Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, banyak terdapat gangguan yang menyerang telinga dan


bagian-bagian yang ada di dalamnya. Salah satu tipe penyakit yang
tersering adalah otitis eksterna. Otitis eksterna merupakan suatu peradangan
pada liang telinga luar baik akut maupun kronis, yang sering kali
dihubungkan dengan infeksi oleh bakteri, jamur, maupun virus yang
menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan. Penyakit otitis eksterna bisa
terjadi pada semua umur dan kejadiannya cukup sering terjadi di
masyarakat luas. 1 Kulit di sepertiga liang telinga luar mengandung adneksa
kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen,
sehingga jika terjadi infeksi pada unit pilosebaseus yang mengenai folikel
rambut dapat menimbulkan terbentuknya furunkel. Hal itu disebut juga
dengan otitis eksterna sirkumskripta. Bakteri yang paling banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi pada otitis eksterna sirkumskripta adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. 2 Setiap tahun otitis eksterna
terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika Serikat. Kejadian lebih
tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam kegiatan air
seperti berenang lebih tinggi. Secara umum di dunia, frekuensi otitis
eksterna tidak diketahui, namun insidennya meningkat di negara tropis
seperti Indonesia. Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh
terhadap angka kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan
antara perkembangan otitis eksterna dan usia. Di Indonesia otitis eksterna
dapat ditemukan pada semua kelompok usia, insiden tertinggi ditemukan
5
pada anak usia 7 hingga 12 tahun. Walaupun demikian, penyakit ini
ternyata merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan pada semua
3
kelompok umur. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang
panas dan lembab, dan jarang pada iklim sejuk dan kering. Banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti berenang yang

1
merupakan penyebab tersering dan menimbulkan kekambuhan. Keadaan
lain seperti trauma terhadap epitel dari liang telinga luar juga merupakan
faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Penggunaan lidi
kapas/cotton bud untuk membersihkan telinga yang terlalu sering juga dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik. 4
Penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan secara tepat dan
adekuat merupakan kunci utama dalam penanganan otitis eksterna
sirkumskripta. Sebagai dokter umum, otitis eksterna sirkumskripta
memiliki level kompetensi 4A dimana lulusan dokter umum diharapkan
mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan tatalaksana secara
mandiri dan tuntas.
Dalam laporan kasus ini kami melaporkan seorang laki-laki usia 23
tahun dengan otitis eksterna sirkumskripta sinistra. Harapan kami adalah
dapat mempelajari secara lebih mendalam dan komprehensif terkait tanda
dan gejala yang muncul, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penegakan diagnosis, dan mengetahui komplikasi yang terjadi. Upaya ini
diharapkan dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas akibat otitis
eksterna sirkumskripta beserta komplikasinya sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita yang masih berada pada usia produktif.
1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa kedokteran


mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data yang diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta pengelolaan
pasien dengan otitis eksterna sirkumskripta secara mandiri dan tuntas.
1.3 Manfaat

Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam


proses belajar menegakkan diagnosis serta pengelolaan pasien dengan otitis
eksterna sirkumskripta.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA
Nama : Sdr. AP
Umur : 23 tahun
TTL : Semarang, 19-06-1996
Alamat : Perum Bukit Mutiara Jaya BV/20 RT 07/RW 12, Meteseh,
Tembalang, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : Tamat SLTA
Masuk RSND : 22 Maret 2019
No. CM : 016614
MASALAH AKTIF MASALAH PASIF

1. Nyeri di liang telinga kiri 5 1. Riwayat nyeri liang

2. Keluar cairan mukopurulen dari telinga kiri telinga kiri berulang

5 setelah berenang ± sudah

3. Gatal telinga kiri 5 sejak 7 tahun yang lalu

4. Pemeriksaan Fisik : CAE auricula sinistra 5

(nyeri tarik aurikula (+), nyeri tekan tragus 2. Riwayat keluar cairan

(+), hiperemis (+), edema (+), discharge (+), dari telinga kiri berulang

furunkel (+)) setelah berenang ± sudah

5. Otitis Eksterna Sirkumskripta Auricula sejak 7 tahun yang lalu

Sinistra 5

3
ANAMNESIS

Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 11.15 WIB di Poli

THT RSND Semarang.

Keluhan Utama : Nyeri di liang telinga kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 1 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri pada liang telinga kiri.

