa diakibatkan penyakit kusta, antara lain tingkat 0
(disembuhkan tanpa kecacatan); tingkat 1 (misalnya: bercak putih yang terasa
kebas atau mati rasa atau muka dengan benjolan-benjolan); dan tingkat 2
(kecacatan bersifat permanen). Target Indonesia dalam menurunkan angka
kecacatan tingkat 2 adalah menjadi < 1 / 1.000.000 penduduk di tahun 2020.
Angka kecacatan akibat kusta masih cukup tinggi yaitu 6,6 per 1.000.000
penduduk, terang dr. Subuh. Kusta di Indonesia (KEMENKES, 2018)
Bentuk kelainan pada tubuh yang menderita kusta bisa berbeda. Pada kulit
ditandai dengan bercak putih maupun bercak merah dan mati rasa, kadang
berupa benjolan-benjolan di lengan, wajah, badan, dan telinga. Pada saraf tepi
ditandai dengan mati rasa pada area telapak tangan dan atau telapak kaki yang
mengalami kerusakan saraf, kelumpuhan di tangan dan kaki, kering, dan tidak
berkeringat. Divisi Dermatologi Infeksi Tropik Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Sri
Linuwih Menaldi SW, SpKK(K) mengatakan Kusta penyakit menular tapi
tidak mudah menular. Jika kelainan itu terjadi pada mata ditandai dengan
refleks kedip berkurang, dan kelopak mata tidak menutup dengan baik.
Masalah yang lebih seriusnya adalah terjadi cacat menetap seperti jari
bengkok, memendek atau terputus, kelumpuhan tangan dan kaki, kelopak
mata tidak menutup (lagoftalmos), dan kebutaan.

B. TUJUAN
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan deteksi dini penyakit kusta
diharapkan dapat mengenali tanda-tanda penyakit kusta. Commented [U4]: APAKAH HANYA TANDA2 SAJA,
BUKANNYA DI TUJUAN KHUSUS TANDA2 KUSTA
MERUPAKKAN SUB BAGIAN DARI TUJUAN KHUSUS
Commented [U5]: TUJUAN UMUM D BUAT LEBIH
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) GLOBAL, MISALNYA UNTUK MENGENALI PENYAKIT
KUSTA
Setelah dilakukan penyuluhan tentang deteksi dini penyakit kusta
diharapkan dapat melakukannya saat terjadi kecelakaan pneumothoraks Commented [U6]: APAKAH BENAR KALIAN MEMBERI
MATERI DETEKSI DINI PENYAKIT KUSTA ATAU TENTANG
selama 30 menit, diharapkan peserta penyuluhan mampu: PENYAKIT KUSTA,
EX: SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHAN, PESERTA DI
HARAPKAN DAPAT MEMAHAMI DAN MAMPU
1. Memahami pengertian penyakit kusta MENGAPLIKASIKAN MATERI TENTANG PENYAKIT KUSTA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
2. Memahami etiologi penyakit kusta
Commented [U7]: INI KOK BERBEDA MAKSUDNYA,
KUSTA BUKAN PENYAKIT YANG LAIN.
3. Memahami tanda dan gejala penyakit kusta
Commented [U8]: KOMLIKASI DI POINT KE 5, SETELAH
4. Memahami komplikasi penyakit kusta PENATALKSANAN PENYAKIT, TAMBAHKAN TIPS ATAU
CARA PENCEGAHAN PENYAKIT KUSTA
5. Memahami penatalaksanaan penyakit kusta

C. MATERI PEYULUHAN Commented [U9]: MASUKAN MATERI APA SAJA YANG


INGIN KALIAN SAMPAIKAN PADA PENYULUHAN ,
SESUAIKAN DENGAN TUJUAN KHUSUS NYA KALIAN

D. STRUKTUR PENYULUHAN
1. Tempat : Ruang tunggu PUSKESMAS Ngagel Rejo
2. Pelaksanaan : 07.30 WIB
3. Durasi : 30 menit
4. Alat dan sarana : leaflet, poster,wireless
E. METODE PENYULUHANNYA Commented [U10]: METODE APA? CERAMAH , DISKUSI
DAN TANYA JAWAB?
F. MEDIA Commented [U11]: MEDIA YANG KALIAN GUNAKAN:
LEFLET
G. DENAH
Commented [U12]: TAMBAHKAN DENAH /SETTING
TEMPAT PENYULUHANNYA DAN KETERANGAN
C. PENGORGANISASIAN
1. Moderator, bertugas :
a. Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari
pembukaan sampai selesai
b. Mengarahkan penyuluhan
c. Memandu proses penyuluhan
2. Penyaji, bertugas:
a. Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan
b. Menggali pengetahuan peserta
3. Fasilitator, bertugas:
a. Memfasilitasi peserta untuk bersiap mengikuti penyuluhan
b. Membimbing peserta untuk mengikuti jalannya penyuluhan
c. Memperhatikan respon peserta saat penyuluhan
4. Observer, bertugas:
a. Mangawasi jalannya penyuluhan
b. Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan
d. Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan
moderator
D. DENAH

