Anda di halaman 1dari 17

GOVERNANCE ISSN: 2406-8721

Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

KARAKTERISTIK KADER KESEHATAN DAN PERILAKU MENGGERAKKAN


MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH

Sadat Muhammad Harahap1, R. Hamdani Harahap2, Nurman Achmad3


1
Jl. T.M. Hanafiah No 1. Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara
2,3
Jl. Dr. Sofyan No 1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Email: sadatmh@student.usu.ac.id

Abstrak
Dalam upaya mencapai pembangunan daerah salah satu indikator utama ialah terwujudnya
masyarakat yang sehat. Salah satu persoalan penting dalam konteks kesehatan di Kota Tebing Tinggi
adalah penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk menyelesaikan persoalan
ini telah dibentuk kader juru pemantau jentik (Jumantik). Studi ini ingin melihat pengaruh
karakteristik kader Jumantik terhadap perilaku menggerakkan masyarakat dalam penanggulangan
DBD di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi pada tahun 2016. Metode penelitian yang
dipandangn relevan untuk menjawab studi ini ialah dengan menggunakan penelitian kuantitatif
dengan tipe explanatory research berbentuk survei. Lokasi penelitian ditetapkan pada Kecamatan
Bajenis Kota Tebing Tinggi dengan populasi penelitian adalah seluruh kader kesehatan yang
bertugas sebagai Jumantik yang berada di wilayah kerja Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
yang berjumlah 68 orang, dengan demikian sampel penelitian ini adalah seluruh populasi yakni
sebanyak 68 orang. Hasil penelitian ini mendapatkan pengetahuan dan penghasilan kader Jumantik
yang semaikin tinggi mempengaruhi prilaku mereka dalam menggerakan masyarakat.

Kata Kunci : Karakteristik, Prilaku, Kader Kesehatan, Pemerintah, Demam Berdarah Dengue.

Abstract
In an effort to achieve regional development one of the main indicators is the realization of a healthy
society. One of the important issues in the context of health in Kota Tebing Tinggi is the prevention of
disease Dengue Hemorrhagic Fever (Demam Berdarah Dengue; DBD). To solve this problem has
been formed cadre monitoring monitors larva (Jumantik). This study would like to see the effect of
characteristic of Jumantik cadres on the behavior of mobilizing society in DHF prevention in Bajenis
sub-district of Tebing Tinggi City in 2016. The research method that is considered relevant to answer
this study is to use quantitative research with explanatory research type in the form of survey. The
research location is determined at Bajenis Kota Tebing Tinggi District with the research population
are all health cadres serving as Jumantik located in the work area of Bajenis Kota Tebing Tinggi
District, which amounts to 68 people, thus the sample of this study is the entire population of 68
people. The results of this study to get knowledge and income of Jumantik cadres who are high on
their behavior influence in moving the community.

Keywords: Characteristics, Behavior, Health Cadre, Government, Dengue Hemorrhagic Fever,

1
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

PENDAHULUAN Fogging yang diberikan pemerintah,


Pengertian Demam Berdarah sedangkan dampak ekonomi yang terjadi
Dengue (DBD) adalah penyakit menular di beberapa negara berkaitan dengan
yang ditandai dengan panas (demam) dan pembiayaan kesehatan akibat DBD yang
disertai dengan perdarahan, disebabkan di keluarkan oleh pemerintah dan
oleh virus dengue (baca : dengge), masyarakat, seperti yang terjadi di Puerto
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Rico, Cuba, dan Thailand yang memakan
aegypti betina yang hidup di dalam dan di biaya hingga jutaan dolar amerika
sekitar rumah, dalam darah manusia virus termasuk kerugian akibat hilangnya
dengue akan mati dengan sendirinya pekerjaaan dan produktivitas, turunnya
dalam waktu lebih kurang satu minggu. kunjungan wisatawan, dan lainnya
Gejala/tanda DBD diawali dengan (Gubler, 2002).
mendadak panas tinggi selama 2-7 hari Pada tahun 1968 penyakit DBD
dan penderita tampak lemah/lesu, ulu hati pertama kali dijumpai di Indonesia bagian
terasa nyeri karena terjadi perdarahan di tengah tepatnya Provinsi Jawa Timur di
lambung, tampak bintik-bintik merah pada Kota Surabaya, akan tetapi konfirmasi
kulit seperti bekas gigitan nyamuk dan hasil penelitian virologist baru didapat
apabila kulit direnggangkan bintik merah pada tahun 1972. Sejak saat itu penyakit
tersebut tetap kelihatan yang disebabkan tersebut menyebar ke berbagai daerah.
pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit KLB terbesar pertama kali terjadi pada
(Depkes RI, 2006). tahun 1998, dengan incidence rate 35,19
Menurut Sukana (1993), upaya per 100.000 penduduk dengan case fatality
pemberantasan vektor demam berdarah rate 2% di seluruh wilayah Indonesia.
akan berhasil bila tingkat perkembangan Pada tahun 2004 penyebaran penyakit
sosial dan ekonomi masyarakat dapat DBD meningkat kembali dengan total
mendukung. Kegagalan dalam mencapai kasus DBD di seluruh propinsi di
atau mempertahankan upaya Indonesia mencapai 79.480 kasus dan
pemberantasan tidak hanya dipengaruhi jumlah kematian 800 orang, dengan kasus
oleh tingginya derajat penularan, tetapi tertinggi di Propinsi DKI Jakarta dengan
juga oleh perubahan lingkungan yang jumlah kasus 11.534 orang dan untuk
terjadi selama kegiatan pemberantasan angka kematian case fatality rate terdapat
berlangsung. Perubahan lingkungan di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan
tersebut dapat berdampak positif maupun 3,96% (Depkes RI, 2006).
negatif sesuai dengan peranan faktor Menurut Dinas Kesehatan Propinsi
masing-masing. Sumatera Utara (2015), daerah yang
Dampak sosial akibat DBD di tergolong endemis DBD di Provinsi
masyarakat berkaitan dengan pemberian Sumatera Utara selama tiga tahun berturut-
Fogging (pengasapan) nyamuk Aedes turut dari 2013-2015 adalah : 1) Medan, 2)
aegypti dewasa melalui kebijakan Deli Serdang, 3) Langkat, 4) Binjai, 5)
pemerintah sebagai upaya mengontrol Asahan, 6) Tebing Tinggi, 7) Pematang
terjadinya epidemi di suatu wilayah, dalam Siantar, 8) Karo, 9) Labuhan Batu; dan 10)
menangani DBD di tengah masyarakat, Labuhan Batu Utara. Menurut data
namun hal tersebut tidak efektif sebagai tersebut Kota Tebing Tinggi termasuk
pemberantasan sarang nyamuk, dan salah satu daerah endemis DBD. Kota
menjadikan masyarakat tidak ikut Tebing Tinggi merupakan pemerintahan
berpartisispasi dalam pemberantasan kota yang terdiri dari 5 kecamatan, 35
sarang nyamuk di lingkungan mereka, kelurahan, dan 9 puskesmas. Data dari
disebabkan keyakinan mereka terhadap Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
2
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

mengenai distribusi penyakit DBD di kota Menurut Notoatmodjo (2007),


Tebing Tinggi periode 2013-2015 secara perilaku sangat dipengaruhi oleh
rinci dapat dilihat pada berikut: karakteristik manusia itu sendiri, oleh
Data tersebut menunjukkan bahwa, sebab itu dalam membina dan
angka kejadian kasus DBD setiap tahun meningkatkan kesehatan masyarakat,
mengalami peningkatan, tercatat pada maka intervensi atau upaya yang
tahun 2015 mengalami peningkatan yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat
cukup tinggi dibandingkan dengan tahun strategis. Oleh sebab itu, apabila kader
sebelumnya, dengan jumlah penderita sudah mempunyai perilaku sehat, akan
sebanyak 195 kasus dengan incidence rate mudah ditiru oleh anggota masyarakat

