Abstrak
Dalam upaya mencapai pembangunan daerah salah satu indikator utama ialah terwujudnya
masyarakat yang sehat. Salah satu persoalan penting dalam konteks kesehatan di Kota Tebing Tinggi
adalah penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk menyelesaikan persoalan
ini telah dibentuk kader juru pemantau jentik (Jumantik). Studi ini ingin melihat pengaruh
karakteristik kader Jumantik terhadap perilaku menggerakkan masyarakat dalam penanggulangan
DBD di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi pada tahun 2016. Metode penelitian yang
dipandangn relevan untuk menjawab studi ini ialah dengan menggunakan penelitian kuantitatif
dengan tipe explanatory research berbentuk survei. Lokasi penelitian ditetapkan pada Kecamatan
Bajenis Kota Tebing Tinggi dengan populasi penelitian adalah seluruh kader kesehatan yang
bertugas sebagai Jumantik yang berada di wilayah kerja Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
yang berjumlah 68 orang, dengan demikian sampel penelitian ini adalah seluruh populasi yakni
sebanyak 68 orang. Hasil penelitian ini mendapatkan pengetahuan dan penghasilan kader Jumantik
yang semaikin tinggi mempengaruhi prilaku mereka dalam menggerakan masyarakat.
Kata Kunci : Karakteristik, Prilaku, Kader Kesehatan, Pemerintah, Demam Berdarah Dengue.
Abstract
In an effort to achieve regional development one of the main indicators is the realization of a healthy
society. One of the important issues in the context of health in Kota Tebing Tinggi is the prevention of
disease Dengue Hemorrhagic Fever (Demam Berdarah Dengue; DBD). To solve this problem has
been formed cadre monitoring monitors larva (Jumantik). This study would like to see the effect of
characteristic of Jumantik cadres on the behavior of mobilizing society in DHF prevention in Bajenis
sub-district of Tebing Tinggi City in 2016. The research method that is considered relevant to answer
this study is to use quantitative research with explanatory research type in the form of survey. The
research location is determined at Bajenis Kota Tebing Tinggi District with the research population
are all health cadres serving as Jumantik located in the work area of Bajenis Kota Tebing Tinggi
District, which amounts to 68 people, thus the sample of this study is the entire population of 68
people. The results of this study to get knowledge and income of Jumantik cadres who are high on
their behavior influence in moving the community.
1
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985
126 per 100.000 penduduk, angka tersebut yang lain sehingga efevektivitas dalam
menunjukkan bahwa capaian tersebut penanggulangan DBD dapat tercapai.
masih jauh dari target nasional Masyarakat Kota Tebing Tinggi
berdasarkan Rencana Strategi Kemenkes umumnya memiliki sikap saling toleransi,
RI 2015-2019 yaitu 49 per 10000 rasa kebersamaan, dan kekeluargaan,
penduduk. bersifat paternalistik sehingga terdapat
Kemenkes RI (2014), menyatakan banyak panutan di masyarakat di
peran serta masyarakat dalam hal ini antaranya, tokoh masyarakat, aparatur
adalah peran serta sebagai kader Jumantik pemerintah sampai kepada kader
yang melaksanakan pemantauan jentik, masyarakat yang merupakan agen-agen
pemberantasan sarang nyamuk bersama perubahan di tengah masyarakat, mereka
masyarakat yang dilakukan secara rutin, memiliki peranan yang penting di dalam
meliputi kegiatan menguras, menutup, dan upaya pembangunan masyarakat.
