Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon,
1995 ). Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi
( Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis
adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan
tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini
dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994). Jadi yang merupakan
pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi.

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara


berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi,
memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to
decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti
standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi,
rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam
pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari berfikir kritis ?
2. Apa alasan berfikir kritis ?
3. Apa karakteristik berfikir kritis ?
4. Apa model berfikir kritis?
5. Apa saja metode berfikir kritis ?
6. Apa saja elemen berfikir kritis ?

1
7. Apa saja aspek-aspek berfikir kritis ?
8. Apa saja fungsi-fungsi berfikir kritis?
9. Apa langkah pemecah berfikir kritis?
10. Apa karakteristik berfikir kritis ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian berfikir kritis
2. Untuk mengetahui alasan berfikir kritis
3. Untuk mengetahui karakteristik berfikir kritis
4. Untuk mengetahui model berfikir kritis
5. Untuk mengetahui metode berfikir kritis
6. Untuk mengetahui elemen berfikir kritis
7. Untuk mengetahui aspek-aspek berfikir kritis
8. Untuk mengetahui fungsi-fungsi berfikir kritis
9. Untuk mengetahui langkah pemecah berfikir kritis
10. Untuk mengetahui karakter berfikir kritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Berfikir kritis

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara


berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi,
memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to
decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti
standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi,
rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam
pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).

Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi


situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa
atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis
adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi,
prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan,
keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah,
pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth
(1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup
penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada
serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.

B. Alasan berfikir kritis


Berfikir kritis perlu untuk seorang perawat karena :
1. Penerapan profesionalisme
2. Pengetahuan teknis dan keterampilan teknis dalam memberikan
asuhan keperawatan,
3. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat
dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas .Berpikir kritis juga
dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir

3
yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai
sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis
dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan
dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
C. Karakteristik berfikir kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang
digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.
2. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka

4
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi
tindakan yang akan diambil.

Wade (1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis,


yakni meliputi:
a. Kegiatan merumuskan pertanyaan
b. Membatasi permasalahan
c. Menguji data-data
d. Menganalisis berbagai pendapat
e. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
f. Menghindari penyederhanaan berlebihan
g. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
h. Mentolerasi ambiguitas
D. Model Berpikir Kritis
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model
tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan. Model ini
mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian keperawatan
yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah keperawatan dalam
kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan
ditingkat pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat
berada di pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen berpikir
kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana tindakan agar
asuahan keperawatan aman dan efektif.
1. Dasar Pengetahuan Khusus
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan
khusus perawat dalam keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam
sesuai dengan program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang

5
mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan
setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari
ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan
untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut
memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir
kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup
pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk ber[ikir
secara kritis tentang masalah keperawatan.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman
dalam keperawatan. Kecuali perawat mempunyai kesempatan untuk
berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat keputusan tentang
perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika
perawat harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat
diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan
merefleksikan secara aktif pada pengalaman.
Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat
proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya,
melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat
keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya
dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut
Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus atau rangsangan
yang berasal dari sumber belajar.
a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi
antara manusia baik verbal maupun nonverbal.
b. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan
yang meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata,
dan sebagainya.

6
c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar
yang mewakli suatu objek dan peristiwa
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat
disajikan dalam berbagai macam media.
e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman
yang membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara
senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe
kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi pengetahuan
tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan
keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi
alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk
perencanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian
sampai evaluasi).
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan
aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap ini adalah nili yang harus
ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus
menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi
juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan
secara adil dan bertanggung jawab.
E. Metode berfikir kritis
Metode Berfikir Kritis:
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau
kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau
argumentasi

7
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya
sendiri dalam proses mengambil keputusan
3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui
berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah
dua bentuk persuasi
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media
yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
7. Kombinasi beberapa metode
F. Elemen Berfikir Kritis
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,
pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan
komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:
1. Menentukan tujuan
2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3. Menujukan bukti
4. Menganalisis konsep
5. Asumsi
6. Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan
kesesuaian
7. Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan
keterkaitan.

8
G. Aspek-aspek berfikir kritis :
Aspek-Aspek Berfikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari
beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku
berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau
informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang
lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang
diterimanya dari perkuliahan
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidak jelasan
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari
data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi
atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa
memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari
suatu situasi atau solusi.
H. Fungsi berfikir kritis
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
keperawatan adalah sebagai berikut :

9
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-
hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas
keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.
I. Langkah pemecah
Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara
“apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.

10
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah :
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah
yang dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.
J. Karakter berfikir kritis
Karakter Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat
diartikan bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis
kita melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka
akan tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk
berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis,
dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical
Thinking, yaitu:
1. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis
mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang
berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
2. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk
sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan
atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang
berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi harus berdasarkan

11
kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang
kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten,
dan pertimbangan yang matang.
3. Argumen
Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang
dilandasi atau berdasarkan data-data. Keterampilan berpikir kritis akan
meliputi hal-hal sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta
menyusun argumen.
4. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan
antara beberapa pernyataan atau data.
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini,
yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir
dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut
pandang yang berbeda.
6. Prosedur penerapan criteria
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan,
menentukan keputusan yang akan diambil.
K. Contoh kasus penerapan berfikir kritis

AKAN MENGAMBIL TINDAKAN NAMUN TERHALANG


OTORITAS

Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami


hipotensi dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan
itu tanpa perintah dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter.
Sementara dokter tidak ada di tempat.

12
Rumusan Masalah : Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk
menolong pasien menormalkan tekanan darahnya atau tidak?

1. Argumen : Hipotensi merupakan penyakit tekanan darah rendah


yang biasanya ditandai dengan kondisi pasien yang melemah, kepala
pusing dan pembuluh darah pasien biasanya mengendur. Perawat harus
melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan pertama pada
pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera
ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat
fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin menghubungi
dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses penanganan
pasien selanjutnya.
2. Deduksi : Pada pasien yang menderita hipotensi, sebaiknya
perawat melakukan memberikan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan
fisik pasien (suhu, tekanan darah, umur, dan denyut nadi), pasien diberi
minum air, pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya
dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, dan
setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera
menghubungi (menelepon) dokter.
3. Induksi: Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu,
tekanan darah, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien
ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi
bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, harus dilakukan oleh
perawat jika menghadapi pasien dengan keadaan hipotensi serta tak lupa
segera menghubungi (menelepon) dokter jika dokter tidak ada di tempat
setelah melakukan pertolongan dasar.
4. Evaluasi

- Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter

Positif :

13
- Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipotensi yang
diderita pasien tidak akan bertambah parah
- Kelancaran suplai oksigen pada otak pasien dapat teratasi dengan
cepat dan tepat
- Tidak akan membahayakan jiwa pasien

Negatif :

- Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang


dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah)

- Melakukan pertolongan dasar kemudian segera menelepon dokter

Positif :

- Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi pada


pasien
- Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan
yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan
melalui perintah dokter lewat telepon
- Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau
ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter
- Mempercepat memulihkan kondisi pasien

Negatif :

- Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat


komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat
tertunda

- Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

- Menelepon Dokter untuk mendapat perintah penanganan pasien

14
Positif :

- Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski


itu melalui telepon

Negatif :

- Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum


dilakukan perawat pada pasien tersebut

- Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

- Menunggu kedatangan dokter

Positif :

- Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat


- Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan
untuk mengatasi hipotensi yang dialami pasien

Negatif :

- Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang,
maka kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena tidak segera
ditangani

- Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien tidak


tertolong) jika masih menunggu dokter

- Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu dokter

Positif :

- Pasien tertangani dengan baik


- Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi
yang terjadi pada pasien

15
Negatif :

- Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi


tanpa menunggu dokter
- Perawat tidak menghargai wewenang dokter

- Perawat melanggar undang-undang

5. Keputusan

Perawat harus melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu


dengan pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi),
lalu pasien diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala
lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke
otak lebih lancar. Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada
pasien perawat segera menghubungi (menelepon) dokter yang
bersangkutan sehingga perawat tersebut dapat segera menerima perintah
dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan atau penanganan yang
lain.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan


profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.

B. Saran

Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan


kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam
berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
Serta menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat
berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan
tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

17

Anda mungkin juga menyukai