Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Disusun oleh:
Indah Khairunnisa
20184010136
Pembimbing:
dr. Kurnianto Trubus Pranowo, Sp.An., M.kes
SYOK HEMORAGIK
Disusun Oleh:
Indah Khairunnisa
20184010136
Disahkan oleh,
Dokter pembimbing:
Syok merupakan suatu keadaan dimana aliran darah tidak memadai untuk memenuhi
dan sel. Karena hipoksia, pada syok terjadi gangguan metabolisme sel, sehingga dapat timbul
kerusakan irreversible pada jaringan organ vital. Berdasarkan hemodinamik dan mekanisme
terjadinya,syok dibagi menjadi syok kardiogenik, syok hipovolemik, syok distributif dan syok
obstruktif.
Penurunan curah jantung akan menyebabkan penurunan aliran darah sistemik, penurunan
volume darah yang kembali ke jantung dan akhirnya akan lebih memperberat kerja jantung.
Perdarahan merupakan keadaan darurat medis yang sering dihadapi oleh dokter di
ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya
secara cepat dan signifikan volume dari intravaskular sehingga terjadi syok hipovolemik, yang
menyebabkan penurunan stroke volume dan cardiac output, sehingga menyebabkan gangguan
perfusi jaringan. Resusitasi pada syok hemoragik akan mengurangi angka kematian.
optimalisasi transpor oksigen dan bila perlu pemberian vasokonstriktor bila tekanan darah tetap
rendah setelah pemberian loading cairan. Pemberian cairan merupakan hal penting pada
pengelolaan syok perdarahan dimulai dengan pemberian kristaloid dilanjutkan dengan koloid
dan transfusi darah komponen tergantung dari jumlah darah yang hilang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh orang dewasa terdiri dari: zat padat 40% berat badan dan zat cair 60% berat
badan; zat cair terdiri dari: cairan intraselular 40% berat badan dan cairan ekstraselular 20%
berat badan; sedangkan cairan ekstraselular terdiri dari: cairan intravaskular 5% berat
transselular sekitar 1-3 % berat badan, meliputi sinovial, pleura, intraokuler dan lain-lain.
Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,
sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-
rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah
cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding
dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan
orang dewasa.
Cairan Intravaskular
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter, dimana 3 liter merupakan
plasma, dan sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, serta platelet.
Cairan Transselular
pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transelular adalah sekitar 1 liter, tetapi
cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transselular.
Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh Natrium dan protein plasma.
semipermeabel, yang terjadi apabila kadar total cairan di kedua sisi membran berbeda. Air
akan berdifusi melalui membran untuk menyamakan osmolalitas. Pergerakan air ini
dilawan oleh tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik sangat
dipengaruhi oleh albumin. Apabila kadar albumin rendah, maka tekanan onkotik rendah
adalah tempat distribusi protein plasma dan koloid; juga tempat distribusi K+, PO4– .
Elektrolit terpenting di dalam cairan intraselular: K+ dan PO4- dan di cairan ekstraselular:
osmol per liter larutan (osm/L). Osmolalitas adalah konsentrasi osmolar suatu larutan bila
dinyatakan sebagai osmol per kilogram air (osm/kg). Tonisitas merupakan osmolalitas
relatif suatu larutan. Osmolaritas total setiap kompartemen adalah 280 –300 mOsm/L.
Larutan dikatakan isotonik, jika tonisitasnya sama dengan tonisitas serum darah yaitu 275
– 295 mOsm/kg.
semipermeabel dari larutan dengan kadar rendah menuju larutan dengan kadar tinggi
sampai kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
dapat dilalui air (pelarut), tetapi tidak dapat dilalui zat terlarut.
di dalam pembuluh darah akan mendorong air secara difusi masuk melalui pori-pori.
Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggunakan mekanisme transpor
pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi; mekanisme transpor
aktif membutuhkan energi berkaitan dengan Na-K Pump yang membutuhkan energi ATP.
Pompa Natrium-Kalium adalah pompa yang memompa ion natrium keluar
melalui membran sel dan pada saat yang bersamaan memompa ion kalium ke dalam sel.
Tabel 2. Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasa
Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang menyebabkan
suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan inadekuatnya hantaran
oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya
oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok.
