Anda di halaman 1dari 21

peranan dan tugas guru

menuju guru profesional di era globalisasi


Drs. Anwar

Abstark
Agaknya rendahnya mutu pendidikan selama ini guru menjadi
kambing hitam dan dijadikan sasaran kritik. Ketika ada usul agar
gaji guru dinaikkan timbul pro dan kontra. Banyak orang mengakui
bahwa jika ingin memajukan kualitas sumber daya manusia maka
dunia pendidikan perlu secara serius ditangani termasuk berkaitan
dengan injeksi dananya. Namun tidak semua orang punya
kepedulian untuk itu. Bahkan Gus Dur saja ketika sempat Menjadi
Presiden cecara agak bercanda namun serius “siapa suruh jadi
Guru?”.
Untuk menjadi guru tidak sesederhana yang kita bayangkan.
Banyak variabel tergantung yang perlu diapresiasi oleh seorang
calon guru, atau yang telah menjadi guru termasuk dosen di
perguruan tinggi. Guru tidak hanya perlu menguasai mata pelajaran
yang diajarkan dan menyampaikan materi itu kepada siswa.
Namun tugas guru sangat komplek, berhubungan dengan jumlah
komponen pengajaran sebagai suatu sistem. Pembinaan gurupun
tidak sekedar meminta guru untuk membaca buku-buku pelajaran
sebanyak-banyak mungkin sehingga menyampaikan pelajaran
sebanyak-banyaknya kepada murid. Artinya banyak hal yang perlu
dikuasai guru agar menjadi guru yang profesional. Nah untuk itu
agaknya tulisan ini dapat membantu untuk memahami profesi guru
itu.

A. Peranan dan Tugas Guru

Tugas adalah aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh

seseorang dalam memainkan peranan tertentu. Tugas guru adalah aktivitas dan

kewajiban harus diperformansikan oleh guru dalam peranannya sebagai guru

(Pengajar). Tugas guru itu bermacam- macam hal ini sangat tergantung dari sudut

pandang mana atau perspektif konseptual kita yang mana dalam memandang

pengajaran.
Dalam pandangan tradisional mengajar itu tidak lebih dari pada sekedar

memasukkan isi atau bahan pelajaran yang telah diterimanya. Proses pengajaran,

dalam perspektif ini,hanya meliputi guru atau instruktur, murid, dan buku pelajaran.

Dalam perspektif ini, tugas guru hanyalah membaca isi buku pelajaran, dan

kemudian menyampaikan kepada murid, sehingga pada akhir pelajaran muridnya

bisa mengetahui segala isi buku pelajaran. Apabila mengikuti pandangan seperti ini,

maka cara memperbaiki pengajaran adalah dengan cara memperbaiki gurunya.

Dalam hal ini supervisor meminta guru tersebut agar belajar lebih banyak pada

materi pelajaran yang ada di buku dan metode untuk menyampaikan kepada murid.

Pandangan baru tentang pengajaran adalah bahwa pengajaran itu merupakan

suatu sistem (Dick & Carey 1985). Sistem adalah seperangkat unsur yang tersusun

dalam suatu susunan teratur yang saling berHubungan dan bergantung dalam

melakasanakan aktivitas-aktivitas menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya (Hoy & Miskel 1987, Andrew & Moir 1979, Dick & Carey 1985).

Pengajaran merupakan suatu sistem berarti pengajaran itu terdiri dari sejumlah

unsur atau komponen yang tersusun secara teratur, saling berHubungan dan

bergantung menuju tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Komponen-komponenyang dimaksudkan disini adalah, antara lain, murid,

kurikulum, sumber, media, dan gedung.

Menurut Dick dan Carey (1985), semua kopmponen pengajaran ini saling

berinteraksi dalam menimbulkan minat belajar, berupa perubahan tingkah laku

murid. Tetapi, walaupun tidak adanya penekanan yang berlebihan terhadap salah
satu komponen pengajaran sebagaimana ditegaskan oleh Dick dan Carey, penulis

tetap menganggap bahwa sebenarnya guru merupakan satu komponen yang perlu

mendapatkan perhatian lebih dari pada komponen pengajaran lainya. Sebab, guru

merupakan sumber daya manusia yang sangat menetukan keberhasilan pendidikan

(Chandler 1962, Richey 1974, dan Guthrie & Reed 1986). Ia merupakan unsur

manusiawi yang sangat dekat Hubunganya dengan anak didik dalam upaya

pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik

dalam mencapai tujuan pendidikan. Tidaklah mungkin ada peningkatan mutu

pendidikan tanpa adanya mutu performansi para gurunya.

