Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari.


Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena
memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian
bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2009).
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat
vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah
fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi
darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting
susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan
umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin
meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan
spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap
mempunyai resiko tinggi untuk cacat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah asfiksia neonatorum.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan
masalah asfiksia neonatorum.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada klien dengan
masalah asfiksia neonatorum.
c. Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan
masalah asfiksia neonatorum.
d.Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan
masalah asfiksia neonatorum.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian Asfiksia Neonatorum
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
(Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2008).
Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir
yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
dilahirkan. (Mochtar, 2008).

2. Etiologi
a. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan
menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
2) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta
dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
anemia, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan,
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan
plasenta, solusio plasenta.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat yang
tertekan, menumbung,dll.
d. Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat
terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi
yang berlebihan pada ibu.

3. Manifestasi Klinis
a. Pada kehamilan
1) DJJ > 160 x permenit atau < 100 x permenit,
2) Halus dan ierguler,
3) Adanya pengeluaran mekonium
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi pucat dan sianosis
2) Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3) Hipoksia
4) Asidosi metabolic dan respiratorik
5) Perubahan fungsi jantung
6) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada
gejala neurologic, kejang, nistagamus, menangis kurang
baik/tidak menangis
7) Bayi tidak bernafas/ nafas megap-megap, tidak ada reflex
rangsangan, denyut jantung < 100 kali permenit, kulit
sianosis,pucat, tonus otot mneurun, apgar Skor menurun.

4. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ
(denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti,
denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler
berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode
apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan
yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi
juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan
dan pemberian tidak dimulai segera.
5. Klasifikasi

Ta 0 1 2 Jumla
nda h Nilai
Fr Tidak Kur Leb
ang dari ih dari 100
ekuensi Ada
100 X/menit
Jantung
X/menit
Us Tidak Lam Me
bat, Tidak nangis
aha Ada
Teratur Kuat
Bernafas
To Lump Ekst Ger
remitas akan Aktif
nus Otot uh
Fleksi
Sedikit
Re Tidak Ger Me
akan nangis
fleks Ada
Sedikit
W Biru/P Tub Tub
uh uh dan
arna Kulit ucat
Kemerahan, Ekstremitas
Ekstremitas Kemerahan
Biru

a. Nilai 0-3 : Asfiksia berat


b. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan

menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian

dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar

berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan

menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena

resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.

(bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)


Asfiksia neonatorum di klasifikasikan :
a. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan

tidak memerlukan tindakan istimewa.


b. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik

akan terlihat frekuensi jantung lebih dari

100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.


c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik

ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x

permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan

kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi

jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit

sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung

menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama

pada asphyksia berat.

6. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung

yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga

aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan

menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.


b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita

asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada


saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada

keadaan ini curah jantung akan terganggu sehingga darah yang

seharusnya dialirkan keginjal menurun. Hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pengeluaran urine sedikit.


c. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani

akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya

hipoksemia dan perdarahan pada otak.


7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2008):

1) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran


jantung dan kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
2) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan
subepedmal, pervertikular, dan vertikular.
b. Pemeriksaan Laboratorium:
1) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
2) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
3) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan
cadangan glikogen akibat stress intrauteri yang
mengakibatkan bayi mengalami hipoglikemi.
4) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram

8. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi
bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal dengan ABC resusitasi :
a. Memastikan saluran nafas terbuka :
1) Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
3) Bila perlu masukan ET untuk memastikan pernapasan
terbuka
b. Memulai pernapasan :
1) Lakukan rangsangan taktil. Beri rangsangan taktil dengan
menyentil atau menepuk telapak kaki. Lakukan penggosokan
punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus
tubuh, tungkai dan kepala bayi.
2) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.
c. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan


khusus :
a. Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
2) Pembersihan jalan nafas
3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah
utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2
dengan tekanan, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal
lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat
hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat
natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan
kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis,
reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit
banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya
mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan
pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan
1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi.