Tabel: Distribusi penyakit DBD di kota Tebing Tinggi periode 2013-2015

Jumlah Jumlah Jumlah incidence case


No Tahun Penderita Penduduk Kematian rate fatality
rate
1 2013 153 149.065 - 103/100000 -

2 2014 177 154.804 1 114/100000 0.57%

3 2015 195 ±154.804 - 126/100000 -

126 per 100.000 penduduk, angka tersebut yang lain sehingga efevektivitas dalam
menunjukkan bahwa capaian tersebut penanggulangan DBD dapat tercapai.
masih jauh dari target nasional Masyarakat Kota Tebing Tinggi
berdasarkan Rencana Strategi Kemenkes umumnya memiliki sikap saling toleransi,
RI 2015-2019 yaitu 49 per 10000 rasa kebersamaan, dan kekeluargaan,
penduduk. bersifat paternalistik sehingga terdapat
Kemenkes RI (2014), menyatakan banyak panutan di masyarakat di
peran serta masyarakat dalam hal ini antaranya, tokoh masyarakat, aparatur
adalah peran serta sebagai kader Jumantik pemerintah sampai kepada kader
yang melaksanakan pemantauan jentik, masyarakat yang merupakan agen-agen
pemberantasan sarang nyamuk bersama perubahan di tengah masyarakat, mereka
masyarakat yang dilakukan secara rutin, memiliki peranan yang penting di dalam
meliputi kegiatan menguras, menutup, dan upaya pembangunan masyarakat.
mengubur atau memanfaatkan kembali Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui
barang – barang yang bernilai ekonomis. Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi telah
PSN DBD secara rutin dapat membantu melakukan perekrutan kader kesehatan
menurunkan kepadatan vektor, berdampak melalui kelurahan yang berada di wilayah
pada menurunnya kontak antara manusia kerja pemerintah kota. Adapun yang
dengan vektor, akhirnya terjadinya menjadi dasar perekrutan kader kesehatan
penurunan kasus DBD. di Kota Tebing Tinggi khususnya kader
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
3
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

juru pemantau jentik (Jumantik) adalah agar kelompok sasaran dapat mengelola
melalui buku panduan PSN-DBD oleh usahanya kemudian dapat memasarkan
Jumantik yang diterbitkan oleh Depkes RI dan membentuk siklus pemasaran yang
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit baik, begitu juga dengan pemberdayaan di
dan Penyehatan Lingkungan (Ditjend P2P bidang sosial, bertujuan untuk kelompok
dan PL) tahun 2007, sebagai upaya untuk sosial dapat menjalankan fungsi sosialnya
meningkatkan pemberantasan penyakit sesuai dengan peran dan tugas sosialnya,
DBD melalui kader Jumantik yang begitu juga bila dikaitkan dengan
merupakan katalisator dalam proses pemberdayaan masyarakat di bidang
pembangunan di masyarakat khususnya kesehatan merupakan suatu upaya atau
berkaitan dengan pemberdayaan proses untuk menumbuhkan kesadaran,
masyarakat. Data dari Dinas Kesehatan kemauan, dan kemampuan masyarakat
Kota Tebing Tinggi menjelaskan bahwa dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
jumlah kader Jumantik yang tercatat di melindungi, dan meningkatkan kesehatan
seluruh kota sebanyak 360 orang, di luar mereka sendiri melalui proses
kader kesehatan lainnya seperti kader memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan
Posyandu, kader Poskeskel dan kader untuk” masyarakat itu sendiri
Lansia. Kecamatan Bajenis sebagai tempat (Notoatmodjo, 2007).
penelitian ini berlangsung memiliki kader Berdasarkan uraian tersebut dapat
Jumantik yang berjumlah 68 orang. dipahami berkaitan dengan kajian ini
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin bahwa kehadiran kader Jumantik dalam
mengetahui pengaruh karakteristik kader hal ini bukan sebagai penentu atau
Jumantik terhadap perilaku menggerakkan pemaksa, tetapi seharusnya mampu
masyarakat dalam penanggulangan DBD menciptakan suasana dialogis dengan
di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi masyarakat dan mampu menumbuhkan,
menggerakkan, serta memelihara
KAJIAN TEORI partisipasi masyarakat sebagaimana agen
Konsep Pemberdayaan Masyarakat perubahan di tengah-tengah masyarakat,
Sumodiningrat (1995), menyatakan sesuai dengan pendapat Nasution (2004),
konsep pemberdayaan masyarakat berarti yang menyatakan kader Posyandu
meningkatkan kemampuan atau merupakan agen perubahan dalam bidang
meningkatkan kemandirian masyarakat kesehatan yang bekerja secara
dalam kerangka pembangunan nasional. profesional yang selalu berusaha
Bahari dalam Siagian dan Suriadi (2010), memotivasi dan menggerakkan
mengungkapkan pemberdayaan masyarakat agar berperilaku sehat yang
masyarakat dapat diartikan sebagai suatu pada gilirannya mempercepat momentum
proses pengupayaan masyarakat yang di akselerasi pergerakan paradigma sehat
dalamnya terkandung gagasan dan maksud yang diinginkan masyarakat Indonesia.
kesadaran tentang martabat dan harga diri,
hak-hak masyarakat mengambil sikap, Perilaku
membuat keputusan, dan selanjutnya Menurut Notoatmodjo (2003),
secara aktif melibatkan diri dalam Perilaku merupakan hasil daripada segala
menangani perubahan. macam pengalaman serta interaksi
Pemberdayaan masyarakat akan manusia dengan lingkungannya yang
memiliki target dan tujuan yang berbeda terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
sesuai dengan bidang pembangunan yang dan tindakan. Perilaku merupakan
ingin dicapai, misalnya tujuan respon/reaksi seorang individu terhadap
pemberdayaan di bidang ekonomi yaitu stimulus yang berasal dari luar maupun
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
4
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

