Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

BLIGHTED OVUM

Disusun oleh:

Indah Khairunnisa

20184010136

Pembimbing:

dr. I Nyoman Tritia W, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2019
PRESENTASI KASUS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian


Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:

Indah Khairunnisa

20184010136

Diajukan kepada:

dr. I Nyoman Tritia W, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Blighted Ovum

Disusun oleh:

Indah Khairunnisa

20184010136

Telah disetujui dan dipresentasikan pada:

Dokter Pembimbing

dr. I Nyoman Tritia W, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji penulis persembahkan kepada Allah


SWT atas segala nikmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan pesentasi kasus ini yang diberi judul “Blighted
Ovum”. Shalawat serta salam untuk junjungan alam Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.

Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mengikutiujianakhir di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan juga untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kehamilan tidak berkembang.

Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat baik ini
perkenankanlah penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga
mampu menyelesaikan Presentasi Kasus ini dengan baik.

2. dr. I Nyoman Tritia W, Sp.OGselaku dokter pembimbing dalam


menyelesaikan presentasi kasus ini.

3. Teman-teman Co-Assistensi seperjuangan di RSUD Panembahan Senopati


Bantul.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Bantul, 8 April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 195

per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2019 kematian ibu bisa lebih

berkurang menjadi 60-80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu

terbanyak disebabkan oleh perdarahan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi dari

keguguran. Menurut kejadian kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan

sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-30% sisanya sekitar 5% disebabkan

penyakit lain. Dan juga kematian ibu disebabkan oleh keterlambatan rujukan dan

transportasi yang sulit (Niken, 2009). Diperkirakan di seluruh dunia blighted ovum

merupakan 60% dari penyebab kasus keguguran, di ASEAN (association of southeast

asian nations) mencapai 51%.

Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk kantung

kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke

dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam pemeriksaan urin diperoleh

hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan mengalami keguguran saat trimester pertama

kehamilan (Hummel, 2005).

Blighted ovum merupakan kehamilan dimana kantung gestasi memiliki diameter

kantung lebih dari 20 mm akan tetapi tidak ditemukan embrio di dalamnya. Dalam

kantung gestasi juga tidak ditemukan denyut janin. Blighted ovum cendeung mengarah

pada keguguran yang tidak terdeteksi

Seorang wanita yang mengalami blighted ovum atau kehamilan kosong juga

merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada

awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut,
bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun

positif.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien

Nama : Ny. S

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Karyawan

Agama : Islam

Alamat : Bantul

Identitas suami

Nama : Tn. SM

Umur : 23 tahun

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Alamat : Bantul

B. Anamnesa

Tanggal 23 Maret 2019 pukul 15.00

1. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir, banyak dan

ada prongkol-prongkolnya

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien G1P0A0 usia 22 tahun usia kehamilan 9 minggu datang dari poli

kebidanan dengan keluhan mengalami perdarahan sejak 1 minggu yang

lalu. Sejak 2 terakhir darah yang keluar bertambah banyak dan disertai

prongkol-prongkol. Pasien juga sedang mengalami varicella sejak 3 hari

sebelum masuk Rumah Sakit. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit menurun : Penyakit DM, hipertensi, gangguan jantung dan

asma disangkal

Penyakit menular : TBC, HIV, PMS, hepatitis disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit menurun : DM, hipertensi, gangguan jantung, asma

disangkal

Penyakit menular : TBC, HIV, PMS, hepatitis disangkal

5. Riwayat menstruasi

HPHT :

HPL :2

6. Riwayat obstetri

G1P0A0

I : Hamil ini.

7. Riwayat ANC

ANC baru dilakukan 2x, 1 kali di BPM dan 1x pada saat pasien datang

ke poli kebidanan

8. Riwayat menikah

Menikah 1x dan sudah 1 tahun menikah

9. Riwayat ginekologi

Riwayat KB :-

Riwayat keputihan :-

10. Riwayat operasi: -


C. Pemeriksaan fisik
 Status Generalis:

- Keadaan Umum: Baik

- Kesadaran : Compos mentis

 Vital Sign :

TD : 110/70 mmHg

RR : 22 kali/menit

N : 88 kali/menit

S : 37.2° C

 Keadaan Gizi : cukup

Status gizi : BB 73,5 kg, TB 149 cm, LLA 24


 Status Generalis
a. Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata dan lurus rambut tidak

rontok dan tidak teraba benjolan

b. Mata : Conjungtiva Anemis (-│-)

