Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini dalam lingkup pembelajaran di indonesia tidak hanya
menekankan pada hasil pembelajaran akan tetapi pada proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam
mencapai hal itu berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan salah satunya dengan melakukan klasifikasi berpikir
yaitu Higher Order Thinking Skill (HOTS), Middle Order Thinking Skill
(MOTS), Dan Lower Order Thinking Skill (MOTS).
Suatu tes sebagai instrumen hasil belajar hendaknya mengukur
keterampilan siswa pada tingkatan yang bervariasi,mulai dari tingkat
berpikir yang rendah hingga tingkat berpikir yang tinggi.Oleh
karena itu,perlu diperhatikan masing-masing proporsi tingkat
kemampuan berpikir pada masing- masing tem soal yang nantinya akan
mempengaruhi pola belajar siswa.Di Indonesia,dalam pembuatan
instrumen soal cenderung didominasi oleh soal dengan tingkatan
keterampilan berpikir tingkat rendah sehingga peserta didik lebih
menyukai belajar dengan menghafal dan mengerjakan soal-soal yang ada
pada buku dibandingkan mengembangkan kemampuannya pada level
berpikir tingkat tinggi ketika hendak memecahkan suatu masalah.
Pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No 54 tahun 2013 dijelaskan bahwa “Standar kompetensi
lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

1
sikap,pengetahuan,dan keterampilan”. Artinya bahwa dalam mengukur
pencapaian hasil belajar tidak hanya pada kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran atau hanya dalam aspek pegetahuan
(kognitif) namun mengukur hasil belajar siswa harus juga diukur dari
tiga aspek secara komprehensif yaitu pengetahuan (kognitif),sikap
(afeksi) dan keterampilan (psikomotorik).
B. Rumusan Masalah
1. Apa strategi penyusunan instrumen atau soal pembelajaran HOTS?
2. Bagaimana implementasi penyusunan instrumen atau soal
pembelajaran HOTS?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi penyusunan instrumen atau soal
pembelajaran HOTS
2. Untuk mengetahui cara implementasi penyusunan instrumen atau
soal pembelajaran HOTS

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Strategi penyusunan intrumen atau pembelajaran HOTS

1. Strategi dan implementasi penyusunan instrumen atau soal


pembelajaran hots

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan


untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan
berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali
(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal
HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu
konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3)
mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda, 4)
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah
ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang
berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur
dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual,
konseptual, atau prosedural saja.Dimensimetakognitif menggambarkan
kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,
menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih
strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru,
berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. Adapun
strategi- stratrgi penilaian hots adalah sebagai berikut :

a. Cooperative, collaborative dan pembelajaran sosial

3
merupakan suatu metode belajar dimana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda, kelompok kecil ini setiap anggotanya dituntut untuk saling
bekerjasama antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain.
Strategi kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori kognitif
konstruktivitis. Hal ini terlihat pada teori Vygotsky yaitu tentang
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam
percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang
lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut.Implikasi dari teori
Vygotsky ini menghendaki susunan kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil pembelajaran kooperatif yang memadai
diperlukan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah yang
ditemui menuju tercapainya suatu pembelajaran yang bermutu. Untuk
mencapai pembelajaran kooperatif yang baik, peneliti-peneliti harus
menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan
sebagai penataan cara-cara sehingga terbentuk suatu ukuran langkah-
langkah yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran
kooperatif yang lebih efektif. Di dalam strategi kooperatif, ada beberapa
unsur yang terdapat di dalam pembelajaran kooperatif, adalah :

 Positive independence (saling ketergantungan), Artinya guru disini


menekan siswa untuk saling bergantung secara positif dan saling
terkait antar sesama anggota kelompok, merasa tidak sukses jika
temannya tidak sukses, unsur ini memiliki prinsip yakni
“tenggelam atau berenang bersama”.

4
 Individual accountability (pertanggung jawaban individu), Artinya
guru disini mengarahkan siswa untuk memiliki tanggung jawab
terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadapi, keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan
individu. Artinya setiap individu harus aktif terhadap
kelompoknya.

