Anda di halaman 1dari 2

Akar- Akar Penindasan Perempuan

Sebagai seorang muslim, tentunya kita menjadikan islam dengan seperangkat aturannya
sebagai sumber dalam mencari solusi suatu permasalahan. Berdasarkan dari bahasa, “Islam”
diartikan selamat, damai yang menunjukkan bahwa kita sebagai ummat muslim ditekankan untuk
selalu menjunjung tinggi perdamaian, bukan perselisihan bahkan peperangan. Sejarah telah
menunjukkan bahwa pada masa awal islam perempuan mendapatkan penghargaan yang tinggi.
Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan di zaman jahiliyyah yang kurang
menguntungkan dikarenakan ketidaktahuan mereka sebelum datangnya islam yang hadir sebagai
cahaya sehingga mampu mengantarkan mereka kepada jalan kebenaran. Pada prinsipnya islam
menjunjung tinggi kesetaraan, sesuai dengan firman-Nya yaitu:

‫َم ْن ع َ ِم َل صَ ا ل ِ ًح ا ِم ْن ذ َ ك ٍَر أ َ ْو أ ُن ْ ث َ ٰى َو ه َُو مُ ْؤ ِم ٌن ف َ ل َ ن ُ ْح ي ِ ي َ ن َّ ه ُ َح ي َ ا ة ً ط َ ي ِ ب َ ة ً ۖ َو ل َ ن َ ْج ِز ي َ ن َّ هُ مْ أ َ ْج َر ه ُ مْ ب ِ أ َ ْح سَ ِن َم ا ك َا ن ُ وا‬


‫ي َ ع ْ َم ل ُ و َن‬
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan (Q.S An-Nahl: 97).

Beberapa kejadian dari sekian banyak kasus penindasan baik berupa kekerasan, ancaman
dan paksaan terhadap perempuan benar-benar terjadi sejak dulu hingga saat kini. Organisasi-
organisasi perempuan yang benar-benar peduli terhadap persoalan kekerasan terhadap perempuan
memiliki data akurat untuk menjelaskan kejadian yang sedang terjadi. Seperti yang dinyatakan
oleh Komnas Perempuan (komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan), mengenai catatan
tahunan pelaporan kekerasan seksual sepanjang tahun 2018 mengalami kenaikan sebanyak 14
persen dari tahun sebelumnya, yaitu 406.178 kasus. Angka-angka kekerasan baik fisik maupun
psikis akan terus mengalami kemajuan mengiringi kemajuan bangsa-bangsa dunia. Dari seluruh
fakta yang ada, diperparah dengan pandangan kurang positif yang mengitari masyarakat sehingga
memperburuk keadaan perempuan. Misalnya, pandangan yang menyatakan bahwa, seluruh
kekerasan yang dialami perempuan terjadi karena permintaan korban sendiri. Penampilan, kata-
kata, sikap dan anatomi tubuh perempuan dianggap mengundang laki-laki untuk melakukan
kekerasan. Perempuan dianggap sudah memiliki potensi salah sehingga apapun yang menimpa
perempuan diakibatkan oleh perempuan itu sendiri. Dilanjutkan dengan lingkungan dan keyakinan
memberikan pembenaran terhadap anggapan-anggapan tersebut. Selain itu, adanya penafsiran
yang salah mengenai perempuan adalah makhluk Allah yang lebih rendah karena diciptakan dari
tulang rusuk yang bengkok. Perempuan dianggap sebagai makhluk yang kurang akalnya sehingga
harus selalu berada di bawah bimbingan laki-laki. Dengan inilah perempuan diposisikan sebagai
suordinat (bawahan laki-laki).
Kasus penindasan lain juga mampu menjangkiti dalam ranah teknologi, yang dimana
korban selalu menjadi obyek yang dirugikan. Seperti halnya pelaku memiliki foto atau video
pribadi yang didapatkan dari korban atau dari sumber manapun yang mampu digunakan sebagai
sarana memanfaatkan korban untuk melakukan sesuatu, dengan cara mengancamnya jika tidak
ingin melakukan hal yang diperintahkan. Meskipun sanubari sang pelaku tidak benar-benar
bermaksud menyebarkan, namun secara mental dan psikologis korban khawatir jika data
pribadinya tersebut disalahgunakan. Sehingga hal ini mendesak dan mendorong korban untuk
melakukan hal yang tidak ia kehendaki. Segala hal yang membuat seseorang merasa gelisah dan
tidak aman, seperti adanya peretasan akun, menakuti korban sehingga korban merasa selalu ada
yang membuntuti di setiap langkahnya, adanya telepon atau sms dari nomor yang tidak dikenal,
dan kasus lainnya yang ditujukan untuk menjatuhkan reputasi dari korban. Dari fakta kemajuan
teknologi tersebut dapat diketahui bahwa penindasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi
antara laki-laki dan perempuan, namun bisa saja terjadi antara sesama jenis yaitu perempuan
dengan perempuan. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi dari permasalahan yang dihadapi,
pertemanan yang kurang baik, persaingan, gaya hidup yang berbeda, permasalahan ekonomi dan
masalah-masalah kompleks yang sering dipermasalahkan karena adanya dampak dari arus
globalisasi, baik meliputi kedua belah individu atau dapat melibatkan lebih dari dua individu.
Perempuan memiliki peluang yang sama dengan laki-laki dan sesamanya untuk meraih
prestasi baik dalam bidang spiritual maupun karir. Perbedaan anatomi fisik dan biologis antara
laki-laki dan perempuan tidak mengharuskan adanya perbedaan status dan kedudukan. Dengan
adanya kesadaran akan kedudukan dan peran antara laki-laki dan perempuan, maka akan
melahirkan kesadaran dan keseimbangan tanggung jawab dalam berbagai tugas, baik domestik
maupun publik. Pada tahap selanjutnya akan tercipta prinsip keadilan yang merupakan inti dari
ajaran setiap agama. Karena pastilah semua agama di indonesia memiliki standar keadilan yang
tidak berbeda jauh sesuai dengan nalurinya yang tercipta sebagai manusia, meskipun esensi dari
masing-masing agama berbeda sesuai dengan keyakinan sang pemeluk.

Anda mungkin juga menyukai