Sklera Ikterik (-│-)

Pupil Bulat Isokor (3 mm│3 mm)

Reflek Cahaya (+│+)

c. Hidung : Discharge (-), deviasi (-), napas cuping hidung (-)

d. Telinga : Simetris kanan kiri

e. Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-)

f. Leher :

- Inspeksi : Trakea terletak di tengah, tiroid tidak tampak

pembesaran
- Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar

paratiroid (-), pembesaran KGB (-)

g. Dada : DBN

- Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

- Jantung : S1 dan S2 reguler

h. Abdomen

- Inspeksi : Perut terlihat distended

- Auskultasi : Bising usus (+)

- Perkusi : Timpani (+)

- Palpasi : Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), massa (+)

i. Pemeriksaan dalam:

j. Ekstremitas :

 Superior = Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik

 Inferior = Akral hangat (+/+), edema (+/+), CRT < 2 detik

A. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 12.0-16.0 d/dl
Lekosit 12.32 4.00 – 11.00 10^3/uL
Eritrosit 4.80 4.00 – 5.00 10^6/uL
Trombosit 395 150 – 450 10^3/uL
Hematokrit 40.4 36.0 – 46.0 vol%
HITUNG JENIS
Eosinofil 7 2–4 %
Basofil 7 0–1 %
Batang 1 2–5 %
Segmen 4 51 – 67 %
Limfosit 26 20 – 35 %
Monosit 6 4–8 %
GOL. DARAH
Golongan Darah B
HEMOSTASIS
PPT 12.2 12.0 – 16.0 Detik
APTT 27.4 28.0 – 38.0 Detik
Control PPT 14.0 11.0 – 16.0 Detik
Control APTT 31.6 28.0 – 36.5 Detik
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 53 <31 U/L
SGPT 59 <31 U/L
FUNGSI GINJAL
Ureum 15 17 – 43 Mg/dl
Creatinin 0.57 0.60 – 1.10 Mg/dl
DIABETES
Glukosa Darah 113 80 – 200 Mg/dl
Sewaktu
ELEKTROLIT
Natrium 138 137.0 – 145.0 Mmol/l
Kalium 4.4 3.50 – 5.10 Mmol/l
Klorida 102 98.0 – 107.0 Mmol/l
SERO –
IMUNOLOGI
HEPATITIS
HbsAg Titer Negatif Negatif
HIV
HIV Screening Non reaktif Non reaktif
B. Diagnosis klinis
Dx : G1P0A0 hamil UK 8 minggu dengan blighted ovum
C. Penatalaksanaan
Kuretase
D. Follow up
Tanggal Follow up
17/7/2018 S : Pasien mengatakan keluar flek dari jalan
12.20 lahir
O : KU baik, CM, Flek +
A : G1P0A0 hamil uk. 9 minggu dengan
blighted ovum
P : Misoprostol ½ tab (100 mcq) / 6 jam
Kuretase
18/7/2018 S : Keluhan, PPV (+)
05.00 O : KU Baik, CM
TD : 120/90 mmHg , N : 80 x/menit, R : 22
x/menit, T:36,7oC
A : G1P0A0 Hamil 12 minggu, BO
P : Pro Kuretase Hari ini
18/7/2018 Telah dilakukan kuretase a/i Blighted Ovum,
10.30 P3A1
instruksi post OP :
- Amoxicilin 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- SF 1x200 mg

E. Laporan tindakan
Prosedur Operasi

- Dalam stadium narkose dilakukan preparasi medan operasi

- Spekulum anterior dan posterior dipasang

- Sondae uteri AF 8 cm
- Dilakukan kuretase keluar

Jaringan ± 50 cc

Darah ± 50 cc

- Kontrol perdarahan

- Kuretase selesai

Instruksi Post Operasi


- Amoxicilin 3 x 500

- Asama mefenamat 3 x 500

- SF 1 x 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAK
A. Definisi
Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan

kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong

kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga

tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada

janin di dalamnya. Blighted ovum ini terjadi biasanya pada usia kehamilan 14-16

minggu akan terjadi abortus spontan (Sarwono, 2009).

