BAB III Lpkas Ank
BAB III Lpkas Ank
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
3.2 EPIDEMIOLOGI
WHO memperkirakan adanya 400 juta orang sebagai pengidap HBV pada
(HBsAg 2%-7% dan anti-HBs 20%-55%), dan prevalensi tinggi (HBsAg 7%-20%
prevalensi dapat mencapai 45% dan Aborigin di Australia mencapai 85%. Pada
daerah dengan endemisitas tinggi infeksi sering terjadi pada usia dini, ditularkan
secara vertikal dari ibu ke anak maupun horizontal diantara anak kecil. Sebaliknya
pada daerah dengan prevalensi rendah penularan secara horizontal terjadi oleh
penyalahgunaan obat, penggunaan instrumen yang tidak steril pada klinik gigi,
10
11
antara 5-10%. Pada umumnya di luar Jawa angka ini lebih tinggi. Di Jakarta
prevalensi HBsAg pada suatu populasi umum adalah 4,1%. Angka-angka ini
3.3 ETIOLOGI
karsinoma hati, virus hepatitis B pada bebek Peking, dan bajing tanah (ground
Virus hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi
alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap
yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom
(DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid di bagian
yang terdapat dalam darah yaitu : virus utuh (virion) yang disebut juga partikel
Dane dan selubung virus yang kosong (HBsAg). Ukuran kapsul virus kosong
1
berukuran 22 nm, dapat berbentuk seperti bola atau filament.
Dua ORF lainnya (ORF5 dan ORF6) telah dideskripsikan tetapi masih
Gen S dan C mempunyai hulu yang disebut pre-S dan pre-C. daerah C dan
pre-C mengkode protein nukleokapsid, HBcAg dan HBeAg. Daerah Pre-C terdiri
mengkode 212 asam amino precursor untuk HBeAg. ORF S terdiri dari bagian
pre-S2, dan S, mengkode untuk protein HBsAg. Gen ini terdiri dari 226 asam
1,2,3,4
amino.
membantu replikasi virus. Gen ini merupakan ORF terpendek. Gen ini
mengkode untuk pembentukan protein X VHB (HBxAg) yang terdiri dari 154
hibridisasi atau dengan metode yang lebih sensitive yaitu dengan polymerase-
14
masukan ke sel dengan cara membuat suatu sel peka rangsangan terhadap
permukaan dari sel dan masuk ke sel tersebut dengan endocytosis. Secara
parsial lilitan ganda DNA virus kemudian membuat secara penuh lilitan
empat mRNA virus. MRNA paling besar, (adalah lebih panjang dari genom
virus), digunakan untuk membuat copy baru dari genom dan untuk membuat inti
capsid protein serta DNA virus polymerase. Empat catatan virus Ini
keturunan virions yang bebas dari sel atau kembali ke nukleus serta re-cycled
Transmisi perinatal terjadi dari ibu ke bayi, sedang transmisi horizontal umumnya
karena kontak erat antar keluarga/individu. Transmisi perinatal dari ibu yang
terinfeksi virus hepatitis B (VHB) ke bayi adalah salah satu cara transmisi yang
paling serius karena bayi lahir akan memiliki risiko tertinggi untuk menjadi
hepatoselular. Transmisi vertical ini dapat terjadi intrauterin (pranatal), saat lahir
Besarnya risikotransmisi vertikal ini sangat ditentukan oleh status serologi ibu.
Bila HBsAg dan HBeAg ibu positif, risiko transmisi vertikal sangat tinggi yaitu
sebanyak 70-90%, sementara bila hanya HBsAg yang positif, risiko transmisi
vertikal tersebut lebih rendah yaitu 10-67%. Bila anti HBe ibu positif, berpotensi
1,3,4
untuk menimbulkan hepatitis fulminan pada bayi, walaupun jarang terjadi.
3.5 PATOGENESIS
HBV, menyebabkan munculnya antigen virus pada permukaan sel. Yang paling
penting dari antigen virus ini mungkin adalah antigen nukleokapsid, HBcAg dan
dengan baik. Untuk memungkinkan hepatosit terus terinfeksi, protein core atau
protein MHC kelas I tidak dapat dikenali, limfosit sitotoksik tidak dapat
beberapa hepatosit yang sedang mengandung virus harus bertahan hidup. 1,4,5
terkait. 1,3
Mutasi HBV lebih sering terkait untuk virus DNA biasa, dan sederetan
strain mutan telah dikenali. Yang paling penting adalah mutan yang menyebebkan
untuk mencapai pembersihan virus dari tubuh. Bersamaan dengan itu terjadi
imun non-spesifik dan respons imun spesifik yang bekerja dengan baik.
Segera setelah infeksi virus terjadi mekanisme efektor system imun non-spesifik
seperti sel makrofag atau sel Kupffer akan memfagositosis dan mengolah VHB.
