Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN LIMBAH

Limbah merupaan masalah yang bila tidak dikelola dengan baik bisa menjadi bom
waktu bagi kehidupan manusia dimasa yang akan datang. Jumlah limbah yang sangat besar
setiap harinya membuat manusia harus memutar otak untuk bisa hidup berdampingan dengan
limbah. Limbah berupakan benda (Padat, Cair, Gas, B3) yang tidak diperlukan dan dibuang,
limbah pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi. Bila
dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi di alam sehingga
mengganggu keseimbangan ekosistem Alam. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya
merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendaya gunaan limbah, serta
pengendalian dampak yang ditimbulkannya. Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan
memerlukan pengetahuan tentang limbah ( Padat, Cair, Gas, B3) unsur-unsur yang terkandung
serta penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu keterampilan
mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang jumlah limbah yang terbuang ke alam.
Dengan adanya manajemen penanganan limbah, maka kita bisa meminimalisir efek limbah
bagi kehidupan kita.

Pengelolaan Limbah Cair

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu.
Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial.

Wetland atau lahan basah merupakan salah satu aternatif sistem pengolahan limbah
yang sederhana dengan memanfaatkan tumbuhan air yang membantu dalam proses pemulihan
kembali secara alamiah (self purification).
Pada dasarnya terdapat dua jenis wetland yang dibedakan berdasarkan prisip kerjanya
yaitu natural wetland dan constructed wetland. Natural wetland merupakan sistem pengolahan
limbah yang sudah ada atau terbentuk dengan sendirinya secara alamiah, contohnya daerah
rawa. Sedangkan constructed wetland merupakan sistem pengolahan yang direncanakan untuk
mengurangi beban pencemar yang ada didalam air limbah.
Teknologi constructed wetland merupakan sistem pengolahan terencana atau terkontrol
yang telah didesain dan dibangun menggunakan proses alami yang melibatkan vegetasi, media,
dan mikroorganisme untuk mengolah air limbah (Risnawati, 2009).
Pengolahan limbah dengan constructed wetland memanfaatkan aktifitas
mikroorganisme dalam tanah dan tanaman dalam area tersebut. Dalam sistem terjadi aktifitas
pengolahan seperti sedimentasi, filtrasi, gas transfer, adsorpsi pengolahan kimiawi dan
pengolahan biologis karena aktifitas mikroorganisme dalam tanah serta aktifitas tanaman untuk
proses fotosintesis, pengoksida dan plan uptake (Metcalf dan Eddy, 1993).

Tipe-tipe wetland :
a. Free Water Surface (FWS)
Instalasi pengolahan limbah dengan pola aliran permukaan atau free water
surface constructed wetland (FWS) terdiri dari kolam atau saluran dengan
menggunakan tanah atau medium untuk mendukung perakaran tumbuhan dan air.
Sistem FWS ini sangat mirip dengan kondisi wetland secara alami (natural wetland)
dan umumnya merupakan kolam yang ditanami berbagai jenis tanaman gulma air
(Kurniadie, 2011). FWS merupakan wetland dengan aliran diatas permukaan tanah
yang biasanya berupa kolam atau saluran. Kolam atau saluran tersebut dilapisi oleh
lapisan impermeable di bawah saluran atau kolam yang berfungsi untuk mencegah
merembesnya air limbah yang berada di dalamnya.

Gambar FWS-Wetland
Sumber : Pregun Chasaba, 2011
b. Sub Surface Flow (SSF)
Sub Surface Flow merupakan wetland dengan aliran dibawah permukaan tanah.
Limbah mengalir secara perlahan melalui tanaman yang ditanam pada media pori
seperti batu, kerikil dan tanah. Pada sistem ini, tanaman melalui akar (rhizoma) akan
mentransfer oksigen kedalam media subsurface dan menciptakan kondisi aerobik.
Menurut Tangahu dan Warmadewanthi, (2001) bahwa pengolahan air limbah dengan
sistem tersebut lebih dianjurkan karena beberapa alasan sebagai berikut :
 Dapat mengolah limbah dmestik, pertanian dan sebagian limbah industri
termasuk logam berat.
 Efiensi pengolahan tinggi yaitu 80%.
 Biaya perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan murah dan tidak
membutuhkan keterampilan yang tinggi.