Kelainan ini merupakan suatu kalianan kehamilan yang baru terdeteksi setelah

berkembangnya ultrasonografi. Diagnosis kelainan ini ditegakan pada usia

kehamilan 7–8 minggu pada USG didapatkan kantong gestasi yang tidak

berkembang atau pada diameter 2,5 cm tidaka ada gambaran embrio. Saat USG

pertama perlu dilakuakn evaluasi lanjutan yaitu USG 2 minggu kemudian, jika tetap

tidak ditemukan embrio dalam kantong gestasi dan kanting gestasi sudah mencapai

25 mm bisa dipastikan bahwa ini adalah blighted ovum. Pengelolaan kasus ini

adalah dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase secara elektif

(Sarwono, 2009).

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat

berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang

sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta

tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human

chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur

(ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di

dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan


seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena

tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar

hormon yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

B. Etiologi
Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum saat

ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Penyebab

paling ering dari blighted ovum adalah genetik. Hal ini sering disebabkan oleh cacat

kromosom dari sperma atau telur berkualitas rendah (terlalu banyak atau terlalu

sedikit kromosom di dalamnya). Faktor-faktor blighted ovum (Dwi W., 2013):

1. Adanya kelaianan genetik / kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma

dan sel telur.

Menurut Buckett, WM, dan Regan (Kegagalan Sporadis dan Berulang,

Gerbang Klinis), L trisomi adalah kelainan kromosom janin mayor dalam kasus

keguguran sporadis (30% dari semua keguguran) dan 60% keguguran abnormal

kromosom (keguguran rekuren). Trisomi dengan Monosomi X (15% hingga 25%)

dan triploidy (12% hingga 20%) menyumbang lebih dari 90% dari semua kelainan

kromosom yang ditemukan pada kasus keguguran sporadis.

Trisomi pada semua kromosom telah ditemukan kecuali untuk Chromosome 1

dan Y. Namun, frekuensi trisomi ini bervariasi (Kromosom 16, 2, 13, 15, 18, 21, 22,

menyumbang sebagian besar ketidaknormalan trisomi) . Menurut sebuah studi oleh

Edmonds pada tahun 1992, trisomi 16 yang paling sering menimbulkan

pertumbuhan embrio dengan kantung kosong, sementara trisomi lainnya sering

mengakibatkan kematian embrio awal.


Sebuah studi 1992 oleh Alberman melibatkan trisomi dan monosomi untuk

keguguran di puncak 9 minggu; sedangkan, keguguran triploidi terjadi pada 5

sampai 16 minggu kehamilan

2. Kelainan imunologi

Gangguan imunologis pada ibu seperti Disfungsi Sel NK, autoantibodi,

trombofilia herediter) dapat meningkatkan penolakan imunologi maternal embrio

implant di uterus yang mengakibatkan keguguran.

3. Diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Perempuan dengan diabetes mellitus yang kadar HbA1c tinggi pada trisemster

pertama, resiko abortus dan malformasi janin meningkat signifikan. Diabetes jenis

insulin-dependen dengan kontrol kadar glukosa tidak adekuat punya peluang 2-3 kali

lipat megalami diabetes.

4. Faktor usia dan paritas.

Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah anak yang dimiliki

juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong. Usia yang baik untuk

kehamilan yaitu 20 - 35 tahun, jika kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

termasuk hamil resiko tinggi.

5. Kebiasaan merokok dan alkohol.

Bahkan alkohol dan rokok dalam jumlah sedikit saja dapat meningkatkan

risiko keguguran secara signifikan. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa

risiko meningkat berhubungan dengan dosis konsumsi.


III. Manifestasi Klinik

Menurut (Sanders, 2007), beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi :

1. Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil positif. Wanita

merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa ada yang lain

pada payudara atau mual-mual.

2. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih

kosong.

3. Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus diproduksi

oleh trofoblas di kantong.

4. Keluar bercak perdarahan dari vagina.

5. Rasa tidak nyaman di perut

IV. Patofisiologi

Pada trisemester pertama, kematian dari embrio atau fetus biasanya diawali oleh

ekspulsi spontan. Kematian biasanya diikuti dengan perdarahan pada desidua basalis.

Hal ini diikuti dengan nekrosis jaringan yang menstimulasi kontraksi uterus dan

ekspulsi. Gestasional sac yang intak bisa berisi hanya cairan atau bisa juga berisi embrio

atau fetus.

Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu dengan

sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kulaitas telur/sperma yang

buruk atau terdapat infeksi TORCH), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali.

