Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BIOPROSES

KINETIKA KEMATIAN MIKROBA

Dosen Pembimbing : Dra. Bevi Lidya, M.Si. Apt.

Praktikum : 27 September 2017


Penyerahan : 4 September 2017
(Laporan)

Disusun oleh:

Kelompok III ( IA-D3 Teknik Kimia)

Febrian Rifkhi F (161411009)


Galuh Hasan B (161411010)
Hanifah D (161411011)
Hibah Baskoro R (161411012)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua
kehidupan miksoba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses
sterilisasi yang kurang steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial
sterility) yang berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan
berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau
dengan menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang
dapat digunakan untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%,
KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan
tanpa pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi
pemanasan kering (dry heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap
air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi
(UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas
pada proses batch dan continous.
b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal
reduction time atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius
(Ed) pada proses sterilisasi.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak
diinginkan tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-
beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara
singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.

a. Sterilisasi cairan

Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang


mengandung gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain.
Secara umum ada dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring
(filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam
tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121
derajat C dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun
umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15
menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar
1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur
bisa diset pada 134 derajat C (untuk medis).

Laboratory autoclave
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan
beberapa pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses
sterilisasi cairan media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau
continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating,
indirect steam, dan lainnya.

Sterilisasi medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess


Engineering Principles, chapter 13, Academic Press

Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane


filter berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan
yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula
dan protein.
b. Sterilisasi padatan

Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet,


dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas
umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun
ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi
UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter
(detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

2.1.1 Jenis-Jenis Sterilisasi

Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi


kebutuhan manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap
mengganggu, terutama mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya
untuk mengurangi jumlah mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk
tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

 Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar
mikroorganisme dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua
mikroba dapat dihilangkan.

 Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan
pada suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau
pemanasan 85–87oC selama 5 detik.
 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan
mikroorganisme dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur,
parasit, virus, termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang
sangat penting dalam berbagai proses bioteknologi, salah stunya dalam
proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi melibatkan
mikroorganisme, namun seringkali kehadiran mikroorganisme lain
(kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:

1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target


dan kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat
beragam. Tentu saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi
produktivitas juga menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan,
maka kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih
dominan dan mendesak produk mikroba target hingga dapat
menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk,
bahkan mungkin dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis
kultur.
Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk
menghilangkan semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media,
dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup
dari ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses
fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi

Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.


Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar
mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh
mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan),
penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya
untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring
sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi
agar mikroba tidak terbawa.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun
panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media
dan bahan–bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:
 Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
 Morfologi mikroorganisme
 Komposisi media fermentasi
 pH
 Ukuran partikel tersuspensi
 Temperatur yang digunakan
 Durasi proses sterilisasi
 Keberadaan air

Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue.

a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara
menginjeksikan uap panas ke dalam mantel fermentor ayau coil yang
terdapat pada bagian dalam fermentor. Cara ini disebut metode tidak
langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas langsung ke dalam
larutan medium (metode langsung). Metode langsung membutuhkan uap
panas murni, yaitu bebas dari bahan kimia tambahan seperti senyawa
antikarat yang panyak digunakan dalam proses produksi uap. Di samping
itu, metode langsung akan mengakibatkan bertambahnya volume cairan
media dalam fermentor karena adanya kondensasi uap yang digunakan.
b. Sterilisasi Continue
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan
kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang
dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah 140oC dengan waktu hanya
30 hingga 120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa Continues plate
heat exchange dan Continues injection flash cooler. Kelebihan Continues
injection flash cooler antara lain:
 Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat
tersuspensi
 Biaya lebih murah
 Mudah dibersihkan
 Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
 Penggunaan uap lebih efisien

Adapun Kekurangannya antara lain:

 Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan


 Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni,
yaitu bebas dari bahan anti karat.

2.2 Kinetika Kematian Mikroba

Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan


mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan
manusia dan mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang
rendah, sehingga peluang terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain
proses termal, ada dua hal yang harus diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan
panas mikroba dan profil pindah panas dari medium pemanas ke dalam bahan
pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas dinyatakan dengan nilai D
dan nilai Z. Untuk mencapai level pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan,
amaka ditentukan siklus logaritma pengurangan mikroba. Kemudian dihitung nilai
sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses
termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada suhu
tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z
(Kusnandar, 2008).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba
oleh suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu
tertentu yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif
tertentu sebesar 90% atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada
suhu tertentu. Semakin besar nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu,
maka semakin tinggi ketahahan panas mikroba tersebut pada suhu yang tertentu.
Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu standar. Untuk bakteri mesofilik atau
termofilik umumnya menggunakan suhu standar 121oC, sedangkan untuk sel
vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu yang lebih rendah
(80-100°C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai Do
(Anonim, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian


kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu,
faktor-faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan
dikendalikan. Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor
kritis yang dapat mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat
berbeda antara satu produk dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis
yang perlu diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang
dikalengkan (pH keseimbangan, metode pengasaman, konsistensi/viskositas dari
bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/ cairan,
perubahan formula, ukuran partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang
ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan dimensi, metode pengisian
bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort (jenis retort, jenis media
pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah, pengaturan kaleng,
kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c, 2008).

Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang


pembentuk spora, kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus
cereus merupakan bakteri fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam
bentuk rantai. Beberapa galur bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat
mesofilik dan termofilik. Beberapa tidak dapat tumbuh pada makanan dingin yang
disimpan panas pada suhu di atas 60ºC (Anonim, 2009).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40°C,
optimum pada 37°C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan
masalah pencernaan lainnya. E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa
genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu
yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya
sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Anonim, 2009).

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia.


Bakteri ini terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni
pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang
abnormal. Oleh karena itu, Pseudomonas aeruginosa disebut patogen
oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang
untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang
normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada pasien rumah
sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri ini adalah jenis
bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar sehingga
bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak
menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim,
2010).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada
proses sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis
mikroba terhadap panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan
terhadap pemanasan basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa
jenis mikroba yang lain. Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan
pemusnahan spora bakteri, sehingga mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan.
Suhu yang semakin tinggi pada proses sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan
untuk mematikan spora akan semakin berkurang.

Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch


Jenis Mikroba Ketahanan Relatif Terhadap Panas
Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan Spora
Suhu Sterilisasi (oC)
(menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan


menunjukan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau
termofilik pada awal proses sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora
kemudian dengan bertambahnya waktu sterilisasi spora yang hidup semakin
berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses justru akan meningkatkan
populasi mikroba termofil dan setelah temperature pemanasan mencapai
temperature yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal temperature), maka
secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.

Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
−dN
Persamaannya : =k d N …….(2.1)
dt
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
Nt
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : =e−kt …….(2.2)
N0
N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0
Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap
waktu,
Nt
ln =−k d t …….(2.3)
N0
N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan
kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.

Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau


destruction value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam
meit pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora
sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2
dapat dituliskan :
Nt −kD
=e …….(2.4)
N0
ln 10
D= …….(2.5)
k
Nilai konstanta laju kematian mikroba (k d) bergantung pada temperatur,
mengikuti persamaan Arhenius:
−Ed
kd=k d 0 e RT …….(2.6)

Ed 1
ln k d =ln k d 0− …….(2.7)
RT T
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah
garis lurus gradient – Ed/R.
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
- Beker glass 1000mL 2 buah
- Tabung reaksi steril 20 buah
- Kaca preparat + cover glass 5 buah
- Pipet ukur 10 mL steril 5 buah
- Pipet ukur 1 mL steril 10 buah
- Pipet tetes 5 buah
- Counting chamber
- Water bath
- Hot plate
- Termometer
- Mikroskop
- Coil tembaga
- Pembakar spirtus
- Pompa peristaltik

3.1.2 Bahan
- Saccharomyces cerevisiae yang sudah dibiakan dalam media cair
(200mL) untuk batch dan 1000mL untuk kontinyu
- Methylen blue
- Alkohol
3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Sterilisasi batch

Memanaskan 500mL air dalam beker glass pada temperatur T1

Memindahkan biakan dalam media cair ke dalam 5 tabung reaksi, masing-masing 5 mL

Menetesi sampel biakan dalam kaca preparat, lalu ditetesi metylen blue kemudian
mengamati jumlah sel hidup dan matinya(No)

Memanaskan tabung yang berisi biakan selama T1 lalu memasukannya pada beker. es
sebagai pendingin.

Menetesi kaca preparat sampel dari tabung pada langkah sebelumnya lalu
menambahkan metyhlen blue kemudian mengamati jumlah sel hidup dan matinya (Nt)

Mengulangi langkah ke empat dan kelima pada waktu t2,t3,t4,dan t5

Mengulangi langkah ke 2 hingga ke 6 untuk temperatur pemanasan T2,T3 dan T4


BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan

Tabel 1. Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati Pada Sterilisasi Batch
T1 = 40oC
Jumlah sel
Waktu (t) (menit) Hidup Mati
I II I II
t1 5 59 134 35 64
t2 10 119 67 32 56
t3 15 97 54 42 36
t4 20 48 69 43 51

T2 = 50oC
Jumlah sel
Waktu (t) (menit) Hidup Mati
I II I II
t1 5 73 93 40 46
t2 10 108 78 55 43
t3 15 86 88 41 43
t4 20 91 65 42 50

T3 = 60oC
Jumlah sel
Waktu (t) (menit) Hidup Mati
I II I II
t1 5 76 106 38 55
t2 10 87 50 46 30
t3 15 84 75 40 47
t4 20 78 84 46 52