Gambar SSF-Wetland
Sumber : Rasika, 2012

Sistem SSF-wetland dapat menurunkan kadar zat pencemar yang dapat


mencemari lingkungan karena didalamnya terjadi proses fisik, kimia dan biologis.
Menurut Haberl dan Langergraber (2002), bahwa proses eliminasi polutan dalam air
limbah terjadi melalui proses fisik, kimia dan biologi yang kompleks yang terdapat dalam
asosiasi antara media, tumbuhan makrophyta dan mikroorganisme, antara lain :
 Pengendapan untuk zat padatan tersuspensi
 Filtrasi dan presipitasi kimia pada media
 Transformasi kimia
 Adsorpsi dan pertukaran ion polutan maupun nutrient oleh mikroorganisme
maupun tanaman
 Mengurangi mikroorganisme patogen

Cattail (Typha Angustifolia)


Cattail juga dikenal sebagai rumput gajah, buluh fuli atau rumput corndog, adalah jenis
tanaman monokotil yang milik keluarga Typhaceae. Cattail dapat ditemukan di belahan bumi
Utara. Tumbuh di pinggiran danau dan berbagai jenis lahan basah. Cattail memainkan peran
penting di alam liar. Ini berfungsi sebagai sumber makanan dan tempat tinggal untuk berbagai
burung dan mamalia. Cattail kadang-kadang diklasifikasikan sebagai gulma karena
kemampuan untuk cepat menaklukkan habitat baru dan mencegah perkembangan spesies asli
dari tanaman. Orang menggunakan Cattail sebagai sumber makanan dan obat-obatan.

Gambar Tumbuhan Cattail

Tanaman ini banyak di jumpai disekitar lahan basah alami di Indonesia. Tanaman
Cattail (Thypa Angustifolia) mempunyai daya tahan yang cukup kuat dan tidak mudah mati
serta mempunyai akar serabut yang sangat lebat sehingga penyerapan terhadap bahan pencemar
terhadap unsur hara yang dibutuhkan relatif besar.
Pengelolaan Limbah Padat

1. Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan
terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, . Di
lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang
biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara
sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur
dengansampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

2. Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan
lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang
lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik –
lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk
dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan
listrik.

3. Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang


disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat
banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.

4. Pembuatan kompos padat dan cair

Metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-daun kering,
kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos
adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya
kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan
menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa
didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism 4.EMA merupakan kultur campuran
mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi limbah atau sampah organic.
5. Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna,
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi
polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk /
material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian
ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Material-material
yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah:

a. Bahan bangunan

Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin


penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang
lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa
dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.

b. Baterai

Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit.
Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam
pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus
ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur ulang.

c. Barang Elektronik

Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak
didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur
ulang dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik
tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat dipakai
(microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama dari proses daur ulang,
yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang
pada bahan ini meski manfaat ekonominya masih belum jelas.
d. Logam

Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk
salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet.
Daur ulang meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil
yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium,
yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis
logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam
sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.

e. Bahan Lainnya

1. Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya dibersihkan
dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga
dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan
dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.

2. Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah dijadikan
pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika
terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya
dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.

3. Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat
berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai
jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang.
Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya
adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang
diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk
Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.

Pengelolaan Limbah Gas

Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah
berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan
beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.

1. Mengontrol Emisi Gas Buang

Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon
dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan
dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah
(wet scrubber).

Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya,
yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan
untuk menghilangkan materi partikulat.

Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan
cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah
katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.

Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan
pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih
sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

a. Filter Udara

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari
cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau
sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.

Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari
proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan
lain sebagainya
b. Pengendap Siklon

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam
gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap
siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja
dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat”
akan jatuh ke bawah.

Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u.
Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan

c. Filter Basah

Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter
basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari
bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara
yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon
dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja
tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi

Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran
partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana
sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat
sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba
(speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri
(gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.

e. Pengendap Elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam
jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air.
Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini
sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana
dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang
merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya
perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah
sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami
ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif
dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion
negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-
tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

Anda mungkin juga menyukai