LEUKOPLAKIA
Oleh :
Pembimbing :
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LEUKOPLAKIA
Oleh:
Abdul Fatah R H G99181001
c. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk klinisnya Bucket dalam Patterson (2004)
menggolongkan leukoplakia dalam 3 jenis:
1) Homogenous leukoplakia (leukoplakia kompleks)
Suatu lesi setempat atau bercak putih yang luas, memperlihatkan suatu
pola yang relatif konsisten, permukaan lesi berombak-ombak dengan
pola garis-garis halus, keriput atau papilomatous.
2) Nodular leukoplakia (bintik-bintik)
Suatu lesi campuran merah dan putih, dimana nodul-nodul keratotik
yang kecil tersebar pada bercak-bercak atrofik (eritroplaqueik) dari
mukosa.Dua pertiga dari kasus menunjukkan tanda-tanda displasia
epitel atau karsinoma pada pemeriksaan histopatologik.
3) Verrucous leukoplakia
Lesi putih di mulut, dimana permukaannya terpecah oleh banyak
tonjolan seperti papila yang berkeratinisasi tebal, serta menghasilkan
suatu lesi pada dorsum lidah.
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis lengkap,
pemeriksaan klinis rutin yang teliti (bentuk morfologi lesi, warna,
predileksi tempat dan perubahan-perubahan serta perbedaan-perbedaan
dengan jaringan sekitar) dan yang terakhir dengan pemeriksaan biopsi.
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, kesehatan umum,
kebiasaan sehari-hari misalnya merokok, minum alkohol, mengunyah
sirih dan menyuntil tembakau. Dahulu, penderita leukoplakia
didominasi oleh usia lanjut akibat penurunan daya tahan tubuh.
Namun sekarang lebih didominasi oleh usia muda akibat konsumsi
rokok. Frekuensi penderita pria dan wanita adalah seimbang karena
sudah banyak wanita yang merokok.
b. Gambaran Klinis
Pada keadaan awal, lesi tidak terasa pada perabaan, agak bening dan
putih keruh. Selanjutnya plaque meninggi dengan tipe yang
berkembang tidak teratur. Lesi berwarna putih kabur. Kemudian lesi
menjadi tebal, berwarna putih, menunjukkan adanya pengerasan,
membentuk fisura-fisura dan terakhir adalah pembentukan ulser.
Gambaran klinis leukoplakia bentuk homogen (kecuali yang didasar
mulut) cenderung mempunyai risiko displasia rendah, namun nodular,
speckled dan erosiva mempunyai risiko tinggi, khususnya jika
mempunyai displasia berat. Bentuk-bentuk lesi leukoplakia yang
kemudian berubah menjadi ganas adalah bentuk verukosa dan bentuk
nodular.
c. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologis akan membantu menentukan
penegakan diagnosis leukoplakia. Bila diikuti dengan pemeriksaan
histopatologi dan sitologi, akan tampak adanya perubahan keratinisasi
sel epitelium, terutama pada bagian superfisial. Secara mikroskopis,
perubahan ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu hiperkeratosis,
hiperparakeratosis, akantosis, diskeratosis atau displasia, carcinoma
in situ.
f. Diagnosis Banding
Leukoplakia memiliki gambaran klinis yang mirip dengan beberapa
kelainan. Oleh karena itu, diperlukan adanya “diferensial diagnosis” atau
diagnosis banding untuk membedakan apakah kelainan tersebut adalah lesi
leukoplakia atau bukan. Pada beberapa kasus, leukoplakia tidak dapat
dibedakan dengan lesi yang berwarna putih di dalam rongga mulut tanpa
dilakukan biopsy. Jadi, cara membedakannya dengan leukoplakia adalah
dengan pengambilan biopsi. Ada beberapa lesi berwarna putih yang juga
terdapat dalam rongga mulut, yang memerlukan diagnosis banding dengan
leukoplakia. Lesi tersebut antara lain: syphililitic mucous patches; “lupus
erythematous” dan ” white sponge nevus”; infeksi mikotik, terutama
kandidiasis; white folded gingivo stomatitis; serta terbakarnya mukosa
mulut karena bahan-bahan kimia tertentu, misalnya minuman atau
makanan yang pedas.
(Amin, 2010)
g. Terapi
Manajemen penanganan leukoplakia adalah untuk mendeteksi dan
mencegah transformasi menjadi keganasan. Pertama-tama dengan
penghentian aktivitas beresiko seperti merokok hingga dibutuhkannya
evaluasi secara histologis. Derajat displasia dapat membantu dalam
pemilihan terapi. Leukoplakia resiko keganasan rendah (tidak ada displasia
atau displasia sederhana) dapat dilakukan pembuangan lesi baik secara
keseluruhan ataupun tidak. Pilihannya tergantung faktor lain seperti lokasi,
ukuran, dan keterlibatan pasien dengan merokok. Keberadaan displasia
epitel sedang atau berat disarankan dengan penanganan operatif (Napier,
2008).
Penanganan operatif dapat mengunakan bedah konvensional,
elektrokauterisasi, atau cryosurgery. Leukoplakia kambuhan setelah
penangan bedah eksisi dapat terjadi pada lebih dari 10% kasus. Cryotherapy
tidak dianggap sebagai terapi lini pertama dari leukoplakia sebab memiliki
resiko timbulnya jaringan parut pascaoperasi dan menyebabkan kontraksi
jaringan. Perawatan medis menggunakan agen kemopreventif lokal dan
sistemik seperti vitamin A dan retinoid, beta karoten, likopen, ketorolac
(obat kumur), bleomycin lokal dan campuran teh yang digunakan secara
topikal atau sistemik bermanfaat dapat mengurangi lesi. Pilihan lain adalah
pengamatan terhadap leukoplakia secara klinis dan histologis tanpa
pengobatan lain. Pilihan ini digunakan untuk mengamati transformasi
keganasan dan memperkirakan pengobatan spesifik berikutnya (Lodi,
2008).
h. Prognosis
Apabila permukaan jaringan yang terkena lesi leukoplakia secara
klinis menunjukkan hiperkeratosis ringan maka prognosisnya baik. Tetapi,
bila telah menunjukkan proses diskeratosis atau ditemukan adanya sel-sel
atipia maka prognosisnya kurang menggembirakan, karena diperkirakan
akan berubah menjadi suatu keganasan.
DAFTAR PUSTAKA