Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana


perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar
intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung
jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi,
prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas
(Bandman dan Bandman, 1988)

Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan
dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan
membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat
untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan
untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan
alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan.
Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik
dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel,
integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan
perseverance.

Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam


keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir
(thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi
perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa
manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan
perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara konprehensif dan
bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan menggunakan

1
pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan
yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari berfikir kritis ?
2. Apa alasan berfikir kritis ?
3. Apa karakteristik berfikir kritis ?
4. Apa model berfikir kritis?
5. Apa saja metode berfikir kritis ?
6. Apa saja elemen berfikir kritis ?
7. Apa saja aspek-aspek berfikir kritis ?
8. Apa saja fungsi-fungsi berfikir kritis?
9. Apa langkah pemecah berfikir kritis?
10. Apa karakteristik berfikir kritis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian berfikir kritis
2. Untuk mengetahui alasan berfikir kritis
3. Untuk mengetahui karakteristik berfikir kritis
4. Untuk mengetahui model berfikir kritis
5. Untuk mengetahui metode berfikir kritis
6. Untuk mengetahui elemen berfikir kritis
7. Untuk mengetahui aspek-aspek berfikir kritis
8. Untuk mengetahui fungsi-fungsi berfikir kritis
9. Untuk mengetahui langkah pemecah berfikir kritis
10. Untuk mengetahui karakter berfikir kritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau


mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah
proses statis; berpikir dapat berubah setiap hari hari atau bahkan setiap jam.
Karna berpikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua
tindakan keperawatan memerlukan pemikiran, maka penting untuk
memahami secara umum. Penting juga untuk memahami gaya dan pola unik
seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk
dapat berpikir lebih baik.

Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda mungkin
telah berpikir, “apakah saya harus membaca sekarang atau menonton TV?”
“apakah saya harus berbaring di tempat tidur atau duduk dikursi?” “apakah
saya harus menggunakan stabilo atau saya hanya membaca saja?” anda
memikirkan jawabannya untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda
memikirkan jawaban tersebut? Apakah anda mengingat perkataan guru anda
bahwa konsentrasi akan meningkat jika anda duduk dekat meja? Apakah anda
berbaring di atas tempat tidur karena anda selalu berbaring di atas tempat
tidur ketika sedang belajar? Apakah anda mempertimbangkan semua pilihan
dan berpikir mengenai keuntungan dan kerugiannya sebelum memutuskan
model belajar yang anda gunakan?

Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model berpikir yang


berbeda. Anda mungkin bergantung pada kebiasaan masalalu atau situasi
belajar dilihat sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan. Mungkin anda
memutuskan untuk melakukan suatu hal baru atau berbeda, seperti membaca
sembari mengayuh sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua tindakan
yang anda lakukan memerlukan pemikiran, tetapi tidak semua pemikiran

3
sama. Jika anda seperti sebagian besar masyarakat, anda tidak menghabiskan
banyak waktu untuk memikirkan tentang cara berpikir yang berbeda. Anda
bahkan mungkin tidak berpikir bahwa memikirkan cara berpikir adalah hal
penting. Kami percaya bahwa itu penting. Semakin baik anda memahami cara
berpikir anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan memelihara cara
berpikir anda dalam keperawatan.

 Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan


bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan
standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung
jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.

Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Saat perawat bertemu clien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran.


Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat
kesimpulan. Setelah membu at kesimpulan perawat akan menerapkan
prblemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna
memenuhi kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses
keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan
digunakan untuk pengkajian rumusan diaknusis perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi keperawatan.

●Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis

Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang


informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan
dilakukan, berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu
kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya.

Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil


pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan
perhatian terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah

4
meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, an
perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara interdisiplin, serta
perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan lain.
Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan
mengumpulkan data dan validasi. Perumusan diagnosis keperawatan
merupakan tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, karena harus
menentukan masalah dan argumentasi secara rasional. Oleh karena itu, perlu
dilatih sehingga lebih tajam dalam mengidentifikasi  masalah.

●Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan

Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk


mengembangkan hasil untuk diharapkan. Selain itu juga memerlukan
keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan
yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan di
mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan responsnya terhadap
kondisi penyakit. Bekerja dengan klien untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya adalah hal yang paling prioritas, begitu juga mengembangkan
tujuan perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian tujuannya.

●Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi

Berfikir kristis pada tahap implementasi tindakan keperawatan adalah


keterampilan dalam menguji hipotesis, karena tindakan keperawatn adalah
tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan.
Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk membantu
mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan
pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana intervensi keperawatan itu dilakukan.

●Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi

Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas


tindakan di mana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang

5
pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan memutuskan apakah tindakan
keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan informasi tentang
respons klien setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan. Bekerja sama
dengan klien dalam rangka evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat
penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan model konsep total recall.

B. Alasan Berpikir Kritis

Berfikir kritis perlu bagi perawat :


1. Penerapan profesionalisme.
2. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan askep.
Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.
Diperlukan perawat, karena :
 Perawat setiap hari mengambil keputusan.
 Perawat menggunakan keterampilan berfikir :
1. Menggunakan pengetahuan dari berbagai sumbjek dan
lingkungannya
2. menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
3. penting membuat keputusan.

C. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan

        Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.

1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan
konseptualisasi merupakan pemikiran  abstrak yang digeneralisasi secara
otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.

6
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih
buruk dibanding yang lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa
begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk
mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari
sintesis beberapa konsep.
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan
dengan penuh kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya
disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan
seperti itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi
tindakan yang akan diambil.

7
D. Model dari Berpikir Kritis

        Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:

1.   Ingatan Total (T)


Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau  tempat dan
bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini
disimpan dalam ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang kompleks.
Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya
asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2.   Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga
menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat
diterima dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan
seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah
metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal
pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif. Intuisi sering
dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964)
menjelaskan fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”,
yaitu langkah penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
3.   Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila
anda menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan
disebut “terlalu memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali dan
mempertanyakan segala hal terutama asumsi pribadi seseorang dalam
situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan
bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang jelas, meragukan
semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal
tersebut tampak tidak bermakna.

8
4.   Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus
bagi anda. Ide baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan
karena merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan
yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat
yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk
menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
5.   Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang
terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran
seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata
yang terdiri dari kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau
ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”.
Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan
mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda
berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita
“hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk
merenungkan bagaimana kita berpikir.

E. Metode berfikir kritis


Metode Berfikir Kritis:
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok
dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri
dalam proses mengambil keputusan
3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai

9
alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk
persuasi
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
7. Kombinasi beberapa metode

F. Elemen dalam berpikir kritis


Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,
pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan
komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis
Elemen berpikir kritis antara lain:
a. Menentukan tujuan
b. Menyusun pertanyaan atau mebuat kerangka masalah
c. Menunjukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi

Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian kriteria


elemn terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitian dan keterkaitan

G. Aspek-aspek Berpikir Kritis


 Clarity (kejelasan)
Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas,
kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan.
 Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat di telusuri melalui
pertanyaa: “apakah pertanyaan itu kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan?”, bagai mana cara mengecek kebenarannya?” pernyataan dapat
saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, “pada
umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.

10
 Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu pada perincian data-data pendukung yang sangat
mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek
ketepatan sebuah pernyataan.
 Relevance (relevansi,keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan
berhubungan dengan pernyataan yang diajukan. Bagaimana pun usaha
tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi,
usaha tidak relevan dengan ketetapan mereka dalam meningkatkan
kemampuannya.
 Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju
keada pertanyaan dengan kompleks.Misalnya terdapat ungkapan,
“Katakan tidak”.Ungkapan tersebut biasa di gunakan para remaja dalam
rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan
tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab
ungkapan tersebut dapat di tafsirkan dengan bermacam-macam.
 Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut
ini. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen
menurut pandangaan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja
dalam pernyataan yang diajukan.
 Logic (logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: apakah pengertian telah di susun
dengan konsep yang benar?.Ketika kita berfikir dengan 

H. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :

11
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-
hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

I. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang


dihadapi.

2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.

3. Mengolah fakta dan data.

4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.

12
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.

7. Evaluasi

I. Karakter Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini


dapat diartikan bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis
kita melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka
akan tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir
kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan
Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu: 

1. Watak 

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap


skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap
berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian,
mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap
ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. 

2. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke
arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber
pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita
akan menerapkan standarisasi harus berdasarkan kepada relevansi,
keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas
dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang
matang. 

13
3. Argumen 

Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau


berdasarkan data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi hal-hal
sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta menyusun argumen. 

4. Pertimbangan atau pemikiran

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa


premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara
beberapa pernyataan atau data. 

5. Sudut pandang 

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang
akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis
akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang
berbeda. 

6. Prosedur penerapan criteria 

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.


Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil. 

J. Contoh Kasus Penerapan Berpikir Kritis

“Akan mengambil tindakan namun terhalang otoritas”


A adalah seorang perawat disuatu rumah sakit, sedang B adalah pasien. Pasien B
tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien B meminta obat penurun panas pada
perawat A. Sebenarnya, perawat A ingin membantu tetapi ia tidak bisa melakukan
itu tanpa perintah atau resep dokter, sedangkan dokter tidak berada di tempat.
Pembahasan Contoh Kasus Berpikir Kritis
1.    Rumusan masalah
Apakah perawat A harus memberikan obat penurun panas untuk
menolong pasien B atau tidak?

14
2.    Argumen
Hipertemi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
peningkatan suhu tubuh diatas 37,8 derajat celcius peroral atau 38,8 derajat
celcius perrektal karena factor eksternal. (Carpenito, 1995)
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan
pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika
tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa
berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin
menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses
penanganan pasien selanjutnya.
3.    Deduksi
Pada pasien yang menderita hipertermi, sebaiknya perawat melakukan
tindakan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu,
tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak
minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien,
dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera
menghubungi dokter.
4.      Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu,
tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak
minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien,
harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi pasien dengan kasus
hipertermi dan segera menghubungi dokter jika dokter tidak berada
ditempat.
5.         Evaluasi
1)      Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter
Positif :
(a)    Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertermi yang
diderita pasien tidak akan mnejadi lebih parah.
(b)   Tidak akan membahayakan jiwa pasien.
Negatif :

15
Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang
dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah.
2)      Melakukan pertolongan dasar kemudian menghubungi dokter
Positif :
(a)    Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi
atau memberikan obat kepada pasien.
(b)   Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena
penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan
dokter melainkan melalui perintah dokter lewat telepon.
(c)    Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau
ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter.
(d)   Mempercepat pemulihkan kondisi pasien.
Negatif :
(a)     Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat
komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien
dapat tertunda.
(b)     Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
3)       Menghubungi dokter terlebih dahulu untuk menerima perintah
penanganan pasien
Positif :
Dokter dapat member perintah untuk menagani pasien meski melalui
telepon.
Negatif :
(a)   Waktu dan tindakan kurang efesien karena pasien belum
mendapatkan pertolongan dasar dari perawat.
(b)   Harus mengeluarkan biaya
4)      Menunggu kedatangan dokter
Positif :
(a)    Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.
(b)   Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau memberikan
obat atau injeksi untuk pasien.

16
Negatif :
(a)    Jika dokter berada pada jarak yang jauh dan tidak bisa segera
datang, maka kondisi pasien bisa menjadi semakin parah.
(b)   Bisa membahayakan jiwa pasien dan berakibat fatal jika tidak
segera mendapatkan penanganan.
5)      Melakukan pemberian obat secara langsung tanpa menunggu
kedatangan dokter
Positif :
(a)    Pasien tertangani dengan baik.
(b)   Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada pasien.
Negatif :
(a)    Perawat dapat disalahkan atau ditegur karena melakukan
tindakan tanpa perintah dokter.
(b)   Perawat tidak menghargai wewenang dokter.
(c)    Perawat melanggar undang-undang.
6.    Keputusan
Perawat harus memberikan pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik
dan TTV pasien (suhu, tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi),
menganjurkan pasien banyak minum air, memberikan kompres hangat,
memantau status hidrasi pasien. Kemudian setelah itu perawat segera
menghubungi dokter yang bersangkutan agar perawat segera menerima
perintah untuk memberikan obat-obatan atau tindakan lain.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

      Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting


dalam mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan
asuhan keperawatan.   Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap
ide, pengaruh, asumsi, prisip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan,
keyakinan, dan aktivitas. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial
untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan
holistik untuk pemecahan masalah.

B. Saran

   Demikian atas ulasan dari makalah ini dari penulis untuk memperjelas
dalam pembahasan “Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”.  apabila ada
kekeliruan atau tidak jelasnya dalam makalah ini dapat menghubungi penulis,
dan apabila ada kekurangan dari materi ini diharapkan pembaca dapat
membantu dalam memperbaiki makalah ini.terimakasih.

18

Anda mungkin juga menyukai