Strategi pembelajaran coIlaberative merupakan ide pembelajaran


kolaboratif bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar.
Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun
1916, John Dewey, menulis sebuah
buku “DemocracyandEducation” yang isinya bahwa kelas merupakan
cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar
tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang cara
guru dalam Menjalankan pendidikan bagi siswa (Jacob etal., 1996),
adalah:

 Siswa hendaknya aktif, learningbydoing


 Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik.
 Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap.
 Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat
siswa.
 Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling
memahamidan saling menghormati satu sama lain, artinya
prosedur demokratis sangat penting.

5
 Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata dan
bertujuan mengembangkan dunia tersebut

Pembelajaran sosial adalah pendekatan pembelajaran yang termasuk


dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan
pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan
orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif
dalam masyarakat. Dalam model pembelajaran sosial. Model
pembelajaran yang termasuk dalam bagian model interaksi sosial
 Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan)
mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran,mereka
bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan
tugas.Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam
suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil
maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas
prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
 Pertemuan Kelas
Model pertemuan kelas adalah model pembejaran yang terjadi
didalam kelas yang melibatkan pendidik dan peserta didik didalamnya
yang bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang hangat dan
damai didalamnya demi terciptanya pembelajaran yang optimal.
b. Tema HOTS

6
Kemampuan para guru untuk dalam membuat pertanyaan dan dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengandung
unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan sesuatu yang
mutlak harus dimiliki. Guru yang terampil membuat pertanyaan dan
terampil dalam membuat RPP yang mengandung keterampilan berpikir
tingkat tinggi akan dapat meghantarkan para siswanya mampu
memecahkan permasalahan dalam kehidupannya setelah mereka
menyelesaikan pendidikannya.

Di bawah ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melatih
siswa berpikir tingkat tinggi:
 Membuat peta konsep

Kegiatan membuat peta konsep merupakan kegiatan pembelajaran


yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan cara
berpikir kritis dan kreatif. Pada kegiatan tersebut, siswa diberi
kesempatan untuk menunjukkan pemahamannya tentang teks bacaan
yang dibacanya.

 Mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan pembelajaran
yang menumbuhkan dan mengembangkan HOTS. Siswa dilatih untuk
mampu merumuskan pertanyaan yang kritis dan kreatif yang didorong
oleh rasa ingin tahunya tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui.

 Menyusun buku harian/jurnal pembelajaran

7
Salah satu sarana yang juga dapat dijadikan sebagai sarana
pembelajaran untuk menumbuhkan HOTS. Dengan latihan membuat
buku harian/catatan harian/jurnal siswa berkesempatan untuk merangkum
semua kegiatan pembelajaran yang sudah ia lalui, mengaitkan
pengalaman yang ia miliki sebelumnya dengan pengalaman pembelajaran
yang baru.
 Pembelajaran kolaboratif berbasis TI (Teknologi Informasi)

Di era globalisasi saat ini teknologi informasi merupakan hal yang


sudah tak asing lagi bahkan bagi anak usia SD. Informasi pembelajaran
sudah tidak lagi dibatasi dengan penggunaan buku teks (buku babon).
Siswa diperbolehkan untuk mencari informasi di sumber-sumber lain di
luar buku teks. Kegiatan pembelajaran kolaboratif berbasis TI dapat pula
dijadikan sarana untuk meningkatkan dan menumbuhkan HOTS. Di
mana pada kegiatan ini siswa diberikan keleluasaan untuk melengkapi
pemahaman mereka dengan mencari informasi tambahan dari sumber
lain seperti internet guna mendukung pengalaman belajarnya.

 Menggunakan analogi

Analogi digunakan untuk mempermudah penjelasan tentang sesuatu


yang biasanya bersifat abstrak. Kegiatan pembelajaran yang
menggunakan analogi bertujuan untuk menjelaskan sebuah konsep.

 Eksperimen berbasis inkuiri


Cara atau metode yang sangat menarik bagi siswa yang juga dapat
menumbuhkan dan mengembangkan HOTS adalah menggunakan

8
eksperimen yang berbasis pada model pembelajaran inkuiri. Dalam
kegiatan ini siswa dilatih untuk berpikir kritis, yaitu berpikir yang
memeriksa, menghubungkan (elaborasi), dan mengevaluasi semua
aspek.