Hasil konsepsi akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi

tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan

bahwa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh
konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, dan

lainnya yang lazim dialami oleh ibu hamil, hal ini disebabkan plasenta menghasilkan

hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan

sinyal pada ovarium dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil

konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG tersebut yang menyebabkan timbulya gejala-

gejala kehamilan, dan menyebabkan test kehamilan positif. Hormon hCG ini biasa

disebut sebagai hormon kehamilan.

V. Diagnosis

Cara mendiagnosis blighted ovum adalah dengan melihat manifestasi klinik, tanda dan

gejala, test kehamilan serta USG.

Tes kehamilan

Pemeriksaan bisa menggunakan urin atau serum. Akan terjadi peningkatan

hormon hCG pada serum atau urin. Indikator pada alat test akan menunjukan positif

lemah ( biasanya berwarna pink bukan merah).

Pemeriksaan ultrasound

Pemeriksaan USG (transabdominal atau transvaginal) menunjukkan kantung

kosong tanpa embrio yang menegaskan diagnosis dari blighted ovum. Kriteria

ultrasonografi untuk diagnosis adalah sebagai berikut:

Menurut Campion et al. (2013), "Kehamilan anembryonic jika di USG transvaginal

memperlihatkan kantung gestasi dengan diameter rata-rata (MGD) lebih besar dari 25

mm dan tidak ada yolk sac, atau MGD> 25 mm tanpa embrio. Pencitraan

transabdominal tanpa transvaginal mungkin cukup untuk mendiagnosis blighted ovum


ketika embrio yang memiliki panjang 15 mm atau lebih tidak terlihat adanya aktivitas

jantung. ”

Ada kriteria diagnostik lain yang digunakan untuk mengkonfirmasikan

dengan ultrasound. “Menurut Encyclopedia of Medical Imaging”, kriteria untuk

diagnosis gangguan ovum adalah:

• Kegagalan untuk mengidentifikasi embrio dalam kantung kehamilan berukuran

setidaknya 20 mm melalui ultrasound transabdominal.

• Kegagalan untuk mengidentifikasi embrio dalam kantung kehamilan berukuran sekitar

18 mm atau lebih melalui ultrasound transvaginal.

• Gagal mengidentifikasi yolk sac di kantung kehamilan berukuran 13 mm atau lebih.

Di Inggris, Royal College of Obstetricians dan Gynecologists

merekomendasikan dokter untuk menggunakan pedoman baru untuk

mendiagnosablighted ovum, yaitu dengan memantau kantung kehamilan yang sedang

tumbuh hingga mencapai setidaknya 25 mm.

Pengujian / Histopatologi Genetika (Karyotyping of the conceptus)

Pada pemeriksaan ini akan menunjukkan trisomi, monosomi atau triploidy

seperti yang dibahas sebelumnya di bagian etiologi.

VI. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk blighted ovum adalah sebagai berikut :

1. Manajemen ekspektan
Metode ini adalah dengan menunggu sampai jaringan mati sendiri jika ada

bercak atau menunggu satu minggu lagi (9 minggu) untuk melihat apakah ada

tanda janin di kantung kehamilan.

2. Medikamentosa

Untuk pengobatan medikamentosa yaitu dengan menggunakan misoprostol.

Namun, mungkin diperlukan beberapa hari bagi tubuh untuk mengeluarkan

semua jaringan dan mungkin memiliki lebih banyak perdarahan dan efek

samping. Dosis yang dianjurkan misoprostol adalah menurut Federasi

Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO), pedoman 2017 seperti yang

dipublikasikan dalam artikel oleh Morris et al., 2017.

3. Bedah

Produr ini adalah dengan dilatasi dan kuretase (D dan C) sesuai dengan pedoman

nasional atau internasional. Prosedur ini melibatkan dilatasi serviks dan


pengangkatan isi rahim. Ahli patologi dapat memeriksa jaringan untuk

memastikan penyebab keguguran. Karena prosedur ini segera menghilangkan

jaringan, itu membawa penyembuhan mental dan fisik lebih cepat.

Terminasi kehamilan dengan dilatasi serviks dan dilanjutkan dengan kuretase

(Sarwono, 2009).

Aborsi bedah sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan dengan cara mula-

mula membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan secara mekanis yaitu

dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum (kuretase isap)

atau keduanya. Sedangkan jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu dilakukan dilatasi

dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh

destruksi mekanis dan evakuasi bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap

maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa

jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama dengan (D&E) yang membedakan

pada (D&X) sebagian dari janin di ekstrasi melalui serviks yang telah membuka

(Leveno, 2009).

Komplikasi post kuretase:

1. Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum.

Penanganan :

Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan

perdarahan.

2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.

Penanganan :

Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi untuk

dilakukan laparatomi.
3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil

konsepsi perdarahan memanjang.

Penanganan

Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah dan

kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4

kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan

hebat.

Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri yaitu memposisikan

pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang kontraksi uterus dengan

cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu, memberikan oksitosin, kompresi

bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis. Jika

semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah

konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan histerektomi (Sarwono, 2009).

4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya

Penanganan berikan profilaksis dengan pemberian urotonika. Profilaksis

menggunakan metergin dengan dosis oral 0,2 - 0,4 mg, 2-4 kali sehari selama 2 hari dan

IV/IM 0,2 mg, IM boleh diulang 2-4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010)
VII. BO Pathway

(Sarwono & Manuaba, 2010)


BAB IV

PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien Ny. S usia 42 tahum G4P3A0 hamil usia 12 minggu

datang dari poli kebidanan dengan keluhan perdarahan antepartum dengan riwayat SC 3

tahun yang lalu. Lendir (+), darah (+), air ketuban (-), kencang-kencang (-). Pasien

mengatakan tidak ada riwayat jatuh, dipijit maupun minum jamu. Tidak ditemukan

adanya keluhan nyeri. Pasien mengeluhkan keluar darah seperti mestruasi sejak 3 hari

yang lalu, setelah itu pasien memeriksakan kandungannya ke Poli kebidanan RSPS dan

didapatkan hasil USG sebagai berikut :

Interpretasi hasil USG : didapatkan gestational sac berukuran 2,26 cm dan tidak
didapatkan adanya yolk sac maupun calon embrio.

Seharusnya, USG untuk usia kehamilan 12 minggu sudah terbentuk adanya


gestational sac, yolk sac dan juga embrio. Tapi pada pasien ini hanya terbentuk
gestational sac saja.
Manifestasi klinis pada pasien Ny. S ini sesuai dengan manifestasi blighted

ovum yang mana pasien dinyatakan hamil dengan didukung hasil PP test (+), setelah itu

pasien mengalami perdarahan pada usia kehamilan 12 minggu, lalu hasil pemeriksaan

diperkuat dengan hasil USG yang memperlihatkan tidak adanya perkembangan janin

hanya perkembangan gestational sac saja. Oleh karena itu pasien didiagnosis blighted

ovum karena tidak terdapat perkembangan janin pada kandungannya. Banyak sekali

faktor yang dapat menyebabkan terjadiny blighted ovum ada wanita, tetapi untuk kasus

Ny. S ini kemungkinan faktor yang paling sesuai yaitu faktor usia dan paritas yang

mana usia Ny. S sudah 42 tahun dengan paritas > 3 kali dan itu sudah termasuk dalam

usia resiko tinggi kehamilan.

Untuk terapi yang diterapkan pada Ny. S ini yang pertama adalah pemberian

misoprostol 100 mcq/6 jam PO yang digunakan untuk pematangan serviks sebelum

tindakan kuretase. Setelah itu baru dilakukan kuretase yaitu untuk dilatasi serviks dan

pengankatan isi rahim.


BAB V

KESIMPULAN

Faktor Usia (42 Tahun) PP TEST +


Dan Hamil UK. 12 minggu
Paritas (>3x)

Perdarahan
Pervaginam

USG
(Gestational Sac 2,26
cm)

Blighted Ovum

Misoprostol 100 mcq/ 6


jam

KURETASE
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Leveno et al. 23rd edition Williams Obstetric. Mc GrawHill Companies.

United States. 2010.

Chaudhry K, Siccardi Ma. Blighted Ovum (Anembryonic Pregnancy) [Updated 2018

May 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls

Publishing; 2018Jan. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/

Dewi, Kusuma, dkk. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,

Jakarta.

Morris , et al. FIGO's updated recommendations for misoprostol used alone in

gynecology and obstetrics. Int J Gynaecol Obstet. 2017 Jun 23 Published online

2017 Jun 23. doi: 10.1002/ijgo.12181.

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetric Williams Panduan Ringkas. Jakarta : EGC.

Manuaba. 2008. Gawat darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial

untuk Profesi Bidan. Jakarta ; EGC.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta; EGC.

Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan..Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Scanlon, V.C., dan Sanders, T. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology. F.A. Davis

Company. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai