Anda di halaman 1dari 5

NAMA : BULAN RHEA

KELAS :XII IPA 5

MUKJIZAT RASULULLAH SAW. DAN DALILNYA

I’jâz (kemukjizatan) secara leksikal bermakna tidak mampu (‘âjiz) dan tidak berdaya. Secara
teknikal bermakna mengerjakan sebuah urusan atau mendemonstrasikan sebuah perbuatan
yang sama atau serupa dengan perbuatan tersebut tidak dapat dikerjakan oleh orang lain. Oleh
itu, mukjizat adalah ayat-ayat dan tanda-tanda yang digunakan para nabi untuk menetapkan
kenabiannya dan orang lain tidak mampu dan tidak berdaya untuk melakukan hal yang sama.
Seperti tongkat Musa As yang berubah menjadi ular naga besar dan hidupnya orang mati
yang dilakukan oleh Isa As.

Nabi Saw sepanjang masa hidupnya memiliki banyak mukjizat yang terhitung sebanyak
empat ribu mukjizat. Mukjizat terbesar Rasulullah Saw adalah al-Qur’an yang berbeda
dengan mukjizat-mukjizat seluruh nabi dan bahkan berbeda dengan mukjizat-mukjizat beliau
sendiri. Mukjizat al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal dan abadi sebuah mukjizat yang
berbentuk kitab yang memiliki ragam dimensi kemukjizatan seperti kefasihan (elokuensi) dan
retorika (balagha) yang tiada tandingnya, penjelasan sebaik-baik ajaran Ilahi dan lain
sebagainya yang dibahas dan diperdebatkan oleh kalangan ulama dan para penafsir secara
panjang lebar.

Lontaran tantangan al-Qur’an (tahaddi) merupakan sebaik-baik dalil atas kemukjizatan al-
Qur’an yang menegaskan, “Dan jika kamu (tetap) meragukan Al-Qur'an yang telah Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah (paling tidak) satu surah saja
yang semisal dengan Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk
melakukan hal itu), jika kamu orang-orang yang benar.”[1] (Qs. Al-Baqarah [2]:23) Dan
hingga hari ini seluruh manusia tidak kuasa dan berdaya untuk menyodorkan bahkan satu
surah misalnya surah-surah yang terkecil dari al-Qur’an. Dan dapat dipastikan bahwa mereka
tidak akan mampu melakukan hal itu hingga hari Kiamat. Demikian juga, berita-berita gaib
yang merupakan dimensi lain dari kemukjizatan al-Qur’an dan mengingat bahwa seluruh
berita-berita gaib yang diketahui Rasulullah Saw dengan perantara wahyu dan pertama
kalinya disampaikan kepada masyarakat merupakan salah satu mukjizat yang pernah
didemonstrasikan Rasulullah Saw. Di antara berita-berita gaib ini yang disampaikan
Rasulullah Saw kepada masyarakat dan juga termaktub dalam al-Qur’an sebagaimana berikut
ini:

1. Sebagian orang dari kalangan Bani Israel[2] memeluk Islam untuk memperoleh sedekah
namun mereka bukan orang yang benar-benar beriman. Tatkala mereka datang ke hadapan
Rasulullah Saw dan mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang beriman, al-Qur’an
menyatakan kepada Rasulullah Saw, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah
beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami
telah tunduk’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.”[3] Mengetahui apa yang
tersembunyi dan tersimpan di hati orang-orang merupakan salah satu mukjizat Ilahi yang
dipraktikan Rasulullah Saw.

2. Ash bin Wail mengata-ngatai Rasulullah Saw dengan abtar karena tidak memiliki putra.
Rasulullah Saw menyebut Ash bin Wail sebagai abtar dan menyebut dirinya sebagai kautsar.
Al-Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang
terputus (keturunannya).”[4] Nubuat ini terlaksana dan generasi Ash bin Wail terputus
setelah putranya namun generasi Rasulullah Saw senantiasa berlanjut.[5]

3. Berita tentang kemenangan bangsa Romawi setelah mereka menderita kekalahan telak
dari pasukan Iran, “Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang”[6] (Qs. Al-Rum [30]:1-3)

Al-Qur’an memberitakan dua mukjizat yang terjadi bagi Rasulullah Saw sebagaimana
berikut:

1. Isra dan Mikraj Rasulullah Saw:

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”[7] (Qs. Al-Isra [17]:1) Ayat ini berceritera tentang mikraj
(isra) Rasulullah Saw bahwa setelah memperjalankan Rasulullah Saw ke Masjid al-Aqsha,
Allah Swt mengangkatnya ke qaba al-qausain atau adna (yang lebih dekat darinya).[8]

Inti kejadian mikraj adalah mukjizat Rasulullah Saw. Pasca mikraj juga Rasulullah Saw
menjelaskan berita-berita gaib yang tiada bandingannya dalam perjalanan ini. Masalah mikraj
dijelaskan seluruh ulama terkemuka Islam yang terjadi sebelum hijrah Rasulullah Saw dari
Mekkah ke Madinah meski terdapat perbedaan pendapat seputar tahun kejadiannya. Sebagian
dari ulama menyebutkan bahwa mikraj terjadi pada tahun kedua bi’tsat (pengutusan resmi)
atau ketiga atau kelima atau keenam. Sebagian lainnya menyebutkan pada tahun selain empat
kemungkinan ini.

Karena itu, apa yang disebutkan dalam ayat, “Untuk kesekian kalinya ia (Muhammad)
menyaksikan-Nya di Sidrat al-Muntaha”[9] demikian juga dari beberapa riwayat Ahlulbait
As dapat disimpulkan bahwa mikraj Rasulullah Saw terjadi dua kali.[10]

Sesuai dengan penegasan al-Qur’an, isra dan mikraj bermula dari Masjid al-Haram meski
sebagian ulama menyebutkan rumah Ummu Hani atau Syi’b Abu Thalib sebagai tempat
permulaan perjalanan Rasulullah. Terdapat kemungkinan pertama kalinya bermula dari
Masjid al-Haram dan untuk kedua kalinya bermula dari rumah Ummu Hani. Namun terdapat
beberapa dalil yang menampik Syi’b Abu Thalib sebagai tempat permulaan perjalanan
Rasulullah Saw.[11]

Hal penting lainnya yang harus disampaikan terkait dengan mikraj Rasulullah Saw adalah
cara naiknya beliau. Apakah beliau mengalami mikraj ruhani atau baik mikraj jasmani dan
ruhani?

Terdapat banyak pendapat yang disampaikan para penafsir terkait dengan masalah ini bahwa
mikraj yang dijalani Rasulullah Saw adalah mikraj ruhani dan jasmani.”[12] Artinya
Rasulullah Saw diperjalankan dari Masjid al-Haram ke Bait al-Muqaddas dengan badan
materialnya dan dari Bait al-Muqaddas naik ke langit dengan badan dan ruhnya. Dan selama
dalam perjalanannya Rasulullah Saw menukil banyak berita ghaib.[13] Untuk memperoleh
informasi lebih jauh ihwal hakikat mikraj Rasulullah Saw kami persilahkan Anda untuk
merujuk pada kitab-kitab tafsir.

2. Syaq al-Qamar (Terbelahnya Bulan)

Pada permulaan surah al-Qamar, Allah Swt menyebutkan mukjizat agung Rasululah Saw ini
dan menyatakan, “Kiamat telah dekat dan bulan telah terbelah”[14] Peristiwa terbelahnya
bulan sebagai buah dari permintaan kaum Musyrikin Mekkah (sebelum hijrah) kepada
Rasulullah Saw berupa ayat dan sebuah tanda lalu berkata, “Apabila engkau adalah benar-
benar seorang nabi Allah belahlah bulan untuk kami dan ubahlah menjadi dua bagian.
Rasulullah Saw berkata kepada mereka, “Apabila aku melakukan hal itu untuk kalian apakah
kalian akan beriman? “Iya.” Pungkas mereka. Malam itu, malam badar yaitu purnama penuh.
Rasulullah Saw memohon kepada Allah Swt supaya bulan terbagi menjadi dua bagian.
Dengan isyarat Rasulullah Saw membelah bulan menjadi dua bagian dan banyak orang yang
menyaksikan mukjizat ini namun orang-orang musyrik kembali mengingkari mukjizat besar
ini dan berkata Muhammad telah menyihir kita.[15] Al-Qur’an menjelaskan pengingkaran
kaum musyrikin ini sebagai adat yang selalu mereka lakukan, “Dan jika mereka (orang-
orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini
adalah) sihir yang terus menerus. Mereka mendustakan (ayat-ayat Allah) dan mengikuti
hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.”[16]

Demikianlah sebagian hal yang telah disebutkan di atas dalam kaitannya dengan mukjizat-
mukjizat Rasulullah Saw. [IQuest]

[1]. (Qs. Al-Baqarah [2]:23)

َ ‫ب ِم َّما ن ََّز ْلنَا َع‬


" ‫لى‬ ِ ‫صا ِدقِین َو إِن ُکنت ُ ْم‬
ٍ ‫فى َر ْی‬ َ ‫َّللاِ إِن ُکنت ُ ْم‬ ُ ْ‫ورةٍ ِمن ِمثْ ِل ِه َو ادْعُوا‬
ِ ‫ش َهدَا َء ُکم ِمن د‬
َّ ‫ُون‬ َ ‫س‬ُ ِ‫" َع ْب ِدنَا فَأْتُواْ ب‬.

[2]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 17, hal. 199.

[3]. (Qs. Al-Hujurat [49]:14)

ِ ُ‫ت ْاْلَع َْرابُ َءا َمنَّا قُل لَّ ْم تُؤْ ِمنُواْ َو ََل ِکن قُولُواْ أ َ ْسلَ ْمنَا َو لَ َّما یَدْ ُخ ِل ْاَلی َمان‬
"‫فى قُلُوبِ ُک ْم‬ ِ َ‫قَال‬...".

[4]. (Qs. Al-Kautsar [108]:3)

"‫ک ه َُو ْاْل َبْتر‬


َ َ‫إِ َّن شَانِئ‬."

[5]. Bihâr al-Anwâr, jil. 17, hal. 203.


[6]. (Qs. Al-Rum [30]:2-3)

ِ ‫ْنى ْاْل َ ْر‬


َ ‫ض َو هُم ِمن بَ ْع ِد َغلَ ِب ِه ْم‬
‫سیَ ْغ ِلبُون‬ َ ‫فى أَد‬،
ِ ‫الرو ُم‬
ُّ ‫ت‬ ُ .
ِ َ‫غ ِلب‬

[7]. (Qs. Al-Isra [17]:1)

" ‫س ْب َحانَ الَّذِى أَس َْرى‬ َ ‫لى ْال َمس ِْج ِد ْاْل َ ْق‬
َ َ‫صا الَّذِى ب‬
ُ ‫ار ْکنَا َح ْولَهُ ِل‬
ُ ‫نریَهُ ِم ْن َءایَاتِنَا ِإنَّهُ ه َُو‬ َ ِ‫بِعَ ْب ِد ِه لَی اًْل ِمنَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام إ‬
‫صیر‬ِ ‫"الس َِّمی ُع ْال َب‬.

[8]. (Qs. Al-Najm [53]:7-9)

‫ْلى‬ ِ ُ‫و ه َُو ِب ْاْلُف‬،


َ ‫ق ْاْلَع‬ ْ ‫س‬
َ ‫ین َّّث ُم‬ َ ‫اب قَ ْو‬
َ َ‫فَکاَنَ ق‬،‫لى‬ َ ‫ فَأ َ ْو َحى ِإ‬،‫ْنى‬
َ َ‫لى ِّدَنَا فَتَد‬ َ ‫ َع ْب ِد ِه َما أ َ ْو َحى أَ ْو أَد‬.

Untuk menelaah tafsiran ayat ini lebih jauh silahkan lihat Husain Thabathabai, Terjemahan
Persia al-Mizân, jil. 19, hal. 38 dan seterusnnya, Intisyarat-e Daftar Islami.

[9]. (Qs. Al-Najm [53]:14)

‫و لَقَدْ َر َءاهُ ن َْزلَةا أ ُ ْخ َرى‬،‫ى‬


َ ‫ ِعندَ ِسد َْرةِ ال ْمنتَ َه‬.

[10]. Abdu Ali Arusi Huwaizi, Nûr al-Tsaqalaîn, jil. 3, hal. 98, Intisyarat-e Ismailiyan, Qum.

[11]. Sayid Mahmud Alusi, Ruh al-Ma’âni fi Tafsir al-Qur’ân al-‘Azhim, jil. 8, hal. 8,
Intisyarat Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut.

[12]. Terjemahan Persia al-Mizan, jil. 19, hal. 39.

[13]. Terjemahan Persia, al-Mizân tafsir ayat pertama surah al-Isra.

[14]. (Qs. Al-Qamar [54]:1)

"‫ت السَّا َعةُ َو انش ََّق ْالقَ َمر‬ َ ‫"ا ْق‬.


ِ َ‫ترب‬

[15]. Fadhl Hasan Thabarsi, terjemahan Persia Majmâ al-Bayân, jil. 24, hal. 10.
‫)‪[16]. (Qs. Al-Qamar [54]:2-3‬‬

‫‪،‬و َکذَّبُواْ َو اتَّ َبعُواْ أَ ْه َوا َء ُه ْم َو ُک ُّل أَ ْم ٍر ُّم ْستَ ِقر‬


‫َو ِإن یَ َر ْواْ َءایَةا یُ ْع ِرضُواْ َو یَقُولُواْ سِحْ ٌر ُّم ْست َِم ٌّر َ‬

‫‪Sumber :‬‬

‫‪http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa2897‬‬

Anda mungkin juga menyukai