PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
merupakan penyebab tersering dan menimbulkan kekambuhan. Keadaan
lain seperti trauma terhadap epitel dari liang telinga luar juga merupakan
faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Penggunaan lidi
kapas/cotton bud untuk membersihkan telinga yang terlalu sering juga dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik. 4
Penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan secara tepat dan
adekuat merupakan kunci utama dalam penanganan otitis eksterna
sirkumskripta. Sebagai dokter umum, otitis eksterna sirkumskripta
memiliki level kompetensi 4A dimana lulusan dokter umum diharapkan
mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan tatalaksana secara
mandiri dan tuntas.
Dalam laporan kasus ini kami melaporkan seorang laki-laki usia 23
tahun dengan otitis eksterna sirkumskripta sinistra. Harapan kami adalah
dapat mempelajari secara lebih mendalam dan komprehensif terkait tanda
dan gejala yang muncul, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penegakan diagnosis, dan mengetahui komplikasi yang terjadi. Upaya ini
diharapkan dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas akibat otitis
eksterna sirkumskripta beserta komplikasinya sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita yang masih berada pada usia produktif.
1.2 Tujuan
2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Sdr. AP
Umur : 23 tahun
TTL : Semarang, 19-06-1996
Alamat : Perum Bukit Mutiara Jaya BV/20 RT 07/RW 12, Meteseh,
Tembalang, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : Tamat SLTA
Masuk RSND : 22 Maret 2019
No. CM : 016614
MASALAH AKTIF MASALAH PASIF
(nyeri tarik aurikula (+), nyeri tekan tragus 2. Riwayat keluar cairan
(+), hiperemis (+), edema (+), discharge (+), dari telinga kiri berulang
Sinistra 5
3
ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 11.15 WIB di Poli
Kurang lebih 1 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri pada liang telinga kiri.
Nyeri terasa seperti telinga setelah terbentur/memar. Nyeri telinga timbul setelah
pasien mandi dan telinga kemasukan air. Nyeri yang dirasakan tidak sampai
mengganggu aktivitas. Sebelumnya, pasien juga sering mengeluh nyeri pada liang
telinga yang biasanya semakin memberat jika telinga pasien kemasukan air/setelah
pasien minum es. Selain nyeri, ± 6 jam SMRS, pasien juga mengeluh keluar cairan
dari liang telinga kiri. Cairan yang keluar cukup banyak, berwarna kuning
kehijauan, kental, dan berbau amis. Biasanya, pasien juga sering mengeluh keluar
cairan setelah pasien minum es lalu pasien mengalami flu dan saat telinga
kemasukan air. Pasien juga mengeluh gatal di liang telinga kiri. Gatal dirasakan
memberat setelah telinga kiri pasien mengeluarkan cairan. Pasien tidak pernah
merasakan gatal sebelumnya, bahkan jika keluhan nyeri dan keluar cairan telinga
nya kambuh. Gatal yang dirasakan tidak sampai mengganggu aktivitas. Untuk
keluhan saat ini, pasien belum minum obat/memeriksakan diri ke dokter. Saat ini,
4
Riwayat Penyakit Dahulu :
Kurang lebih 7 tahun SMRS, pasien mengeluh pertama kali merasa nyeri
dari liang telinga kiri kira-kira 2 hari setelah pasien berenang dan menyelam di
kedalaman 2 meter. Nyeri terasa makin memberat jika telinga pasien kemasukan
air. Nyeri yang dirasakan sampai mengganggu aktivitas. Pasien juga mengeluh
keluar cairan yang banyak dari liang telinga kiri berwarna bening, encer, dan
tidak berbau. Cairan keluar makin banyak jika telinga pasien kemasukan air.
kiri pasien berlubang, pasien diberi obat minum pereda nyeri. Setelah kurang
lebih diminum selama 1 minggu, keluhan membaik dan tidak pernah kambuh
Kurang lebih 5 tahun SMRS, pasien kembali mengeluh nyeri dari liang
telinga kiri. Nyeri muncul saat pasien mengalami flu. Nyeri tidak sampai
air dan pasien minum es. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar banyak cairan
dari liang telinga berwarna kekuningan, kental, dan berbau. Cairan keluar makin
banyak jika pasien minum es. Saat itu, pasien juga mengeluh keluar banyak
ingus dari hidung berwarna jernih, kadang kekuningan, kental, dan tidak berbau.
