DISUSUN OLEH :
STIFA D 2017
(Elmita, 2017).
Nomor Ukuran Volume (mililiter)
000 1,7
00 1,2
0 0,85
1 0,62
2 0,52
3 0,36
4 0,27
5 0,19
Untuk Hewan Untuk Hewan
10 30
11 15
12 7,5
(Syamsuni, 2006).
II.1.4 Keuntungan Sediaan Kapsul (Syamsuni, 2006).
1. Bentuknya menarik dan praktis
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
memiliki rasa dan berbau tidak enak
3. Mudah ditelan dan cepat hancur/larut dalam perut sehingga obat cepat
diabsorpsi
4. Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
II.1.5 Kerugian sediaan kapsul (Fatmawaty, 2012).
a. Bahan-bahan yang voluminous dapat menimbulkan masalah, hal ini
dalam batas tertentu dapat diatasi dengan melakukan granulasi
sebelum dimasukkan kedalam kapsul.
b. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap
lembab).
c. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul
d. Tidak dapat diberikan untuk balita
e. Biaya produksi lebih mahal dibandingkan dengan produksi tablet
f. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena
pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
II.1.6 Masalah-masalah dalam sediaan kapsul (Fatmawaty, 2012).
Masalah-masalah yang dijumpai pada penanganan serbuk sełama
pencampuran dan pengisian sangat beragam, meskipun masalah adalah
umum untuk semua tipe mesin pengisian, namun mesin tertentu
memberikan situasi yang unik. Diantara masalah-masalah yang umum,
ada yang penting untuk dicatat:
a. Setelah bagian-bagian serbuk dicampur homogen dengan teknik yang
sesuai, aliran dari hasil campuran harus cukup memadai untuk
memastikan pemindahan serbuk yang cukup ke dalam kapsul pada
waktu pengisian. Pemisahan tidak boleh terjadi selama penanganan
serbuk dalam mesin pengisinya sendiri.
b. Tidak tercampur secara fisik antara bahan-bahan berkhasiat, antara
bahan pengencer, antara bahan berkhasiat dan bahan pengencer
dengan cangkang kapsul dapat menimbulkan masalah
II.1.7 Bahan tambahan yang digunakan dalam kapsul (Fatmawaty,
2012).
1. Pengisi
Bahan pengisi digunakan untuk mengisi massa kapsul sampai bobot
yang di inginkan, sifatnya harus inert.
a. Faktor pertama dalam pemilihan bahan pengisi ialah kecocokan antara
bahan aktif dan bahan pengisi
b. Faktor kelarutan, kelarutan bahan berkhasiat didalam bahan pengisi,
misalnya karena terjadi reaksi akan terbentuk senyawa tidak larut atau
penguraian bahan aktif. Contoh pengisi yang lazim sering digunakan
adalah laktosa, amilum, dikarbon fosfat
2. Glidan
Bahan glidan digunakan untuk menghasilkan aliran serbuk atau
granul contohnya magnesium stearat. Konsentrasi sangat berpengaruh <
1 % dan untuk zat - zat tertentu hanya 0.025-0,50 %. Contohnya Mg.
Stearat dan talk.
3. Lubrikan
Lubrikan sangat penting untuk menaikkan sifat aliran dari granul,
menurunkan reaksi antara partikel dan mencegah adhesi bahan dengan
penambahan logam pada mesin pengisian kapsul, digunakan untuk
mengurangi adanya gesekan pada alat. Lubrikan sering menyebabkan
terbentuk suatu lapisan tipis penyalut yang menolak air dikelilingi granul.
Lubrikan sering menghalangi proses pembasahan granul, menurunkan
kemampuan penetrasi medium disolusi ke dalam granul yang berarti
mengurangi permukaan efektif kontak dengan partikel sehingga
memperlama proses disolusi. Dalam proses pengerjaannya perlu
diperhatikan waktu dan intensitas pencampuran harus dihindari
pencampuran yang berlebihan (over mixing) dalam produksi. Contohnya
logam stearat atau asam stearat.
4. Penghancur (Disintegran)
Penghancur bekerja dengan cara mempermudah penetrasi cairan
dan desentegrasi karena pengembangan penghancur. Efisiensi dari
penghancur sering meningkat dengan meningkatnya daya pemampatan
tergantung kepada kelarutan dari bahan berkhasiat, pengisi, dan Lubrikan
yang digunakan. Konsentrasi bahan penghancur yang digunakan 3-10 %.
Contohnya Natrium - starch glukolate, cros carmellose.
5. Surfaktan
Penambahan surfaktan sangat penting sekali untuk bahan berkhasiat
hidrofob, karena surfaktan akan meningkatkan pembasahan massa
serbuk untuk mengatasi efek menolak air dari lubrikan hidrofob yang
digunakan surfaktan yang dapat meningkatkan disolusi dari sediaan
bentuk kapsul.
6. Hidrofilisasi
Merupakan upaya agar supaya bahan berkhasiat hidrofil dan lebih
mudah dibasahi sehingga tidak menolak air atau mengembang dalam
medium disolusi pada waktu pengujian disolusi. Hidrofilisasi dapat
dilakukan dengan cara penyalutan bahan berkhasiat dengan koloid hidrofil
seperti metil sukrose, penyalutan obat dengan surfaktan atau dengan cara
membuat zat berkhasiat dalam bentuk dispersi padat menggunakan zat
hidropilik sebagai matrix, variabel ini (diatas) dapat berlaku untuk granul,
campur serbuk, tablet.
II.1.8 Faktor Yang Mempengaruhi Disolusi dari sediaan kapsul
(Fatmawaty, 2012).
1. Kecepatan disolusi/disentegrasi dari cangkang kapsul
2. Kecepatan penetrasi medium disolusi ke dalam massa yang
merupakan isi kapsul (serbuk, granul, tablet, pelet dan lain-lain)
3. Kecepatan degredasi dari massa serbuk
4. Sifat dari partikel primer (kelarutan, Kristal, solvate-hidrat)
Selain ukuran tersebut diatas, formulasi dan proses pengolahan
dapat pula berpengaruh terhadap disolusi sediaan kapsul. Seperti
(Fatmawaty, 2012) :
1. Kelarutan dari bahan aktif dan pengisi
2. Pelincir dan pelicin yang digunakan dalam formulasi
3. Peranan penambahan surfaktan dan bahan penghancur yang akan
mempermudah penetrasi, pembasahan dan penghancuran massa
yang berbentuk aglomerat, granul, kaplet, dan tablet
4. Tingkat pemanfaatan yang dilakukan terhadap massa yang akan
diisikan ke dalam kapsul (seperti granul, tablet)
5. Hidrofilisasi dari zat aktif yang kemungkinan bersifat hidrofob dengan
menjadikan bahan tersebut dalam bentuk dispersi solida dengan
menggunakan matrix hipofil.
II.1.9 Metode pengisian kapsul ada tiga yaitu (Syamsuni, 2006).
1. Tangan
Cara ini merupakan yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter. Bila melakukan pengisian dengan cara ini,
sebaiknya petugas menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi
yang mungkin timbul karena tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk
memasukkan obat ke dalam kapsul, dapat dilakukan dengan cara
membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap
bagian serbuk tadi dimasukkan ke dalam badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud di sini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dalam satu kali pembuatan
dapat dihasilkan berpuluh-puluh.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka,
mengisi, sampai menutup kapsul.
II.1.10 Evaluasi fisik sediaan kapsul (Fatmawaty, 2012).
1. uji variasi bobot
Uji variasi bobot umumnya ditentukan bobot masing-masing kapsul
dari sejumlah 20 kapsul dengan cara penimbangan. Bobot masing-masing
kapsul umumnya disyaratkan berada pada rentang 90-110% dari bobot
rata – rata.
2. uji keseragaman kandungan
Uji keseragaman kandungan pada umumnya dipilih 30 kapsul dan
secara acak dipilih 10 kapsul yang ditentukan kadarnya masing-masing
sekurang-kurangnya 10 kapsul harus mengandung antara 85-115% dari
kandungan yang seharusnya dan tidak satupun berada di bawah 75% dan
diatas 125% persyaratan sekurang-kurangnya 27 kapsul berada pada nilai
antara 85-115% dan tidak satupun diluar nilai 75-125% .
3. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur pada umumnya cangkang gelatin cepat larut dalam
cairan lambung, farmakope memberikan persyaratan uji waktu hancur
hanya dalam farmakope secara umum dikatakan kapsul enterik.
Cangkang kapsul harus memenuhi persyaratan uji waktu hancur.
4. Uji disolusi
USP XXI mensyaratkan uji disolusi dengan batasan-batasan
disesuaikan monografi bahan aktif obat. Batasan-batasan tersebut
meliputi, alat, kecepatan putaran, media uji disolusi, waktu pengujian dan
jumlah bahan aktif yang terdisolusi.
Pengayak dan derajat kehalusan serbuk pengayak dibuat dari kawat
logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang melintang sama di
seluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor (5, 8 10, 22, 25
30, 36, 44,60, 85, menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung
searah dengan panjang kawat (Syamsuni, 2006).
Derajat kehalusan serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak Jika
derajat kehalusan suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, maksudnya
semua serbuk dapat melewati pengayak dengan nomor tersebut Jika
derajat kehalusan suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, maksudnya
semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dan 40 % serbuk melewati pengayak dengan nomor tertinggi
(Syamsuni, 2006).
Dalam beberapa hal, digunakan juga istilah umum untuk menyatakan
kehalusan serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai
berikut (Syamsuni, 2006) :
1. Serbuk sangat kasar adalah serbuk (518)
2. Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
3. Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
4. Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
5. Serbuk halus adalah serbuk (85)
6. Serbuk sangat halus adalah serbuk (120/200)
II.1.11 Penomoran registrasi dan batch (Wibowo, 2009).
1. Nomor registrasi
Nomor registrasi obat terdiri atas 15 digit
Digit 1:
D : menunjukkan nama dagang
G : menunjukkan nama generik
Digit 2
K : golongan obat keras
T : golongan obat bebas terbatas
B : golongan obat bebas
N : golongan obat narkotik
P : golangan obat psikotropika
Digit 3
I : obat jadi impor
L : obat jadi produksi lokal
Digit 4-5 menunjukkan periode daftar
72 : disetujui pada tahun 1972-1974
74 : 1974 disetujui pada tahun 1974-1976
76 : disetujui pada tahun 1976-1978
77 : disetujui pada tahun 1978-1980, dan seterusnya
Digit 6-8 : Nomor urut pabrik Jumlah pabrik yang ada antara 100-1000
Digit 9-11 : Nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing
Digit 12-13 Macam bentuk sediaan yang ada. Beberapa contoh sediaan
obat antara lain
01 Kapsul 47 Tetes Hidung 36 Drops
23 Powder/Serbuk Oral 11 Tablet Effervescent 58 Rectal Tube
43 Injeksi 31 Salep mata 16 Pil
02 Kapsul Lunak 48 Tetes Telinga 37 Sirup/Larutan
24 Bedak/Talk 12 Tablet Hisap 62 Inhalasi
44 Injeksi suspensi kering 32 Emulsi 17 Tablet Salut Selaput
04 Kaplet 9 Infus 38 Suspensi Kering
28 Gel 14Tablet lepas kontrol 63 Tablet Kunyah
09 Kaplet Salut Film 33 Suspensi 22 Granul
29 Krim, Krim Steril 53 Supositoria, Ovula 41 Lotion/Solutio
46 Tetes Mata 34 Elixir 81 Tablet Dispersi
10 Tablet 56 Nasal Spray
30 Salep 15 Tablet Salut Enterik
Digit 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui
C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui
Digit 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk setiap nama,
1 : Menunjukkan kemasan yang pertama
2 : Menunjukkan beda kemasan yang pertama
3 : Menunjukkan beda kemasan.
2. Nomor Batch
Digit 1 : Untuk tahun pengemasan
1990 : A
1991 : B
Digit 2 : Untuk produk (tahun)
1990 : 0
1991 : 1
Digit 3 & 4 : Kode produk (sediaan)
01 : Kloramfenikol salep mata
02 : Sulfacetamid salep mata
Digit 5, 6 & 7 : Nomor urut produk yang disetujui
II.2. Informasi Bahan Aktif
II.2.1. Uraian Farmakologi (Dirjen POM, 1979) (Sweetman, 2009)
Nama resmi : RIFAMYCINUM
Kelas Farmakologi : Zat aktif
Indikasi : Pengobatan tuberkolosis dan lepra
Mekanisme kerja : Menghalangi transkripsi rinteraksi pada
subunit B bakteri tetapi tidak RNA
polymerase yang tergantung DNA
manusia. Obat ini spesifik untuk
prokariotik, rifampicin menghambat
sintesis RNA dengan menekan langkah
inisiasi
Efek Samping : Pada saluran cerna, hematologi, SSP,
kelainan fungsi hati
Dosis dan pemberian : Dosis pada TBC oral 1 dd 450-600 mg
sekaligus pada hari sebelum makan
Interaksi obat : Dapat meningkatkan kerusakan hati jika
digunakan bersama dengan obat isoniazid
Toksisitas : Hepaktosisitas pada pasien yang
menerima isoniazid, rifampisin, dan
pirazinamid
Farmakokinetika : Absorpsi obat ini adekuat pada pemberian
oral distribusi rifampicin terjadi pada
seluruh cairan tubuh dan organ. Obat ini
diambil oleh hati dan mengalami siklus
enterohepatik. Eliminasi metabolit dari obat
induk dilakukan melalui empedu dalam
feses atau melalui urin
II.2.2. Uraian Sifat Fisika-Kimia Bahan Aktif (Dirjen POM, 1979)
(Sweetman, 2009)
Nama resmi : Rifampicin
Nama lain : Rifamisin, rifampicin
Rumus struktur :
RM : Ca3H5NaO12
BM : 822,95
Pemerian : Warna cokelat merah, serbuk halus
Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam metanol
P, kloroform P, dan etil asetat P
pKa dan pH : (4,5) dan (6,5)
Titik lebur : 183oC
II.3. Informasi Bahan Tambahan
II.3.1 Uraian Sifat Fisika-Kimia Bahan Tambahan
1. Magnesium Stearat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : MAGNESIUM STEARATS
Nama lain : Magnesium stearat
Kelas fungsional : Lubrikan
Konsentrasi : 1%
Rumus struktur :
RM : H4C16Mg5
BM : 37,9 g/mol
Pemerian : Warna putih, tidak berasa, bau lemah
khas, serbuk halus
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam benzen
panas dan etanol 95% panas
pKa dan pH larutan : pH 6,5
RM : N2O12Mg3S4
BM : 379-657 g/mol
Pemerian : Warna putih, agak manis, tidak berbau,
serbuk halus
Kelarutan : Tidak larut dalam air, praktis tidak larut
dalam pelarut asam, alkali dan pelarut
organik
pKa dan pH larutan : pH 7-10
Titik lebur : 202oC – 206oC
Informasi lain : Pengujian antibiotik harus dilakukan untuk
mematikan bahan produk tersebut bebas
dari udara
Stabilitas Talk adalah bahan yang stabil dan dapat
disterilkan dengan memanaskan pada
160°C selama tidak kurang dar 1 jam
Inkompibilitas : Dengan senyawa surfaktan
Penanganan : Perhatikan tindakan pengaruh normal
Toksisitas : Penyalahgunaan intravena produk
menyebabkan granulona
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Aerosil (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : COLIDAL SILICON DIOXIDE
Nama lain : Aerosil, koloidal silikon
Kelas fungsional : Adsorben
Konsentrasi : 2%
Rumus struktur :
RM : Si2
BM : 60,08 g/mol
Pemerian : Warna putih kebiru-biruan, tidak berasa,
tidak berbau, bentuk amorf
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
pelarut organik
pKa dan pH larutan : pH 3,8-4,2
Rumus struktur :
RM : C6H7KO2
BM : 150,22 g/mol
Pemerian : Warna putih, tidak berasa, bau khas,
bentuk kristal
Kelarutan : Larut dalam air, sukar larut dalam etanol
dan eter
pKa dan pH larutan : pH 7-10
Titik lebur : 202oC – 206oC
Stabilitas : Stabil dalam air
RM : C6H10O15
BM : 220,09 g/mol
Pemerian : Warna putih, tidak berasa, tidak berbau,
serbuk kristalin
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
pelarut organik
pKa dan pH larutan : (5) dan (7,5)
3. Talk = 500 mg = 10 mg
4. Aerosil = 500 mg = 10 mg
Bobot Rata-rata =
–
1. % Penyimpangan = ( × 100%) = 14%
–
2. % Penyimpangan = ( × 100%) = 27,4%
–
3. % Penyimpangan = ( × 100%) = 19,8%
–
4. % Penyimpangan = ( × 100%) = 18,7%
–
5. % Penyimpangan = ( × 100%) = 18,4%
–
6. % Penyimpangan = ( × 100%) = 10,8%
–
7. % Penyimpangan = ( × 100%) = 10,5%
–
8. % Penyimpangan = ( × 100%) = 18,9%
–
9. % Penyimpangan = ( × 100%) = 22,6%
–
10. % Penyimpangan = ( × 100%) = 18,6%