2) Asfiksia ringan dan sedang


Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba,
bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan
spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi
sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-
2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala.
Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup
nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila
bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit,
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara
tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke
mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada
ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan
nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan
tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat
terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan,
bikarbonat natrium dan glukosa dapat segera diberikan,
apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata
b. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan
tekanan darah bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas
fleksi sedikit, dan gerakan reflexs sedikit.
d. Riwayat keluhan utama
Seorang ibu prepartum masuk rumah sakit diantar oleh
suaminya pada tanggal 22 mei 2011, sebelum melahirkan ibu
tersebut pernah melakukan pemeriksaan kehamilan dan
anamnese didaptkan hasil bahwa ibu memiliki riwayat anemia
pada trimester ke 3. Setelah diberikan tindakan pengobatan
berupa pemberian tablet zat besi namun ibu tersebut kurang
menunjukkan perbaikan akan kondisi keadaannya. Kemudian
pada tanggal 23 mei 2011 tepat pukul. 19.00 WITA ibu
tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki dengan kondisi
bradipneu: 25x/m, denyut jantung menurun: 90x/m, tekanan
darah: 70/40mmHg, sianosis dan gerakan ekstremitas dan
reflexs sedikit.
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi
dan tekanan darah menurun, bayi nampak sianosis dan
gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs sedikit
segera setelah bayi tersebut dilahirkan.
f. Riwayat Kesehatan masa lalu
1) Prenatal care
a) Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b) Keluhan selama hamil : sering pusing, cepat
lelah, mata berkunang-kunang, dan malaise.
c) Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg
2) Natal
a) Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum
Provinsi
b) Jenis persalinan : Normal
c) Penolong persalinan : Bidan
d) Kesulitan lahir normal : Ibu kesulitan mengedan
karena ibu cepat lelah

3) Post natal
a) Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
b) Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi
menurun
c) Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
d) Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun

g. Riwayat Tumbuh Kembang


Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan Lahir : 2400 gr
2. Tinggi Badan : 40 cm
3. Lingkar kepala : 30 cm
4. Lingkar dada : 28 cm
5. Lingkar lengan atas : 12 cm
6. Lingkar perut : 50 cm
h. Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1) Orang tua mengatakan merasa cemas dan khawatir
mengenai keadaan bayinya.
2) Orang tua selalu menanyakan apakah sakit bayinya dapat
sembuh.
3) Orang tua berharap agar anaknya cepat sembuh.

h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu,
denyut jantung dan tekanan darah menurun, tampak
sianosis, gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.
1) Sistem Pernapasan
a) Hidung: Simetris kiri – kanan,
b) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada
tomor
c) Dada :
- Bentuk dada : tidak simetris
- Gerakan dada : dada dan abdomen tidak
bergerak secara bersamaan,
- Ekspansi dada berkurang
- Suara napas melemah

2) Sistem Cardio Vaskuler


a) Capillary Refilling Time: >2deti
b) Denyut jantung : 110x/m
c) Tekanan darah menurun: 70/40mmHg

3) System Syaraf
a) Bayi mengalami penurunan kesadaran

4) System Muskulo Skeletal


a) Terjadi penurunan tonus otot bayi
b) Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit
c) Bayi nampak lemas dan lemah

5) System Integumen
a) Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
b) CRT: > 3 detik
c) Bayi nampak pucat

6) System Endokrim
a) Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid
7) System Perkemihan
a) Tidak ada edema
b) Tidak ada bendungan kandung kemih
8) System Reproduksi
a) Penis : Bersih
b) Tidak ada kelainan pada area genetalia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Bersihan jalan
Paralisis
DO : tidak efektif
pusat pernafasan
- Bayi
tampak sesak
Asfiksia

Paru-paru
terisi cairan

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
DS : Pola nafas
Janin
DO : tidak efektif
kekurangan O2 dan
- Bayi
kadar CO2
mengalami
meningkat
bradipneu : 25x/m
- Suara
nafas melemah Nafas cepat
- Ekspansi
dada berkurang
Apneu

DJJ dan TD
menurun

Pola nafas
tidak efektif
DS : Resiko cedera
Janin
DO :
Kekurangan O2 dan
kadar CO2
meningkat

Suplai O2 ke
paru

Kerusakan
Otak

Resiko cedera
c. Rumusan Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus
banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau
tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

4. Intervensi
N
Tujuan &
o Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Dx
1 Klien 1.Kaji 1.Sebagai
memperlihatkan tanda vital – indicator adanya
bersihan jalan pernafasan, nadi, gangguan dlm
nafasnya efektif, tekanan darah. system
dengan kriteria : pernafasan
1.Nafas Bayi
kembali normal
2.Bayi aktif. 2.Kaji 2.Berguna
3.Pada frekwensi, dalam evaluasi
pemeriksaan kedalaman derajat distress
auskultasi tidak pernafasan dan pernafasan
ditemukan lagi bunyi tanda-tanda adan/atau
tambahan pernafasan sianosis setiap 2 kronisnya proses
jam. penyakit. Sianosis
mungkin perifer
(terlihat pada
kuku) atau sentral
(terlihat sekitar
bibir dan atau
3.Dorong telinga). Keabu-
pengeluaran abuan dan
sputum, sianosis sentral
pengisapan mengindikasikan
(suction) bila beratnya
diindikasikan. hipoksemia.

3.Kental,
tebal dan
banyaknya
4.Lakukan sekresi adalah
palpasi fokal sumber utama
fremitus gangguan
pertukaran gas
5.Observa pada jalan nafas
si tingkat kecil, pengisapan
kesadaran, dibutuhkan bila
selidiki adanya batuk tidak efektif.
perubahan 4.Penuruna
n getaran vibrasi
diduga ada
pengumpulan
cairan atau udara
terjebak.
6.Kolabora 5.Gelisah
si dengan tim dan ansietas
medis pemberian adalah
O2 sesuai manifestasi umum
dengan indikasi pada hipoksia,
GDA memburuk
disertai
bingung/somnolen
menunjukkan
disfungsi serebral
yang
berhubungan
dengan
hipoksemia.
6.Dapat
memperbaiki
/mencegah
memburuknya
hipoksia.

2 Klien 1.Kaji 1.Kecepata


memperlihatkan pola frekwensi, n biasanya
nafas yang efektif, kedalaman meningkat apabila
dengan Kriteria hasil : pernafasan dan terjadi
1. Frekwensi dan ekspansi dada. peningkatan kerja
kedalaman nafas
pernafasan dalam 2.Catat 2.Penggun
rentang normal upaya aan otot bantu
2. Bayi aktif pernafasan, pernafasan
termasuk sebagai akibat
penggunaan otot dari penigkatan
bantu pernafasan kerja nafas
3.Bunyi
3.Auskulat nafas
asi bunyi nafas menurun/tak ada
dan catat adanya bila jalan nafas
bunyi nafas obstruksi dan
seperti mengi, adanya bunyi
krekels,dll nafas ronki dan
mengi
menandakan
adanya kegagalan
4.Tinggika pernafasan
n kepala bayi dan 4.Untuk
bantu mengubah memungkinkan
posisi ekspansi paru dan
memudahkan
5.Berikan pernafasan.
oksigen 5.Memaksi
tambahan malkan bernafas
dan menurunkan
kerja nafas

3 Klien tampak 1. Cuci 1.Upaya


kooperatif dengan tangan setiap untuk
kriteria: sebelum dan menghindari dari
1. Bebas dari sesudah merawat kuman dari luar
cidera/ komplikasi. bayi. agar tidak
2.Aktivitas yang 2.Pakai terjadi infeksi
tepat dari level sarung tangan
perkembangan anak steril. 2.Upaya
3.Mendeskripsi 3.Lakukan agar tidak terjadi
kan teknik pertolongan pengkajian fisik cedera
pertama. secara rutin
terhadap bayi
baru lahir,
perhatikan
pembuluh darah 3.Memandi
tali pusat dan rikan pasien dan
adanya anomali. keluarga dalam
4.Ajarkan hal merawat bayi
keluarga tentang
tanda dan gejala
infeksi dan 4.Memberi
melaporkannya kan pertahanan
pada pemberi yang lengkap
pelayanan pada bayi sesuai
kesehatan. dengan waktu
5.Berikan yang telah di
agen imunisasi tetapkan
sesuai indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis B
bila serum ibu
mengandung
antigen
permukaan
hepatitis B (Hbs
Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs
Ag) atau antigen
E (Hbe Ag).

5. Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan
keperawatan meninjau kembali dari apa yang telah
direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama
pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif, peredaan
nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan
istirahat tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan,
peningkatan pengetahuan
6. Evaluasi
a. Klien tampak rileks dalam bernafas
b. Jalan nafas klien kembali lancar
c. Kesadaran klien kembali membaik.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Jakarta, 2009,


Salemba Medika
Anik Maryunani, Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta, 2008, Trans Info
Media, Jakarta
Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti, Am. Keb,MKM, Asuhan Neonatus, Bayi dan
Anak Balita, Jakarta, 2007, Trans Info Media Jakarta
Doenges E Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan; Jakarta, 1993. Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta,
2009. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Venny Erlisa Riska Irawan,
https://www.academia.edu/36223311/MAKALAH_DAN_ASUHAN_KEPER
AWATAN_ASFIKSIA_NEONATUS, Malang, 2018, diakses pada 13 Maret
2019 pukul 18.27
Yurlita, https://www.academia.edu/20592936/LP_dan_Askep_Asfiksia, Klaten,
2015, diakses pada 13 Maret 2019 pukul 18.32
Rizamunandar,http://rizamunandar.blogspot.com/2014/03/asuhan-
keperawatan-pada-bayi-dengan.html, Surabaya, 2014, diakses pada 13
Maret 2019 pukul 20.21

Anda mungkin juga menyukai