Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “STRATEGI DAN IMPLEMENTASI
PENYUSUNAN INSTRUMEN ATAU SOAL PEMBELAJARAN HOTS”.

Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami. Makalah ini disusun untuk para
pembaca dapat memperluas pengetahuan dan juga untuk memenuhi tugas
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN HOTS’.

Apa bila masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terima
kasih.

Kendari, Mei 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini dalam lingkup pembelajaran di indonesia tidak hanya menekankan
pada hasil pembelajaran akan tetapi pada proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional. Dalam mencapai hal itu berbagai upaya terus dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan salah satunya dengan melakukan klasifikasi berpikir
yaitu Higher Order Thinking Skill (HOTS), Middle Order Thinking Skill (MOTS),
Dan Lower Order Thinking Skill (MOTS).
Suatu tes sebagai instrumen hasil belajar hendaknya mengukur keterampilan
siswa pada tingkatan yang bervariasi,mulai dari tingkat berpikir yang rendah
hingga tingkat berpikir yang tinggi.Oleh karena itu,perlu diperhatikan masing-
masing proporsi tingkat kemampuan berpikir pada masing- masing tem soal yang
nantinya akan mempengaruhi pola belajar siswa.Di Indonesia,dalam pembuatan
instrumen soal cenderung didominasi oleh soal dengan tingkatan keterampilan
berpikir tingkat rendah sehingga peserta didik lebih menyukai belajar dengan
menghafal dan mengerjakan soal-soal yang ada pada buku dibandingkan
mengembangkan kemampuannya pada level berpikir tingkat tinggi ketika hendak
memecahkan suatu masalah.
Pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 54
tahun 2013 dijelaskan bahwa “Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap,pengetahuan,dan keterampilan”. Artinya
bahwa dalam mengukur pencapaian hasil belajar tidak hanya pada kemampuan
siswa dalam menguasai materi pembelajaran atau hanya dalam aspek pegetahuan
(kognitif) namun mengukur hasil belajar siswa harus juga diukur dari tiga aspek
secara komprehensif yaitu pengetahuan (kognitif),sikap (afeksi) dan keterampilan
(psikomotorik).
B. Rumusan Masalah
1. Apa strategi penyusunan instrumen atau soal pembelajaran HOTS?
2. Bagaimana implementasi penyusunan instrumen atau soal pembelajaran
HOTS?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi penyusunan instrumen atau soal pembelajaran
HOTS
2. Untuk mengetahui cara implementasi penyusunan instrumen atau soal
pembelajaran HOTS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi penyusunan intrumen atau pembelajaran HOTS

1. Strategi dan implementasi penyusunan instrumen atau soal pembelajaran hots

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk


mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak
sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa
melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur
kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda,
4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan
informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak
berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. Dilihat dari dimensi pengetahuan,
umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur
dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja.Dimensimetakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,
menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),
dan mengambil keputusan yang tepat. Adapun strategi- stratrgi penilaian hots adalah
sebagai berikut :

a. Cooperative, collaborative dan pembelajaran sosial

merupakan suatu metode belajar dimana siswa belajar dalam kelompok-


kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok kecil ini
setiap anggotanya dituntut untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok yang
satu dengan yang lain. Strategi kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori
kognitif konstruktivitis. Hal ini terlihat pada teori Vygotsky yaitu tentang penekanan
pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental
yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu
tersebut.Implikasi dari teori Vygotsky ini menghendaki susunan kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil pembelajaran kooperatif yang
memadai diperlukan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah yang ditemui
menuju tercapainya suatu pembelajaran yang bermutu. Untuk mencapai pembelajaran
kooperatif yang baik, peneliti-peneliti harus menggunakan metode pembelajaran
kooperatif yang dapat dijadikan sebagai penataan cara-cara sehingga terbentuk suatu
ukuran langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran
kooperatif yang lebih efektif. Di dalam strategi kooperatif, ada beberapa unsur yang
terdapat di dalam pembelajaran kooperatif, adalah :

 Positive independence (saling ketergantungan), Artinya guru disini menekan


siswa untuk saling bergantung secara positif dan saling terkait antar sesama
anggota kelompok, merasa tidak sukses jika temannya tidak sukses, unsur ini
memiliki prinsip yakni “tenggelam atau berenang bersama”.
 Individual accountability (pertanggung jawaban individu), Artinya guru disini
mengarahkan siswa untuk memiliki tanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, keberhasilan kelompok
tergantung pada keberhasilan individu. Artinya setiap individu harus aktif
terhadap kelompoknya.