Pasien juga mengeluh demam nglemeng dan tidak enak badan. Kemudian pasien
5
memeriksakan diri ke RSUD KRMT Wongsonegoro dan dikatakan terdapat
infeksi di telinga dan gendang telinga kiri pasien berlubang, pasien diberi obat
minum pereda nyeri telinga, obat flu, dan penurun panas. Setelah minum obat,
keluhan pasien membaik dan tidak pernah kambuh lagi. Keluhan kurang dengar
Kurang lebih 2 tahun SMRS, pasien kembali mengeluh nyeri dari liang
telinga kiri. Nyeri muncul saat pasien mengalami flu. Nyeri tidak sampai
air dan pasien minum es. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar banyak cairan
dari liang telinga berwarna kekuningan, kental, dan berbau. Cairan keluar makin
banyak jika pasien minum es. Saat itu, pasien juga mengeluh keluar banyak
ingus dari hidung berwarna jernih, kadang kekuningan, kental, dan tidak berbau.
Pasien juga mengeluh demam nglemeng dan tidak enak badan. Kemudian pasien
gendang telinga kiri pasien berlubang, kemudian pasien diberi obat minum
pereda nyeri telinga, obat flu, dan penurun panas, dan tetes telinga. Pasien
tidak menuruti anjuran dokter karena pasien sedang magang sehingga tidak ada
waktu. Setelah minum obat, keluhan pasien membaik dan tidak pernah kambuh
berputar disangkal.
6
- Riwayat sering mengorek telinga disangkal
Pasien merupakan seorang mahasiswa. Pasien tinggal dengan kedua orang tua.
Ayah dan ibu pasien merupakan pensiunan pegawai swasta. Pembiayaan kesehatan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 11.30 WIB di Klinik THT
RSND Semarang.
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperativitas : Kooperatif
Status Gizi : BB : 60 kg, TB : 168 cm. BMI : 21,25 Kesan : normoweight
7
Kulit : Turgor cukup
Konjungtiva : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Nadi : 84x/menit
Tensi :120/80 mmHg
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
Jantung : dbn
Paru : dbn
Hati : dbn
Limpa : dbn
Limfe : dbn
Anggota Gerak :
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
CRT <2” / <2” <2” / <2”
8
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Retro–aurikula fistula (-), abses (-), benjolan fistula (-), abses (-),benjolan
(-), nyeri tekan tragus (-) (-), nyeri tekan tragus (+)
Normotia, Hiperemis (-), Normotia, Hiperemis (-),
Aurikula
edema (-), nyeri tarik (-) edema (-), nyeri tarik (+)
Serumen (-), edema (+),
Serumen (-), edema (-),
hiperemis (+), furunkel (+),
CAE / MAE hiperemis (-), furunkel (-),
granulasi (-), discharge (+)
granulasi (-), discharge (-)
mukopurulen dan berbau.
Warna putih mengkilat, Warna putih mengkilat,
Membran retraksi (-), reflek cahaya (+) retraksi (-), reflek cahaya (+)
timpani antero inferior, intak, antero inferior, intak,
hiperemis (-) hiperemis (-)
Pemeriksaan Luar
Inspeksi: Bentuk normal, simetris, deformitas (-),
Hidung warna kulit sama dengan sekitar
Palpasi: Os nasal: deformitas (-/-), benjolan (-/-),
krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-), edema (-/-)
Hiperemis (-/-), nyeri tekan pada sinus frontalis (-/-),
nyeri ketok pada sinus frontalis (-/-), nyeri tekan pada
sinus ethmoidalis (-/-), nyeri ketok pada sinus
Sinus ethmoidalis (-/-), nyeri tekan pada sinus sphenoidalis (-
/-), nyeri ketok pada sinus sphenoidalis (-/-), nyeri
tekan pada sinus maksilaris (-/-), nyeri ketok pada
sinus maksilaris (-/-)
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Discaj (-) (-)
9
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka Inferior Edema (-), hipertrofi (-) Edema (-), hipertrofi (-)
Tumor Massa (-) Massa (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lain-lain (-) (-)
Diafanoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Tenggorok
Gambar:
Faring
Orofaring Keterangan
Simetris, bombans (-), hiperemis (-), fistula (-),
Palatum
stomatitis (-)
Arkus Faring Simetris, uvula di tengah, hiperemis (-)
Mukosa Hiperemis (-), granulasi (-), eksudat (-)
Ukuran T1, hiperemis (-), Ukuran T1, hiperemis (-),
edema (-), permukaan rata, edema (-), permukaan rata,
Tonsil
kripte melebar (-), detritus kripte melebar (-), detritus
(-), membran (-) (-), membran (-)
Peritonsil Hiperemis (-), edema (-), abses (-)
Nasofaring (Rinoskopi Posterior) : tidak dilakukan pemeriksaan
Laringofaring (Laringoskopi Indirek) : tidak dilakukan pemeriksaan
Laring (Laringoskopi Indirek) : tidak dilakukan pemeriksaan
10
Glotis : tidak dilakukan pemeriksaan
Subglotis : tidak dilakukan pemeriksaan
CATATAN KHUSUS
-
RINGKASAN
