Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era modern sekarang ini kemajuan teknologi dibidang alat transportasi

berkembang sangat cepat sehingga menjadi kebutuhan bagi setiap individu

agar mendapat akses dengan mudah, namun dibalik kemudahan tersebut

terdapat dampak negatif seperti kemacetan, polusi udara, kriminal dan yang

paling menonjol ialah kecelakaan lalu lintas (Hubdat, 2007). WHO mencatat

ditahun 2014 terdapat 95.906 peristiwa kecelakaan dan sekitar 17,2% menjadi

korban meninggal dunia dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta

orang mengalami kecatatan fisik. Kecelakaan memiliki prevelensi cukup

tinggi yaitu insiden fraktur ekstermitas bawah sekitar 40%. (Motors &

Europe, 2016)

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh

dunia, khususnya di negara berkembang. Menurut World Health Organization

(WHO), kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 2,4 juta jiwa

manusia setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, kecelakaan lalu lintas

merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan stroke.

(Oktasari, Rahayuningsih, & Susanti, 2016)

Berdasarkan hasil Riskesdas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kemenkes RI tahun 2013 kasus cedera yang mengalami patah tulang (fraktur)

dengan angka prevalensi sebesar 5,8%, sedangkan berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2018 kejadian cedera disebabkan kecelakaan lalu lintas di


Indonesia dengan angka pervalensi sebesar 2,2% dan data yang didapat dari

bagian rekam medik RSUD AWS didapati jumlah pasien fraktur berjumlah di

770 orang dari 33.241 pasien RSUD AWS atau sekitar 2,31% dari seluruh

pasien pada tahun 2017.(Krisdiyana, 2019)

Dari hasil data tersebut, dampak yang timbul pada pasien dengan fraktur

yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cedera,

merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri yang dirasakan, resiko

terjadinya infeksi, resiko perdarahan, gangguan integritas kulit, serta berbagai

masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Selain itu fraktur juga

dapat menyebabkan kematian (Mandagi, Bidjuni, Program, Keperawatan, &

Kedokteran, 2017) dengan adanya masalah tersebut terdapat upaya-upaya

seperti upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya

penyembuhan (kuratif), dan upaya pemulihan (rehabilitatif) yang dapat

mengatasi masalah tersebut.

Pada pasien fraktur femur ditemukan masalah keperawatan seperti nyeri

akut dan gangguan mobilitas fisik (SDKI 2016). Sebagai perawat tindakan

yang dapat dilakukan yaitu manejemen nyeri, dan mengajarkan pasien dan

keluarga tentang teknik ambulasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien

fraktur femur di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan

pasien fraktur femur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur femur

2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan fraktur

femur

3) Menyusunkan perencanaan keperawatan pada pasien dengan fraktur

femur

4) Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan fraktur

femur

5) Mengevaluasi pada pasien dengan fraktur femur

1.1 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulisan

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi peneliti dalam

melaksanakan studi kasus, khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada

pasien fraktur femur.

1.4.2 Bagi Tempat Penulisan

Diharapkan karya tulis ilmiah dapat menjadi referensi bacaan ilmiah untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur.


1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Diharapkan penulisan ini dapat jadi acuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang asuhan keperawatan pasien dengan fraktur femur.


DAFTAR PUSTAKA

Krisdiyana. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Orif Fraktur Femur

Di Ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Mandagi, C. A. F., Bidjuni, H., Program, R. S. H., Keperawatan, S. I., &

Kedokteran, F. (2017). Karakteristik Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum GMIM

Bethesda Tomohon (Vol. 5).

Motors, G., & Europe, W. (2016). Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Pada

Pasien Post ORIF Fraktur Femur Di RSOP. Dr. Soeharsono Surakarta.

(June), 15.

Oktasari, V., Rahayuningsih, A., & Susanti, M. (2016). Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Rentang Gerak Sendi Aktif Post Operasi

Pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Ruang Bedah Trauma Center RSUP DR.

M. Djamil Padang. NERS Jurnal Keperawatan, 9(2), 101.

https://doi.org/10.25077/njk.9.2.101-108.2013

Anda mungkin juga menyukai