Telah diketahui dengan baik respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi. Tubuh
secara logis akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ non vital dan dengan
demikian fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi
perdarahan akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat rangsang ‘baroreseptor’
di aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang mengakibatkan teraktivasinya
saraf simpatis di jantung dan organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi
vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-organ non-vital, seperti di kulit, saluran
cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan
akut ini, dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang
vasopressin, yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula
akan melepas renin, menurunkan MAP (Mean Arterial Pressure), dan meningkatkan
pelepasan aldosteron dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia
sering terjadi saat perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis yang
sirkulasi yang akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah
meningkat. Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan
spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak
dimana pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean
Arterial Pressure). Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam
waktu yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena
mekanisme vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian
resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat
Gejala klinis tunggal jarang ditemukan saat diagnosa syok ditegakkan. Pasien bisa
mengeluh lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya
aneurisma aorta abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah dan lama
pendarahan terjadi di rumah atau di lapangan, maka harus ditaksir jumlah darah yang
hilang.
Untuk pendarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari rektum
atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari saluran cerna
bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rektum harus diduga adanya
Pendarahan saat trauma kadang sulit ditaksir jumlahnya. Karena rongga pleura,
jumlah yang sangat besar dan bisa menjadi penyebab kematian. Perdarahan trauma
eksternal bisa ditaksir secara baik, tapi bisa juga kurang diawasi oleh petugas emergensi
medis. Laserasi kulit kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar.
Fraktur multipel terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah yang cukup besar.
dengan penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya darah yang
hilang bisa terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada pasien penyakit dalam dan
pasien trauma. Dimana kedua tipe perdarahan ini biasanya ditegakkan dan ditangani
secara bersamaan.
Syok umumnya memberi gejala klinis kearah turunnya tanda vital tubuh, seperti:
hipotensi, takikardia, penurunan urin output dan penurunan kesadaran. Kumpulan gejala
tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari gagalnya sirkulasi tubuh.
usia dan penggunaan obat tertentu, kadang dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan
nadinya dalam batas normal. Oleh karena itu pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien
Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering, pucat dan
dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi dan tidak sadar. Pada fase awal nadi
cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan darah sistolik bisa saja masih dalam
batas normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia
kronik. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat kemungkinan adanya
darah. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat
gejala hematothoraks, dimana suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup di area
dekat perdarahan.
Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung kaki, yang
dapat mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka. Periksa adakah perdarahan
di kulit kepala, apabila dijumpai perdarahan aktif harus segera diatasi bahkan sebelum
pemeriksaan lainnya. Periksa juga apakah ada darah pada mulut dan faring.
palpitasi, dan perkusi redup. Periksa panggul apakah ada memar/ekimosis yang mengarah
pelvis, bila ada krepitasi atau instabilitas mengindikasikan terjadinya fraktus pelvis dan
ini dapat mengancam jiwa karena perdarahan terjadi pada rongga retroperitoneum.
Kejadian yang sering dalam klinis adalah pecahnya aneurisma aorta yang bisa
menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis yang bisa mengarahkan kita adalah
Fraktur pada tulang panjang ditandai nyeri dan krepitasi saat palpasi di dekat fraktur.
Semua fraktur tulang panjang harus segera direposisi dan digips untuk mencegah
perdarahan di sisi fraktur. Yang perlu diperhatikan terutama fraktur femur, karena dapat
mengakibatkan hilangnya darah dalam jumlah banyak, sehingga harus segera diimobilisasi
dan ditraksi secepatnya. Tes diagnostik lebih jauh perlu dilakukan untuk menyingkirkan
Jangan lupa pula untuk melakukan pemeriksaan rektum/rectal toucher. Bila ada
darah segar curiga hemoroid interna atau externa. Pada kondisi yang sangat jarang curigai
perdarahan yang signifikan terutama pada pasien dengan hipertensi portal. Pasien dengan
riwayat perdarahan vagina lakukan pemeriksaan pelvis lengkap, dan lakukan tes
penunjang primer dan sekunder. Luka multipel bisa terjadi dan harus mendapat perhatian
khusus, hati-hati perdarahan bisa menjadi pencetus syok lainnya, seperti syok
neurogenik.
Perdarahan < 750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml
sisa volume darah yang beredar dan berapakah sisa eritrosit yang tersedia untuk
Bila volume darah hilang 1/3, penderita akan meninggal dalam waktu beberapa jam.