dari dalam dirinya berkaitan dengan hal pengetahuan dasar tentang perilaku
tersebut juga menyatakan bahwa perilaku target, tentang di mana perilaku-perilaku
kesehatan pada dasarnya adalah respon itu terjadi dan faktor-faktor yang
seseorang (organisme) terhadap stimulus menentukan dan membuat stabil perilaku
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, tersebut. Riset dasar dalam perilaku
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta kesehatan akan meningkatkan efektivitas
lingkungan, yang dapat dibedakan atas 3 rancangan intervensi serta program untuk
kelompok yaitu : 1) Perilaku pemeliharaan membawa perubahan perilaku, Smet
kesehatan. 2) Perilaku pencarian dan (1994), menambahkan bahwa analisis
penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan perilaku berperan penting dalam
kesehatan, atau sering disebut perilaku menggiatkan program promosi kesehatan.
pencarian pengobatan (health seeking
behavior). 3) Perilaku kesehatan Karakteristik Personal
lingkungan. Menurut Blumm derajat
Sunaryo (2004) menyatakan kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat
perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:
yang diperlukan untuk menimbulkan lingkungan, kelengkapan fasilitas
reaksi, yang disebut rangsangan, dengan kesehatan, perilaku dan genetika. Dari ke
pengertian bahwa rangsangan tertentu empat faktor tersebut, perilaku
akan menghasilkan perilaku tertentu. merupakan faktor terbesar yang
Berkaitan dengan adanya memengaruhi kesehatan seseorang.
rangsangan terhadap perilaku Purwanto Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh
(2005), juga menjelaskan bahwa perilaku dua hal, yaitu faktor internal (umur,
individu tidak timbul dengan sendirinya pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan,
tetapi sebagai akibat dari adanya sikap dan berbagai faktor lainnya) dan
rangsangan baik dari dalam dirinya faktor eksternal (budaya, nilai-nilai,
sendiri maupun dari luar individu. Pada sosial, politik). Faktor internal sering juga
hakekatnya perilaku individu mencakup disebut sebagai karakteristik personal.
perilaku yang tampak (overt behaviour) Hal ini membuktikan bahwa karakteristik
dan perilaku yang tidak tampak (inert personal sangat berpengaruh terhadap
behaviour/covert behaviour). Perilaku sehat sakitnya seseorang (Notoatmodjo,
yang tampak adalah perilaku yang dapat 2007).
diketahui oleh orang lain tanpa
menggunakan alat atau metode tertentu, Kader Jumantik
sedangkan perilaku yang tidak tampak World Health Organization
adalah perilaku yang hanya dapat (WHO) (1995), menjelaskan melalui
dimengerti dengan menggunakan alat keberhasilan China dalam pembangunan
atau metode tertentu, misalnya berfikir, kesehatan masyarakat melalui pelayanan
sedih, berkhayal, bermimpi, takut dan kesehatan utama yang di mana salah satu
sebagainya. unsur dari pendekatan tersebut adalah
Gochman dalam Smet (1994), pemakaian kader kesehatan masyarakat
menjelaskan bahwa riset perilaku guna:
kesehatan menjadi sesuatu yang penting, 1. Memberikan pelayanan di tempat-
karena dulu banyak usaha yang berupaya tempat di mana penduduk
untuk merubah perilaku kesehatan namun bertempat tinggal dan berkerja;
secara pragmatis, tergesa-gesa dan 2. Membantu masyarakat dalam
kurang dasar empiris dan teoritis. Alasan mengidentifikasi kebutuhan-
utama untuk ini adalah kurangnya kebutuhannya di bidang kesehatan;
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
5
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

3. Membantu masyarakat dalam melaksanakan dan meningkatkan serta


memecahkan permasalahan mereka membina kesejahteraan termasuk dalam
sendiri di bidang kesehatan. bidang kesehatan (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan hal tersebut kader
Gagasan ini menitik beratkan Jumantik menurut Kemenkes RI (2012),
pada masyarakat harus bertanggungjawab adalah kader yang berasal dari
terhadap kesehatan mereka sendiri dan masyarakat di suatu daerah, yang
hal ini telah memberikan dimensi baru pembentukan dan pengawasan kinerja
tentang manajemen pelayanan kesehatan. menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh
Selanjutnya WHO menyampaikan pemerintah kabupaten/kota. Jumantik
bahwa kader kesehatan masyarakat merupakan salah satu bentuk gerakan
adalah, laki-laki atau perempuan yang partisipasi aktif dari masyarakat dalam
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk mencegah kejadian penyakit DBD yang
menangani masalah-masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat
perseorangan maupun masyarakat, serta diberantas tuntas.
untuk berkerja dalam hubungan yang
amat dekat dengan tempat-tempat Kerangka Konsep
pemberian pelayanan kesehatan. Para Konsep pemberdayaan masyarakat
kader kesehatan masyarakat itu berarti meningkatkan kemampuan atau
seyogyanya memiliki latar belakang meningkatkan kemandirian masyarakat
pendidikan yang cukup sehingga dalam kerangka pembangunan nasional,
memungkinkan mereka untuk membaca, upaya pemberdayaan masyarakat dapat
menulis, dan menghitung secara dilihat dari sisi : 1) Menciptakan suasana
sederhana. Kader kesehatan masyarakat atau iklim yang memungkinkan
bertanggungjawab terhadap masyarakat masyarakat berkembang, 2) Meningkatkan
setempat serta pimpinan-pimpinan yang kemampuan masyarakat dalam
ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan membangun melalui berbagai bantuan
kesehatan. Diharapkan mereka dapat dana, pelatihan, pembangunan prasarana
melaksanakan petunjuk yang diberikan baik fisik maupun sosial, serta
oleh para pembimbing dalam jalinan pengembangan kelembagaan di daerah,
kerja dari sebuah tim kesehatan. Mereka dan 3) Melindungi/memihak yang lemah
dapat berkerja secara penuh atau untuk mencegah persaingan yang tidak
sebagaian waktunya saja, mereka tidak seimbang dan menciptakan kemitraan
dibayar dengan uang atau bentuk lainnya yang menguntungkan (Sumodiningrat,
oleh masyarakat setempat atau oleh 1995).
pemerintah. Dari pemberdayaan tersebut maka
Kader adalah warga masyarakat lahirlah para agen-agen perubahan dalam
pada tempat yang dipilih atau dituju menularkan konsep perubahan dari yang
masyarakat, dengan kata lain kader jelek menjadi baik sesuai dengan
kesehatan merupakan wakil dari warga pernyataan Rogers dan Shoemaker dalam
setempat untuk membantu masyarakat Nasution (2004), agen perubahan
dalam masalah kesehatan, agar diperoleh berfungsi sebagai mata rantai komunikasi
kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan antar dua (atau lebih) sistem sosial.
kebutuhan masyarakat yang Menghubungkan antara suatu
bersangkutan, kader juga merupakan sistem sosial yang mempelopori
anggota masyarakat yang mau berkerja perubahan tadi dengan sistem sosial
secara sukarela dan tertarik pada bidang masyarakat yang dibinanya dalam usaha
tertentu dan merasa berkewajiban untuk perubahan tersebut.
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
6
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

Adapun kegiatan agen perubahan 1) Faktor pemungkin (enabling


di bidang pembangunan kesehatan sangat factors), yaitu faktor yang
erat kaitannya dengan peranan kader memungkinkan atau yang
kesehatan yang mampu menciptakan memfasilitasi perilaku atau
suasana dialogis dengan masyarakat dan tindakan antara lain umur, status
mampu menumbuhkan, menggerakkan, sosial ekonomi, pendidikan,
serta memelihara partisipasi masyarakat prasarana dan sarana serta sumber
sebagaimana agen perubahan di tengah- daya;
tengah masyarakat. 2) Faktor pendorong atau penguat
Berkaitan dengan penanggulang (reinforcing factors), faktor yang
DBD di mana permasalahan utama dalam mendorong atau memperkuat
upaya menekan angka kesakitan DBD terjadinya perilaku misalnya
adalah masih belum berhasilnya upaya dengan adanya contoh dari para
penggerakan peran serta masyarakat dalam tokoh masyarakat ataupun kader
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam di masyarakat yang menjadi
Berdarah Dengue (PSN DBD), sehingga panutan.
partisipasi masyarakat dalam PSN DBD
perlu lebih ditingkatkan (Depkes RI, Berkaitan dengan hal tersebut
2006). Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa
Penjelasan tersebut sejalan dengan perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh
tujuan khusus dari pembentukan kader dua hal, salah satunya yaitu faktor
Jumantik yaitu : internal (pendidikan, pengetahuan, sikap
1) Untuk meningkatkan peran serta dan berbagai faktor lainnya). Faktor
masyarakat dalam pemberantasan internal sering juga disebut sebagai
sarang nyamuk; karakteristik personal. Berdasarkan teori-
2) Untuk memotivasi masyarakat teori tersebut maka kerangka konsep dari
dalam memerhatikan tempat – penelitian ini adalah :
tempat yang berpotensi untuk
perkembangbiakan nyamuk Hipotesis Penelitian
penular DBD; Adapun hipotesis dari penelitian
3) Untuk mengetahui kepadatan ini adalah “terdapat pengaruh
jentik nyamuk penular DBD karakteristik kader kesehatan
secara berkala dan terus-menerus (pendidikan, penghasilan, pengetahuan,
sebagai indikator keberhasilan dan sikap) terhadap perilaku
PSN DBD oleh masyarakat menggerakkan masyarakat dalam
(Kemenkes RI, 2012). penanggulangan DBD di Kecamatan
Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2016.
Keaktifan kader Jumantik Karakteristik Kader
berkaitan dengan perilakunya dalam
bertindak sesuai dengan Green dan
kreuter (2000), berpendapat faktor Pendidikan (X1)
perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama
Penghasilan Perilaku
yaitu: Faktor predisposisi (predisposing Menggerakkan
factors), yaitu faktor yang mempermudah (X2) Masyarakat Dalam
Pengetahuan (X3) Penanggulangan
atau mempredisposisi terjadinya perilaku DBD (Y)
seseorang antara lain pengetahuan, sikap,
Sikap (X4)
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan
tradisi;
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
7
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

METODE PENELITIAN dan gizi masyarakat merupakan kinerja


Metode penelitian yang digunakan sistem kesehatan yang dilaksanakan oleh
dalam studi ini ialah kuantitatif dengan pemerintah pusat dan daerah serta berbagai
tipe explanatory research. Data diperoleh komponen masyarakat. Kinerja
melalui survei di lokasi penelitian yakni pembangunan kesehatan dicapai melalui
pada kecamatan Bajenis Kota Tebing pendekatan enam sub-sistem kesehatan
Tinggi melalui uji statistik, nova dan nasional (SKN), yaitu:
bivariat. Populasi dalam studi ini adalah 1. Upaya kesehatan;
seluruh kader kesehatan yang bertugas 2. Pembiayaan kesehatan;
sebagai Jumantik yang berada di wilayah 3. Sumber daya manusia kesehatan;
kerja Kecamatan Bajenis Kota Tebing 4. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan
Tinggi yang berjumlah 68 orang sehingga makanan;
ditetapkan sampel dalam studi ini adalah
5. Manajemen dan informasi
seluruh populasi yakni 68 orang sebagai kesehatan;
sampel penelitian. 6. Pemberdayaan masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Pembangunan Kesehatan di Kota Responden dalam penelitian ini
Tebing Tinggi adalah Kader Jumantik yang berada di
Pembangunan Kota Tebing Tinggi wilayah kerja Kecamatan Bajenis dan
telah dirumuskan di dalam Rencana namanya telah tercatat di Dinas Kesehatan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tebing Tinggi dan juga di kantor
(RPJMD) 2011-2016, Perencanaan kelurahan di wilayah kerja Kecamatan
pembangunan kota yang dituangkan dalam Bajenis. Dari penelitian pada 68 orang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang responden dapat digambarkan karakteristik
(RPJP) yang mencakup rentang waktu
berdasarkan pendidikan, penghasilan,
lima tahun ke depan hanya dapat disusun pengetahuan, dan sikap.
apabila visi yang dicapai dalam rentang Hasil penelitian menunjukkan
waktu tersebut telah dirumuskan dengan bahwa responden yang memiliki
jelas. Visi yang ingin dicapai haruslah pendidikan tidak tamat SD-tamat SMP
benar-benar mampu menjawab berjumlah 23 orang responden dengan
pemasalahan strategis masyarakat Kota persentase 33,8%, tamat SMA sebanayak
Tebing Tinggi sehubungan dengan 40 orang responden dengan persentase
perubahan dan perkembangan lingkungan 58,8%, dan jumlah responden dengan
eksternal baik dalam lingkup lokal maupun kelompok pendidikan tamat akademi ke
domestik dan global dengan visi atas sebanyak 5 orang responden dengan
”Mewujudkan Masyarakat Kota Tebing persentase 7,4%.
Tinggi yang Beriman, Bertaqwa, Maju, Berdasarkan penelitian yang telah
Sejahtera, Mandiri, Berkeadilan dalam
dilakukan dapat diketahui bahwa
Kebhinekaan”, di mana pembangunan responden yang memiliki penghasilan di
kesehatan di Kota Tebing Tinggi bawah UMSK sebanyak 20 orang
termaktub di dalam misi ke tiga di dalam responden dengan persentase 29,4 %, dan
RPJMD yaitu “Menyelenggarakan responden yang memiliki penghasilan di
pelayanan kesehatan dan peningkatan atas UMSK sebanyak 48 orang responden
kualitas hidup untuk mewujudkan dengan persentase 70,6%.
masyarakat sehat, cerdas dan berkualitas”. Pengetahuan Responden
Meningkatkan derajat kesehatan berdasarkan Etiologi, Perilaku Nyamuk
masyarakat; Pencapaian status kesehatan Aedes aegypti, Gejala Penyakit DBD,
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
8
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

Proses Penularan dan Pencegahan Nyamuk Aedes aegypti yang menyatakan


Terhadap Penyakit DBD melakukannya (>3kali) sebanyak 27 orang
Karakteristik responden untuk responden dengan persentase 39,7%,
pengetahuan dibagi berdasarkan Etiologi, kadang-kadang (1-2 kali) sebanyak 37
orang responden dengan persentase 54,4%
Variabel Kategori Jumlah % dan yang tidak melakukan sebanyak 4
Perilaku 1.Aktif 19 27,95 orang responden dengan persentase 5,9%.
Menggerakkan 2.Sedang 26 38,23 Tabel Distribusi Perilaku Responden
Masyarakat 3.Kurang 23 33,82 Berdasarkan Perilaku Terlibat Langsung
dalam Aktif dalam Kegiatan Penanggulangan DBD di
Penanggulangan Jumlah 68 100 Masyarakat
DBD
Distribusi perilaku responden
perilaku nyamuk Aedes aegypti, gejala
berdasarkan perilaku terlibat langsung
penyakit DBD, proses penularan, dan
dalam kegiatan penanggulangan DBD di
pencegahan. Dari tiap data yang
masyarakat pada 1 tahun terakhir, hasil
dikumpulkan akan menjadi data yang
penelitian menunjukkan bahwa, responden
komprehensif untuk mendapatkan ukuran
yang terlibat langsung dalam kegiatan
nilai dari pengetahuan responden terhadap
gotong royong yang menyatakan
DBD.
melakukannya (>3kali) sebanyak 25 orang
Hasil penelitian menunjukkan
responden dengan persentase 36,8%,
bahwa responden yang menyatakan
kadang-kadang (1-2 kali) sebanyak 20
penyebab penyakit DBD adalah virus
orang responden dengan persentase 29,4%
sebanyak 5 orang responden dengan
dan yang tidak melakukan sebanyak 23
persentase 7,4%, yang menjawab nyamuk
orang responden dengan persentase 33,8%
sebanyak 55 orang responden dengan
banyaknya responden tidak melakukan
persentase 80,8% dan yang tidak tahu
gotong royong disebabkan pihak
sebanyak 8 orang responden dengan
kelurahan sudah lama tidak memobilisasi
persentase 11,8%.
warganya untuk bergotong royong.
Hasil penelitian menunjukkan
Distribusi perilaku responden
bahwa jawaban responden yang dapat
berdasarkan perilaku untuk terlibat
dikategorikan tahu sebanyak 4 orang
langsung dalam kegiatan penanggulangan
responden dengan persentase 5,9%,
penyebaran penyakit DBD dalam 1 tahun
kurang tahu tentang perilaku nyamuk
terakhir, hasil penelitian menunjukkan
Aedes aegypti sebanyak 35 orang
bahwa, responden yang dinyatakan aktif
responden dengan persentase 51,5%
sebanyak 34 orang responden dengan
sedangkan yang dapat dikategorikan tidak
persentase 50,0%, yang dinyatakan sedang
tahu sebanyak 29 orang responden dengan
sebanyak 31 orang responden dengan
persentase 42,6%.
persentase 45,6%, dan yang dinyatakan
kurang aktif sebanyak 3 orang responden
Distribusi Perilaku Responden
dengan persentase 4,4%.
Berdasarkan Perilaku Memberikan
Informasi dalam Kegiatan
Penanggulangan DBD
Distribusi perilaku responden
berdasarkan perilaku memberikan
informasi di masyarakat pada 1 tahun
terakhir, hasil penelitian menunjukkan
bahwa, responden yang memberikan
informasi tentang cara penanggulangan
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
9
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

Hasil penelitian menunjukkan 2) Hasil uji Anova memiliki nilai F


bahwa responden pada variabel perilaku hitung 8,928 (F = 8,928)
yang telah dikategorikan menunjukkan menunjukkan variabel independen
bahwa yang memiliki perilaku aktif (karakteristik pengetahuan dan sikap)
sebanyak 19 orang responden dengan mampu menjelaskan secara nyata
persentase 27,95%, sedang sebanyak 26 terhadap variabel dependen (perilaku
orang responden dengan persentase kader kesehatan menggerakkan
38,23%, dan kurang aktif sebanyak 23 masyarakat dalam penanggulangan
orang responden dengan persentase DBD) pada tingkat kepercayaan 95%
33,82%. (F hitung > dari F Tabel) atau
p=0,000;
Analisis Analisis Multivariat Model persamaan regresi yang
Untuk memperoleh penjelasan dari terbentuk adalah Y = 0,147 (konstanta) +
setiap data, mengenai hubungan antara N Variabe Corre Sig
beberapa variabel independen dengan satu o l lation (p)
variabel dependen, yang dimaksudkan Coeff
untuk dapat memberikan informasi yang icient
lebih banyak bukan sekedar deskripsi dari (r)
data yang teramati, tetapi juga dapat 1 Pendidi 0,287 0,0
menarik inferensi tentang hubungan dari kan 18
tiap variabel populasi asal sampel diambil, 2 Pengha 0,109 0,0 p-
maka analisis yang digunakan pada silan 23 val
penelitian ini adalah uji regresi linear ue
berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α <0,
0,05) dengan metode Stepwise hasilnya 25
adalahDiketahui dari tiap variabel 3 Penget 0,414 0,0
karakteristik terdapat karakteristik ahuan 00
pengetahuan dan sikap kader yang 4 Sikap 0,482 0,0
memengaruhi perilaku menggerakkan 00
masyarakat dalam penanggulangan DBD, 0,250 X3(pengetahuan) + 0,479 X4(sikap),
(R=0,601) dengan pengertian memiliki dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
hubungan yang cukup berarti, dan
apabila variabel independen karakteristik
memiliki pola positif yaitu semakin tinggi
pengetahuan naik 1 poin maka perilaku
pengetahuan dan semakin positif sikapnya
kader menggerakkan peranserta
maka semakin tinggi perilaku untuk
masyarakat dalam penanggulangan
menggerakkan masyarakat dalam
DBDakan naik sebesar 0,250 kali, begitu
penanggulanagan DBD;
juga apabila karakteristik sikap naik 1 poin
1) Koefisien determinasi (R square)
maka perilaku kader menggerakkan peran
menunjukkan nilai 0,362 ini berarti
serta masyarakat dalam penanggulangan
regresi linear yang digunakan dapat
DBD akan naik sebesar 0,479 kali dengan
menjelaskan pengaruh karakteristik
asumsi bahwa variabel bebas yang lain
kader kesehatan terhadap
dari model regresi adalah tetap.
perilakunya untuk menggerakkan
masyarakat sekitar 36,2% dan
selebihnya atau sekitar 63,8% dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk di dalam penelitian
ini;
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
10
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

Pengaruh Karakteristik Pendidikan responden dalam berperilaku


Kader Kesehatan Terhadap Perilaku menggerakkan masyarakat tidak
Menggerakkan Masyarakat Dalam dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat
Penanggulangan DBD pendidikan formal yang dimiliki
Analisis statistik menunjukkan responden. Berdasarkan tingkat
bahwa karakteristik pendidikan tidak pendidikan responden yang paling banyak
memiliki pengaruh yang signifikan adalah tingkat pendidikan sedang atau
terhadap perilaku kader kesehatan tamat SMA sederajat yaitu sebanyak 40
menggerakkan masyarakat dalam orang (58,8%), 17 orang di antaranya aktif,
penanggulangan DBD, yang ditunjukkan 16 orang yang sedang, dan 7 orang yang
oleh nilai p = 0,111 > α 0,05. kurang aktif, sedangkan yang
Hasil penelitian ini tidak sesuai berpendidikan rendah sebanyak 23 orang
dengan penelitian yang dilakukan oleh (33,8%), 2 orang di antaranya aktif, 7
Pambudi (2009), dalam penelitiannya orang sedang, dan 14 orang kurang aktif.
tentang kader Jumantik bahwa faktor Apabila dilihat berdasarkan hasil
pendidikan, merupakan faktor korelasi hasil uji menunjukkan hubungan
memengaruhi kader Jumantik dalam variabel pendidikan dengan perilaku
pemberantasan DBD sejalan dengan hal menggerakkan masyarakat dalam
tersebut penelitian ini juga tidak penanggulangan DBD menunjukkan
sependapat dengan Suskamdani (2008), hubungan rendah tapi pasti (r = 0,287) dan
yang juga menyataan bahwa karakteristik berpola positif, artinya semakin tinggi
pendidikan berpengaruh pada peran pendidikan responden maka akan semakin
mereka dalam penanggulangan penyebaran tinggi pula perilaku menggerakkan
penyakit DBD. Penelitian ini juga tidak masyarakat dalam penanggulangan DBD.
sejalan dengan hasil penelitian Kasad Berdasarkan hasil penelitian, apabila
(2010), mengenai karakteristik kader dilihat berdasarkan deskripsi antara
Jumantik di mana variabel pendidikan frekuensi tingkat pendidikan terhadap
memiliki pengaruh terhadap kejadian perilakunya, terdapat perbedaan antara
angka kesakitan DBD di Kota Langsa. tingkat pendidikan dan keaktifannya dan
Hasil penelitian ini sependapat juga apabila dilihat menurut hubungan
dengan penelitian yang dilakukan oleh antara variabel pendidikan dengan perilaku
Nilawati (2008), yang berdasarkan hasil menggerakkan masyarakat memiliki
penelitiannya mengenai karakteristik kader hubungan rendah tapi pasti, berkaitan
kesehatan terhadap keaktifan kader dengan hal tersebut dapat juga dimaknai
terdapat bahwa karakteristik pendidikan bahwa pendidikan sebenarnya juga
tidak memiliki pengaruh yang signifikan menentukan kesempatan bagi responden
terhadap keaktifan kader pada pelaksanaan dalam menyampaikan informasi kepada
Posyandu di Kecamatan Samadua masyarakat baik secara formal atau non
Kabupaten Aceh Selatan, dengan formal, dan juga memengaruhi
pengertian keaktifan kader tidak kemampuan mereka dalam
berdasarkan latar belakang pendidikannya menyampaikan informasi di
tetapi lebih kepada faktor lain di luar masyarakat.
tingkat pendidikannya. Sejalan dengan hal tersebut WHO
Hasil penelitian ini menunjukkan (1995) menjelaskan bahwa para kader
bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat kesehatan masyarakat itu seyogyanya
pendidikan responden terhadap perilaku memiliki latar belakang pendidikan yang
menggerakkan masyarakat dalam cukup yang bertujuan untuk memudahkan
penanggulangan DBD, berarti keaktifan
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
11
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

mereka dalam beraktivitas berdasarkan antaranya memiliki perilaku sedang, dan 5


tujuannya. orang responden (7,4%) di antaranya
memiliki perilaku aktif. Apabila dilihat
Pengaruh Karakteristik Penghasilan berdasarkan hasil korelasi hasil uji
Kader Kesehatan Terhadap Perilaku menunjukkan hubungan variabel
Menggerakkan Masyarakat Dalam pendidikan dengan perilaku menggerakkan
Penanggulangan DBD masyarakat dalam penanggulangan DBD
Uji statistik dengan interval menunjukkan hubungan rendah tapi pasti
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa (r = 0,109) di mana hasil ini merupakan
tidak ada pengaruh yang signifikan antara hasil hubungan yang paling rendah di
pengaruh karakteristik penghasilan kader antara variabel pendidikan, pengetahuan,
kesehatan terhadap perilaku menggerakkan dan sikap dengan perilaku kader
masyarakat dalam penanggulangan DBD, menggerakkan masyarakat dalam
yang ditunjukkan oleh nilai p = 0,608 > α penanggulangan DBD.
0,05. Menurut hasil penelitian,
Penelitian ini tidak sejalan dengan perekrutan Kader Jumantik memang tidak
pendapat Green dalam Sumekar (2007), berdasarkan status ekonomi atau
yang menyatakan bahwa, suatu perilaku, tinggi/rendahnya penghasilan keluarga
yang dalam hal ini menggerakkan peran namun perekrutan yang dilakukan oleh
serta masyarakat dalam penanggulangan kelurahan lebih kepada hubungan yang ada
penyebaran penyakit DBD, ditentukan antara mayarakat dengan kelurahan,
salah satunya oleh faktor yang berasal dari setelah dilakukan konfirmasi dengan Dinas
dalam individu sendiri, yaitu pendidikan, Kesehatan Kota Tebing Tinggi memang
pekerjaan, pendapatan dan pengetahuan. pengiriman calon kader Jumantik dari
Penelitian tidak sejalan dengan kelurahan ada yang tidak sesuai dengan
teori WHO yang dikutip Notoatmodjo kriteria yang diminta oleh instansi tersebut
(2003), yang menyatakan bahwa sumber di antaranya dari pendidikan, usia, dan
daya yang dimiliki, dalam hal ini oleh lainnya.
kader, seperti fasilitas-fasilitas, uang, Berkaitan dengan penjelasan
waktu, tenaga, dan sebagainya memiliki tersebut, hasil penelitian dapat
pengaruh terhadap perilaku seseorang atau menjelaskan bahwa ini berkaitan dengan
kelompok masyarakat, begitu juga dengan keinginan masyarakat yang memiliki
hasil penelitian Pambudi (2009), tidak hubungan dengan kelurahan untuk
sejalan dengan penelitian ini berkaitan berpartisipasi ke dalam program
dengan penelitiannya tentang kader pemerintah sehingga menjadi kader
Jumantik bahwa faktor penghasilan Jumantik dalam hal ini merupakan salah
memiliki pengaruh terhadap kader satu jalan dalam mendapatkan akses untuk
Jumantik dalam pemberantasan DBD di berada di dalam program pemerintah, yang
Desa Ketitang Kecamatan Nogosari kemudian akan memudahkan mereka
Kabupaten Boyolali. untuk mendapatkan kesempatan atau
Hasil penelitian ini menunjukkan peluang-peluang yang dapat membantu
berdasarkan statistik Crosstabulation kebutuhan ekonomi keluarganya, di
terdapat 20 orang responden dengan antarnya berupa bantuan-bantuan dari
persentase 29,4% memiliki penghasilan di pemerintah melalui program-program yang
bawah upah minimum sektoral kota ada. Senada dengan hal tersebut menurut
(<UMSK) dan 7 orang responden (10,3%) Sen dalam Syawaluddin (2015), yang
di antaranya memiliki perilaku kurang menyatakan tentang terjadinya kemiskinan
aktif, 8 orang responden (11,8%) di adalah akibat ketiadaan akses yang dapat
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
12
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

menunjang pemenuhan kehidupan Menurut hasil penelitian, umumnya


manusia. Akses tersebut bisa saja salah responden menganggap bahwa tingginya
satunya dapat berpartisipasi di dalam angka kesakitan dari penyakit DBD,
program pemerintah. merupakan tanda dari kurang seriusnya
Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah dalam mengakomodir kegiatan
dapat dijelaskan keikutsertaan mereka peran serta masyarakat, artinya yang
sebagai kader Jumantik juga merupakan diperlukan bukan hanya sekadar aktivitas
usaha mereka agar keluar dari kemiskinan seremonial saja, karena yang diperlukan
karena tidak sedikit kader yang saat ini menurut responden adalah
berpenghasilan di bawah upah minimum tindakan riil atas bekerjanya unsur yang
sektoral kota (<UMSK), dan beberapa di ada di masyarakat untuk dijamin
antara mereka ada yang menyampaikan keberlangsungannya, hal ini terlihat dari
bahwa masih dibutuhkannya penambahan banyaknya responden yang membutuhkan
uang transport dalam mendukung aktivitas pendampingan berupa penambahan
mereka sebagai kader Jumantik dari yang sosialisasi tentang DBD agar mereka
biasa mereka terima sebanyak Rp. 50.000,- mendapatkan pengetahuan yang lebih baik
/bulan agar dinaikkan menjadi lagi, perbaikan sarana dan prasarana kader
Rp.100.000,-/bulan atau lebih. Jumantik seperti rompi, senter, kartu bebas
jentik, dan lainnya, dan setelah melakukan
Pengaruh Karakteristik Pengetahuan konfirmasi ke Dinas Kesehatan Kota
Kader Kesehatan Terhadap Tebing Tinggi melalui pejabat yang ada
Perilaku Menggerakkan Masyarakat ternyata kegiatan yang berkaitan dengan
Dalam Penanggulangan DBD penyuluhan serta penyediaan sarana
Analisis statistik menunjukkan prasarana dalam mendukung kader
bahwa pengaruh karakteristik pengetahuan Jumantik memang tidak ada di dalam
kader kesehatan memiliki pengaruh yang Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan
signifikan terhadap perilaku Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)
menggerakkan masyarakat dalam dan juga kegiatan tersebut tidak ada di
penanggulangan DBD, yang ditunjukkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
oleh nilai p = 0,034 < α 0,05. Hasil (RKPD).
penelitian ini sejalan dengan Kasad Penjelasan tersebut sejalan dengan
(2010), berdasarkan hasil penelitiannya pendapat Chambers dalam Mikkelsen
mengenai karakteristik kader Jumantik dalam Rukminto (2008), yang menyatakan
terdapat pengaruh pengetahuan kader apabila melihat istilah partisipasi sering
Jumantik terhadap terjadinya kasus DBD kali digunakan dalam tiga bentuk salah
di Kota Langsa, penelitian ini juga sejalan satunya adalah partisipasi digunakan
dengan pendapat Puspasari (2002), dalam sebagai label kosmetik, artinya partisipasi
penelitiannya mengenai kader Posyandu seringkali digunakan agar proyek yang
bahwa faktor tingkat pengetahuan kader diusulkan terlihat lebih cantik sehingga
berhubungan sangat nyata terhadap kinerja lembaga donor akan mau membiayai
kader. proyek tersebut.
Zamilah (2014), tidak sependapat WHO (1995), menjelaskan bahwa
dengan penelitian ini berdasarkan hasil kiranya perlu ditekankan bahwa para kader
penelitiannya tidak terdapat pengaruh kesehatan masyarakat itu tidaklah bekerja
variabel pengetahuan Jumantik terhadap dalam suatu ruangan yang tertutup, namun
keberadaan jentik di Kecamatan Tampan mereka itu bekerja dan berperan sebagai
dan Marpoyan Damai Kota Pekan Baru. seorang pelaku dari sebuah sistem
kesehatan, karena itulah mereka harus
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
13
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

dibina, dituntun serta didukung oleh para bahwa karakteristik variabel


pembimbing yang lebih terampil dan pendidikan dan penghasilan,
berpengalaman. Berkaitan dengan hal memiliki hubungan rendah tapi
tersebut dapat ditekankan bahwa mutu pasti dan berpola positif.
pelayanan yang diberikan oleh seorang Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa
kader kesehatan masyarakat itu tergantung karakteristik varibel pengetahuan dan
pada keterampilan dan dedikasi dari sikap memiliki hubungan cukup berarti
masing- masing individu, di mana hal ini dan berpola positif.
tergantung dari mutu pelatihan yang
pernah didapatkannya. Saran
Berdasarkan hasil analisis,
PENUTUP pembahasan, dan kesimpulan berkaitan
Kesimpulan dengan pengaruh karakteristik kader
Berdasarkan hasil analisis dan kesehatan yang dalam hal ini adalah kader
pembahasan berkaitan dengan pengaruh Jumantik terhadap perilaku menggerakkan
karakteristik kader kesehatan yang dalam masyarakat dalam penanggulangan DBD,
hal ini adalah Kader Jumantik terhadap saran yang dapat diberikan adalah sebagai
perilaku menggerakkan masyarakat dalam berikut:
penanggulangan DBD, maka yang dapat 1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Tebing
diketahui adalah sebagai berikut: Tinggi:
1. Hasil uji statistik regresi linier
berganda menjelaskan bahwa  Diharapkan dapat menambah transport
pengetahuan yang semakin tinggi dalam mendukung kegiatan kader
pada kader Jumantik tentang DBD Jumantik ≥ Rp. 100.000,- .
akan memengaruhi perilakunya  Diharapkan dapat membuat kegiatan
menggerakkan masyarakat untuk pelatihan atau sosialisasi yang
ikut berpartisipasi berkaitan dengan berkaitan dengan penambahan
penanggulangan DBD di pengetahuan kader Jumantik minimal 4
lingkungannya kali pertemuan dalam 1 tahun per
2. Hasil uji statistik regresi linier wilayah kerja Puskesmas
berganda menjelaskan bahwa sikap  Diharapakan dapat memberikan sarana
yang semakin positif pada kader prasarana pendukung kader saat di
Jumantik tentang DBD akan lapangan seperti rompi, senter, topi dan
memengaruhi perilakunya lainnya
menggerakkan masyarakat untuk  Diharapkan dapat mengakomodir
ikut berpartisipasi berkaitan dengan kegiatan peran serta masyarakat secara
penanggulangan DBD di berkesinambungan mulai dari
lingkungannya perencanaan, pengorganisasian,
3. Hasil uji Anova menunjukkkan pergerakan, sampai kepada
bahwa variabel karakteristik evaluasinya dengan menampung
pengetahuan dan sikap kader kegiatan tersebut ke dalam RKPD
kesehatan mampu memprediksi hingga ke dalam DPA-nya
variabel dependen yaitu perilaku  Diharapkan petugas kesehatan di
menggerakkan masyarakat untuk Puskesmas dapat lebih sering
ikut berpartisipasi berkaitan dengan melakukan pendampingan saat kader
penanggulangan DBD di Jumantik turun di tengah masyarakat
lingkungannya dalam melaksanakan PSN DBD
4. Hasil uji bivariat menunjukkan minimal 1 kali per lingkungan dalam 1
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
14
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

tahun Kedokteran dan Kesehatan


 Diharapkan dalam melakukan Masyarakat. Binarupa Aksara,
perekrutan kader kesehatan dalam hal Batam.
ini kader Jumantik selalu konsisten Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
terhadap syarat calon kader yang sudah Kota Tebing Tinggi, BPS Kota
ditetapkan untuk diterima sebagai Tebing Tinggi, 2015, Tebing
kader Tinggi Dalam Angka Tahun 2015.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi,
2. Kepada seluruh lurah se-Kota Tebing Tebing Tinggi.
Tinggi: Bunch, Rolland, 2001, Dua Tongkol
Jagung. Pedoman Pengembangan
 Diharapkan ke depan dalam Pertanian Berpangkal pada Rakyat.
mengirim calon kader kesehatan Ilya Moelyono penerjemah.
sesuai dengan syarat yang diberikan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
oleh Dinas Kesehatan Kota Tebing Darwanto, Herry, 2009, Pemberdayaan
Tinggi dalam merekrut kader Masyarakat Pedesaan Berbasiskan
kesehatan yang baru dalam hal ini Masyarakat Terpencil.
kader Jumantik BAPPENAS Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia 2006, Pemberantasan
Adi, Isbandi Rukminto, 2003, Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Pemberdayaan Pengembangan Dengue (PSN – DBD) Oleh Juru
Masyarakat dan Intervensi Pemantau Jentik. Dirjen PPM &
Komunitas. Lembaga Penerbit FE PL, Jakarta.
UI, Jakarta. ………........, 2005, Pencegahan dan
Andri, 2015, Hubungan Faktor Internal Pemeberantasan DBD di
dan Eksternal Dengan Partisipasi Indonesia. Dirjen PPM & PL,
Keluarga dalam Pencegahan Jakarta.
Demam Berdarah Dengue (DBD) ……………., 1987, Modul Pelatihan
di Kecamatan Baiturrahman Kota Peningkatan Peran Serta
Banda Aceh 2015. Tesis, Sekolah Masyarakat. Dirjen PPM & PL,
Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia, Jakarta.
Medan. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
Agusta, Ivanovich, 2006, Rural Sociology 2015, Laporan Evaluasi
of Indonesia, Aneka Metode Program/Kegiatan Dinas
Partisipasi untuk Membangun Kesehatan Provinsi Sumatera
Desa. Utara Tahun 2014. Pemerintah
http://www./ruralsociologyofIndon Provinsi Sumatera Utara, Medan.
esian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ardian, 2006, Keamanan Pangan 1984, Dictionary of Education
Fungsional Berbasis Pangan Bidang Pendidikan. Ditjend Dikti,
Tradisional. Jakarta.
http://www.biochem.ac.jp. Green, L.W, dan Kreuter, M.W, 2000,
Azwar, S, 2010, Sikap manusia Teori dan Health Promotion Planning; An
Pengukurannya, Pustaka Pelajar. Educational and Environmental
Yogyakarta Approach, second edition,
Azwar, Azrul dan Prihartono, Joedo, Mayfield Publishing Company,
2003, Metodologi Penelitian London.
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
15
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