Sel APC ini kemudian akan mempresentasikan antigen VHB dengan bantuan
HLA kelas II pada sel CD4 (sel T helper / Th) sehingga terjadi ikatan dan
produk sitokin. Sel CD4 ini mulanya adalah berupa Th0, dan akan berdiferensiasi
menjadi Th1 atau Th2. Diferensiasi ini tergantung pada adanya sitokin yang
1
mempengaruhinya.
Pada tipe diferensiasi Th0 menjadi Th1 akan diproduksi sitokin IL-2 dan
sel hepatosit yang terinfeksi VHB dan melisiskan sel tersebut yang berarti juga
melisiskan virus. Pada hepatitis B kronis sayangnya hal ini tidak terjadi.
18
Diferensiasi ternyata lebih dominan ke arah Th2, sehingga respons imun yang
Selain itu, IL-12 yang dihasilkan kompleks Th dan sel APC akan
mengaktifkan sel NK (natural killer). Sel ini merupakan sel primitive yang secara
non-spesifik akan melisiskan sel yang terinfeksi. Induksi dan aktivasi sitotoksis
dan proliferasi sel NK ini bergantung pada interferon. Walaupun peran sel
untuk terjadi resolusi infeksi virus akut. Pada hepatitis B kronis diketahui
1. Hepatitis Akut
ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat hepatitis akut.
lain tetapi dengan intensitas yang lebih ringan. Gejala yang muncul terdiri atas
gejala seperti flu dengan malaise, lelah, anoreksia, mual dan muntah, timbul
kuning atau ikterus dan pembesaran hati dan berakhir setelah 6-8 minggu. Dari
timbulnya gejala klinis, yaitu 6-7 minggu setelah terinfeksi. Pada beberapa kasus
dapat didahului gejala seperti serum sickness, yaitu nyeri sendi dan lesi kulit
penderita, biasanya mulai timbul saat 8 minggu setelah terinfeksi dan berlangsung
19
selama 4 minggu. Gejala klinis ini jarang terjadi pada infeksi neonatus, 10% pada
anak dibawah umur 4 tahun dan 30% pada dewasa. Sebagian besar penderita
hepatitis B simptomatis akan sembuh tetapi dapat menjadi kronis pada 10%
2
dewasa, 25% anak, 80% bayi.
2. Hepatitis Kronis
sebagian besar penderita hepatitis kronis adalah asimtomatis atau bergejala ringan
korelasi dengan respons imun terhadap HBV. Pada saat kadar aminotransferase
serum meningkat dapat timbul gejala klinis hepatitis dan IgM anti-HBc. Namun
gejela klinis ini tidak berhubungan langsung dengan beratnya penyakit, tingginya
kadar aminotransferase serum , atau kerusakan jaringan hati pada biopsi. Pada
berhubungan dengan beratnya nekrosis jaringan hati yang dapat berubah dari
Gagal hati fulminan terjadi pada tidak lebih dari 1% penderita hepatitis B
serum sehingga ribuan unit. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya reaksi
imunologis yang berlebihan dan menyebabkan nekrosis jaringan hati yang luas.
4. Pengidap Sehat
Pada golongan ini tidak didapatkan gejala penyakit hati dan kadar
aminotransferase serum dalam batas normal. Dalam hal ini terjadi toleransi
imunologis sehingga tidak terjadi kerusakan pada jaringan hati. Kondisi ini sering
terjadi pada bayi didaerah endemik yang terinfeksi secara vertikal dari ibunya.
Prognosis bagi pengidap sehat adalah membaik (anti HBe positif) sebesar 10%
setiap tahun, menderita sirosis pada umur diatas 30 tahun sebesar 1% dan
3.7 DIAGNOSIS
saat awal infeksi HBV terjadi toleransi imunologis, dimana virus masuk kedalam
sel hati melalui aliran darah. Dan dapat melakukan replikasi tanpa adanya
kerusakan jaringan hati dan tanpa gejala klinis. Pada saat ini DNA HBV, HBsAg,
dengan akibat kerusukan sel hati yang terinfeksi. Pada akhirnya penderita dapat
lemak. Penyebab lain dari hepatitis kronis pada anak termasuk penyakit
3.9 PENATALAKSANAAN
Pada hepatitis virus akut, sebagian besar kasus akan sembuh dan sebagian
masukan per oral, kadar SGOT-SGPT >10 kali nilai normal atau bila ada
kecurigaan hepatitis fulminan. Namun idak demikian pada neonatus, bayi, dan
anak dibawah 3 tahun dimana infeksi HBV tidak menimbulkan gejala klinis
hepatitis akut dan sebagian besar (80%) akan menjadi kronis. Pengobatan
hepatitis B kronis merupakan masalah yang sulit dan sampai saat ini hasilnya
adalah penyembuhan total dari infeksi HBV sehingga infeksi tersebut dieliminasi
penderita dengan replikasi aktif (ditandai dengan HBeAg dan DNA HBV serum
1. Interferon Alfa
tiga kali dalam seminggu, diberikan selama 16 minggu. Efek samping interferon
Efek sistemik dapat berupa lelah, panas, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri
sendi, anoreksia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, nyeri perut, dan
rambut rontok.