Nyeri terasa seperti telinga setelah terbentur/memar. Nyeri telinga timbul setelah

pasien mandi dan telinga kemasukan air. Nyeri yang dirasakan tidak sampai

mengganggu aktivitas. Sebelumnya, pasien juga sering mengeluh nyeri pada liang

telinga yang biasanya semakin memberat jika telinga pasien kemasukan air/setelah

pasien minum es. Selain nyeri, ± 6 jam SMRS, pasien juga mengeluh keluar cairan

dari liang telinga kiri. Cairan yang keluar cukup banyak, berwarna kuning

kehijauan, kental, dan berbau amis. Biasanya, pasien juga sering mengeluh keluar

cairan setelah pasien minum es lalu pasien mengalami flu dan saat telinga

kemasukan air. Pasien juga mengeluh gatal di liang telinga kiri. Gatal dirasakan

memberat setelah telinga kiri pasien mengeluarkan cairan. Pasien tidak pernah

merasakan gatal sebelumnya, bahkan jika keluhan nyeri dan keluar cairan telinga

nya kambuh. Gatal yang dirasakan tidak sampai mengganggu aktivitas. Untuk

keluhan saat ini, pasien belum minum obat/memeriksakan diri ke dokter. Saat ini,

keluhan kurang dengar disangkal, telinga berdenging disangkal, batuk disangkal,

pilek/hidung beringus disangkal, rasa lendir mengalir di tenggorokan disangkal,

demam disangkal, nyeri tenggorokan disangkal, , mulut berbau disangkal, dan

pusing berputar disangkal.

4
Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat keluhan sebelumnya berulang sejak tahun 2012

Kurang lebih 7 tahun SMRS, pasien mengeluh pertama kali merasa nyeri

dari liang telinga kiri kira-kira 2 hari setelah pasien berenang dan menyelam di

kedalaman 2 meter. Nyeri terasa makin memberat jika telinga pasien kemasukan

air. Nyeri yang dirasakan sampai mengganggu aktivitas. Pasien juga mengeluh

keluar cairan yang banyak dari liang telinga kiri berwarna bening, encer, dan

tidak berbau. Cairan keluar makin banyak jika telinga pasien kemasukan air.

Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter dan dikatakan gendang telinga

kiri pasien berlubang, pasien diberi obat minum pereda nyeri. Setelah kurang

lebih diminum selama 1 minggu, keluhan membaik dan tidak pernah kambuh

lagi. Keluhan kurang dengar disangkal, telinga berdenging disangkal, batuk

disangkal, pilek/hidung beringus disangkal, rasa lendir mengalir di tenggorokan

disangkal, demam disangkal, nyeri tenggorokan disangkal, , mulut berbau

disangkal, dan pusing berputar disangkal.

Kurang lebih 5 tahun SMRS, pasien kembali mengeluh nyeri dari liang

telinga kiri. Nyeri muncul saat pasien mengalami flu. Nyeri tidak sampai

mengganggu aktivitas. Nyeri biasanya memberat saat telinga pasien kemasukan

air dan pasien minum es. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar banyak cairan

dari liang telinga berwarna kekuningan, kental, dan berbau. Cairan keluar makin

banyak jika pasien minum es. Saat itu, pasien juga mengeluh keluar banyak

ingus dari hidung berwarna jernih, kadang kekuningan, kental, dan tidak berbau.

Pasien juga mengeluh demam nglemeng dan tidak enak badan. Kemudian pasien

5
memeriksakan diri ke RSUD KRMT Wongsonegoro dan dikatakan terdapat

infeksi di telinga dan gendang telinga kiri pasien berlubang, pasien diberi obat

minum pereda nyeri telinga, obat flu, dan penurun panas. Setelah minum obat,

keluhan pasien membaik dan tidak pernah kambuh lagi. Keluhan kurang dengar

disangkal, telinga berdenging disangkal, batuk disangkal, nyeri tenggorokan

disangkal, mulut berbau disangkal, dan pusing berputar disangkal.

Kurang lebih 2 tahun SMRS, pasien kembali mengeluh nyeri dari liang

telinga kiri. Nyeri muncul saat pasien mengalami flu. Nyeri tidak sampai

mengganggu aktivitas. Nyeri biasanya memberat saat telinga pasien kemasukan

air dan pasien minum es. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar banyak cairan

dari liang telinga berwarna kekuningan, kental, dan berbau. Cairan keluar makin

banyak jika pasien minum es. Saat itu, pasien juga mengeluh keluar banyak

ingus dari hidung berwarna jernih, kadang kekuningan, kental, dan tidak berbau.

Pasien juga mengeluh demam nglemeng dan tidak enak badan. Kemudian pasien

memeriksakan diri ke RSND dan dikatakan terdapat infeksi di telinga dan

gendang telinga kiri pasien berlubang, kemudian pasien diberi obat minum

pereda nyeri telinga, obat flu, dan penurun panas, dan tetes telinga. Pasien

disarankan untuk melakukan operasi penambalan gendang telinga, namun pasien

tidak menuruti anjuran dokter karena pasien sedang magang sehingga tidak ada

waktu. Setelah minum obat, keluhan pasien membaik dan tidak pernah kambuh

lagi. Keluhan kurang dengar disangkal, telinga berdenging disangkal, batuk

disangkal, nyeri tenggorokan disangkal, mulut berbau disangkal, dan pusing

berputar disangkal.

6
- Riwayat sering mengorek telinga disangkal

- Riwayat operasi disangkal

- Riwayat alergi disangkal

- Riwayat darah tinggi disangkal

- Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat anggota keluarga yang mengalami sakit serupa disangkal

- Riwayat alergi pada keluarga disangkal

Keadaan Sosial Ekonomi :

Pasien merupakan seorang mahasiswa. Pasien tinggal dengan kedua orang tua.

