Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau disebut juga penyakit
jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) adalah istilah umum untuk penumpukan
plak di arteri jantung yang bisa menyebabkan serangan jantung (AHA, 2015). CAD
terjadi ketika arteri yang memasok darah ke otot jantung menjadi mengeras dan
menyempit. Hal ini disebabkan oleh penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang
disebut plak, di dinding bagian dalamnya. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Lama-
kelamaan akan menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, otot jantung tidak bisa
mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkannya. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
dada (angina) atau serangan jantung. Sebagian besar serangan jantung terjadi saat
gumpalan darah tiba-tiba memotong suplai darah jantung, menyebabkan kerusakan
jantung permanen. (Ratini, 2018).

2. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi:
a. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis.Aterosklerosis digolongkan
sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan konektif di sekitar lapisan
intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis. Lesi ini dapat
bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan
obstruksi aliran darah parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi
tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan
thrombus.Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada
jaringan di sekitarnya.
b. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh
darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi
(vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual
atau perluasan dari infark miokard. Penyebab lain di luar ateroskelorik yang dapat
mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner dapat berhubungan dengan
abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemik, polisitemia, dan
masalah-masalah atau gangguan katup jantung.
Menurut Mayo Clinic (2017), faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi:
a. Usia.
Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan menyempit.
b. Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan risiko penyakit arteri
koroner yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat mengembangkan
penyakit jantung pada usia dini.
c. Merokok.
Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung secara
signifikan.
d. Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pengerasan dan
penebalan arteri Anda, mempersempit saluran yang melaluinya darah bisa
mengalir.
e. Kadar kolesterol darah tinggi.
Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat meningkatkan risiko terbentuknya plak
dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat disebabkan oleh tingkat tinggi low-
density lipoprotein (LDL), yang dikenal sebagai kolesterol "jahat". Tingkat
rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang dikenal sebagai kolesterol "baik",
bisa menjadi tanda aterosklerosis.
f. Diabetes.
Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner. Diabetes
tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki faktor risiko yang sama, seperti
obesitas dan tekanan darah tinggi.
g. Kegemukan atau obesitas.
Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor risiko lainnya.
h. Tidak aktif secara fisik
Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan beberapa
faktor risikonya juga.
i. Tegangan tinggi.
Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak arteri dan juga
memperburuk faktor risiko penyakit arteri koroner lainnya.

3. Tanda dan Gejala


Menurut (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014), manifestasi klinik yang biasa
terjadi pada kasus CAD meliputi:
a. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah
sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan
terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat,
biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri
angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan
emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan
hilang dengan istirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa
menjalar ke dagu dan leher.
b. Perubahan pola EKG
- Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan
nekrosis
- Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa
bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction (ventrikel ekstra
systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi
c. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung tidak
mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru juga
berkurang.
d. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang meningkatkan
stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer
sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
e. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa
darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
f. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat penyempitan
pembuluh darah.
g. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan di
daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang
bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark
merangsang refleks vasofagal