Efek auto imun ditandai dengan timbulnya auto antibodi, antibody anti-
bronchitis, sinusitis, abses kulit, infeksi saluran kemih, peritonitis, dan sepsis.
2. Analog nukleosida
Child-Pugh.
dekompensasi hati.
pemberian lamivudin terjadi mutasi YMDD pada HBV, maka dapat diberikan
Kombinasi terapi antara interferon dengan lamivudin tidak lebih baik dibanding
2
pengobatan lamivudin saja.
25
3.10 KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan akut terjadi lebih sering pada HBV daripada virus
hepatitis lain, dan risiko hepatitis fulminan lebih lanjut naik bila ada
waktu yang dibutuhkan untuk regenerasi sel hati adalah satu per satu.
3.11 PENCEGAHAN
Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau HBsAg positif dapat
1. berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 mL IM dalam 12 jam setelah lahir
disuntikkan pada paha sisi lainnya dalam waktu 24 jam setelah lahir (paling
infeksi.
26
yang dilahirkan dari ibu yang HBsAg negative mendapat dosis vaksin pertama
pada saat lahir, kedua pada umur 1-2 bulan, dan ketiga 6 bulan.
20% termasuk Negara dengan endemisitas sedang sampai dengan tinggi, dengan
transmisi verikal 48%. Oleh karena itu, strategi yang paling tepat untuk Indonesia
bertahan untuk beberapa tahun. Vaksin akan berinteraksi dengan system imun dan
umumnya menghasilkan respons imun yang sama dengan yang dihasilkan oleh
infeksi alami, tetapi penerima vaksin tidak menjadi sakit atau terserang
antara lain adanya antibodi maternal, sifat dan dosis antigen, cara
antara lain, umur, status nutrisi, genetik, dan penyakit yang sedang diderita. 3,4
bagian dari virus dan tidak mengandung virus hidup. Oleh karena itu,
merupakan HBsAg murni yang terikat dengan adjuvant alum. HBsAg adalah
5
Vaksin Derivat Plasma
membentuk partikel sferis dan tubular berukuran 22mm. vaksin HB dibuat dengan
memurnikan partikel HBsAg yang berasal dari plasma pengidap. Bahan vaksin
diinaktivasi untuk menjamin tidak ada lagi virus maupun mikro-organisme lain
yang infeksius. Vaksin HB asal plasma telah diberikan pada lebih dari 70 juta
Farma dengan teknologi KGCC (Koren Green Cross Corporation) sejak 1991
sampai dengan 1998. Vaksin HB asal plasma ini memiliki beberapa keterbatasan
Keterbatasan ini menyebabkan harga vaksin asal plasma ini terlalu mahal
Vaksin Rekombinan HB
Vaksin HB ini dibuat dari yeast atau sel mamalia, sel-sel ini berisi
plasmid yang sudah disisipi gen HBsAg, sehingga dengan replikasi yeast maka
29
Bentuk HBsAg sferis yang dihasilkan serupa dengan partikel sferis 22 nm alami,
baik dalam hal komposisi kimia maupun imunogenisitasnya. Vaksin HB ini dapat
diproduksi dalam jumlah tidak terbatas di dalam fermentor, sehingga tak ada lagi
pemakaian vaksin asal plasma. Sejak tahun 1998 program nasional telah
Setelah 3 x suntikan IM, lebih dari 90 % orang dewasa sehat dan lebih dari
95 %bayi dan anak usia kurang dari 19 tahun akan memberikan repons imun yang
deltoideus untuk anak besar dan orang dewasa, sedangkan pada bayi sebaiknya
vaksinasi akan menurun dengan waktu, tetapi immune memory akan menetap
infeksi HBV yang serius (klinis, antigenemia, kelainan fungsi HB). Paparan
4
Vaksin HB dalam kemasan uniject
Uniject adalah alat suntik terbuat dari plastic yang disposable, pre-filled
dengan obat dosis tunggal. Obatnya tertutup rapat dalam blister, dengan jarum
penggunaan ulang alat suntik, sehingga menjamin safe infection, tidak ada
adalah calon vaksin yang dalam kondisi tertentu dapat dipakai di luar rantai
dingin, hal ini bertujuan agar dapat memperluas cakupan imunisasi universal pada
bayi.
31
adalah : 5
tempat masuknya
virus, seperti pemakaian sikat gigi, sisir, alat pencukur rambut pribadi