Ayah dan ibu pasien merupakan pensiunan pegawai swasta. Pembiayaan kesehatan

dengan JKN Non PBI.

Kesan Sosial Ekonomi: Cukup

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 11.30 WIB di Klinik THT
RSND Semarang.

1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperativitas : Kooperatif
Status Gizi : BB : 60 kg, TB : 168 cm. BMI : 21,25 Kesan : normoweight

7
Kulit : Turgor cukup
Konjungtiva : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Nadi : 84x/menit
Tensi :120/80 mmHg
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
Jantung : dbn
Paru : dbn
Hati : dbn
Limpa : dbn
Limfe : dbn
Anggota Gerak :
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
CRT <2” / <2” <2” / <2”

2. Status Lokalis THT


1. Telinga
Gambar:

Bagian Telinga Telinga Kanan Telinga Kiri


Hiperemis (-), nyeri tekan Hiperemis (-), nyeri tekan (-),
Mastoid
(-), nyeri ketok (-) nyeri ketok (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Pre–aurikula fistula (-), abses (-), benjolan fistula (-), abses (-), benjolan
(-), nyeri tekan tragus (-) (-), nyeri tekan tragus (+)

8
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Retro–aurikula fistula (-), abses (-), benjolan fistula (-), abses (-),benjolan
(-), nyeri tekan tragus (-) (-), nyeri tekan tragus (+)
Normotia, Hiperemis (-), Normotia, Hiperemis (-),
Aurikula
edema (-), nyeri tarik (-) edema (-), nyeri tarik (+)
Serumen (-), edema (+),
Serumen (-), edema (-),
hiperemis (+), furunkel (+),
CAE / MAE hiperemis (-), furunkel (-),
granulasi (-), discharge (+)
granulasi (-), discharge (-)
mukopurulen dan berbau.
Warna putih mengkilat, Warna putih mengkilat,
Membran retraksi (-), reflek cahaya (+) retraksi (-), reflek cahaya (+)
timpani antero inferior, intak, antero inferior, intak,
hiperemis (-) hiperemis (-)

2. Hidung dan Sinus Paranasal


Gambar:

Pemeriksaan Luar
Inspeksi: Bentuk normal, simetris, deformitas (-),
Hidung warna kulit sama dengan sekitar
Palpasi: Os nasal: deformitas (-/-), benjolan (-/-),
krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-), edema (-/-)
Hiperemis (-/-), nyeri tekan pada sinus frontalis (-/-),
nyeri ketok pada sinus frontalis (-/-), nyeri tekan pada
sinus ethmoidalis (-/-), nyeri ketok pada sinus
Sinus ethmoidalis (-/-), nyeri tekan pada sinus sphenoidalis (-
/-), nyeri ketok pada sinus sphenoidalis (-/-), nyeri
tekan pada sinus maksilaris (-/-), nyeri ketok pada
sinus maksilaris (-/-)
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Discaj (-) (-)

9
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka Inferior Edema (-), hipertrofi (-) Edema (-), hipertrofi (-)
Tumor Massa (-) Massa (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lain-lain (-) (-)
Diafanoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Tenggorok
Gambar:

Faring
Orofaring Keterangan
Simetris, bombans (-), hiperemis (-), fistula (-),
Palatum
stomatitis (-)
Arkus Faring Simetris, uvula di tengah, hiperemis (-)
Mukosa Hiperemis (-), granulasi (-), eksudat (-)
Ukuran T1, hiperemis (-), Ukuran T1, hiperemis (-),
edema (-), permukaan rata, edema (-), permukaan rata,
Tonsil
kripte melebar (-), detritus kripte melebar (-), detritus
(-), membran (-) (-), membran (-)
Peritonsil Hiperemis (-), edema (-), abses (-)
Nasofaring (Rinoskopi Posterior) : tidak dilakukan pemeriksaan
Laringofaring (Laringoskopi Indirek) : tidak dilakukan pemeriksaan
Laring (Laringoskopi Indirek) : tidak dilakukan pemeriksaan

10
Glotis : tidak dilakukan pemeriksaan
Subglotis : tidak dilakukan pemeriksaan

4. Kepala dan Leher


- Kepala : Mesosefal
- Wajah : Perot (-), simetris, deformitas (-), parese N VII (-)
- Leher anterior : Pembesaran KGB (-/-)
- Leher posterior: Pembesaran KGB (-/-)
5. Gigi dan Mulut
- Gigi-geligi : Karies gigi (-)
- Lidah : Simetris, deviasi (-), Papil atrofi (-), ulkus (-)
- Palatum : Bombans (-), cleft palate (-)
- Pipi : Mukosa buccal hiperemis (-)