4. Pathway
5. Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017), komplikasi CAD
meliputi:
a. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui. Aritmia yaitu gangguan dalam
irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi otot-otot
jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya
perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Jika
jantung tidak mendapat oksigen yang cukup maka bagian dari jaringan
jantung yang mengatur detak jantung akan rusak. Hal tersebut dapat
menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur selain itu dapat
menyebabkan jantung berdebar, kelelahan dan pusing.
b. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan
kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan
akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
c. Syok kardikardiogenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi
perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa
berakhir dengan kematian.
d. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot
papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup
mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan
vena pulmonalis.
e. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan
atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan
balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung
kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia
ventrikel refrakter.
f. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
g. Emboli Paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung
kongestif yang parah
6. Penatalaksanaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling
umum diantaranya:
- Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
- Beta-bloker (misalnya Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan menghambat
impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan frekuensi
jantung, tekanan darah, dan waktu kontraktilitas jantung yang
menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dan
jumlah oksigen yang tersedia.
- Nitrogliserin (misalnya Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
- Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril,
Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan,
Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,
dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
- Obatan-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut.
- PCI ( Percutaneus Coronary Intervention) atau angioplasti koroner
Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk
mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri
dada, sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah terjadinya infark
miokard serta mengurangi angka kematian. Angioplasti merupakan
prosedur yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk balon dan
stent dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan
diletakkan di antara daerah aterosklerotik. Balon kemudian
dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak.
Prosedur PCI dilakukan di laboratorium kateterisasi jantung. (Smeltzer,
Bare, & Hinkle, 2010)
- CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
CABG merupakan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi
penyakit jantung koroner atau CAD dengan membuat rute baru di sekitar
arteri yang menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar hingga ke
otot jantung sehingga jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang
cukup. Pembuatan rute tersebut menggunakan pembuluh darah dari
bagian tubuh lainnya seperti pembuluh darah dari kaki (vena saphena),
dada (arteri maamria interna) atau lengan (arteri radialis) (Alodokter,
2016).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Echo cardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran jantung
melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat
dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat adanya thrombus pada
bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung serta memeriksa kerusakan
pada katup jantung.

b. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner)


Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau lebih
kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengecek
aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat kateterisasi jantung,
dapat juga dilakukan angiografi koroner menggunakan pewarna khusus dalam
pembuluh darah dan X-ray untuk menunjukkan bagian dalam pembuluh darah.
Hal ini dilakukan untuk mengkaji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah
terdapat gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis. Percutaneus
transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau pembedahan bypass koroner
maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis.
(Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010).
c. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap dari
berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada elektrokardiografi secara
konsisten akibat iskemia atau infark akan nampak pada lead tertentu.
d. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid
(kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pemeriksaan TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan.
b. Kaji keluhan utama klien.
c. Kaji nyeri (PQRST) :
Provocation : hal yang dapat memperburuk nyeri misalnya pada saat berbaring.
Quality : bagaimana jenis nyeri yang dialami seperti terbakar, tercekik, rasa
menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.
Radiasi : dimana nyeri dirasakan, apakah menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Severity : bagaimana keparahan nyerinya. Nilai menggunakan skala nyeri.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, apakah hilang timbul atau terus-menerus.
Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea,
pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin
dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.
d. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya
ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun,
takipnea, mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop
menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV
disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary
crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat (LV disfungsi),
RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver, hati lembek.
e. Parameter Hemodinamik : penurunan Pulmonary Arterial Pressure, Pulmonary Capillary
Wedge Pressure, Systemic Vascular Resistence, Cardiac Output/Cardiac Index.
f. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat
atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau
juga merah muda/ pink tinged.
g. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
h. Pengetahuan
Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit di dalam keluarga ada yang
menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

3. Intervensi Keperawatan

DiagnosaKeperawatan/ Rencanakeperawatan
MasalahKolaborasi
TujuandanKriteriaHasil Intervensi

Nyeri akut bd agen cedera NOC:  Lakukan pengkajian nyeri komprehensif


biologis (iskemia)  Kontrol nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
 Perfusi jaringan : onset/durasi, frekuensi,kualitas,
DS: kardiak intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
- Keluhan tentang  Status kenyamana : pencetus
karakteristik nyeri fisik  Observasi adanya petunjuk nonverbal
DO: mengenai ketidaknyamanan terutama
- Ekspresi wajah meringis Setelah dilakukan pada mereka yang tidak dapat
- Fokus menyempit tindakan keperawatan berkomunikasi secara efektif.
- Fokus pada diri sendiri selama….nyeri akut  Gunakan strategi komunikasi terapeutik
- Perubahan posisi untuk teratasi dengan indikator : untuk mengetahui pengalam nyeri dan
menghindari nyeri  Angina tidak ada sampaikan penerimaan pasien terhadap
- Putus asa  Takikardia tidak ada nyeri.
- Sikap melindungi area  Tekanan darah dalam  Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
nyeri batas normal terhadap kualitas hidup pasien.
 Nyeri hilang atau  Gali bersama pasien faktor-faktor yang
tidak ada dapat menurunkan atau memperberat
nyeri.
 Berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri dirasakan.
 Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri (kelelahan, stres)
 Dorong istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.
 Ajarkan teknik non farmakologi (teknik
relaksasi)
 Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan.