Keterangan:
Observer

Penyaji

Fasilitator

Moderator

E. KEGIATAN

TAHAP KEGIATAN KEGIATAN METODA


PENYAJI PESERTA

Pra a. Menyiapkan materi a. Mandiri -


Kegiatan b. Media b. Mandiri
(2 menit) c. Tempat dan c. Mandiri
undangan
Kegiatan a. Penyaji memberi a. Menjawab salam Ceramah dan
Pembuka salam,memperkenal Diskusi
(3 menit) kan diri
b. Apersepsi b. Menyampaikan
pengetahuannya
tentang deteksi
dini penyakit
kusta
c. Mengungkapkan c. Menyimak
tujuan kegiatan penjelasan dari
penyuluhan pennyaji
Uraian d. Penyaji d. Peserta Ceramah dan
Materi menyampaikan menyimak Diskusi
(20 menit) materi penjelasan Commented [U13]: TAMBAHKAN MATERI APA SAJA
YANG KALIAN SAMPAIKAN, DISESUIAKAN DENGAN
e. Memberi materi dari TUJUAN KHUSUS NYA
kesempatan pada penyaji
peserta untuk e. Mengajukan
bertanya atau pertanyaan
memberikan tentang hal-hal
tambahan yang belum
dipahami
f.
Kegiatan f. Penyaji memberikan g. Peserta Ceramah dan
Penutup pertanyaan sebagai menjawab Diskusi
(5 menit) bahan evalusai pertanyaan yang
keberhasilan diajukan oleh
penyuluhan pendidik
g. Menyimpulkan
materi yang telah h. Bersama-sama
disampaikan penyaji
menyimpulkan
h. Memberi salam hasil diskusi
penutup i. Menjawab salam

F. ANTISIPASI MASALAH
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti:
1. Apabila ada peserta yang akan meninggalkan proses penyuluhan:
mencegah peserta dan menganjurkan peserta untuk duduk kembali dan
menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya deteksi dini penyakit kusta
2. Apabila tidak ada peserta yang bertanya: memancing responden agar
bertanya dengan cara menanyakan kepada responden, sehingga responden
akan termotivasi untuk bertanya.
3. Apabila responden tidak menjawab saat diberikan pertanyaan: penyaji
sedikit mengulang dan menjelaskan apa yang telah disampaikan lalu
anjurkan peserta untuk mengulang apa yang sudah disampaikan.
4. Apabila peserta ramai saat penyuluhan berlangsung: fasilitator
memberikan instruksi kepada peserta agar tidak ramai dan kembali fokus
pada penyuluhan

G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP
b. Kesiapan media dan tempat
c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang
d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP
c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya
pendidikan kesehatan tentang tanda dan gejala penyakit kusta Commented [U14]: SESUAI DENGAN POKOK
BAHASANNYA BUKAN MASUK KE TANDA GEJALA
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan yaitu
deteksi dini penyakit kusta Commented [U15]: APA TUJUAN KALIAN

c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

1. Materi
(Terlampir)

1. Pengertian
Kusta, yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Hansen,
adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir
pada saluran pernapasan atas, serta mata. Kusta bisa menyebabkan luka
pada kulit, kerusakan saraf, melemahnya otot, dan mati rasa.Kusta
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini memerlukan
waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda
dan gejala kusta bisa saja muncul 1 hingga 20 tahun setelah bakteri
menginfeksi tubuh penderita. (DKK Semarang, 2018)
Penemuan kasus baru untuk penyakit kusta di Indonesia tergolong
tinggi. Indonesia menempati uratan ketiga, setelah India dan Brasil,
untuk penemuan kasus baru penyakit kusta pada tahun 2015. Sebenarnya
kusta adalah penyakit yang dapat diobati, namun adanya stigma negatif
di masyarakat seringkali menyebabkan munculnya diskriminasi terhadap
penderitanya. Stigma negatif dan diskriminasi ini berakibat kepada
penemuan kasus baru dan pengobatan yang tertunda.
2. Penyebab Kusta dan Faktor Risiko
Kusta disebakan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini
tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti
tangan, wajah, kaki, dan lutut. M. leprae termasuk jenis bakteri yang
hanya bisa berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan
tertentu. Cara penularan bakteri ini diduga melalui cairan dari hidung
yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin, dan
dihirup oleh orang lain. Namun penyakit ini tidak mudah untuk
ditularkan, perlu beberapa bulan kontak yang sering dengan penderita
kusta, sehingga penyakit ini dapat ditularkan (KEMENKES, 2019)
Perlu ditekankan bahwa kusta adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri dan seseorang tidak akan tertular kusta
hanya karena bersalaman dengan penderita, duduk bersebelahan dengan
penderita, duduk bersama di meja makan, atau bahkan berhubungan
seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin.
(KEMENKES, 2019)

3. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda kusta tidak nampak jelas dan berjalan sangat
lambat. Bahkan, gejala kusta bisa muncul 20 tahun setelah bakteri
berkembang biak dalam tubuh penderita. Beberapa di antaranya adalah :

a. Mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan


ataupun rasa sakit
b. Muncul lesi pucat dan menebal pada kulit
c. Muncul luka tapi tidak terasa sakit
d. Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
e. Kelemahan otot sampai kelumpuhan, terutama otot kaki dan tangan
f. Kehilangan alis dan bulu mata
g. Mata menjadi kering dan jarang mengedip, serta dapat
menimbulkan kebutaan
h. Hilangnya jari jemari
i. Kerusakan pada hidung yang dapat menimbulkan mimisan, hidung
tersumbat, atau kehilangan tulang hidung (KEMENKES, 2018).

4. Diagnosis Kusta Commented [U16]: PADA TUJUAN KHUSUS KALIAN


TIDAK MASUK MATERI DIAGNOSIS KUSTA
Kebanyakan kasus kusta dapat didiagnosis berdasarkan temuan
klinis berupa kelainan bercak pucat atau merah pada kulit yang mati rasa
dan penebalan saraf. Setelah itu dapat dilakukan kerokan kulit (skin
smear). Pada daerah dengan angka kejadian tinggi, diagnosis dapat
ditegakan walaupun pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hasil
negatif, sesuai dengan klasifikasi WHO terhadap penyakit kusta.
Kerokan kulit yang positif maksudnya adalah ditemukan bakteri saat
diperiksa di bawah mikroskop. (DKK Semarang, 2018)

5. Komplikasi
Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa
cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:

a. Mati rasa.
b. Kebutaan atau glaukoma
c. Gagal ginjal.
d. Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria.
e. Perubahan bentuk wajah.
f. Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung.
g. Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang,
termasuk pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki.
h. Kelemahan otot.
i. Cacat progresif, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan,
dan hidung (KEMENKES, 2019)

6. Pengobatan Kusta
Penderita kusta akan diberi kombinasi antibiotik selama 6 bulan
hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan
berdasarkan jenis kusta. Beberapa contoh antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan kusta adalah rifampicin, dapsone, dan clofazimine.
Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah
pengobatan antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta
adalah untuk: Menormalkan fungsi saraf yang rusak, memperbaiki
bentuk tubuh penderita yang cacat, mengembalikan fungsi anggota
tubuh. WHO berusaha keras untuk mengurangi banyaknya penderita
kusta. Hal tersebut dilakukan mulai dari memastikan setiap negara ikut
andil dalam usaha ini, secara aktif mendeteksi penderita kusta dan
mengobatinya, hingga turut serta dalam meluruskan stigma dan
mencegah diskriminasi terhadap penderita. (KEMENKES, 2019)

7. Pencegahan Kusta
Gerakan terpadu untuk memberikan informasi mengenai penyakit
kusta terhadap masyarakat, terutama di daerah endemik, merupakan
langkah yang penting dalam mendorong para penderita untuk mau
memeriksakan diri, mendapatkan pengobatan, dan agar mereka tidak
dikucilkan oleh masyarakat. Sampai dengan saat ini belum ada vaksin
untuk mencegah kusta. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
merupakan pencegahan yang paling baik untuk mencegah kecacatan dan
mencegah penularan lebih luas (DKK semarang, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2018. Deteksi Dini Penyakit Kusta.


http://dinkes.semarangkota.go.id/index.php/content/post/71.
Diakses pada 24 April 2019
KEMENKES. 2017. Temukan Kusta Sejak Dini: Tidak ada Kecacatan. Tidak
ada Stigma. www.kemkes.go.id. Tanggal Publikasi : Jumat, 27
Januari 2017 00:00:00, Dibaca : 10.076 Kali. Diakses pada 25
April 2019
KEMENKES. 2017. Waspada Kusta, kenali Cirinya.
http://www.depkes.go.id/article/view/19020800001/waspada-kusta-
kenali-cirinya.html. Diakses pada 25 April 2019
KEMENKES. 2019. Deteksi Dini Penyakit Kusta.
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-
17042800003. Diakses pada 24 April 2019

Anda mungkin juga menyukai