T4 = 70oC
Jumlah sel
Waktu (t) (menit) Hidup Mati
I II I II
t1 5 88 76 46 39
t2 10 65 89 34 48
t3 15 75 85 42 49
t4 20 64 75 40 45

4.2 Pengolahan Data

Nt
 Perhitungan ln untuk variasi suhu berbeda dan nilai Kd
No

 T1 = 40 oC

Nt (59+134 )/2 96,5


t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = ln
No (59+134)/2+(35+64)/2 146

= -0,414
Nt (119+ 67)/2
t2 = 10 menit --- > Ln = Ln = ln
No (119+ 67) /2+(32+56)/2

93
137
= -0,387

Nt (97+54)/2
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = ln
No (97+54 )/2+( 42+36)/2

75,5
112,5
= -0,416

Nt (56+ 102)/2
t4 = 20 menit --- > Ln = Ln = ln
No (56+102)/2+( 43+51)/2

79
124,5
= -0,455
Chart Title
-0.34
5 10 15 20
-0.36

-0.38
Axis Title

-0.4 f(x) = - 0.02x - 0.38

-0.42

-0.44

-0.46

-0.48
Axis Title

Col umn2 Li near (Col umn2)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,0152x – 0,38
Nt
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
No
Kd = -(-0,0152) = 0,0152

 T2 = 50 oC

Nt (73+93)/2 83
t1 = 5 menit --- > Ln = Ln = ln 124
No (73+93)/2+(40+ 46)/2

= -0,401
Nt (108+78)/2
t2 = 10 menit --- > Ln = Ln = ln
No (108+78)/2+( 43+55)/2

93
142
= -0,423

Nt ( 86+88)/2
t3 = 15 menit --- > Ln = Ln = ln
No (86+ 88)/2+(41+ 43) /2

87
129
= -0,394
Nt (91+ 65)/2
t4 = 20 menit --- > Ln = Ln = ln
No (91+65)/ 2+( 42+50)/2

78
124
= -0,464

Chart Title
-0.34
5 10 15 20

-0.36

-0.38

-0.4 f(x) = - 0.02x - 0.38

-0.42

-0.44

-0.46

-0.48
Col umn2 Li near (Col umn2)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,016x - 0,3805
Nt
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
No
Kd = -(-0,016) = 0,016

 T3 = 60 oC

Nt (76+106)/2
t1 = 5 menit --- > Ln = Ln = ln
No (76+106)/2+(38+55)/2

91
137,5
= -0,413
Nt ( 87+50)/2
t2 = 10 menit --- > Ln = Ln = ln
No (87+50)/2+(46+30)/2

68,5
106,5
= -0,441

Nt (84+75)/2
t3 = 15 menit --- > Ln = Ln = ln
No (84+ 75) /2+(40+ 47)/2

79,5
123
= -0,436

Nt (78+ 84)/2
t4 = 20 menit --- > Ln = Ln = ln
No (78+84) /2+(46+ 52)/2

81
130
= -0,473

Chart Title
-0.38
5 10 15 20
-0.39

-0.4

-0.41

-0.42 f(x) = - 0.02x - 0.4

-0.43

-0.44

-0.45

-0.46

-0.47

-0.48
Seri es 3 Li near (Seri es 3)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,0175x - 0,397
Nt
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
No
Kd = -(-0,0175) = 0,0175
 T4 = 70 oC

Nt (88+76)/2
t1 = 5 menit --- > Ln = Ln = ln
No (88+76)/2+( 46+39)/2

82
124,5
= -0,418

Nt (65+89)/2
t2 = 10 menit --- > Ln = Ln = ln
No (65+89)/2+(34+ 48)/2

77
118
= -0,427

Nt (75+ 85)/2
t3 = 15 menit --- > Ln = Ln = ln
No (75+85)/2+(42+49)/2

80
125,5
= -0,450

Nt (64+75)/2
t4 = 20 menit --- > Ln = Ln = ln
No (64+ 75)/2+(40+ 45)/2

69,5
112
= -0,477

Chart Title
-0.38
5 10 15 20

-0.4

-0.42 f(x) = - 0.02x - 0.39

-0.44

-0.46

-0.48

-0.5
Col umn2 Li near (Col umn2)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,02x - 0,393
Nt
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
No
Kd = -(-0,02) = 0,02
 Tabel Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch

T (temperature) 1/T Kd Ln Kd D
T1 = 40 oC 0,025 0,0152 -4,186 151,486
T2 = 50 oC 0,02 0,016 -4,135 143,912
T3 = 60 oC 0,0167 0,0175 -4,046 131,576
T4 = 70 oC 0,0143 0,02 -3,912 115,129

Grafik Ln Kd vs 1/T
-3.75
0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03
-3.8
-3.85
-3.9
-3.95
f(x) = - 24.21x - 3.61
Ln Kd