Gubler, Duane J, 2002, Epidemic …………... , 1990, Prinsip-Prinsip


dengue/dengue hemorrhagic fever Komunikasi untuk Penyuluh.
as a public health, social and Lembaga Penerbit Fakultas
economic problem in the 21st Ekonomi Universitas Indonesia,
century. Jakarta.
https://www./scholar.google.co.id. Nawawi,Hadari, 2003, Metode Penelitian
Harun,Rochajat dan Elvinaro Ardianto, Bidang Sosial, UGM Press,
2011, Komunikasi pembangunan Yogyakarta. Nilawati, 2008,
dan perubahan sosial. PT Raja Pengaruh Karakteristik Kader dan
Grafindo Persada, Jakarta. Strategi Revitalisasi Posyandu
Kasad, 2010, Pengaruh Karakteristik Juru Terhadap Keaktifan Kader di Kecamatan
Pemantau Jentik dan Kesehatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
Lingkungan Terhadap Kasus http://repository.usu.ac.id
Demam Berdarah Dengue di Kota Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Promosi
Langsa. http://repository.usu.ac.id Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Kementerian Kesehatan Republik Rineka Cipta, Jakarta.
Indonesia 2015, Rencana Strategis ……………….2003, Pengantar
Kementerian Kesehatan Republik Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Indonesia Tahun 2015 – 2019. Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
Setjend Kemenkes RI, Jakarta. ……………………….., 1997, Ilmu
………………, 2014, Petunjuk Teknis Kesehatan Masyarakat Prinsip –
Jumantik PSN Anak Sekolah. Prinsip Dasar.Rineka Cipta,
Ditjend PP & PL Kemenkes RI, Jakarta.
Jakarta. Poluan, Ramona Gita, 2010,
………………, 2012, Petunjuk Teknis Pengaruh Penerapan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Pajak Penghasilan.
Demam Berdarah Dengue (PSN http://www.lontar.ui.ac.id
DBD) oleh Juru Pemantau Jentik Prambudi, Prambudi, 2009, Faktor –
(Jumantik). Ditjend PP & PL Faktor yang Mempengaruhi
Kemenkes RI, Jakarta. Partisipasi Kader Jumantik dalam
Koentjaraningrat.1997. Metode-Metode Pemberantasan DBD di Desa
PenelitianMasyarakat.Jakarta: Ketitang Kecamatan Nogosari
PT.Gramedia Pustaka Utama Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
Mardikanto, Totok dan Soebiato, http://etheses.uin-malang.ac.id
Poerwoko, 2012, Pemberdayaan Purwanto, Heri, 2004, Pengantar Perilaku
Masyarakat Dalam Perspektif Manusia untuk Keperawatan,
Kebijakan Publik. Alfabeta, EGC, Jakarta.
Bandung Puspasari, Adliana, 2002, Faktor – Faktor
Nasdian, Fredian Tonny, 2015, yang Mempengaruhi Kinerja
Pengembangan Masyarakat Kader Posyandu di Kota Sabang
(Community Development), Propinsi Nanggroe Aceh
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Darussalam, Abstrak, Institut
Jakarta. Pertanian Bogor.
Nasution, Z, 2004, Komunikasi Rachmat, R. Hapsara Habib,
Pembangunan, Pengenalan Teori, Pembangunan Kesehatan di
dan Penerapannya.Raja Grafindo, Indonesia: Prinsip Dasar,
Jakarta. Kebijakan, Perencanaan dan
Kajian Masa Depannya, Gadjah
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
16
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985

Mada University Press Anggota Bandung. Sukana, 1993,


IKAPI, Yogyakarta. Pemberantas Vektor DBD di
Ramdhani, Neila, 2009, Sikap dan Indonesia. Media Litbangkes Vol.
Beberapa Pendekatan dalam III No.01/1993, Jakarta.
Memahaminya. Sumekar, D.W, 2007, Faktor-Faktor yang
http://neila.staff.ugm.ac.id Berhubungan dengan Keberadaan
Rezenia, Nurul, 2015, Hubungan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di
Karakteristik Individu dengan Kelurahan Raja Basa.
Praktik Kader Jumantik dalam http://www.unila.ac.id/
PSN DBD di Kelurahan Sumodiningrat, Gunawan, (1999),
Sampangan Semarang. Pemberdayaan Masyarakat dan
http://Journal.unnes.ac.id Jaring Pengaman Sosial.
Rukminto, Isbandi Adi, 2008, Intervensi Gramedia. Jakarta.
Komunitas Pengembangan Sunaryo, 2004, Psikologi untuk
Masyarakat Sebagai Upaya Keperawatan, EGC, Jakarta.
Pemberdayaan Masyarakat. Raja Susanto, Astrid S, (1975), Pendapat
Grafindo Persada, Jakarta. Umum, Bandung Bina Cipta
Saragi, Devi Sagita, 2016, Pengaruh Peran Jakarta.
Kader Posyandu Terhadap Syawaluddin, S, (2015),
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Refleksi Pemikiran Amartya
dalam Penimbangan Balita di Kota Kumar Sen.
Padang Sidimpuan tahun 2015. www.journal.iaingorontalo.ac.id
http://repository.usu.ac.id Umar, Husein, 2008, Desain Penelitian
Siagian, Matias dan Suriadi, Agus, 2010, MSDM dan Perilaku Karyawan
Tanggung Jawab Sosial (Paradigma Positivistik dan
Perusahaan (CSR) Perspektif Berbasis Pemecahan Masalah),
Pekerjaan Sosial. Fisip USU Press, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Medan. World Health Organization, 1995, The
Singarimbun, Masri, Effendi, 1995, Community Health Worker, Buku
Metodologi Penelitian Survei. Kedokteran EGC, Jakarta.
Edisi Revisi, Pustaka LP3ES Yasril, dkk, 2009, Analisis Multivariat
Indonesia, Jakarta. untuk Penelitian Kesehatan, Mitra
Smet, Bart, 1994, Psikologi Kesehatan, Cendikia Press. Yogyakarta.
PT. Grasindo Anggota IKAPI, Zamilah, 2014, Pengaruh Perilaku dan
Jakarta. Soekanto, Soerjono, Motivasi Juru Pemantau Jentik
(2012), Sosiologi Suatu Pengantar, Terhadap Keberadaan Jentik di
Raja Grafindo Persada Jakarta. Kecamatan Tampan dan Marpoyan
Soetomo, 2008, Strategi-Strategi Kota Pekan Baru.
Pembangunan Masyarakat. http://repository.usu.ac.id
Pustaka Belajar, Yogyakarta. Zulkifli, 2003, Posyandu dan Kader
Sudjarwo dan Basrowi, 2009, Manajemen Kesehatan.
Penelitian Sosial, Mandar Maju, http:///www.library.usu.ac.id.

GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017


17

Anda mungkin juga menyukai