B. Tugas Guru Dalam Perspektif Baru

Dalam perspektif baru, pengajaran merupakan satu sistem. Konsekuensinya

adalah tugas guru di sini tidak seperti dalam perspektif tradisional. Tugas guru

dalam perspektif baru tidak hanya sekadar membaca buku-buku pelajaran, dan

kemudian menyampaikanya kepada murid-muridnya, melainkan lebih dari itu.

Tugas guru sangat kompleks, berhubungan dengan jumlah komponen pengajaran

sebagai satu sistem. Pembinaan gurunya pun tidak sekadar meminta guru untuk

membaca buku-buku pelajaran sebanyak mungkin sehingga menyampaikan

pelajaran sebanyak-banyaknya kepada murid. Anderson ( 1986) mengembangkan

sebuah model tugas pengajaran yang interdependensi. Model ini mengidentifikasi

lima perangkat tugas yang bertindak secara interdependensi mempengaruhi prilaku

belajar murid.

Dari uraian di atas dapat dilihat ada lima perangkat tugas seorang guru,
yaitu: (1) menyeleksi kurikulum, (2) mendiagnosis kesiapan, gaya, dan minat

murid, (3) merancang program, (4) merencakan pengelolaan kelas, dan (5)

melaksakan pengajaran di kelas. Lebih lanjut, menurut Snyder dan Anderson,

keempat tugas pertama ini merupakan tugas merencakan pengajaran, sedangkan

tugas yang kelima merupakan tugas mengajar guru secara nyata di kelas. Oleh

sebab itu, sebenarnya tugas-tugas guru dalam perspektif baru bisa di kelompokkan

kedalam dua kelompok besar, yaitu merencakan pengajaran dan mengajar di kelas.

Sebenarnya banyak sekali teoritisi teknologi pengajaran (Ada juga yang

menyebutnya dengan istilah teknologi pembelajaran ) yang telah membuat model-

model pengajaran, namun kiranya tidak perlu di uraikan kesemuanya dalam buku

yang sederhana ini. Sebagai bahan perbandingan dengan apa yang telah

dikemukakan oleh Snyder dan Anderson di atas, yaitu tampil model yang

dikemukakan oleh Gage dan Berliner (1979). Menurut Gage dan Bliner ada empat

fase pengajaran yaitu: (1) fase sebelum pengajaran, (2) fase sebelum dan sesaat

pengajaran, (3) fase pengajaran, dan (4) fase sesudah pengajaran. Dalam setiap fase

terdapat aktivitas- aktivitas yang menjadi tugas yang harus di kerjakan guru. Ini

berarti ada tugas-tugas yang harus dikerjakan sebelum pengajaran, saat pengajaran

dan sesudah pengajaran.

Tugas-tugas guru sebelum mengajar adalah bagaimana merencanakan suatu

pengajaran yang baik. Tugas guru pada saat mengajar adalah bagaimana

menciptakan suatu sistem pengajaran yang sesuai dengan yang telah direncanakan.

Sedangkan tugas-tugas guru setelah mengajar adalah bagaimana menentukan


keberhasilan pengajaran yang telah dilakukannya. Ketiga tugas besar ini saling

berHubungan dalam mencapai efektifitas dan efisiensi pengajaran.

a. Merencanakan pengajaran. Tugas pertama guru, sebagai pengajar, adalah

merencanakan pengajaran. Merencanakan pengajaran berarti merencanakan

suatu sistem pengajaran.Sistem pengajaran merupakan suatu bsistem yang

kompleks, sehingga tugas merencanakan pengajaran bukanlah tugas yang

mudah bagi seorang guru. Ia menuntut pemilikan kemampuan berpikir yang

tinggi untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran. Lebih dari itu, ia

menuntut kemampuan yang tinggi untuk bisa mengidentifikasi unsur-unsur

pengajaran dan menghubung-hubungkannya satu sama lainnya.

Tugas guru dibidang pengajaran sama dan relevan dengan langkah-langkah

dalam proses perencaan pengajaran. Kemp (1977) pernah mengembangkan tujuh

langkah dalam perencanaan pengajaran, yaitu; (1) memahami tujuan, mendaftar

topik, dan menetapkan tujuan umum bagi setiap topik; (2) mengidentifikasi

karakteristik pokok murid-murid; (3) menspesifikasi tujuan khusus pengajaran

yang akan dicapai dalam bentuk hasil perilaku murid yang bisa diukur; (4)

mendaftar subyek isi yang mendukung pencapaian tujuan; (5) mengembangkan

pengukuran awal untuk menentukan latar belakang murid dan tingkat pengetahuan

murid mengenai topik; (6) menyeleksi aktvitas-aktivitas belajar-mengajar dan

sumber-sumber pengajaran yang akan menyampaikan subyek isi sehingga murid

bisa mencampai tujuan pengajarannya; (7) mengkoordinasi layanan-layanan

pendukung seperti anggaran dasar, personil, fasilitas, jadwal untuk melaksanakan


rencana pengajaran; (8) mengembangkan alat evaluasi belajar dengan kemungkinan

refisi dan penilaian kembali semua langkah-langkah peracanaan serta

pengembangan.