-4 R² = 0.87
-4.05
-4.1
-4.15
-4.2
-4.25
1/T

Perhitungan Ed:
Y = -24,212x – 3,6097
Berdasarkan persamaan :
Ed 1
ln k d =ln k d 0−
RT T
−Ed
Maka, = - 24,212
R
Ed = 24,212 x 8,314 J/mol K
Ed = 201,298 J/mol K

BAB V
KESELAMATAN KERJA

1. Menggunakan sepatu tertutup, jas lab, masker dan penutup kepala


2. Selalu mengawai pemanas (hotplate dan waterbath)
3. Menghindari ceceran/tumpahan cairan mengenai peralatam listrik untuk
mencegah terjadinya hubungan arus pendek
4. Berhati hati dalam pengunaan pembakar spirtus
5. Melakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi
BAB VI
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini ialah praktikum kinetika kematian mikroba dan teknik
sterilisasi media secara batch dan continue. Sterilisasi merupakan suatu cara
untuk mengeliminasi semua kehidupan mikroba yang ada pada suatu bahan atau
produk yang dikehendaki. Pada teknik sterilisasi batch, prosesnya relatif
sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan dalam satu
waktu perioda. Namun, proses pemanasan serta pendinginan pada sterilisasi batch,
berlangsung lambat, hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal
temperature).
Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati dan
jumlah sel yang hidup setelah melalui proses pemanasan dan pendinginan.
Sampel berisi biakan dipanaskan pada temperature berbeda-beda yakni 40 oC, 50
o
C, 60 oC, dan 70 oC serta pada rentang waktu berbeda pula. Setelah proses
pemanasan dan pendinginan, jumlah sel dihitung dengan menggunakan
mikroskop. Pada saat meneteskan sampel ke dalam kaca preparat, semua hal yang
dilakukan harus dilakukan secara aseptis agar sampel tidak terkontaminasi.
Berdasarkan data percobaan yang dilihat dari nilai KD, jumlah kematian
mikroba setiap kenaikan suhu semakin banyak. Hal itu sesuai dengan teori dimana
jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring dengan bertambahnya suhu
pemanasan. Meskipun demikian data yang diperolah memang tidak terlalu akurat
karena beberapa faktor, diantaranya adanya pengotor yang ditemui pada
mikroskop, penanganan yang kurang aseptis, serta faktor ketelitian saat
menghitung jumlah sel. Kematian jumlah mikroba oleh pemanasan dapat dihitung

Nt
dengan membuat grafik ln terhadap waktu pemanasan (t) sehingga akan
No
diperoleh nilai k sebagai slope-nya.
Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd, yakni:

T1 = 40 oC 0,0152
T2 = 50 oC 0,016
T3 = 60 oC 0,0175
T4 = 70 oC 0,02

Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik
ln Kd terhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh
nilai Ed, yakni 201,298 J/mol K.
BAB VII
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,


diantaranya sebagai berikut:
 Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni sterilisasi batch dan
sterilisasi continue. Pada sterilisasi bacth waktu heating section, holding
section, dan cooling section berlangsung dalam satu perioda. Sedangkan
pada sterilisasi continue, proses langsung mencapai holding section tanpa
melalui heating section terlebih dahulu.
 Berdasarkan jumlah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch, diperoleh

Nt
nilai Kd untuk berbagai variasi suhu dengan mengalurkan nilai ln ,
N0

Nt
dan membuat grafik ln terhadap waktu. Nilai kd yang diperoleh
N0
untuk berbagai variasi suhu diantaranya sebagai berikut:
T1 = 40 oC 0,0152
T2 = 50 oC 0,016
T3 = 60 oC 0,0175
T4 = 70 oC 0,02
Kemudian dibuat grafik ln Kd terhadap 1/T untuk memperoleh nilai Ed.
Berdasarkan perhitungan grafik diperoleh nilai Ed sebesar 201,298 J/mol
K.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, Hafizah.2011. “Praktikum Mikrobiologi”. Yogyakarta : Tanpa


keterangan

Bailey, James E dan David F Ollis. 1986. Biochemical Engineering fundamentals.


2nd. .Singapore : McGraw-Hill Book Co.

Kamaludi, D. dkk. 2007. Pengaruh Proses Pengawetan Baso Tahu terhadap


Cemaran Mikroba. Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung.

Perry, J.H. (ed.). 1988, Chemical Engineers ‘Hand book 6th edition ..Singapore :
McGraw-Hill Book Co.

Suharto, Ign. 1995. Bioteknologi dalam Dunia Industri. Yogyakarta : Andi Offset

Stanburry, Peter F dan A Whitaker. 1984. Principles of Fermentation Technology.


Great Britain : A Wheaton & Co. Ltd,. Exeter.

Anda mungkin juga menyukai