Anda di halaman 1dari 4

PEDOMAN PELAYANAN AMBULANCE

I. Latar Belakang
Di Indonesia, banyak penderita cedera, keracunan, serangan jantung atau kegawat
daruratan yang lain yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit
karena penatalaksanaan yang tidak memadai. Padahal angka kematian di rumah atau
dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika ada pelayanan gawat darurat yang
dapat segera menghampiri penderita, dan dalam perjalanan penderita kemudian
didampingi oleh paramedis dan ambulance yang memadai. Oleh karena itu masyarakat
perlu mengerti fungsi ambulance dan mudah mendapatkan ambulance. Harus segera di
maklumi bahwa pada hakekatnya pelayanan gawat darurat yang seharusnya pergi ke
penderita, dan bukan penderita yang dibawa ke pelayanan gawat darurat. Ini
mengandung konsekuensi, bahwa ambulance yang datang ke penderita dan kemudian
membawanya ke rumah sakit haruslah merupakan suatu “Unit Gawat Darurat berjalan“
sebaiknya dengan perlengkapan gawat darurat yang lengkap, dan petugas medik yang
berketerampilan dalam penanganan gawat darurat.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai
sekarang masih dilakukan dengan bermacam – macam kendaraan, hanya sebagian kecil
saja dilakukan dengan ambulance. Dan ambulancenya bukan ambulance yang
memenuhi syarat tetapi ambulance biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para
korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa koordinasi yang baik.

II. Pengertian
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai
sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya sebagian kecil
saja dilakukan dengan ambulance. Dan ambulancenya bukan ambulance yang
memenuhi syarat tetapi ambulance biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para
korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa koordinasi yang baik.

Syarat transportasi penderita


Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap
(memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu :
 Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah di tanggulangi : resusitasi bila
diperlukan
 Perdarahan di hentikan
 Luka ditutup
 Patah tulang di fiksasi
 Selama transportasi (perjalanan) harus di monitor :
- Kesadaran
- Pernafasan
- Tekanan darah dan denyut nadi
- Daerah perlukaan

1
Dalam ruangan ambulance penderita dapat terlentang, ruangan cukup luas untuk paling
sedikit 2 penderita dan petugas dapat bergerak leluasa serta cukup tinggi sehingga
petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan, dan mobil dapat melalukan komunikasi ke
sentral komunikasi dan rumah sakit, ambulance harus mempunyai identitas yang jelas
sehingga mudah di bedakan dari ambulance lain.

Alat-alat medis

Alat-alat medis yang diperlukan adalah :

 Resusitasi : manual – otomatik


 Laringoskop
 Pipa endo / nasotracheal
 O2
 Alat hisap
 Obat-obat, infus, untuk resusitasi – stabilisasi
 Balut, bidai
 Tandu (vakum matras)
 ECG transmitter
 Incubator untuk bayi
 Alat-alat untuk persalinan
 Alat-alat medis ini dapat disederhanakan sesuai dengan kondisi lokal

III. Tujuan
Sebagai media transportasi penderita gawat darurat dengan cepat dan aman ke rumah
sakit atau sarana kesehatan yang memadai, tercepat dan terdekat.

IV. Ruang lingkup


Semua pelayanan medis ke rumah sakit

V. Tata laksana
a. Petugas penanggung jawab
Wakil direktur bagian umum-keuangan dan wakil direktur bagian pelayanan medis
b. Tata laksana
Transportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas
harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulance hingga diambil alih
oleh pihak rumah sakit. Tindakan di bawah ini harus diperhatikan dalam
mempersiapkan pasien yang akan di transport :
1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa
bernafas tanpa kesulitan setelah diletakkan diatas brankar. Jika pasien tidak
sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien
mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas brankar.
2. Amankan posisi brankar di dalam ambulance. Pastikan selalu bahwa pasien
dalam posisi aman selama perjalanan ke rumah sakit. Brankar pasien dilengkapi
dengan alat pengunci yang mencegah roda brankar bergerak saat ambulance

2
tengah melaju. Kelalaian mengunci alat dengan sempurna pada kedua ujung
brankar bisa berakibat buruk saat ambulance bergerak.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulance pasien harus
di amankan dengan kuat ke brankar. Bukan berarti bahwa pasien harus
ditransport dengan posisi seperti itu. Perubahan posisi di dalam ambulance
dapat dilakukan tetapi harus di sesuaikan dengan kondisi penyakit atau
cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal,
ubah posisi ke posisi recovery (miring ke kiri) untuk menjaga terbukanya jalan
nafas dan drainage cairan.
Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal
akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat
ditransport dengan tungkai di naikan 8-12 inci.
Pastikan pasien terikat dengan baik dengan brankar ambulance. Tali ikat
keamanan di gunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulance,
sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan
aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi
atau bahkan menyebabkan nyeri.
4. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien
cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek
atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulance di jalankan. Ini dilakukan
agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan
papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.
5. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan
pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang
menutupi leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman.
Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan anda
lakukan dan alasannya termasuk memperbaiki pakaian pasien.
6. Perawat memeriksa verban. Verban yang telah di pasang dengan baik pun dapat
menjadi longgar ketika pasien di pindahkan ke ambulance. Periksa setiap verban
untuk memastikan keamanannya. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika
tekanan verban di cabut secara tiba-tiba.
7. Perawat memeriksa bidai. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama
pemindahan ke ambulance. Periksa verban atau kain mitella yang menjaga bidai
kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa
traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang di bidai
perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik dan sensasinya.
8. Keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain
bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit, biarkan mereka
menumpang di ruang pengemudi bukan di ruang pasienkarena dapat
mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk
pengamannya.
9. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menimpa pasien
ketika dinaikkan ke ambulance. Tidak hanya karena diikat dengan tali pengaman
yang kuat atau karena berada dalam ruangan yang sempit, tapi juga karena

3
merasa tiba-tiba dipisahkan dari anggota keluarga dan teman-temannya.
Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik.

VI. Bukti dokumen


Buku registrasi pemakaian ambulance

VII. Monitoring evaluasi


Monitoring dilakukan oleh wakil direktur bagian umum-keuangan setiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai