Anda di halaman 1dari 2

Mushaf Elektronik

MUSHAF ELEKTRONIK[1]

Pertanyaan.

Pada Zaman ini, perangkat komunikasi canggih yang disebut smartphone seakan
sudah menjadi bagian tak terpisahkan dengan masyarakat, termasuk masyarakat
Muslim. Smartphone ini berisi sebagian aplikasi yang bernuansa islami. Misalnya,
aplikasi mushaf yang memungkinkan seorang Muslim menyimpan dan membaca
al-Qur’an secara utuh, dari awal sampai akhir. Pertanyaannya, apakah sama
antara orang yang membuka aplikasi al-Qur’an di smartphone dengan orang yang
membuka mushaf versi cetak yang selama ini kita kenal? Apakah orang yang
membuka aplikasi al-Qur’an itu mendapatkan pahala sebagaimana orang yang
membuka mushaf versi cetak? Bolehkah membawanya ke Toilet/WC (Water
Closet)? Bolehkah orang yang sedang berhadats menyentuhnya? Jazakumullah
khairan

Jawaban.

Dalam istilah modern, mungkin kita bisa mendefinisikan mushaf itu sebagai salah
satu sarana prasarana yang berisi atau mengandung seluruh al-Qur’an yang
susunan ayat-ayat serta surat-suratnya sama dengan mushaf yang telah
disepakati oleh kaum Muslimin pada masa khilafah Utsman bin Affan Radhiyallahu
anhu.

Definisi di atas mencakup semua macam mushaf, baik yang tempo dulu yaitu yang
berbentuk rangkaian kertas dan tulisan yang menghimpun semua al-Qur’an dalam
rangkaian kertas yang terkumpulkan diantara dua sampul, juga mencakup mushaf
versi modern, seperti mushaf yang disimpan dalam kartu Chip atau pada CD
(Compact Disc), termasuk al-Qur’an khusus untuk para tunanetra yang ditulis
dengan huruf braile.

Meski demikian, mushaf elektronik sedikit berbeda dengan mushaf yang dicetak
di atas kertas. Mushaf elektronik tidak akan sama hukumnya dengan mushaf yang
dicetak di atas kertas, kecuali ketika aplikasi al-Qur’an diaktifkan dan ayat-ayat
al-Qur’an yang tersimpan dalam memori mulai tampak dan terbaca di layar
monitor. Jika ayat-ayat al-Qur’an itu sudah tampak dan terbaca, maka ketika itu
membaca ayat-ayat al-Qur’an dalam aplikasi tersebut sama dengan membaca
mushaf yang dicetak di atas kertas. Orang yang membacanya akan mendapatkan
pahala yang disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu yang marfu’ :

‫ لوللةم لحمر ة‬، ‫ف‬


‫ لولميةم‬، ‫ف‬ ‫ ألل ة‬: ‫ لوللكمن‬، ‫ف‬
‫ف لحمر ة‬ ‫سلنةة لبلع م‬
‫ ألـم لحر ة‬: ‫ لل أقول‬، ‫شلر أمملثالللها‬ ‫ لواللح ل‬، ‫سلنةة‬
‫ا لفللةه لح ل‬ ‫لممن لقلرأ لحمرفا ا لممن لكلتا ل‬
‫ب ل‬
‫ف‬‫لحمر ة‬

Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah (al-Qur’an), maka dia akan
mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dibalas sepuluh kebaikan
yang semisal. Saya tidak mengatakan alif lâm mîm ( ‫)ألـم‬itu satu huruf, akan tetapi
alif satu huruf, lâm satu huruf dan mim satu huruf[2]
Juga hadits Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu yang juga marfu’:

‫ف‬ ‫ لفملليمقلرمأ لفي املةم م‬،‫سوللةه‬


‫صلح ل‬ ‫ب ا‬
‫ال لولر ة‬ ‫سارهة ألمن ليمعلللم ألانةه ةيلح ا‬
‫لممن ل‬

Barangsiapa ingin mengetahui bahwa dirinya cinta Allah Azza wa Jalla dan Rasul-
Nya, maka hendaklah dia membacanya dalam mushaf[3]

Dan hadits-hadits shahih lainnya yang menunjukkan keutamaan membaca dan


memperbanyak membaca al-Qur’an.

Terkait hukum membawa mushaf elektronik ke Toilet/Water Closet (WC) dalam


keadaan tidak terpaksa membawanya masuk, maka itu termasuk perbuatan
terlarang, selama smartphone atau perangkat canggihnya masih aktif , aplikasi al-
Qur’an juga masih diaktifkan dan ayat-ayat al-Qur’an masih terpajang di layar
smartphone. Termasuk juga dalam hal ini, larangan menyentuhnya dengan sesuatu
yang najis, meletakkan di atas sesuatu yang najis, atau mengotorinya dengannya.
Karena kehormatan al-Qur’an melekat padanya saat aplikasi itu dinyalakan dan
ayat serta suratnya terlihat dengan jelas.

Namun larangan-larangan tersebut akan hilang dari mushaf elektronik ketika


perangkat modern tersebut dimatikan dan aplikasinya tidak sedang diaktifkan
sehingga ayat-ayat al-Qur’an tidak terlihat pada layar smartphone. Ketika
aplikasinya sedang tidak aktif, perangkat modern itu tidak lagi dianggap mushaf
dan segala hukum terkait mushaf sudah tidak ada lagi pada perangkat modern
tersebut.

Dari sisi lain, diperbolehkan bagi orang yang sedang berhadats kecil maupun
besar untuk menyentuh atau memegang smartphone atau perangkat modern
lainnya yang berisi aplikasi al-Qur’an elektronik, baik ketika aplikasi itu sedang
diaktifkan atau tidak. Karena huruf-huruf al-Qur’an yang terlihat pada layar
smartphone atau layar iPad/Tablet tiada lain hanyalah getaran-getaran elektronik
yang dienkripsi secara harmonis sehingga tampak huruf, namun huruf-huruf itu
tidak akan tampak kecuali dengan menggunakan aplikasi tertentu.

Berdasarkan penjelasan ini, maka menyentuh layar smartphone atau layar


iPad/Tablet tidak dianggap menyentuh mushaf elektronik secara hakiki, berbeda
dengan mushaf yang dicetak. Menyentuh kertas dan huruf-huruf yang tercetak di
atasnya dianggap menyentuh mushaf secara hakiki. Oleh karena itu, orang yang
sedang berhadats tidak diperintahkan untuk bersuci saat hendak menyentuh
mushaf elektronik. Namun untuk lebih hati dan berjaga-jaga, maka sebaiknya
bersuci.

Wallahu a’lam

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/5560-mushaf-elektronik.html

Anda mungkin juga menyukai