 Metode proyek
Alternatif lain untuk menumbuhkan dan mengembangkan HOTS
dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode
proyek/penugasan. Melalui proyek atau tugas siswa dilatih untuk
terampil berpikir kritis dan kreatif

 Latihan-latihan membuat keputusan


Membuat keputusan merupakan suatu keterampilan yang
membutuhkan cara berpikir kritis dan kreatif. Dalam hal ini siswa perlu
dilatih untuk memiliki keterampilan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan memberikan pengalaman kasus-kasus atau permasalahan.

c. Proyek dan Investigasi


Penilaian proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran
kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemehaman mata
pelajaran tertentu.
Dalam penilaian proyek, ada yang menekankan pada proses,
misalnya:
1. Merencanakan dan mengorganisasikan investigasi

9
2. Bekerja dalam tim
Dan ada yang menekankan pada produk,misalnya:
1. Mengidentifikasi dan mengumpulkkan informasi yang relevan
2. Menganalisis dan menginterpretasi data
3. Mengomunikasikan hasil
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir penilaian. Untuk itu, pendidik perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai seperti
penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapan laporan tertulis. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan alat atau instrument penilaian berupa daftar cek atau
skala penilaian. Pada penilaian proyek ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu kemampuan pengolahan ( yaitu
kemampuan siswa dalam memilih topik apabila belum ditentukan
oelh guru, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan) dan relevansi (yaitu kesesuaian
dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran).
Sedangkan investigasi merupakan strategi dalam menjawab soal-
soal yang berhubungan dengan HOTS. Seperti yang kita ketahui
bahwa soal-soal HOTS merupakan soal dengan tingkat analisis
yang tinggi sehingga dalam proses menjawab soal tersebut
diperlukan proses investigasi untuk menganalisis dan memahami
apa maksud soal, setelah itu kita dapat menentukan cara yang tepat
berkaitan dengan proses penyelesaian soal tersebut.

10
d. Bahan yang penting
Bahan yang penting dalam instrumen penilaian soal. Artinya, dalam
pembuatan soal hots penting untuk memperhatikan bahan-
bahan/materi yang dianggap penting dan sesuai dengan kriteria
pembuatan soal tersebut. Begitupula dengan instrumen penilaian,
disesuaikan dengan soal-soal yang dibuat. Jadi guru harus
memperhatikan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat soal
tersebut.

e. Permainan Berpikir dan Studi Kasus


 Permainan berpikir
Permainan berpikir merupakan salah satu jenis permainan yang dapat
meningkatkan kecerdasan seseorang. Konsep ini sangat baik diterapkan
pada anak anakkatena sesuai dengan tingkatperkembangam anak usia
sekolah dasar yang masih belum terlepas dengan namanya bermain.
Selain itu, dengan adanya permainan berpikir dapat membuat peserta
didik tidak jenuh dengan pelajaran tersebut, terutama berlaitan dengan
mata pelajaran yang dianggap cukup rumit oleh sebagian siswa ,
misalnya pada mata pelanaran matematika. Permainan berpikir ini juga
terdapat berbagai macam bentuknya, seperti bermain tebak gambar,
menyambung kata, menghitung cepat dan lainnya. Pada setiap permainan
ini, peserta didik melibatkan proses berpikir untuk tetap mellanjutkan
permainan. Guru bisa memodifikasi permainan dengan menambahkan
hukuman tertentu agar permainan terlihat lebih menantang. Permainan ini

11
dapat dimainkan ketika peseeta didik atau situasi kelas dianggap kurang
kondisif sehingga perhatian siswa kembali fokus. Permainan berpikir
mempunyai banyak manfaat aantara lain melatih daya ingat anak,
menambah pembendaharaan kata, melatih saraf motorik anak, melatih
keterampilan berbicara serta berkomunikasi dengan teman, dan lainnya
 Studi kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial.
Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan
longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang
disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis
dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi,
dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman
yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar
bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan
dan menguji hipotesis[1].
Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi
riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar
kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang
bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari
proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal
memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data
studi kasus kuantitatif.

Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada


dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus

12
bertujuan untuk memahami objek yang ditelitinya. Meskipun demikian,
berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan
secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara
khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a,
2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus
adalah tidak sekadar untuk menjelaskan seperti apa objek yang diteliti,
tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus
tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan
sekadar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) objek yang
diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang
‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) objek tersebut terjadi dan
terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara
itu, strategi atau metode penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan
siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (howmany) dan
seberapa besar (howmuch).

A. Strategi
Strategi penyusunan soal-soal HOTS dilakukan dengan
melibatkan seluruh komponen stakeholder di bidang
pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, sesuai
dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing.

1. Pusat
Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam
pembinaan SMA di seluruh Indonesia, mengkoordinasikan
strategi penyusunan soal-soal HOTS dengan dinas pendidikan

13
provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut.
a. Merumuskan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS;
b. Menyiapkan bahan berupa modul penyusunan soal-soal
HOTS;
c. Melaksanakan pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru
terkait dengan strategi penyusunan soal-soal HOTS;
d. Melaksanakan pendampingan ke sekolah-sekolah bekerjasama
dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi
terkait lainnya.

2. Dinas Pendidikan

Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan


kewenangannya di daerah, menindaklanjuti kebijakan
pendidikan di tingkat pusat dengan melakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut.
a. Mensosialisasikan kebijakan penyusunan soal-soal HOTSdan
implementasinya dalam Penilaian;
b. Memfasilitasi kegiatan penyusunan soal-soal HOTSdalam
rangka persiapan penyusunan soal-soal;
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-
sekolah.

3. Satuan Pendidikan

14
Satuan pendidikan sebagai pelaksana teknis penyusunan soal-
soal HOTS, sebagai salah satu bentuk pelayanan mutu
pendidikan. Dalam konteks pelaksanaan Penilaian, satuan
pendidikan menyiapkan bahan-bahan Penilaiandalam bentuk
soal-soal yang memuat soal-soal HOTS.
a. Meningkatkan pemahaman guru tentang penulisan butir soal
yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS).
b. Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen
penilaian (High Order Thinking Skills/HOTS)
B. Implementasi
Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.
1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-
guru/MGMPsekolah tentang strategi penyusunan soal-soal
HOTS yang mencakup:
a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
b. Menyusunkisi-kisi soal HOTS;
c. Menulisbutir soal HOTS;
d. Membuat pedoman penilaian HOTS;
e. Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT;
f. Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah
menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP

15
sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan,
sasaran/hasil,

pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.Kepala sekolah


menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan
rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS;
3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah
melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan;
4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai
penugasan darikepala sekolah;
5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi
terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan
guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan
penyusunan soal-soal HOTS.

PENUGASAN DAN REFLEKSI

A. Penugasan
Agar pemahaman Anda tentang penyusunan soal HOTS lebih
baik, kerjakan LK 1 dan LK 2. Pada LK 1 Anda akan dipandu
untuklatihan menyusun kisi-kisi soal sesuai mata pelajaran
yang Anda ampu dan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah
Anda. Sedangkan pada LK 2 Anda akan latihan menyusun
soal HOTS. Untuk mengerjakan LK 1 dan LK 2 tersebut,

16
Anda perlu menyiapkan KD mata pelajaran dan buku-buku
referensi yang relevan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
di sekolah Anda.

B. Refleksi
1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan menyusun
kisi-kisi dan soal-soal HOTS.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada
modul ini sehingga masih ada yang belum dipahami atau
membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk
menerapkan hasil yang diperoleh dari modul.

2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan
selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam menyusun
kisi-kisi dan soal-soal HOTS.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi dan implementasi penyusunan instrumen atau soal
pembelajaran hots yang merupakan instrumen pengukuran yang
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite). Adapun strateginya yaitu cooperative,
collaborative,pembelajaran sosial, tema hots, proyek dan investigasi,
bahan yang penting, permainan berpikir dan studi kasus.

B. Saran

Apabila masih banyak kekurangan dari penyusunan makalah


ini, kami mengharapkan saran dari pembaca khususnya dosen mata
kuliah.

18
19

Anda mungkin juga menyukai