Dick dan Carey (1985) juga pernah mengembangkan satu model

perencanaan pengajaran untuk merencanakan pengajaran. Menurut model ini ada

sepuluh langkah dalam merencanakan pengajaran, yaitu: (1) mengenali tujuan

pengajaran, (2) melakukan analisis pengjaran,(3) mengenali tingkah laku masukan

dan karakteristik murid, (4) merumuskan tujuan performansi, (5) mengembangkan

butir-butir tesacuan patokan, (6) mengembangkan siasat pengajaran,(7)

mengembangkan dan memilih materi pengajaran, (8) merencanakan dan melakukan

penilaian formatif, (9) merevisi pengajaran, dan (10) melakukan penilaian sumatif.

Demikianlah dua contoh model perencanaan pengajaran. Sebenarnya ada

banyak model yang dikemukakan oleh para teoritisi teknologi pengajaran, seperti

model kaufman, model Instructional Development Institute (IDI), model Wittich

dan Schuller. Namun dalam buku sederhana hanya dikemukakan dua model,

semata-mata untuk menunjukan tugas-tugas dan aktivitas-aktiviyas guru dalam

perencanaan pengajaran yang begitu kompleksnya. Di indonesia sendiri, model

perencanaan pengajaran yang digunakan dalam merencanakan pengajaran semua

bidang studi adalah model prosedur pengembangan sistem Instruksional.

Penggunan model ini bermula dari suatu penelitian yang dilakukan oleh Tim

UNESCO, Emerson, pada tahun 1968 yang lalu. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui tentang kualitas pengakaran yang dilakukan di Indonesia pada saat ini.
Kemudian, berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa adanya

keparahan mutu pengajaran di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menggugah para

perencana dan peneliti pendidikan indonesia untuk mencari pemecahanya. Maka

mulailah dilakukan penataran guru-guru sekolah dasar.

Namun, setelah diperhitungkan, penataran guru-guru sekolah dasar yang

sangat banyak jumlahnya akan membutuhkan waktu yang lama, kira-kira dua puluh

tahun. 1972, mulailah dilakukan suatu percobaan untuk menemukan pola penataran

yang efektif dan efisien. Materi penataran untuk kepentingan percobaan yang

dilakuakn di sekolah Dasar-Sekolah dasar di jakarta, Bandung, Surabaya, dan

malang tersebut disusun dengan model PPSI. Ternyata hasil percobaan tersebut

sangat baik. Bahkan guru-guru yang ditatar mengusulkan agar PPSI dapat

digunakan dalam merencanakan pengajaran di sekolahnya. Sehingga pada tahun

1975, secara resmi PPSI dijadikan model perencanaan pengajaran untuk semua

bidang studi. Model perencanaan pengajaran PPSI tersebut mencakup lima kegiatan

sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan instruksional, (2) menyusun alat penilaian,

(3) menetapkan materi pengajaran, (4) merencankan kagiatan belajar-mengajar, (5)

melakukan program pengajaran.

b. Tugas mengajar di kelas. Tugas guru yang kedua, sebagai pengajaran adalah

mengajar di kelas. Tugas ini menunjukan pada bagaimana sesorang guru

menciptakan suatu sistem pengajaran yang sesuai dengan apa yang telah

direncanakan sebelumnya. Tugas ini mencakup, antara lain, membuka dan

menyampaikan tujuan pengajaran, menyampaikan materi pelajaran, mengunakan


metode-metode serta alat-alat tertentu sesuai dengan rencana, menilai keberhasilan

belajar murid, memotifasi, membantu memecahkan belajar murid. Paling tidak ada

empat aktifitas pengajaran di kelas, yaitu: bertanya, mengarahkan, berpatisipasi,

dan balikan/ mengoreksi. Thomas Green (1971) mengklasifikasikan aktivitas-

aktivitas pengajaran menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) aktivitas logik, (2) aktivitas

strategik, dan (3) aktivitas institusional. Aktivitas logik pengajaran adalah segala

aktivitas yang berHubungan dengan pemikiran dalam melakukan pengajaran,

seperti menjelaskan, menyimpulkan, merangkum, dan mendemonstrasikan.