Seorang laki-laki 23 tahun datang ke Poli THT RSND mengeluh nyeri pada
liang telinga kiri sejak 1 hari SMRS. Nyeri telinga timbul setelah pasien mandi dan
telinga kemasukan air. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar cairan dari telinga
kiri dan setelah itu telinga kiri gatal ± 6 jam SMRS. Cairan yang keluar cukup
banyak, berwarna kuning kehijauan, kental, dan berbau amis. Biasanya, pasien juga
sering mengeluh keluar cairan setelah pasien minum es lalu pasien mengalami flu
dan saat telinga kemasukan air. Untuk keluhan saat ini, pasien belum minum
11
rasa lendir mengalir di tenggorokan disangkal, demam disangkal, nyeri
Dari pemeriksaan fisik pada telinga kiri didapatkan nyeri tarik aurikula (+),
nyeri tekan tragus (+), pada CAE terdapat edema (+), hiperemis (+), furunkel (+),
dan discharge (+) mukopurulen dan berbau.
DIAGNOSIS BANDING
- Corpal telinga
- Otitis Media Efusi (OME)
- Otitis Media Akut (OMA)
DIAGNOSIS SEMENTARA
RENCANA PENGELOLAAN
12
- Kemerahan, nyeri, dan terasa panas pada daun telinga
- Fungsi pendengaran
- Membran timpani berlubang
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
13
Resep :
Pro : Sdr. AP
Umur : 23 tahun
Dokter,
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar terdiri dari aurikula, canalis akustikus eksternus (CAE) dan
membran timpani (MT) .6,7
1. Aurikula/ Pinna
CAE merupakan ruangan yang dimulai dari dasar konka aurikula sampai
pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih
kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang berada di
sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage
15
berjalan ke arah posterior superior , merupakan perluasan dari tulang rawan daun
telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang
merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung folikel
rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen memproduksi
bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan epidermis,
bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus
berjalan kearah antero inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus.
Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan
pada tulang. Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak
didapatkan folikel rambut .12 CAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri
aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe
menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan inferior.6,9,10
3. Membran Timpani
16
- Pars tensa
Merupakan bagian terbesar membran timpani. memiliki tiga lapisan
yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan
ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan
mempengaruhi konsistensi Membran timpani. Bagian pinggir
menebal dan membentuk cincin fibrokartilaginosa yang disebut
annulus tympanicus yang cocok dengan sulkus timpani. Bagian
tengah pars tensa dirangkai ke dalam pada ujung maleus disebut
umbo.
- Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa
dan lapisan mukosa. Bagian ini terletak di atas proses lateral malleus
antara takik dari rivinus dan lipatan malleal anterior dan posterior.
Bagian ini tampak agak merah muda.
Lapisan fibrosa pada pars flasida tipis dan tidak terbentuk menjadi berbagai
fibrosa seperti pada pars tensa.6
Membran timpani bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior,
lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena
menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid.
Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus
glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus
mandibularis.10
Hubungan meatus akustikus externus 6
Superior : Fossa cranii media
Posterior : Mastoid air cell dan nervus fascialis
17
Inferior : Glandula parotis
Anterior : Sendi temporomandibular
Bagian posterosuperior pada bagian basal canal dekan membran
timpani berhubungan dengan antrum mastoid.
Persarafan pada Pinna6
- Nervus auricularis magnus : Bagian besar dari permukaan medial
pinna dan bagian posterior dari lateral pinna
- Nervus Occipitalis minor : Bagian permukaan medial
- Auriculotemporal : Tragus , crus helix.
- Cabang nervus vagus / arnold’s nerve : konka dan permukaan medial
- Nervus fascialis yang didistribusi dengan serat dari cabang vagus :
konka dan retroauricula
Persarafan pada Canalis akustikus eksternus6
- Dinding anterior dan atap : auriculotemporal
- Dinding posterior dan dasar : cabang auricula dari vagus
- Dinding posterior juga menerima serat sensori dari CN VII melalui
cabang vagus.