Strategi pembelajaran coIlaberative merupakan ide pembelajaran kolaboratif


bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar,
seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah
buku “DemocracyandEducation” yang isinya bahwa kelas merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan
nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang cara guru dalam Menjalankan
pendidikan bagi siswa (Jacob etal., 1996), adalah:
 Siswa hendaknya aktif, learningbydoing
 Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik.
 Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap.
 Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.
 Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling
memahamidan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur
demokratis sangat penting.
 Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata dan bertujuan
mengembangkan dunia tersebut

Pembelajaran sosial adalah pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam


kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang
lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan
individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan
bekerja secara produktif dalam masyarakat. Dalam model pembelajaran sosial. Model
pembelajaran yang termasuk dalam bagian model interaksi sosial
 Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu
untuk mencapai tujuan pengajaran,mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah
atau melaksanakan tugas.Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa
dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil
maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip
untuk mencapai tujuan bersama.
 Pertemuan Kelas
Model pertemuan kelas adalah model pembejaran yang terjadi didalam kelas
yang melibatkan pendidik dan peserta didik didalamnya yang bekerja sama untuk
menciptakan suasana belajar yang hangat dan damai didalamnya demi terciptanya
pembelajaran yang optimal.
b. Tema HOTS
Kemampuan para guru untuk dalam membuat pertanyaan dan dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengandung unsur keterampilan
berpikir tingkat tinggi merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki. Guru yang
terampil membuat pertanyaan dan terampil dalam membuat RPP yang mengandung
keterampilan berpikir tingkat tinggi akan dapat meghantarkan para siswanya mampu
memecahkan permasalahan dalam kehidupannya setelah mereka menyelesaikan
pendidikannya.

Di bawah ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melatih siswa berpikir
tingkat tinggi:
 Membuat peta konsep

Kegiatan membuat peta konsep merupakan kegiatan pembelajaran yang


memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan cara berpikir kritis dan
kreatif. Pada kegiatan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan
pemahamannya tentang teks bacaan yang dibacanya.

 Mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang
menumbuhkan dan mengembangkan HOTS. Siswa dilatih untuk mampu
merumuskan pertanyaan yang kritis dan kreatif yang didorong oleh rasa ingin tahunya
tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui.

 Menyusun buku harian/jurnal pembelajaran

Salah satu sarana yang juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk
menumbuhkan HOTS. Dengan latihan membuat buku harian/catatan harian/jurnal
siswa berkesempatan untuk merangkum semua kegiatan pembelajaran yang sudah ia
lalui, mengaitkan pengalaman yang ia miliki sebelumnya dengan pengalaman
pembelajaran yang baru.
 Pembelajaran kolaboratif berbasis TI (Teknologi Informasi)

Di era globalisasi saat ini teknologi informasi merupakan hal yang sudah tak asing
lagi bahkan bagi anak usia SD. Informasi pembelajaran sudah tidak lagi dibatasi
dengan penggunaan buku teks (buku babon). Siswa diperbolehkan untuk mencari
informasi di sumber-sumber lain di luar buku teks. Kegiatan pembelajaran kolaboratif
berbasis TI dapat pula dijadikan sarana untuk meningkatkan dan menumbuhkan
HOTS. Di mana pada kegiatan ini siswa diberikan keleluasaan untuk melengkapi
pemahaman mereka dengan mencari informasi tambahan dari sumber lain seperti
internet guna mendukung pengalaman belajarnya.

 Menggunakan analogi

Analogi digunakan untuk mempermudah penjelasan tentang sesuatu yang


biasanya bersifat abstrak. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan analogi
bertujuan untuk menjelaskan sebuah konsep.

 Eksperimen berbasis inkuiri


Cara atau metode yang sangat menarik bagi siswa yang juga dapat menumbuhkan
dan mengembangkan HOTS adalah menggunakan eksperimen yang berbasis
pada model pembelajaran inkuiri. Dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk berpikir
kritis, yaitu berpikir yang memeriksa, menghubungkan (elaborasi), dan mengevaluasi
semua aspek.

 Metode proyek
Alternatif lain untuk menumbuhkan dan mengembangkan HOTS dapat pula
dilakukan dengan menggunakan metode proyek/penugasan. Melalui proyek atau
tugas siswa dilatih untuk terampil berpikir kritis dan kreatif
 Latihan-latihan membuat keputusan
Membuat keputusan merupakan suatu keterampilan yang membutuhkan cara
berpikir kritis dan kreatif. Dalam hal ini siswa perlu dilatih untuk memiliki
keterampilan tersebut, salah satu caranya adalah dengan memberikan pengalaman
kasus-kasus atau permasalahan

Anda mungkin juga menyukai