Disusun Oleh :
Hanifah Hikmawati
II. ISI
Melihat kenyataan masyarakat Indonesia sangat heterogen, sudah tentu
tidaklah mudah untuk menciptakan kondisi yang selaras dengan tujuan
pembangunan nasional. Ada kemungkinan karena mereka dapat menerima
pembaharuan atau modernisasi, baik yang berasal dari program-program
pembangunan maupun yang diperoleh melalui arus informasi akibat desakan
globalisasi yang terjadi pada saat ini. Sebab-sebab munculnya heterogenitas
masyarakat (W.F. Obgurn, dalam Suryono, 1942:33):
Gambar 2.1 : Prosentase kondisi angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia hingga
tahun 2014 (sumber: Economic Inequality in Indonesia, Badan Pusat Statistik.com)
Gambar 2.1.1 : Potret aktivitas memanen padi “gepyok” (diambil dari google.com)
Sistem manual bertani seperti ini akan menjadi mediator lapangan kerja
sederhana yang dikembangkan di pemukiman persawahan, biasanya terdapat di
desa-desa. Dengan mengapresiasi tenaga kerja yang dimiliki manusia, lalu
menyeimbangkannya dengan upah gaji yang sepadan, maka kesejahteraan rakyat
dapat dirasakan secara merata. Sistem managemen dibentuk untuk mengelola
semangat 3G agar sawah dan padi tidak hanya berhenti pada orangtua. Sudah
saatnya kaum muda melakukan realisasi sebagai generasi penerus bangsa,
menjaga tanah sawah, mengelolanya, menjadikannya sebagai mediator
pemenuhan kebutuhan primer.
Banyak lulusan sarjana pertanian, tidak mewujudkan realisasi sistem
bertani dan cocok tanam sebagaimana yang diharapkan masyarakat tani. Harapan
besar agar kaum muda dapat turut serta „nyemplung sawah‟, kian hanya menjadi
wilayah abu-abu yang tak tahu kapan dapat terwujud. Adanya gengsi berlebih
yang memandang bahwa “gepyok” adalah pekerjaan ndesani dan ora njamani,
memunculkan kelas sosial yang mengakibatkan kesenjangan tiada batas. Lagi
lagi, rakyat cilik yang menjadi korban sasarannya, dan mendapatkan hak tidak
sebagaimana mestinya.
Gambar 2.2.1 : Pengadaan Bank Sampah yang telah terbentuk dan berjalan di kelurahan
Selosari, kecamatan Magetan, Jawa Timur (dokumen pribadi, Agustus 2014)
Dua semangat menuju Indonesia Mandiri; Gepyok Gangsal Group (3G) dan
Prihatin Gage Sampah (Prigapah) tersebut di atas adalah upaya sederhana sebagai
bentuk konservasi alam yang sangat erat dengan kehidupan kita. Upaya inilah yang
kemudian sama-sama kita realisasikan atas pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan
sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya integritas dari bentuk etos kerja. Jika
permasalahan sawah dan sampah bisa diatasi bersama dengan bergotong royong,
Pemuda
• Masyarakat
Action
10 | 3 G d a n P r i g a p a h