Aktivitas strategis pengajaran adalah segala aktivitas yang mengacu pada

perencanaan atau strategi dalam pengajaran, seperti motivasi, bimbingan,

pendisiplinan, dan bertanya. Sedangkan aktivitas institusional pengajaran adalah

segala aktivitas yang merupakan bagian dari pengorganisasian kerja guru oleh

institusi sekolah. Aktivitas-aktivitas ini meliputi pengumpulan dana, mengantar

rombongan kerja, memelihara laporan-laporan,memonitor murid, dan dan

konsultan dengan orang tua murid. Kerangka berpikir Green sebagaimana dikutip

Bafadal (1992:31) mendiskriminasikan antar aktivitas-aktivitas pengajaran dan

akivitas-ativitas kantor guru. Aktivitas lagok dan aktivitas strategik lebih menuju

pada aktivitas pengajaran


Aktivitas logik Aktivitas strategik AktivitasInstitusional
Menjelaskan Memotivasi Mengumpulkan dana
Merangkum Membimbing Mengantar rombongan
Menyimpulkan Mengevaluasi Meronda ruangan/gedung
Memberikan ide Merencanakan Menghadiri rapat
Mengumpulkan bukti Mendorong Mengurus daftar hadir
Mendemonstrasikan Mendisiplikan Konsultan dengan orang tua
Mendefenisikan Bertanya murid
Membandingkan Menjaga laporan-laporan

Guru di kelas, sedangkan aktivitas institusional lebih menuju pada aktivitas

guru di luar kelas/ pengajaran. Menurut Mcpherson dan kawan-kawanya (1986)

apabila seorang ingin mengembangkan pengajaran guru, maka harus difokuskan

pada pengembangan akitvitas-aktivitas logik dan strategik. Aktivitas-aktivitas logik

pengajaran diujukkan guru selama pengajaran satu pelajaran, sedangkan aktivitas-

aktivitas strategik pengajaran diujukkan guru dalam kerangka waktu yang lebih

lama, misalnya selama satu semester. Konsekuensinya, menurut Mcpherson pada

kawan-kawanya, apabila kepala sekolah maupun supervisor ingin mengukur

kemampuan guru dalam melakukan aktivitas-aktivitas logik, maka bisa melalui satu

kali observasi kelas. Namun apabila kepala sekolah maupun supervisor ingin

mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas strategik, maka

sebaiknya melalui serangkaian observasi, diskusi, dan review, sehingga

menghasilkan penilaian yang tepat.

Tugas Menilai Pengajaran. Tugas guru yang kedua,sebagai pengajar, adalah

melalui pengajaran. Tugas ini menunjukan bagaimana guru menilai keberhasilan

proses belajar-mengajar yang teklah dikelolanya. Tgas menilai pengajaran yang


bermacam-macam , antara lain mengembangkan butir-butir tes acuan patokan,

melaksanakan pengukuran kepada murid-murid, memberikan koreksi.

C. Keterampilan Pengajaran

Dimuka telah dikemikakan tugas-tugas profesioanal guru, yang oleh penulis

telah dikelompokkan menjadi tiga kelompok tugas, yaitu tugas merencanakan

pengajaran, tugas mengimplementasikan (mengajar) pengajaran, dan tugas melalui

pengajaran. Sebenarnya banyak sekali teoritisi yang telah mengelompokkan dan

mendiskripsikan tugas-tugas profesional dengan berbagai cara yang berbeda-beda.

Namun, terlepas bagaimana kita mengelompokan tugas-tugas profesional guru,

yang pasti dalam upaya melaksanakan tugas-tugas provesional tersebut guru harus

memilki keterampiulan khusus (Special skills).

D. Sekilas Beberapa Teori Oleh Para Teoritisi

Akhi-akhir ini telah banya dikemukakan teori-teori (apabila bisa dikatakan

sebagai teori) tentang keterampilan pengajaran. Antara lain dikemukakan oleh

Amstrong, Denton, dan Savage (1979). Menurut mereka, ada lima kategori

keterampilan mengajar, yaitu: (1) Keterampalan menspesifikasitutjuan performansi,

(2) keterampilan mendiagnosis murid, (3) keterampilan memilih strategi penajaran,

(4) keterampilan berinteraksi dengan murid, dan (5) keterampilan menilai

efektivitas pengajaran. Setiap keterampilan pengajaran ini bisa dipandang sebagai

unsur-unsur dalam model pengajaran yang komprehensif. Setiap kerampilan ini

bisa dijabarkan lebih lanjut. Misalnaya keterampilan berinteraksi dengan murid,

terdiri dari keterampilan memberikan penguatan (reinforcement skill),keterampilan


mengelola kelas, keterampilan berkomunikasi dalam kelompok besar maupun

kelompok kecil, keterampilan mengadakan Hubungan Interpersonal. Keterampilan

menilai efektivitas pengajaran terdiri dari keterampilan, menyusun instrumen

penilaian, keterampilan memberikan kode dan skor, keterampilam memberikan

balikan, dan keterampilan menganalisis skor. Begitu pula keterampilan

menspesifikasikan tujuan performansi, keterampilan mendiagnosis murid, dan

keterampilan memilih strategi pengajar. Semuanya bisa dijabarkan lebih rinci lagi.

Cooper dan kawan-kawannya sebelum menyusun buku berjudul

“Classroom Teacing Skills” (1977) juga mencoba mengklasifikasi keterampilan

pengajaran. Menurut Cooper dan kawan-kawannya, fungsi utama guru adalah

pwmbuatan kepatusan pengajaran, baik dalam merencanakan, mengimplentasikan,

dan menilai pengajaran. Dalam upya membuat keputusan pengajaran dan

melaksanakannya seorang guru harus memiliki keterampilan khusus, yang menurut

Cooper dan kawan-kawannya meliputi: (1) Keterampilan merencanakan, (2)

menulis tujusan-tujuan pengajaran, (3) keterampilan menyajikan, (4) ketarampilan

bertanya, (5) mengajar konsep, (6) keterampilan berkomunikasi interpersonal, (7)

keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengobservasi, dan (9)

keterampilan menilai.

Good dan kawan-kawannya (1975) pernah mengembangkan dua puluh

tujuah keterampilan pengajaran. Misalnya kemampuan guru menumbuhkan minat

belajar murid, kemampuan guru meningkatkan sikap posotif murid terhadap

kemajuan sekolah dan pendidikan kemampuan guru mendiagnosis kesulitan-


kesulitan belajar murid kemampuan guru membuat situasi kelas yang

menyenangkan, kemampuan guru mengkomunikasikan fakta-fakta dan informasi

kepada murid. Kemampuan yang mengembangkantes yang valid untuk menilai

keberhasilan murid. Kemampuan yang dikembangkan Good dan kawan-kawannya

ini tidak hanya menyangkut Hubungan guru dengan murid dalam proses belajar

mengajar, melainkan juga Hubungan dengan teman sejawatnya, misalnya

kemampuan guru bekerja sama dengan staf adminitratif sekolah; dan Hubungan

guru dengan orang tua murid, misalnya kemampuan guru mengkomunikasikan

fakta-fakta dan informasi umum kepada orang tua murid.

Kedua puluh tujuh keterampilan ini, kemudian disebarkan kepada tiga ratus

orang guru. Mereka (guru-guru) diminta dinilai pentingnya kedua puluh tujuh

keterampilan pengajaran tersebut dalam menilai efektivitas penagajaran guru.

Setiap keterampilan disediakan alternatif skor dalam skala lima (1-5).

Memang telah banyak teoritis yang mecoba mendeskripsikan keterampilan

pengajaran. Diantaranya telah dikemukakan di atas. Namun rujukan mereka dalam

mendeskripsikan keterampilan pengajaran tidak jelas. Penulis sendiri cenderung

mengklasifikasi dan mendeskripsikan keterampilan pengajaran merujuk pada tugas-

tugas pengajaran yang diemban oleh guru. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville,

sebagaimana telah ditegaskan dimuka, keterampilan itu sebenarnya merupakan the

requesite knowledge and ability untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.

Keterampiulan pengajaran meruapakan pengetahuan (Knowledge) dan kemampuan

(ability) yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas pengajaran.


Di muka telah dikalsifikasi tugas-tugas profesional guru, yang meliputi

tugas merencanakan pengajaran, tugas mengajar dikelas, dan tugas menilai

pengajaran. Merujuk pada ktiga tugas profesional guru ini, maka penulis

mengkalsifikasi keterampan-keterampilan pengajaran itu menjadi tiga

keterampilan, yaitu: (1) keterampilan merencanakan pengajaran, (2) keterampiulan

mengimplementasikan pengajaran, dan (3) keterampilan menilai pengajaran.

Keterampilan merencanakan pengajaran. Beberapa model perencanaan

pengajaran telah dikemukakan dimuka. Diantaranya menurut Kemp, Dick dan

Carey, dan model PPSI. Semuanya mengisyarkan kepada kita, bahwa tugas-tugas

guru dalam perencanaan pengajaran meliputi mengenali tingkah laku masukan

murid, mengidentifikasi karateristik murid, merumuskan tujuan pengajaran,

mengembankan butir-butir tes acuan patokan, mengembangkan materi pengajaran,

mengembangkan siasat (metoda dan alat) pengajaran, menerapkan sumber-sumber

pengajaran, mengkoordinasikan segala faktor pendukung, mengembangkan dan

melakukan penilain awal terhadap rencana pengajaran, merevisi rencana

pengajaran, dan melakukan penilaian akhir terhadap rencana pengajara.

Dalam upaya melaksanakan tugas-tugas ini diperlukan keterampilan,

mencangkup pemngetahuan dan kemampuan, yang merujuk pada ketiga belas tugas

perencanaan pengajaran diatas. Pengetahuan yang harus dimiliki meliputi tujuan

pendidikan, tujuan institusional, tujuan kurikuler, prinsip dan tehnik perumusan

tujuan pengajaran: prinsip dan tehnik penmganalisan pengajaran: pemahaman

tentang kemampuan dan karateristik murid; penilai pendidikan; materi pengajaran;


metodologi pengajaran; media pengajaran; dan prinsip dan tehnik penggunaan

sumber-sumber belajar. Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki meliputi

kemampuan mengenali tujuan pengajar.

Keterampilan mengimplementasikan pengajaran. Keterampilan ini merujuk

pada tugas profesional guru dalam menciptakan satu sistem atau melakukan

aktivitas-aktivitas pengajaran. Berdasarkan keseluruhan uaraian dimuka, ada tiga

tugas atau aktivitas pokok dalam mengimplementasikan rencana pengajaran, yaitu

membuka pengajaran, mengelola aktivitas pengajaran, menutup pengajaran, Dalam

mengelola aktivitas pengajaran dengan menggunakan materi dan berbagai siasat,

metoda, alat, sumber, dan berbagai faktor pendukung guru harus melakukan

sktivitas logik dan aktivitas strategik sebagaiman kerangka pikir Green dimuka.

Dalam hal ini meliputi penjelasan, memberikan ide, mendemostrasikan,

mendefinisikan, membandingkan, memotivasi, membimbing, mendisiplinkan,

bertanya, memberikan penguatan. Pelaksanaan aktivitasini bervariasi (variasi

stimulus). Sebagian ada yang harus dipraksai bersama antara guru dan murid

tergantung situasi dan kondisi pengajaran.

Dalam upaya mengimplementasikan pengajaran ini guru harus memiliki

keterampilan tertentu, meliputi pengetahuan dan kemampuan. Pengetahuan yang

harus dimiliki sama halnya pengetahuan untuk merencanakan pengajaran.

Mengajarpada dasarnyamenciptakan sistem pengajaran sesuai yang telah

direncanakan sebelumnya. Sedangkan kemampuan yang harus dimliki meliputi

kemampuan membuka pengajaran, kemapuan menjelaskan, memberikan ide,


mendemonstrasikan, mendefinisikan, membandingkan, memotifasi, mendisip-

linkan, bertanya maupun mendorong murid untuk berpikir, memberikan penguatan,

dengan mengunakan materi dan berbagai siasat, metoda, alat, sumber pengajaran

dan semua faktor pendukdung yang sesuai; dan kemampuan untuk menuntut

pengajaran, yaitu kemampuan merangkum atau menyimpulkan.

Keterampilan menilai pengajaran. Keterampilan pengajaran klasifikasi

ketiga adalah keterampilan menilai pengajaran. Keterampilan ini merujuk pada

tugas profesional guru dalam menilai keberhasilan proses belajar-mengajar. Dalam

hal ini tugas-tugasnya meliputi melakuakan penggukuran dengan mengunakan

instrumen pengukuran yang telah dikembangkan pada waktu merencanakan

pengajaran, melakukan kodifikasi dan penskoran, dan memberikan masukan serta

tndak lanjut perbaikan proses dan pengajaran remedial.

Keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas

penilaian pengajaran ini sebagai berikut. Seorang guru harus memahami

metodologi penilaian pengajaran. Dalam hal ini antara lain tehnik dan alat penilain,

kriteria penilaian yang baik, bentu-bentuk tes, Penskoran, statistik yang

berHubungan dengan penilaian, serta program pelaksanaan perbaikan dan

pengayaan. Berangkat dari pengetahuan ini, seorang guru memiliki kemampuan

melakukan pengukuran, baik terhadap proses maupun hasil belajar-mengajar,

kemampuan melakukan kodifikasi dan penskoran, kemampuan memberikan

balikan, dan kemampuan melaksana program perbaikan proses belajar-mengajar


serta pengayaan terhadap murid-murid tertentu bilamana diperlukan. Demikianlah

keterampilan-keterampilan pengajaran yang harus dimilki oleh guru.

E. Pembinaan Keterampilan Pengajaran Guru

Di atas telah dibahas tentang tugas profesional guru dan keterampilan

pengajaran yang harus dimiliki guru dalam upaya melaksanakan tugas-tugas

profesionalnya. Berikut dibahas tentang pembinaan keterampilan pengajaran guru.

Esensial supervisi pengajaran adalah membantu guru mengembangakan.

Kemampuannya, pengetahuanya, sehingga ia semakin mampu memfasilisasikan

belajar bagi murid-muridnya. Pertanyaan sekarang, bagaimana sebaikanya

melaksakan pembinaan keterampilan pengajaran guru?. Langkah-langkah

Pembinaan Keterangan Pengajaran Guru. Menurut Marks, Stoops dan Stoops

(1985) ada lima fase dalam melaksanakan pembinaan keterampilan. Kelima fase

tersebut meliputi: (1) menciptakan Hubungan-Hubungan yang harmonis,(2) analisi

kebutuhan, (3) pengembangan strategi dan media, (4) penilaian dan (5) revisi

FASE I: Menciptakan Hubungan yang harmonis. Langkah pertama dalam

pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah menciptakan Hubungan yang

harmonis antara supervisor dan guru, serta semua pihak yang terkait dengan

program pembinaan keterampilan pengajaran guru. Dalam upaya melaksanakan

supervisi pengajaran memang diperlukan kejelasan informasi antar personil yang

terkait. Tanpa kejelasan informasi guru-guru akan menjadi kebingungan, tidak

mengetahui yang diharapkan supervisor, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam

pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal dalam setiap pembinaan


keterampilan pengajaran melalui supervisi pengajaran, adalah hanya untuk

mengidentifikasi guru yang baik dan jelek dalam mengajar. Padahal seandainya ada

kejelasan informasi, tentu tidak akan tejadi guru-guru yang demikian.

Komunukasi antara supervisor dan guru dikatakan efektif apabila guru-guru

benar-benar menerima supervisi pengajaran sebagai upaya pembinaan

kemampuanya. Dalam upaya demikian ini, diperlukan kejelasan informasi

mengenai hakikatt dan tujuan supervisi pengajaran. Dalam upaya memperjelas

program supervisi pengajaran, tentu diperlukan suatu cara dan prinsi-prinsip

tertentu dalam berkomunikasi secara efektif, ada sejumlah prinsip komunukasi

yang harus diterapkan oleh supervisor, sebagaimana dikemukakan oleh Marks,

Stoops, dan Stoops, sebagai berikut: (1) Berbicaralah sebijaksana dan sebaik

mungkin, (2) Ikutilah pembicaraan orang lain secara seksama, (3) Ciptakan

Hubungan interpersonal, (4) Berpikirlah sebelum berbicara, (5) Ikutilah norma-

norma yang berlaku pada latar sekolah, (6) Usahakanlah untuk memahami

pendapat orang lain, (7) Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri.

(8) Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu, (9) Persingkat

pembicaraan, (10) Ciptakan ketidakgugupan, (11) Bersemangatlah., (12) Raihlah

sikap orang lain untuk membantu program, (13)Berkomunikasilah dengan “eye

communication”, (14) Selalu mencoba. (15) Jadilah pendengar yang baik, (16)

Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi.


FASE II: Analisis kebutuhan. Sebagai langkah kedua dalam pembinaan

keterampilan pengajaran guru adalah analisis kebutuhan (needs) secara hakiki

analisis kebutuhan meerupakan peerbedaan antara pengetahuaanketerampilan dan

sikapyang dipersaratkan dan secara nyata dimilikiprinsip super visi peengajaran

yang di tuju sebagaimanadi keemukakan, di muka,adalah obyektif, artinya dalam

penyusunan program supervisi pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata

pengembangan provesi guru yang harus di kembangkan meelalui supervisi

pengajaran adapun langkah lankah menganalisiskebutuhan sebagai berikut: (1)

Mengindentifikasi kebutuhan–kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan

peerbedaan-peerbedaan (gap) apasaja yaang ada antara peengetahuan ,ketrampilan

daan sikap yang nyata seharusnya guru dan guru?perbedaan-perbedaanya

dikelompok-kelompokan ,disintesiskan ,dan diklasifikasikan. (2) Mengidentifi-

kasikan lingkungan dan hambatan-hambatanya, (3) Menempatkan tujuan umum

jangka panjang, (4) Mengidentifikasikan tugas-tugas manejemen yang di butuhkan

fase ini seperti keuangan sumber-sumber perlengkapan dan media. (4) Mencatat

prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang pengetahuan,

ketrampilandan sikap yang di miliki guru poergunakanlah teknik-teknik tertentu

seperti pengundang konsultandari luar sekolah ,wawancara,dan koesioner. (5)

Mengindentifikasikan dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembunaan

ketrampila pengajaran guru pergunakanlah kata-kata perilaku atau performansi.

(6) Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan ketrampilan pengajaran guru

yang bisa di bina melalui teknik dan media selain pendidikan. (7) Mencatat
memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan ketrampilan pengajaran

guruyang akan di bina melalui cara–cara lain nya.

FASE III : Fase pelaksanaan-pengembangan Strategi dan media. setelah tujuan

tujuan pembinaan ketrampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan-

kebutuhanpembinaan yang di peroleh melalui analisis kebutuhan di atas,

supervisor menganalisis setiaptujuan untuk menentukan teknikp- teknik dan media

supervisi pengajaran yang akan digunakan. Menurut Gwynn (1961), tehnik-tehnik

supervisi bila dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu tehnik supervisi

individual dan tehnik supevisi kelompok. Tujuan pengembangan strategi dan media

supervisi pengajaran ini adalah: (1) untuk mendaftarkan pembinaan-pembinaan

keterampilan pengajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan teknik

supervisi individual, (2) untuk mendaftarkan pembinaan-pembinaan keterampilan

pengajaran yang akan dilakukan melalui teknik supervisi kelompok, dan (3) untuk

mengidentifikasikan dan memilih teknik-teknik dan media supervisi yang siap

digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru yang diperlukan.

Setelah mengembangakan teknik-teknik dan media supervisi pengajaran,

mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pengajaran guru dengan menggunakan

teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Mengenai tekni-teknik

supervisi, baik yang individual maupun kelompok, dan medianya akan diuraikan

secara khusus pada akhir bab ini

Fase IV: penilaian. Penilain merupakan proses sistematik untuk

menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam kontekssupervisi pengajaran,


penilaian merupakan prosessistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang

dicapai dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru. Ada dua tujuan penilaian

pembinaan keterampilan pengajaran, yaitu: (1) untuk menentukan apakah

pengajaran (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagai mana dinyatakan

dalam tujuan pembinaan dan komponen-komponenya dalam rangka perbaikan

proses pembinaan berikutnya.

Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah

bahwa penilaian harus mengukur performansi atau prilaku yang dispesifikasipada

tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru. Langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut: (1) Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian, (2) Tulislah

masing-masing tujuan, (3) Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen

pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi, (4) Uji

lapangan untuk mengetahui validitasnya, (5) Organisasikan, analisis, dan

rangkumlah hasilnya.

Fase V: Revisi. Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan


pengajaran guru adalah merevisi program pembinaan revisi ini yang dilakukan
seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-
langkahnya sebagai berikut: (1) me-review rangkuman hasil penilaian, (2) apabila
ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak tercapai, maka
sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap
guru yang menjadi tujuan pembinaan, (3) apabila ternyata memang tujuanya belum
tercapai, maka mulailah merancang kembali program pembinaan keterampilan
pengajaran guru, dan (4) mengimplementasikan program pembinaan yang telah
dirancang kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, R.J,; Firth, G.R.; dan Neville, R.F. 1981. Instrucional Supervision; A.
Behavioral System, Boston: Allyn and Bascon, Inc.

Andrew, G.M. dan Moir R.E. 1997. Information-Decision Systems in Education,


Itasca, Illionis: F.E. Peacock Publishers, Inc.

Amstrong. ; Denton,; dan Savage. 1979. Instructional Skills Handsbook,


Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc.

Chandler. 1962. Education and theTeacher, New York: Dood, Mead & Company.

Cooper, dkk. 1977. Classroom Teaching Skills: A. Handbook, Taroron: D.C. Health
and Company.

Dick dan Carey. 1985. The Systematic Design of Instruction, Second Edition,
Chicago. Publishing Campany.

Good, dkk. 1975. Haw Teachers View Accoutability, Phi Delta Kappan, Vol. LVI
No. 5 Januari 1975.

Kemp. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit Course, California: Fearon
Publishing.

Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran; Teori dan Aplikasinya Dalam


Membina Profesi Profesional Guru.Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai