Judul :
Abstrak :
Nama : An. D
Umur : 8 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Umbulharjo
Seorang pasien anak perempuan dengan umur 8 tahun di rawat inap dengan
keluhan utama nyeri sendi dan tidak dapat berjalan. 6 hari sebelumnya
pasien jatuh karena memakai sepatu hak tinggi dan mencederai sendi
kakinya. Satu hari kemudian timbul ruam dan pasien mulai demam pukul
19:00 malam. Keesokan harinya nyeri mulai terasa jelas di seluruh
persendian ekstremitas bawah dan terdapat bengkak didekan sendi tersebut,
ruam juga semakin jelas terlihat. Karena pasien mengeluh sakit ketika
berjalan lalu dibawa ke puskesmas. Pasien diberikan obat penurun panas
dan dirujuk ke RSUD Jogja Wirosaban. Sesampainya di rumah sakit keluhan
bertambah (t= 36,7 celcius, Respirasi 26x/menit, Nadi 108x/menit, Tekanan
Darah 120/90). Didapatkan bengkak di kedua ekstremitas atas berwarna
kebiru-biruan. Timbul juga bengkak di pelipis, periorbital serta luka
spontan pada medial paha. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan
kepala terdapat hematom di pelipis dan periorbital. Pemeriksaan thorax
dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan
ekstremitas terdapat hematom pada ekstremitas atas dextra, nyeri tekan
dan edema pada kedua ekstremitas bawah serta didapatkan pula palpable
purpura.
Diagnosis:
Terapi:
6. Monitor keadaan umum, tanda utama terutama tekanan darah dan gejala
klinis lainnya.
Diskusi :
3. Bowel angina
2. Diikuti minimal satu gejala berikut: nyeri perut difus, deposisi IgA
yang predominan (pada biopsi kulit), artritis akut dan kelainan ginjal
(hematuria dan atau proteinuria).
Kesimpulan :
Seorang pasien anak perempuan dengan umur 8 tahun di rawat inap dengan
keluhan utama nyeri sendi dan tidak dapat berjalan. 6 hari sebelumnya
pasien jatuh karena memakai sepatu hak tinggi dan mencederai sendi
kakinya. Satu hari kemudian timbul ruam dan pasien mulai demam. Diagnosis
HSP dicurigai karena adanya lesi yang khas berupa palpable purpura dengan
predileksi pada ekstremitas atas dan bawah serta di periorbital dan
pelipis pasien. Pada pemeriksaan fisik juga ditemui edema, hematom dan
luka baru spontan pada ekstremitas. Infeksi infeksi saluran pernafasan
akut yang dialami pasien diduga merupakan faktor pemicu terjadinya
vaskulitis sistemik dengan manifestasi HSP. Terapi yang diberikan pada
pasien bersifat simtomatis berupa steroid sebagai antiinflamasi untuk
mengurangi gejala rash yang dialami. Terapi antibiotik spectrum luas
diberikan atas indikasi demam. Prognosis pasien baik tanpa adanya
keterlibatan ginjal saat ini.
Referensi :
- Mills JA, Michel BA, Bloch DA, Calabrese LH, Hunder GG, Arend WP, et
al. The American College of Rheumatology 1990 Criteria for the
Classification of Henoch-Schonlein purpura. Arthritis Rheum. 1990;
33:1114-21.
- http://emedicine.medscape.com/article/780452
- http://www.patient.co.uk/doctor/Henoch-Schonlein-Purpura-(HSP).htm
- http://www.rheumatology.org/publications/classifi cation/hsp.asp
Penulis :
Ninda Frymonalitza
20120310191/20164011147