BLIGHTED OVUM
Disusun oleh:
Indah Khairunnisa
20184010136
Pembimbing:
Disusun oleh:
Indah Khairunnisa
20184010136
Diajukan kepada:
PRESENTASI KASUS
Blighted Ovum
Disusun oleh:
Indah Khairunnisa
20184010136
Dokter Pembimbing
Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mengikutiujianakhir di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan juga untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kehamilan tidak berkembang.
Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat baik ini
perkenankanlah penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga
mampu menyelesaikan Presentasi Kasus ini dengan baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 195
per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2019 kematian ibu bisa lebih
berkurang menjadi 60-80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu
sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-30% sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain. Dan juga kematian ibu disebabkan oleh keterlambatan rujukan dan
transportasi yang sulit (Niken, 2009). Diperkirakan di seluruh dunia blighted ovum
kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke
dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam pemeriksaan urin diperoleh
hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan mengalami keguguran saat trimester pertama
kantung lebih dari 20 mm akan tetapi tidak ditemukan embrio di dalamnya. Dalam
kantung gestasi juga tidak ditemukan denyut janin. Blighted ovum cendeung mengarah
Seorang wanita yang mengalami blighted ovum atau kehamilan kosong juga
merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada
awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut,
bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun
positif.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Alamat : Bantul
Identitas suami
Nama : Tn. SM
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Bantul
B. Anamnesa
1. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir, banyak dan
ada prongkol-prongkolnya
Pasien G1P0A0 usia 22 tahun usia kehamilan 9 minggu datang dari poli
lalu. Sejak 2 terakhir darah yang keluar bertambah banyak dan disertai
sebelum masuk Rumah Sakit. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit menurun : Penyakit DM, hipertensi, gangguan jantung dan
asma disangkal
disangkal
5. Riwayat menstruasi
HPHT :
HPL :2
6. Riwayat obstetri
G1P0A0
I : Hamil ini.
7. Riwayat ANC
ANC baru dilakukan 2x, 1 kali di BPM dan 1x pada saat pasien datang
ke poli kebidanan
8. Riwayat menikah
9. Riwayat ginekologi
Riwayat KB :-
Riwayat keputihan :-
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
RR : 22 kali/menit
N : 88 kali/menit
S : 37.2° C
f. Leher :
pembesaran
- Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar
g. Dada : DBN
h. Abdomen
- Palpasi : Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), massa (+)
i. Pemeriksaan dalam:
j. Ekstremitas :
A. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 12.0-16.0 d/dl
Lekosit 12.32 4.00 – 11.00 10^3/uL
Eritrosit 4.80 4.00 – 5.00 10^6/uL
Trombosit 395 150 – 450 10^3/uL
Hematokrit 40.4 36.0 – 46.0 vol%
HITUNG JENIS
Eosinofil 7 2–4 %
Basofil 7 0–1 %
Batang 1 2–5 %
Segmen 4 51 – 67 %
Limfosit 26 20 – 35 %
Monosit 6 4–8 %
GOL. DARAH
Golongan Darah B
HEMOSTASIS
PPT 12.2 12.0 – 16.0 Detik
APTT 27.4 28.0 – 38.0 Detik
Control PPT 14.0 11.0 – 16.0 Detik
Control APTT 31.6 28.0 – 36.5 Detik
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 53 <31 U/L
SGPT 59 <31 U/L
FUNGSI GINJAL
Ureum 15 17 – 43 Mg/dl
Creatinin 0.57 0.60 – 1.10 Mg/dl
DIABETES
Glukosa Darah 113 80 – 200 Mg/dl
Sewaktu
ELEKTROLIT
Natrium 138 137.0 – 145.0 Mmol/l
Kalium 4.4 3.50 – 5.10 Mmol/l
Klorida 102 98.0 – 107.0 Mmol/l
SERO –
IMUNOLOGI
HEPATITIS
HbsAg Titer Negatif Negatif
HIV
HIV Screening Non reaktif Non reaktif
B. Diagnosis klinis
Dx : G1P0A0 hamil UK 8 minggu dengan blighted ovum
C. Penatalaksanaan
Kuretase
D. Follow up
Tanggal Follow up
17/7/2018 S : Pasien mengatakan keluar flek dari jalan
12.20 lahir
O : KU baik, CM, Flek +
A : G1P0A0 hamil uk. 9 minggu dengan
blighted ovum
P : Misoprostol ½ tab (100 mcq) / 6 jam
Kuretase
18/7/2018 S : Keluhan, PPV (+)
05.00 O : KU Baik, CM
TD : 120/90 mmHg , N : 80 x/menit, R : 22
x/menit, T:36,7oC
A : G1P0A0 Hamil 12 minggu, BO
P : Pro Kuretase Hari ini
18/7/2018 Telah dilakukan kuretase a/i Blighted Ovum,
10.30 P3A1
instruksi post OP :
- Amoxicilin 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- SF 1x200 mg
E. Laporan tindakan
Prosedur Operasi
- Sondae uteri AF 8 cm
- Dilakukan kuretase keluar
Jaringan ± 50 cc
Darah ± 50 cc
- Kontrol perdarahan
- Kuretase selesai
- SF 1 x 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAK
A. Definisi
Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan
kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong
kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga
tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada
janin di dalamnya. Blighted ovum ini terjadi biasanya pada usia kehamilan 14-16
Kelainan ini merupakan suatu kalianan kehamilan yang baru terdeteksi setelah
kehamilan 7–8 minggu pada USG didapatkan kantong gestasi yang tidak
berkembang atau pada diameter 2,5 cm tidaka ada gambaran embrio. Saat USG
pertama perlu dilakuakn evaluasi lanjutan yaitu USG 2 minggu kemudian, jika tetap
tidak ditemukan embrio dalam kantong gestasi dan kanting gestasi sudah mencapai
25 mm bisa dipastikan bahwa ini adalah blighted ovum. Pengelolaan kasus ini
adalah dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase secara elektif
(Sarwono, 2009).
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta
tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur
(ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di
tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar
B. Etiologi
Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum saat
ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Penyebab
paling ering dari blighted ovum adalah genetik. Hal ini sering disebabkan oleh cacat
kromosom dari sperma atau telur berkualitas rendah (terlalu banyak atau terlalu
Gerbang Klinis), L trisomi adalah kelainan kromosom janin mayor dalam kasus
keguguran sporadis (30% dari semua keguguran) dan 60% keguguran abnormal
dan triploidy (12% hingga 20%) menyumbang lebih dari 90% dari semua kelainan
dan Y. Namun, frekuensi trisomi ini bervariasi (Kromosom 16, 2, 13, 15, 18, 21, 22,
2. Kelainan imunologi
Perempuan dengan diabetes mellitus yang kadar HbA1c tinggi pada trisemster
pertama, resiko abortus dan malformasi janin meningkat signifikan. Diabetes jenis
insulin-dependen dengan kontrol kadar glukosa tidak adekuat punya peluang 2-3 kali
Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah anak yang dimiliki
juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong. Usia yang baik untuk
kehamilan yaitu 20 - 35 tahun, jika kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Bahkan alkohol dan rokok dalam jumlah sedikit saja dapat meningkatkan
risiko keguguran secara signifikan. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa
Menurut (Sanders, 2007), beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi :
1. Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil positif. Wanita
merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa ada yang lain
2. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih
kosong.
3. Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus diproduksi
IV. Patofisiologi
Pada trisemester pertama, kematian dari embrio atau fetus biasanya diawali oleh
ekspulsi spontan. Kematian biasanya diikuti dengan perdarahan pada desidua basalis.
Hal ini diikuti dengan nekrosis jaringan yang menstimulasi kontraksi uterus dan
ekspulsi. Gestasional sac yang intak bisa berisi hanya cairan atau bisa juga berisi embrio
atau fetus.
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu dengan
buruk atau terdapat infeksi TORCH), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali.
Hasil konsepsi akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi
tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan
bahwa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh
konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, dan
lainnya yang lazim dialami oleh ibu hamil, hal ini disebabkan plasenta menghasilkan
hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan
sinyal pada ovarium dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG tersebut yang menyebabkan timbulya gejala-
gejala kehamilan, dan menyebabkan test kehamilan positif. Hormon hCG ini biasa
V. Diagnosis
Cara mendiagnosis blighted ovum adalah dengan melihat manifestasi klinik, tanda dan
Tes kehamilan
hormon hCG pada serum atau urin. Indikator pada alat test akan menunjukan positif
Pemeriksaan ultrasound
kosong tanpa embrio yang menegaskan diagnosis dari blighted ovum. Kriteria
memperlihatkan kantung gestasi dengan diameter rata-rata (MGD) lebih besar dari 25
mm dan tidak ada yolk sac, atau MGD> 25 mm tanpa embrio. Pencitraan
jantung. ”
VI. Penatalaksanaan
1. Manajemen ekspektan
Metode ini adalah dengan menunggu sampai jaringan mati sendiri jika ada
bercak atau menunggu satu minggu lagi (9 minggu) untuk melihat apakah ada
2. Medikamentosa
semua jaringan dan mungkin memiliki lebih banyak perdarahan dan efek
3. Bedah
Produr ini adalah dengan dilatasi dan kuretase (D dan C) sesuai dengan pedoman
(Sarwono, 2009).
Aborsi bedah sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan dengan cara mula-
dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum (kuretase isap)
atau keduanya. Sedangkan jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu dilakukan dilatasi
dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh
destruksi mekanis dan evakuasi bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap
maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa
jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama dengan (D&E) yang membedakan
pada (D&X) sebagian dari janin di ekstrasi melalui serviks yang telah membuka
(Leveno, 2009).
Penanganan :
Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan
perdarahan.
2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.
Penanganan :
Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi untuk
dilakukan laparatomi.
3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil
Penanganan
kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4
kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan
hebat.
Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri yaitu memposisikan
cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu, memberikan oksitosin, kompresi
bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis. Jika
semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah
4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya
menggunakan metergin dengan dosis oral 0,2 - 0,4 mg, 2-4 kali sehari selama 2 hari dan
IV/IM 0,2 mg, IM boleh diulang 2-4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010)
VII. BO Pathway
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien Ny. S usia 42 tahum G4P3A0 hamil usia 12 minggu
datang dari poli kebidanan dengan keluhan perdarahan antepartum dengan riwayat SC 3
tahun yang lalu. Lendir (+), darah (+), air ketuban (-), kencang-kencang (-). Pasien
mengatakan tidak ada riwayat jatuh, dipijit maupun minum jamu. Tidak ditemukan
adanya keluhan nyeri. Pasien mengeluhkan keluar darah seperti mestruasi sejak 3 hari
yang lalu, setelah itu pasien memeriksakan kandungannya ke Poli kebidanan RSPS dan
Interpretasi hasil USG : didapatkan gestational sac berukuran 2,26 cm dan tidak
didapatkan adanya yolk sac maupun calon embrio.
ovum yang mana pasien dinyatakan hamil dengan didukung hasil PP test (+), setelah itu
pasien mengalami perdarahan pada usia kehamilan 12 minggu, lalu hasil pemeriksaan
diperkuat dengan hasil USG yang memperlihatkan tidak adanya perkembangan janin
hanya perkembangan gestational sac saja. Oleh karena itu pasien didiagnosis blighted
ovum karena tidak terdapat perkembangan janin pada kandungannya. Banyak sekali
faktor yang dapat menyebabkan terjadiny blighted ovum ada wanita, tetapi untuk kasus
Ny. S ini kemungkinan faktor yang paling sesuai yaitu faktor usia dan paritas yang
mana usia Ny. S sudah 42 tahun dengan paritas > 3 kali dan itu sudah termasuk dalam
Untuk terapi yang diterapkan pada Ny. S ini yang pertama adalah pemberian
misoprostol 100 mcq/6 jam PO yang digunakan untuk pematangan serviks sebelum
tindakan kuretase. Setelah itu baru dilakukan kuretase yaitu untuk dilatasi serviks dan
KESIMPULAN
Perdarahan
Pervaginam
USG
(Gestational Sac 2,26
cm)
Blighted Ovum
KURETASE
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/
Dewi, Kusuma, dkk. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,
Jakarta.
gynecology and obstetrics. Int J Gynaecol Obstet. 2017 Jun 23 Published online
Manuaba. 2008. Gawat darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta; EGC.
Scanlon, V.C., dan Sanders, T. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology. F.A. Davis
Company. Philadelphia.