CATATAN KHUSUS
-
RINGKASAN
Seorang laki-laki 23 tahun datang ke Poli THT RSND mengeluh nyeri pada

liang telinga kiri sejak 1 hari SMRS. Nyeri telinga timbul setelah pasien mandi dan

telinga kemasukan air. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar cairan dari telinga

kiri dan setelah itu telinga kiri gatal ± 6 jam SMRS. Cairan yang keluar cukup

banyak, berwarna kuning kehijauan, kental, dan berbau amis. Biasanya, pasien juga

sering mengeluh keluar cairan setelah pasien minum es lalu pasien mengalami flu

dan saat telinga kemasukan air. Untuk keluhan saat ini, pasien belum minum

obat/memeriksakan diri ke dokter. Saat ini, keluhan kurang dengar disangkal,

telinga berdenging disangkal, batuk disangkal, pilek/hidung beringus disangkal,

11
rasa lendir mengalir di tenggorokan disangkal, demam disangkal, nyeri

tenggorokan disangkal, , mulut berbau disangkal, dan pusing berputar disangkal.

Dari pemeriksaan fisik pada telinga kiri didapatkan nyeri tarik aurikula (+),
nyeri tekan tragus (+), pada CAE terdapat edema (+), hiperemis (+), furunkel (+),
dan discharge (+) mukopurulen dan berbau.

DIAGNOSIS BANDING
- Corpal telinga
- Otitis Media Efusi (OME)
- Otitis Media Akut (OMA)

DIAGNOSIS SEMENTARA

Otitis Eksterna Sirkumskripta Auricula Sinistra

RENCANA PENGELOLAAN

Rencana Diagnostik : - Tes bisik


- Tes pendengaran dengan garpu tala untuk mengetahui
apakah terdapat gangguan fungsi pendengaran
- Kultur cairan telinga untuk mengetahui jenis kuman
penyebab dan sensitivitas terhadap antibiotik
Terapi : - Ear toilet dengan H2O2 3% + aplikator kapas yang dioles salep
Gentamycin
- Tetes Telinga : Gentamicin 0,3%
- Paracetamol 500 mg/8 jam (PO)
- Methylprednisolone 4 mg/12 jam (PO)
Pemantauan :- Keadaan Umum
- Tanda Vital
- Nyeri di belakang telinga spontan/dengan penekanan
- Keluar cairan telinga kuning, kental, dan berbau yang
Berulang

12
- Kemerahan, nyeri, dan terasa panas pada daun telinga
- Fungsi pendengaran
- Membran timpani berlubang

Edukasi : - Edukasi pasien bahwa telinga luar pasien mengalami infeksi


akibat bakteri sehingga menimbulkan terbentuknya bisul/benjolan
di dalam liang telinga sebelah kiri.
- Edukasi pasien tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu
membersihkan telinga dengan salep antibiotik telinga untuk
mengurangi infeksi.
- Edukasi pasien mengenai terapi yang diberikan yaitu pereda nyeri,
anti peradangan,
- Edukasi agar telinga yang sakit tidak kemasukan air, misalnya
apabila mandi liang telinga ditutup (higiene telinga) dan pasien
dianjurkan untuk tidak berenang.
- Edukasi untuk tidak mengorek-ngorek telinga sehingga tidak
menimbulkan trauma yang dapat menjadi faktor risiko
menimbulkan luka sehingga dapat menjadi infeksi telinga.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

13
Resep :

dr. Zahira Riki


Puri Anjasmoro B7, Semarang
NIP : 22010117220086

Semarang, 22 Maret 2019

R/gentamicin ear drops 0,3% fl. no. I


S 4 dd gtt III a.s.

R/paracetamol 500 mg tab no. X


S 3 dd tab. I

R/metilprednisolon 4 mg tab. no. X


S 2 dd tab. I (1-0-1)

Pro : Sdr. AP
Umur : 23 tahun

Dokter,

(dr. Zahira Riki)

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari aurikula, canalis akustikus eksternus (CAE) dan
membran timpani (MT) .6,7
1. Aurikula/ Pinna

Aurikula merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit,


berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal
melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus,
antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah
lobulus. Aurikula dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. 8,9
2. CAE/ Canalis akustikus eksternus

CAE merupakan ruangan yang dimulai dari dasar konka aurikula sampai
pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih
kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang berada di
sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage

15
berjalan ke arah posterior superior , merupakan perluasan dari tulang rawan daun
telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang
merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung folikel
rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen memproduksi
bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan epidermis,
bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus
berjalan kearah antero inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus.
Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan
pada tulang. Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak
didapatkan folikel rambut .12 CAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri
aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe
menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan inferior.6,9,10
3. Membran Timpani

Membran timpani membatasi liang telinga dan cavum timpani. Membran


timpani terletak obliq di liang telinga, bagian posterosuperior lebih lateral
dibanding bagian anteroinferior. Membran timpani memiliki panjang kira-kira 9-
10 mm, lebar 8-9 mm dan tebal 0,1 mm. Membran timpani dibagi dua bagian yaitu
pars tensa dan pars flasida. 6,9,11

16
- Pars tensa
Merupakan bagian terbesar membran timpani. memiliki tiga lapisan
yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan
ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan
mempengaruhi konsistensi Membran timpani. Bagian pinggir
menebal dan membentuk cincin fibrokartilaginosa yang disebut
annulus tympanicus yang cocok dengan sulkus timpani. Bagian
tengah pars tensa dirangkai ke dalam pada ujung maleus disebut
umbo.
- Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa
dan lapisan mukosa. Bagian ini terletak di atas proses lateral malleus
antara takik dari rivinus dan lipatan malleal anterior dan posterior.
Bagian ini tampak agak merah muda.