B. OTITIS EKSTERNA
18
Penyakit ini banyak ditemukan di layanan kesehatan primer sehingga dokter
di pelayanan kesehatan primer harus memiliki kemampuan mendiagnosis
dan menatalaksana secara komprehensif. 13
PATOFISIOLOGI
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga.
Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas
dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.13,14,15
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk
melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu
terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan
suhu lalu menimbulkan perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain
itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk
dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang
telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal. 16
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:16,19
1. ANAMNESIS
19
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:
Otalgia
Rasa penuh ditelinga
Gatal
penurunan pendengaran
tinnitus
Demam (jarang)
Gejala bilateral (jarang)
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. OE akut difus : liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar
hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas, dan dapat
ditemukan sekret minimal
b. OE akut sirkumkripta : furunkel pada liang telinga luar
Tes Garputala : Normal atau tuli konduktif
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
20
- Herpes zoster oticus
- Otitis externa haemorrhagica
II. Reactive group
- Eczematous otitis externa
- Seborrhoic otitis externa
- Neurodermatitis
21
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk
mencari faktor sistemik yaitu adanya penyakit diabetes
melitus.
22
bertanggungjawab pada keadaan eksaserbasi akut dan
reinfeksi. Discharge mengering dan dapat membentuk
krusta. Meatus yang inflamasi dapat menjadi sisik.
Terkadang kulit menjadi hipertrofi yang menjadikan meatal
stenosis (Chronic stenotic otitis externa). 6,17,18
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Bisa juga menggunakan ear
drop yang mengandung antibiotik. Antibiotik broad
spectrum dapat digunakan jika saat terjadi selulitis dan
limfadenitis akut yang nyeri. Serta dilakukan ear toilet
untuk membersihkan eksudat dan debris. Analgetik juga
diperlukan untuk antinyeri.6
23
bakteri yang baik berada di CAE atau benda asing dari luar masuk
ke dalam saluran, seperti kapas atau kuku kotor.
Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari
daun telinga. Tahap ringan , kulit saluran pendengaran eksternal
menunjukkan eritema ringan dan edema minimal. Tampak
adanya sekret yang terlihat pada CAE. Rasa sakit dan gatal
meningkat.
3) Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal lebih
terasa. Kulit CAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan
24
concha sering menunjukkan perubahan sekunder, seperti
eczematization, lichenification, dan ulserasi dangkal.
3. Otomikosis
25
Terbentuk vesikel pada membran timpani, kulit
meatus, konka, postauricular groove. Dapat menyebar ke
nervus VII dan VIII.
6. Malignant (necrotising otitis externa)
Inflamasi yang terjadi karena infeksi pseudomonas
biasanya terjadi pada pendertia diabetes, atau yang
menggunakan obat-obatan imunosupresi. Dapat
bermanifestasi menjadi otitis eksterna difusa tapi disertai
nyeri yang hebat dan terdapat granulasi pada meatus.
Terkadang terjadi fascial paralysis yang terjadi karena
infeksi menyebar melalui basis cranii menuju foramen
jugulare yang dapat mempengaruhi nervus cranialis. Ke
anterior infeksi menyebar ke fossa temporomandibular, ke
posterior dapat ke mastoid, dan ke medial ke telinga tengah.
CT scan sangat berguna untuk mengetahui perluasan
infeksi. Pengobatan menggunakan antibiotik dosis tinggi
intravena ( tobramycin, ticarcillin, atau cephalosporin
generasi ke tiga). Antibiotik digunakan selama 6-8 minggu.
Jika ada diabetes harus dikontrol.6,13
7. Eczematous otitis externa
Terjadi karena hipersensitif terhadap organisme atau
ear drop topikal. Terdapat iritasi. Vesikel, discharge, crusta
pada canalis. Pengobatannya adalah menggunakan
antibiotik topikal dan krim steroid.6,13
8. Seborrhoic otitis externa
Diawali dermatitis seboroik pada kepala. Gatal
adakah keluhan utama. Sisik kuning berminyak dapat
terlihat pada canal, lobulus, hingga sulcus postauricular.
Pengobatannya adalah ear toilet, krim asam salisilat dan
sulfur.6
9. Neurodermatitis
26
Terjadi karena faktor psikologis dimana pasien
mengeluh gatal terus-menerus. Dapat terjadi infeksi
sekunder karena garukan. 6
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan pasien memiliki keluhan nyeri pada liang telinga
kiri sejak 1 hari SMRS. Nyeri telinga timbul setelah pasien mandi dan telinga
kemasukan air. Selain itu, pasien juga mengeluh keluar cairan dari telinga kiri dan
setelah itu telinga kiri gatal ± 6 jam SMRS. Cairan yang keluar cukup banyak,
berwarna kuning kehijauan, kental, dan berbau amis. Biasanya, pasien juga sering
mengeluh keluar cairan setelah pasien minum es lalu pasien mengalami flu dan saat
telinga kemasukan air. Untuk keluhan saat ini, pasien belum minum
Dari pemeriksaan fisik pada telinga kiri didapatkan nyeri tarik aurikula (+),
nyeri tekan tragus (+), pada CAE terdapat edema (+), hiperemis (+), furunkel (+),
dan discharge (+) mukopurulen dan berbau.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan
otitis eksterna sirkumskripta. Otitis eksterna dibagi menjadi 4 jenis yaitu otitis
eksterna tipe sirkumskripta, difusa, otomikosis, dan maligna. Pada otitis eksterna
tipe sirkumskripta terdapat tanda dan gejala klinis yang khas terutama pada
pemeriksaan fisik yaitu terdapatnya furunkel/furunkulosis, sedangkan pada otitis
eksterna jenis lain tidak ada. Pada otitis eksterna difusa terdapat sekret yang berbau
yang tidak mengandung lender (musin) yang biasanya mengenai kulit liang telinga
2/3 dalam, pada otomikosis tampak hifa dari jamur Aspergillus/Candida yang khas
pada pemeriksaan fisik, sedangkan pada tipe maligna tampak tanda patognomonis
berupa granulasi di isthmus di dasar CAE. Pada pasien ini didapatkan furunkel pada
28
liang telinga kiri. Selain itu terdapat gejala yang khas pada pasien dengan otitis
eksterna berupa nyeri tarik aurikula, nyeri tekan tragus, CAE hiperemis, edema, dan
mengeluarkan discharge mukopurulen. Pemeriksaan pendengaran seperti dengan
garpu tala maupun tes bisik pada Otitis eksterna sirkumskripta dimaksudkan untuk
mengetahui apakah terdapat gangguan pendengaran akibat proses
infeksi/peradangan dan juga untuk mengetahui tipe dari kurang pendengaran
tersebut apakah tipe tuli konduksi, tuli sensorineural atau gabungan dari keduanya.
Prinsip pengobatan dari otitis eksterna yang dapat dilakukan yaitu ear toilet
dengan salep H2O2 3% dan aplikator kapas yang diolesi salep antibiotic misalnya
gentamycin, dapat diberikan juga pemberian antibiotik topical seperti tetes telinga,
kemudian untuk mengurangi gejala nyeri dapat diberikan analgetik serta anti
inflamasi sistemik. Terapi konservatif untuk otitis eksterna sirkumskripta dapat
dilakukan dengan mengedukasi pasien untuk menjaga telinga agar tetap kering,
tidak sering mengorek telinga dengan cotton bud atau alat lain, dianjurkan untuk
tidak berenang selama pengobatan.
29
BAB V
PENUTUP
Penyakit tersering yang menyerang telinga luar salah satunya adalah otitis
eksterna, terutama otitis eksterna sirkumskripta. Peradangan tersebut menyebabkan
terbentuknya furunkel pada 1/3 liang telinga luar. Furunkel yang terbentuk dapat
menimbulkan gejala berupa nyeri di dalam liang telinga yang sangat membuat
pasien tidak nyaman dan mengganggu aktivitas. Terkadang juga timbul keluhan
keluarnya cairan dari liang telinga, rasa gatal, rasa penuh pada telinga, bahkan
sampai mengganggu fungsi pendengaran jika furunkel tersebut menutupi sebagian
besar liang telinga. Otitis eksterna sirkumskripta memiliki level kompetensi 4A
dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi dari yang ringan hingga berat seperti
abses/infeksi kronik pada telinga yang dapat menyebar ke kartilago sehingga timbul
perikondritis, juga pada pasien dengan riwayat penyakit seperti diabetes mellitus
dapat terjadi superinfeksi dengan Pseudomonas sehingga menyebabkan otitis
eksterna maligna, sehingga sebagai seorang dokter harus bisa membuat diagnosis
klinik, memberi terapi/tatalaksana secara mandiri dan sampai tuntas.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
17. Palandeng RW. Otitis eksterna di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode januari 2011- Desember 2011 [skripsi]. Manado:
Universitas Sam Ratulangi; 2012.
18. Kunarto. Otitis Eksterna di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari 2007- Desember 2010. Manado:
Universitas Sam Ratulangi. 2011.
19. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer. Ikatan
Dokter Indonesia. 2014
32