a. Vasokonstriksi organ sekunder (viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ primer
d. Pergeseran kompartemen cairan. Kehilangan darah dari intravaskular sampai 10% EBV
tidak mengganggu volume sebesar yang hilang. Tetapi kehilangan yang lebih dari 25%
atau bila terjadi syok/hipotensi maka sekaligus kompartemen interstitial dan intrasel
ikut terganggu. Bila dalam terapi hanya diberikan sejumlah kehilangan plasma volume
(intravaskular), penderita masih mengalami defisit yang menyebabkan syoknya
Dalam keadaan normal, jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan adalah:
Unsur cardiac output x pO2 x 0,003 karena hasilnya kecil dapat diabaikan, maka tampak
bahwa persediaan oksigen untuk jaringan tergantung pada curah jantung / cardiac output,
saturasi O2 dan kadar Hb. Karena kebutuhan oksigen tubuh tidak dapat dikurangi kecuali
dengan hipotermia atau anestesi dalam, maka jika eritrosit hilang, total Hb berkurang,
curah jantung harus naik agar penyediaan oksigen jaringan tidak terganggu. Pada orang
normal dapat menaikkan curah jantung hingga 3 x normal dengan cepat, asalkan volume
sirkulasi cukup (normovolemia). Faktor Hb dan saturasi O2 jelas tidak dapat naik.
Hipovolemia yang terjadi akan mematahkan kompensasi dari curah jantung. Dengan
mengembalikan volume darah yang telah hilang dengan apa saja asal segera
normovolemia, maka curah jantung akan mampu berkompensasi. Jika Hb turun sampai
tinggal 1/3, tetapi curah jantung dapat naik sampai 3 x, maka penyediaan oksigen ke
pengembalian eritrosit.
BAB III
PENATALAKSANAAN
tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan
Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk:
1. Pemeriksaan Fisik
dan meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings)
penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah
Airway dan breathing: Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan
perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai
perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan
menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan
sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin
mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus
dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cedera intrakranial.
menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari "head to toe"
Pemasangan kateter urin: Kateterisasi kandung urin memudahkan penilaian urin akan
adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.
Gauge) sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral. Lebih baik kateter pendek dan
kaliber besar agar dapat memasukkan cairan dalam jumlah besar dengan cepat. Tempat
yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewas aadalah pembuluh darah lengan
maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femoralis, jugularis atau vena
subclavia dengan kateter besar). Seringkali akses vena sentral di dalam situasi gawat
darurat tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna ataupun tidak sepenuhnya steril,
karena itu bila keadaan penderita sudah memungkinkan, maka jalur vena sentral ini
harus diubah atau diperbaiki. Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi
penempatan jarum intraosseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral.
Kalau jalur intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas daraha rteri juga harus dilakukan pada
saat perdarah. Foto toraks harus diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia
atau vena jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskuler dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler
dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaC1 fisiologis
adalah pilihan kedua. Walaupun NaC1 fisiologis merupakan cairan pengganti yang
baik namun cairan ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkhloremik.
Kemungkinan ini bertambah besar bila fungsi ginjalnyakurang baik. Jumlah cairan dan
darah yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada evaluasi awal penderita.
Pada tabel di bawah, dapat dilihat cara menentukan jumlah cairandan darah yang
mungkin diperlukan oleh penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volume
kristaloid yang secara akut diperlukan adalah mengganti setiap mililiter darah yang
plasma yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini dikenal dengan
sebagai hukum "3 untuk 1". Namun, lebih penting untuk menilai respon penderita
kepada resusitasi cairan dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ yang memadai,
misalnya keluaran urin, tingkat kesadaran dan perfusi perifer.Apabila pada waktu
perfusi organ jauh melebihi perkiraan tersebut, maka diperlukan penilaian ulang yang
teliti dan perlu mencari cedera yang belum diketahui atau penyebab lain untuk
syoknya.
Gejala klinis dari kehilangan volume ini adalah minimal. Bila tidak ada komplikasi,
akan terjadi takikardi minimal. Tidak ada perubahan yang berarti dari tekanan darah,
tekanan nadi, atau frekuensi pernafasan. Untuk penderita yang dalam keadaan sehat,
jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti. Pengisian transkapiler dan mekanisme
kompensasi lain akan memulihkan volume darah dalam 24 jam. Namun, bila ada
kehilangan cairan karena sebab lain, kehilangan jumlah darah ini dapat mengakibatkan
Gejala klinis termasuk takikardi, takipnoe, dan penurunan tekanan nadi. Penurunan
tekanan nadi ini terutama berhubungan dengan peningkatan dalam komponen diastolik
peningkatan tonus dan resistensi pembuluh darah perifer. Tekanan sistolik hanya
berubah sedikit pada syok yang dini karena itu penting untuk lebih mengandalkan
evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik. Penemuan klinis yang lain yang akan
ditemukan pada tingkat kehilangan darah ini meliputi perubahan sistem syaraf sentral
yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan atau sikap permusuhan. Walau kehilangan
darah dan perubahan kardiovaskular besar, namun produksi urin hanya sedikit
terpengaruh. Aliran air kencing biasanya 20-30 ml/jam untuk orang dewasa.