DiagnosaKeperawatan/ Rencanakeperawatan
MasalahKolaborasi
TujuandanKriteriaHasil Intervensi
Intoleran aktivitas NOC:  Monitor sumber kegiatan olahraga dan
berhubungan dengan  Status Jantung Paru kelelahan emosional yang dialami pasien
ketidakseimbangan antara  Keefektifan pompa  Monitor sistem kardiorespirasi pasien
suplai dan kebutuhan jantung selama kegiatan (takikardi, dispnea)
oksigen  Monitor lokasi dan sumber
Setelah dilakukan ketidaknyamanan/nyeri yang dialami
DS: tindakan keperawatan pasien selama aktivitas
- Ketidaknyamanan setelah selama….intoleransi  Buat batasan untuk aktivitas hiperaktif
berkativitas aktivitas teratasi dengan klien saat mengganggu yang lain atau
DO: indikator : dirinya sendiri
- Respon frekuensi jantung  Angina tidak ada  Bantu pasien untuk memahami prinsip
abnormal terhadap  Tekanan darah dalam konservasi energi (kebutuhan untuk
aktivitas batas normal membatasi aktiviatas)
- Perubahan EKG  Denyut nadi dalam  Batasi stimuli lingkungan yang
- Respons tekanan darah batas normal mengganggu untuk memfasilitasi
abnormal terhadap relaksasi
aktivitas  Tingkatkan tirah baring/ pembatasan
kegiatan
 Monitor respon okseigen pasien saat
perawatan maupun perawatan diri secara
mandiri
 Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai stres dan koping intervensi
untuk mengurangi kelelahan.

DiagnosaKeperawatan/ Rencanakeperawatan
MasalahKolaborasi
TujuandanKriteriaHasil Intervensi
Ansietas berhubungan NOC:  Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
dengan ancaman kematian  Status kenyamanan kecemasan
DS:  Tingkat kecemasan  Tentukan apakah ada intervensi relaksasi
- Ketakutan di masa lalu yang sudah memberikan
- Gelisah Setelah dilakukan manfaat
- tindakan keperawatan  Ciptakan lingkungan yang tenang dan
DO: selama…ansietas teratasi tanpa distraksi dengan lampu yang redup
- Gerakan ektra dengan indikator : dan suhu lingkungan yang nyaman jika
- Peningkatan tanda-tanda  Tanda-tanda vital memungkinkan
vital dalam batas normal  Dorong klien untuk mengambil posisi
- Nyeri  Kontrol cemas yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup
 Minta klien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
 Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Pahami situasi krisis yang terjadi dari
perspektif klien
 Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
 Berada di sisi klien untuk meningkatkan
rasa aman dan mengurangi ketakutan
 Lakukan usapan pada punggung/ leher
dengan cara yang tepat.
Pathway CAD

Faktor pencetus seperti usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol tinggi, diabetes

Arteriosklerosis

Penyempitan arteri koroner


Perubahan status kesehatan

Penurunan perfusi jaringan jantung


Perasaan takut akan penyakit

Suplai Oksigen dan Nutrisi terganggu Kerja otot jantung menurun


Koping Inefektif
Penurunan
curah
Metabolisme anaerob Cardiac output menurun
jantung
Ansietas

Peningkatan asam laktat penurunan perfusi jaringan perifer

Merangsang pelepasan mediator asidosis metabolisme sel menurun


kimia (histamin, katekolamin,
bradiinin, prostaglandin)
Fungsi ventrikel terganggu
Energi menurun

Merangsang nosireseptor
Perubahan hemodinamik
Kelelahan

Inpuls dihantarka oleh saraf eferen


Tekanan jantung meningkat

Intoleransi
aktivitas
Serabut eferen Tekanan paru-paru meningkat
Nyeri Sesak

Ketidakefektifan pola nafas

Anda mungkin juga menyukai