Membran timpani memiliki 3 lapisan yaitu :


- Lapisan epitel luar, merupakan lanjutan dari kulit meatus
- Lapisan mukosa dalam, yang akan berlanjut dengan mukosa telinga
tengah
- Lapisan tengah fibrosa, membungkus pegangan malleus dan
memiliki tiga tipe yaitu radial, sirkular, parabolic.

Lapisan fibrosa pada pars flasida tipis dan tidak terbentuk menjadi berbagai
fibrosa seperti pada pars tensa.6
Membran timpani bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior,
lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena
menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid.
Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus
glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus
mandibularis.10
Hubungan meatus akustikus externus 6
Superior : Fossa cranii media
Posterior : Mastoid air cell dan nervus fascialis

17
Inferior : Glandula parotis
Anterior : Sendi temporomandibular
Bagian posterosuperior pada bagian basal canal dekan membran
timpani berhubungan dengan antrum mastoid.
Persarafan pada Pinna6
- Nervus auricularis magnus : Bagian besar dari permukaan medial
pinna dan bagian posterior dari lateral pinna
- Nervus Occipitalis minor : Bagian permukaan medial
- Auriculotemporal : Tragus , crus helix.
- Cabang nervus vagus / arnold’s nerve : konka dan permukaan medial
- Nervus fascialis yang didistribusi dengan serat dari cabang vagus :
konka dan retroauricula
Persarafan pada Canalis akustikus eksternus6
- Dinding anterior dan atap : auriculotemporal
- Dinding posterior dan dasar : cabang auricula dari vagus
- Dinding posterior juga menerima serat sensori dari CN VII melalui
cabang vagus.

Persarafan Membran Timpani6


- Anterior permukaan lateral : auriculotemporal
- Posterior permukaan lateral : cabang auricula dari vagus
- Bagian medial : cabang timpani dari CN IX (Jacobson’s nerve)

B. OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada saluran


pendengaran bagian luar (CAE), daun telinga, atau keduanya. Penyakit ini
merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok
umur. Otitis eksterna ( OE ) biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit
saluran telinga (paling sering disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau
Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat disebabkan oleh bakteri lain, virus,
atau infeksi jamur.6 Otitis eksterna adalah radang pada liang telinga luar.

18
Penyakit ini banyak ditemukan di layanan kesehatan primer sehingga dokter
di pelayanan kesehatan primer harus memiliki kemampuan mendiagnosis
dan menatalaksana secara komprehensif. 13

PATOFISIOLOGI
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga.
Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas
dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.13,14,15
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk
melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu
terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan
suhu lalu menimbulkan perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain
itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk
dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang
telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal. 16

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:16,19
1. ANAMNESIS

19
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:
 Otalgia
 Rasa penuh ditelinga
 Gatal
 penurunan pendengaran
 tinnitus
 Demam (jarang)
 Gejala bilateral (jarang)

2. PEMERIKSAAN FISIK

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:


 Nyeri tekan tragus
 Nyeri tarik daun telinga
 Otoskopi

a. OE akut difus : liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar
hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas, dan dapat
ditemukan sekret minimal
b. OE akut sirkumkripta : furunkel pada liang telinga luar
 Tes Garputala : Normal atau tuli konduktif

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Biakan dari sekret

Otitis eksterna berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi :6


I. Infective group
Bacterial :
- Localised otitis externa (Furuncle)
- Diffuse otitis externa
- Malignant otitis extena
Fungal :
- Otomycosis
Viral :

20
- Herpes zoster oticus
- Otitis externa haemorrhagica
II. Reactive group
- Eczematous otitis externa
- Seborrhoic otitis externa
- Neurodermatitis

1. Furunkel (localised acute otitis externa)

Furunkel adalah infeksi dari staphylococcal pada


folikel rambut. Dikarenakan folikel rambut hanya ada pada
bagian kartilago dari liang telinga, furunkel hanya terlihat
pada meatus. Biasanya hanya terdapat satu furunkel tapi juga
bisa banyak furunkel.
Pasien biasanya mengeluh nyeri yang tidak
sebanding dengan ukuran furunkel. Pergerakan pada pinna
nyeri. Pergerakan rahang seperti saat megunyah juga
menimbulkan nyeri. Keluhan kurang pendengaran, bila
furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga
ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada
1/3 luar liang telinga.6,16
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta: 6,13
 Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang
dibasahi dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti
setiap hari dapat mengurangi nyeri. Dapat juga diberikan
asam asetat dalam alumunium asetat, hidrocortisone,
asam asetat otic solution, alcohol vinegar otic mix. Pada
stadium abses dilakukan insisi pada abses dan drainage.
Bisa juga diberikan antibiotik (polymyxin B, otic
ofloxacin, otic ciprofloxacin, otic finafloxacin,
gentamicin, otic ciprofloxacin dan dexamethasone, otix
ciprofloxacin dan hydrocortisone suspension)
 Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan
infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa
ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak
diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
 Analgetik : Acetaminophen

21
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk
mencari faktor sistemik yaitu adanya penyakit diabetes
melitus.

2. Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam
liang telinga akibat infeksi bakteri yang mana dapat
menyebar ke pinna dan lapisan epidermis membrane
timpani. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas.
Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus,
Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat
hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Biasanya
terjadi pada perenanhg atau pada iklim panas dan lembab.
Keringat berlebih dapat menubah pH kulit meatal dari asam
menjadi alkaliyang dapat menumbuhkan bakteri patogen.
Faktor yang sering bertanggung jawab pada kondisi ini
adalah trauma dan invasi bakteri pathogen. Trauma dapat
terjadi karena menggaruk kanalis akustikus dengan cotton
bud, komplikasi pengambilan benda asing, membersihkan
liang telinga setelah terkena air misalkan setelah berenang.
Beberapa kasus otitis eksterna dikarenakan infeksi
sekunder dari kelainan telinga tengah atau alergi ear drops
topikal untuk otitis meda supuratif kronik. Pada fase akut
terjadi sensasi panas atau terbakar pada telinga yang diikuti
nyeri yang diperberat oleh gerakan rahang seperti
mengunyah. Telinga mulai mengalir discharge serosa yang
tipis yang bisa berlanjut menjadi tebal dan purulen. Meatus
akustikut menjadi bengkak dan inflamasi. Kumpulan debris
dan discharge bersama dengan inflamasi dapat
menyebabkan tuli komduktif. Tidak terdapat furunkel
(bisul).8 Pada fase kronis, terdapat iritasi dan gatal. Hal ini

22
bertanggungjawab pada keadaan eksaserbasi akut dan
reinfeksi. Discharge mengering dan dapat membentuk
krusta. Meatus yang inflamasi dapat menjadi sisik.
Terkadang kulit menjadi hipertrofi yang menjadikan meatal
stenosis (Chronic stenotic otitis externa). 6,17,18
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Bisa juga menggunakan ear
drop yang mengandung antibiotik. Antibiotik broad
spectrum dapat digunakan jika saat terjadi selulitis dan
limfadenitis akut yang nyeri. Serta dilakukan ear toilet
untuk membersihkan eksudat dan debris. Analgetik juga
diperlukan untuk antinyeri.6

Menurut Senturia HB (1980) otitis ekterna dibagi menjadi 3


stadium:
1) Preinflamasi
Tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum menjadi
edematous karena hilangnya lapisan lipid pelindung canalis
akustikus eksternus, sehingga menyumbat unit apopilosebaceous.
proses obstruksi terus berlanjut, rasa penuh dan gatal telinga
dimulai. Terganggunya lapisan epitel memungkinkan invasi

23
bakteri yang baik berada di CAE atau benda asing dari luar masuk
ke dalam saluran, seperti kapas atau kuku kotor.

2) Inflamasi akut (ringan/sedang/berat)

Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari
daun telinga. Tahap ringan , kulit saluran pendengaran eksternal
menunjukkan eritema ringan dan edema minimal. Tampak
adanya sekret yang terlihat pada CAE. Rasa sakit dan gatal
meningkat.

Tahap sedang, CAE menunjukkan lebih edema dan eksudat tebal


lebih banyak. Jika tidak diobati maka akan menjadi lebih berat,
ditandai dengan peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen
CAE. Banyaknya eksudat purulen dan edema pada kulit CAE
memungkin mengaburkan gambaran membran timpani.
Pseudomonas aeruginosa atau lain basil gram negatif hampir
selalu dapat dikultur pada tahap ini .

Tahap berat, terjadi perluasan infeksi di luar CAE dengan


melibatkan kelenjar getah bening didaerah leher.

3) Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal lebih
terasa. Kulit CAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan

24
concha sering menunjukkan perubahan sekunder, seperti
eczematization, lichenification, dan ulserasi dangkal.

3. Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh


kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering
ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga
kandida albikans atau jamur lain.6
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh
di liang telinga, bisa nyeri, adanya discharge pada telinga,
sumbatan pada liang telinga. Massa jamur mungkin dapat
terlihat berwarna putih, coklat, atau hitam. Pengobatannya
ialah dengan membersihkan liang telinga. Obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal. Nystatin
(100.000 units/ ml propylene glycol ) efektif untuk candida.
Antifungal broad spectrum bisa menggunakan clotrimazole
dan povidone iodine. Asam salisilat 2% juga efektif. Ini
merupakan agen keratolisis. Pengobatan Antifungal
seharusnya di berikan selama seminggu meskipun sudah
terjadi perbaikan untuk mengurangi rekurensi. Telinga juga
harus selalu kering.6,13
4. Otitis eksterna haemorrhagica
Terdapat bula pada membran timpani atau meatus
bagian dalam. Kondisi ini menyebabkan nyeri yang berat
pada telinga dan keluar discharge berdarah jika terjadi
ruptur pada bula. Pengobatannya adalah analgesik untuk
antinyeri. Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder jika bula pecah ke dalam telinga tengah.
5. Herpes zooster oticus

25
Terbentuk vesikel pada membran timpani, kulit
meatus, konka, postauricular groove. Dapat menyebar ke
nervus VII dan VIII.
6. Malignant (necrotising otitis externa)
Inflamasi yang terjadi karena infeksi pseudomonas
biasanya terjadi pada pendertia diabetes, atau yang
menggunakan obat-obatan imunosupresi. Dapat
bermanifestasi menjadi otitis eksterna difusa tapi disertai
nyeri yang hebat dan terdapat granulasi pada meatus.
Terkadang terjadi fascial paralysis yang terjadi karena
infeksi menyebar melalui basis cranii menuju foramen
jugulare yang dapat mempengaruhi nervus cranialis. Ke
anterior infeksi menyebar ke fossa temporomandibular, ke
posterior dapat ke mastoid, dan ke medial ke telinga tengah.
CT scan sangat berguna untuk mengetahui perluasan
infeksi. Pengobatan menggunakan antibiotik dosis tinggi
intravena ( tobramycin, ticarcillin, atau cephalosporin
generasi ke tiga). Antibiotik digunakan selama 6-8 minggu.
Jika ada diabetes harus dikontrol.6,13
7. Eczematous otitis externa
Terjadi karena hipersensitif terhadap organisme atau
ear drop topikal. Terdapat iritasi. Vesikel, discharge, crusta
pada canalis. Pengobatannya adalah menggunakan
antibiotik topikal dan krim steroid.6,13
8. Seborrhoic otitis externa
Diawali dermatitis seboroik pada kepala. Gatal
adakah keluhan utama. Sisik kuning berminyak dapat
terlihat pada canal, lobulus, hingga sulcus postauricular.
Pengobatannya adalah ear toilet, krim asam salisilat dan
sulfur.6
9. Neurodermatitis

26
Terjadi karena faktor psikologis dimana pasien
mengeluh gatal terus-menerus. Dapat terjadi infeksi
sekunder karena garukan. 6

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan pasien memiliki keluhan nyeri pada liang telinga

kiri sejak 1 hari SMRS. Nyeri telinga timbul setelah pasien mandi dan telinga

kemasukan air. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar cairan dari telinga kiri dan

setelah itu telinga kiri gatal ± 6 jam SMRS. Cairan yang keluar cukup banyak,

berwarna kuning kehijauan, kental, dan berbau amis. Biasanya, pasien juga sering

mengeluh keluar cairan setelah pasien minum es lalu pasien mengalami flu dan saat

telinga kemasukan air. Untuk keluhan saat ini, pasien belum minum

obat/memeriksakan diri ke dokter. Saat ini, keluhan kurang dengar disangkal,

telinga berdenging disangkal, batuk disangkal, pilek/hidung beringus disangkal,

rasa lendir mengalir di tenggorokan disangkal, demam disangkal, nyeri

tenggorokan disangkal, , mulut berbau disangkal, dan pusing berputar disangkal.

Dari pemeriksaan fisik pada telinga kiri didapatkan nyeri tarik aurikula (+),
nyeri tekan tragus (+), pada CAE terdapat edema (+), hiperemis (+), furunkel (+),
dan discharge (+) mukopurulen dan berbau.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan
otitis eksterna sirkumskripta. Otitis eksterna dibagi menjadi 4 jenis yaitu otitis
eksterna tipe sirkumskripta, difusa, otomikosis, dan maligna. Pada otitis eksterna
tipe sirkumskripta terdapat tanda dan gejala klinis yang khas terutama pada
pemeriksaan fisik yaitu terdapatnya furunkel/furunkulosis, sedangkan pada otitis
eksterna jenis lain tidak ada. Pada otitis eksterna difusa terdapat sekret yang berbau
yang tidak mengandung lender (musin) yang biasanya mengenai kulit liang telinga
2/3 dalam, pada otomikosis tampak hifa dari jamur Aspergillus/Candida yang khas
pada pemeriksaan fisik, sedangkan pada tipe maligna tampak tanda patognomonis
berupa granulasi di isthmus di dasar CAE. Pada pasien ini didapatkan furunkel pada