Akibat kehilangan darah sebanyak ini dapat sangat parah. Penderita hampir selalu
menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat, termasuk takikardi dan takipnue
yang jelas, perubahan penting dalam status mental, dan penurunan tekanan darah
sistolik. Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi, inilah jumlah kehilangan darah
paling kecil yang selalu menyebabkan tekanan sistolik menurun. Penderita dengan
kehilangan darah tingkat ini hampir selalu memerlukan tranfusi darah. Keputusan untuk
memberi tranfusi darah didasarkan atas respons penderita terhadap resusitasi cairan
meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistoluk yang cukup besar, dan
tekanan nadi yang sangat sempit. Produksi urin hampir tidak ada, dan kesadaran jelas
menurun. Pada kulit terlihat pucat dan teraba dingin. Penderita ini sering kali
memerlukan tranfusi cepat dan intervensi pembedahan segera. Kehilangan lebih dari
a. Transfusi darah
Ini adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok. Hemodilusi dengan cairan tidak
bertujuan meniadakan transfusi, tetapi mempertahankan hemodinamik dan perfusi yang baik
sementara darah donor tetap perlu ditransfusikan dalam memberikan koreksi defisit cairan
ekstraselular (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak tersedia, dapat digunakan universal
donor yaitu golongan O dengan titer anti A rendah (Rh negatif) atau Packed Red Cell-O.
b. Plasma Expander
Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran, gelatin, hydroxy-ethyl starch)
sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal lebih lama di intravaskular. Namun,
sayangnya defisit ECF tidak dapat dikoreksi oleh plasma expander. Selain itu, dari segi harga,
plasma expander jauh lebih mahal daripada Ringer Laktat (kira-kira 10x lipat lebih mahal).
Reaksi anaphylactoid dapat terjadi, baik karena dextran maupun gelatin (0,03 - 0,08%
pemberian). Reaksi ini dapat terjadi disertai dengan syok, yang memerlukan adrenalin untuk
mengatasinya. Apabila tidak segera ditangani dengan baik dan tepat, reaksi ini dapat berakhir
fatal. Dextran juga menyebabkan gangguan pada crossmatch darah dan pada dosis lebih dari
c. Albumin
Albumin 5% ataupun Plasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik dari segi volume
effect. Tetapi harganya sangat mahal, sekitar 70x lipat dari harga Ringer Laktat untuk
Cairan ini paling mirip komposisinya dengan cairan ECF. Meskipun pemberian infus IVF
diikuti perembesan, namun akhirnya tercapai keseimbangan juga setelah cairan interstitial/ISF
jenuh. Cairan lain seperti Dextrose dan NaCl 0,45% tidak dapat digunakan.7
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak mengandung
molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular,
sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang.
Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskular 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang
intravaskular ke interstisial berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar
dalam 24 - 48 jam sebagai urin. Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan
(mOsm/L)
Laktat
Asetat
0,9%
*
sebagai laktat
#
sebagai asetat
Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan
kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi
dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan
hiponatremia, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang
paling mirip dengan cairan ekstraselular. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar
kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio dan
sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara
Ringer Asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat
terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada
hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer
Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat
membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
intraselular/Intracellular Fluid (ICF); menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Tonisitas < 270
Bersifat isotonis: konsentrasi partikel terlarut = ICF; tidak ada perpindahan cairan melalui
membran sel semipermeabel. Tonisitas 275 – 295 mOsm/kg; misal : NaCl 0,9%, Ringer Laktat,
koloid
3. Cairan khusus
Bersifat hipertonis: konsentrasi partikel terlarut > ICF; menyebabkan air keluar dari sel, menuju
daerah dengan konsentrasi lebih tinggi. Tonisitas > 295 mOsm/kg; misal: NaCl 3 %, Manitol,
Syok hemoragik (hipovolemik): disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairan
tubuh.
Cairan di tubuh manusia terdiri dari cairan intraselular dan cairan ekstraselular terbagi
dalam:
Cairan intravaskular
Cairan interstisial
Cairan transelular
dari larutan dengan kadar rendah menuju larutan dengan kadar tinggi sampai kadarnya
sama.
Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul melalui pori-pori. Larutan akan bergerak
Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggunakan mekanisme transpor
10% EBV tidak mengganggu volume sebesar yang hilang. Tetapi kehilangan
yang lebih dari 25% atau bila terjadi syok/hipotensi maka sekaligus