mengubur atau memanfaatkan kembali Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui
barang – barang yang bernilai ekonomis. Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi telah
PSN DBD secara rutin dapat membantu melakukan perekrutan kader kesehatan
menurunkan kepadatan vektor, berdampak melalui kelurahan yang berada di wilayah
pada menurunnya kontak antara manusia kerja pemerintah kota. Adapun yang
dengan vektor, akhirnya terjadinya menjadi dasar perekrutan kader kesehatan
penurunan kasus DBD. di Kota Tebing Tinggi khususnya kader
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
3
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985
juru pemantau jentik (Jumantik) adalah agar kelompok sasaran dapat mengelola
melalui buku panduan PSN-DBD oleh usahanya kemudian dapat memasarkan
Jumantik yang diterbitkan oleh Depkes RI dan membentuk siklus pemasaran yang
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit baik, begitu juga dengan pemberdayaan di
dan Penyehatan Lingkungan (Ditjend P2P bidang sosial, bertujuan untuk kelompok
dan PL) tahun 2007, sebagai upaya untuk sosial dapat menjalankan fungsi sosialnya
meningkatkan pemberantasan penyakit sesuai dengan peran dan tugas sosialnya,
DBD melalui kader Jumantik yang begitu juga bila dikaitkan dengan
merupakan katalisator dalam proses pemberdayaan masyarakat di bidang
pembangunan di masyarakat khususnya kesehatan merupakan suatu upaya atau
berkaitan dengan pemberdayaan proses untuk menumbuhkan kesadaran,
masyarakat. Data dari Dinas Kesehatan kemauan, dan kemampuan masyarakat
Kota Tebing Tinggi menjelaskan bahwa dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
jumlah kader Jumantik yang tercatat di melindungi, dan meningkatkan kesehatan
seluruh kota sebanyak 360 orang, di luar mereka sendiri melalui proses
kader kesehatan lainnya seperti kader memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan
Posyandu, kader Poskeskel dan kader untuk” masyarakat itu sendiri
Lansia. Kecamatan Bajenis sebagai tempat (Notoatmodjo, 2007).
penelitian ini berlangsung memiliki kader Berdasarkan uraian tersebut dapat
Jumantik yang berjumlah 68 orang. dipahami berkaitan dengan kajian ini
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin bahwa kehadiran kader Jumantik dalam
mengetahui pengaruh karakteristik kader hal ini bukan sebagai penentu atau
Jumantik terhadap perilaku menggerakkan pemaksa, tetapi seharusnya mampu
masyarakat dalam penanggulangan DBD menciptakan suasana dialogis dengan
di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi masyarakat dan mampu menumbuhkan,
menggerakkan, serta memelihara
KAJIAN TEORI partisipasi masyarakat sebagaimana agen
Konsep Pemberdayaan Masyarakat perubahan di tengah-tengah masyarakat,
Sumodiningrat (1995), menyatakan sesuai dengan pendapat Nasution (2004),
konsep pemberdayaan masyarakat berarti yang menyatakan kader Posyandu
meningkatkan kemampuan atau merupakan agen perubahan dalam bidang
meningkatkan kemandirian masyarakat kesehatan yang bekerja secara
dalam kerangka pembangunan nasional. profesional yang selalu berusaha
Bahari dalam Siagian dan Suriadi (2010), memotivasi dan menggerakkan
mengungkapkan pemberdayaan masyarakat agar berperilaku sehat yang
masyarakat dapat diartikan sebagai suatu pada gilirannya mempercepat momentum
proses pengupayaan masyarakat yang di akselerasi pergerakan paradigma sehat
dalamnya terkandung gagasan dan maksud yang diinginkan masyarakat Indonesia.
kesadaran tentang martabat dan harga diri,
hak-hak masyarakat mengambil sikap, Perilaku
membuat keputusan, dan selanjutnya Menurut Notoatmodjo (2003),
secara aktif melibatkan diri dalam Perilaku merupakan hasil daripada segala
menangani perubahan. macam pengalaman serta interaksi
Pemberdayaan masyarakat akan manusia dengan lingkungannya yang
memiliki target dan tujuan yang berbeda terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
sesuai dengan bidang pembangunan yang dan tindakan. Perilaku merupakan
ingin dicapai, misalnya tujuan respon/reaksi seorang individu terhadap
pemberdayaan di bidang ekonomi yaitu stimulus yang berasal dari luar maupun
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
4
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985
dari dalam dirinya berkaitan dengan hal pengetahuan dasar tentang perilaku
tersebut juga menyatakan bahwa perilaku target, tentang di mana perilaku-perilaku
kesehatan pada dasarnya adalah respon itu terjadi dan faktor-faktor yang
seseorang (organisme) terhadap stimulus menentukan dan membuat stabil perilaku
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, tersebut. Riset dasar dalam perilaku
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta kesehatan akan meningkatkan efektivitas
lingkungan, yang dapat dibedakan atas 3 rancangan intervensi serta program untuk
kelompok yaitu : 1) Perilaku pemeliharaan membawa perubahan perilaku, Smet
kesehatan. 2) Perilaku pencarian dan (1994), menambahkan bahwa analisis
penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan perilaku berperan penting dalam
kesehatan, atau sering disebut perilaku menggiatkan program promosi kesehatan.
pencarian pengobatan (health seeking
behavior). 3) Perilaku kesehatan Karakteristik Personal
lingkungan. Menurut Blumm derajat
Sunaryo (2004) menyatakan kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat
perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:
yang diperlukan untuk menimbulkan lingkungan, kelengkapan fasilitas
reaksi, yang disebut rangsangan, dengan kesehatan, perilaku dan genetika. Dari ke
pengertian bahwa rangsangan tertentu empat faktor tersebut, perilaku
akan menghasilkan perilaku tertentu. merupakan faktor terbesar yang
Berkaitan dengan adanya memengaruhi kesehatan seseorang.
rangsangan terhadap perilaku Purwanto Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh
(2005), juga menjelaskan bahwa perilaku dua hal, yaitu faktor internal (umur,
individu tidak timbul dengan sendirinya pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan,
tetapi sebagai akibat dari adanya sikap dan berbagai faktor lainnya) dan
rangsangan baik dari dalam dirinya faktor eksternal (budaya, nilai-nilai,
sendiri maupun dari luar individu. Pada sosial, politik). Faktor internal sering juga
hakekatnya perilaku individu mencakup disebut sebagai karakteristik personal.
perilaku yang tampak (overt behaviour) Hal ini membuktikan bahwa karakteristik
dan perilaku yang tidak tampak (inert personal sangat berpengaruh terhadap
behaviour/covert behaviour). Perilaku sehat sakitnya seseorang (Notoatmodjo,
yang tampak adalah perilaku yang dapat 2007).
diketahui oleh orang lain tanpa
menggunakan alat atau metode tertentu, Kader Jumantik
sedangkan perilaku yang tidak tampak World Health Organization
adalah perilaku yang hanya dapat (WHO) (1995), menjelaskan melalui
dimengerti dengan menggunakan alat keberhasilan China dalam pembangunan
atau metode tertentu, misalnya berfikir, kesehatan masyarakat melalui pelayanan
sedih, berkhayal, bermimpi, takut dan kesehatan utama yang di mana salah satu
sebagainya. unsur dari pendekatan tersebut adalah
Gochman dalam Smet (1994), pemakaian kader kesehatan masyarakat
menjelaskan bahwa riset perilaku guna:
kesehatan menjadi sesuatu yang penting, 1. Memberikan pelayanan di tempat-
karena dulu banyak usaha yang berupaya tempat di mana penduduk
untuk merubah perilaku kesehatan namun bertempat tinggal dan berkerja;
secara pragmatis, tergesa-gesa dan 2. Membantu masyarakat dalam
kurang dasar empiris dan teoritis. Alasan mengidentifikasi kebutuhan-
utama untuk ini adalah kurangnya kebutuhannya di bidang kesehatan;
GOVERNANCE/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ DESEMBER 2017
5
GOVERNANCE ISSN: 2406-8721
Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan E-ISSN: 2406-8985