28
liang telinga kiri. Selain itu terdapat gejala yang khas pada pasien dengan otitis
eksterna berupa nyeri tarik aurikula, nyeri tekan tragus, CAE hiperemis, edema, dan
mengeluarkan discharge mukopurulen. Pemeriksaan pendengaran seperti dengan
garpu tala maupun tes bisik pada Otitis eksterna sirkumskripta dimaksudkan untuk
mengetahui apakah terdapat gangguan pendengaran akibat proses
infeksi/peradangan dan juga untuk mengetahui tipe dari kurang pendengaran
tersebut apakah tipe tuli konduksi, tuli sensorineural atau gabungan dari keduanya.
Prinsip pengobatan dari otitis eksterna yang dapat dilakukan yaitu ear toilet
dengan salep H2O2 3% dan aplikator kapas yang diolesi salep antibiotic misalnya
gentamycin, dapat diberikan juga pemberian antibiotik topical seperti tetes telinga,
kemudian untuk mengurangi gejala nyeri dapat diberikan analgetik serta anti
inflamasi sistemik. Terapi konservatif untuk otitis eksterna sirkumskripta dapat
dilakukan dengan mengedukasi pasien untuk menjaga telinga agar tetap kering,
tidak sering mengorek telinga dengan cotton bud atau alat lain, dianjurkan untuk
tidak berenang selama pengobatan.

29
BAB V
PENUTUP

Penyakit tersering yang menyerang telinga luar salah satunya adalah otitis
eksterna, terutama otitis eksterna sirkumskripta. Peradangan tersebut menyebabkan
terbentuknya furunkel pada 1/3 liang telinga luar. Furunkel yang terbentuk dapat
menimbulkan gejala berupa nyeri di dalam liang telinga yang sangat membuat
pasien tidak nyaman dan mengganggu aktivitas. Terkadang juga timbul keluhan
keluarnya cairan dari liang telinga, rasa gatal, rasa penuh pada telinga, bahkan
sampai mengganggu fungsi pendengaran jika furunkel tersebut menutupi sebagian
besar liang telinga. Otitis eksterna sirkumskripta memiliki level kompetensi 4A
dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi dari yang ringan hingga berat seperti
abses/infeksi kronik pada telinga yang dapat menyebar ke kartilago sehingga timbul
perikondritis, juga pada pasien dengan riwayat penyakit seperti diabetes mellitus
dapat terjadi superinfeksi dengan Pseudomonas sehingga menyebabkan otitis
eksterna maligna, sehingga sebagai seorang dokter harus bisa membuat diagnosis
klinik, memberi terapi/tatalaksana secara mandiri dan sampai tuntas.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Triastuti, I. Prevalensi Penyakit Otitis Eksterna di RSUP Sanglah Denpasar


Periode Januari – Desember 2014. E-Jurnal Medika Udayana. 2018;7(6).
2. Helmi. Otitis Eksterna Sirkumskripta. In: Soepardi EA, Iskandar N, editors.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok- Kepala Leher. 6th
ed. Jakarta: FKUI; 2007. p. 60–61.
3. Waitzman, AA, Meyers, AD. Otitis Externa. 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.
diakses tanggal 30 Oktober 2013 )
4. Kennedy, FPC. Otitis Externa In 23 Years Old Women. J Agromed Unila.
2015;2(1).
5. Perhati-KL PP. Panduan Praktis Klinis. 2015. 8-17 p.
6. Dhingra PL. Disease of Ear Nose Throat fourth edition. In : Elsevier. 2009.
7. Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In:
Meyerhoff WL eds. Diagnosis and management of hearing loss.
Philadelphia: WB Saunders, 1984: 1 12.
8. Rappaport JM, Provensan C. Neurootology for audiologist. In: Jack Katz
eds. Handbook of audiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,
2002: 9-13.
9. Hans , Cassady. The hearing process. 2007. Citation available from :
www.faqs.org/health/Body-byDesign-V2/The-Special-Senses.html. Acces
on September 30th , 2008.
10. Donalson JA, Duckert LG. Anatomy of the ear. In: Paparella MM,
Shumrick DA eds. Otolaryngology. 3th ed. Philadelphia: WB Saunders co.
1991: 23-58
11. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih
bahasa: Staf pengajar FKUIRSCM. 13rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997:105-9.
12. Ghorayeb BY, Anatomy of the ear. 2006. Citation available from :
www.ghorayeb.com/AnatomyAuricl e.html. acces on September 30th ,
2008
13. Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor:
Arlen D Meyers, MD, MBA. Updated: Jan 22, 2013,
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview. diakses tanggal
30 Oktober 2013 )
14. Carr, MM. Otitis Eksterna
http://www.icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna.htm.
15. Liston SL. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam : Boies,
Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr.
Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta., 1994: 27 - 33.
16. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam.
Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010

31
17. Palandeng RW. Otitis eksterna di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode januari 2011- Desember 2011 [skripsi]. Manado:
Universitas Sam Ratulangi; 2012.
18. Kunarto. Otitis Eksterna di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari 2007- Desember 2010. Manado:
Universitas Sam Ratulangi. 2011.
19. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer. Ikatan
Dokter Indonesia. 2014

32

Anda mungkin juga menyukai