Putu Sudiara, Bagus (1996:17) mengemukakan “sanitasi berarti bebas dari kotoran yang
mungkin menyebabkan penyakit”. Ini berarti bahwa sanitasi lebih banyak memperhatikan
masalah mengenai kebersihan untuk mencapai kesehatan. Sesuatu yang sanitasi dapat dilihat
dengan mata biasa, tetapi bakteri atau kuman penyakit tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang, sehingga sangat sulit menentukan bahwa suatu makanan hygiene sudah aman
untuk dimakan. Sedangkan “ hygiene adalah ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya
penyakit”. Hygiene lebih banyak membicarakan masalah bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit. Untuk itu, seorang juru masak disamping harus mampu mengolah
makanan yang enak rasanya, menarik penampilannya, juga harus bersih dan bebas dari
bakteri atau kuman penyakit sehingga aman untuk dimakan.
Mukono, H.J (2004:59) mengemukakan bahwa hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu. Untuk memperoleh kebersihan individu,
seorang juru masak dapat melakukan beberapa kegiatan antara lain kegiatan mencuci tangan
sebelum mengolah makanan, mencuci peralatan yang sudah digunakan, dan membuang
bagian makanan yang rusak. Sedangkan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kesehatan lingkungan. Untuk memperoleh kesehatan lingkungan,
pihak laboratorium dapat menyediakan air bersih untuk mencuci tangan, mencuci bahan
makanan dan peralatan kerja, serta menyediakan tempat sampah agar sampah tidak dibuang
sembarangan.
Selain itu pengertian sanitasi dan hygiene menurut Rifqie, Rina (2007) menyatakan bahwa
sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang
mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,
kesehatan, dan kelangsungan hidup. Sedangkan hygiene (ilmu kesehatan) adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara yang berguna bagi kesehatan.
Sanitasi dan hygiene di laboratorium merupakan suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari timbulnya atau menularnnya suatu penyakit di laboratorium. Menurut
Putu Sudiara, Bagus (1996:18) ruang lingkup sanitasi dan hygiene antara lain:
1) Hygiene perorangan
Hygiene perorangan mencakup semua segi kebersihan dari pribadi seorang juru masak.
Untuk menjadi seorang yang hygiene berarti harus menjaga kebiasaan hidup bersih serta
menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh. Hal-hal yang penting dalam hygiene perorangan
meliputi :
a) Mandi
Sebelum memasuki ruangan laboratorium seorang juru masak terlebih dahulu
membersihkan badan dengan cara mandi dengan teratur agar terlihat bersih dan sehat.
b) Tangan
Salah satu anggota tubuh yang sering memindahkan bakteri ke makanan adalah
tangan. Karena tangan selalu menyentuh benda-benda lain. Sehingga dengan
demikian maka:
– Apabila terjadi kecelakaan kecil dan mengakibatkan luka pada tangan segera
tutup atau balut dengan bahan steril dan sebaiknya jangan menyentuh makanan.
c) Kuku
Kotoran yang biasanya berada diantara kuku yang panjang dan sulit untuk dibersihkan
adalah tempat yang baik bagi untuk bakteri berkembang biak. Dengan demikian
maka:
Salah satu anggota badan yang juga memerlukan perhatian yang baik adalah
kesehatan rambut. Seorang juru masak akan terganggu pekerjaannya apabila tidak
memperhatikan kebersihan rambutnya sehingga akan menghasilkan makanan yang
tidak bersih. Untuk menjaga kesehatan makanan maka:
– Untuk pria sebaiknya tidak berambut panjang, karena rambut panjang tampaknya
tidak rapih dan sulit dijaga kebersihannya. Sedangkan bagi wanita yang memiliki
rambut panjang sebaiknya di diikat rapi sehingga tidak mengganggu ketika bekerja.
e) Wajah
Dalam bekerja di laboratorium sebaiknya wajah dirias seperlunya, dan untuk menjaga
kesehatan makanan, maka:
– Menggunakan sapu tangan atau tissue agar tangan tidak langsung menyentuh
kulit jika ingin menyeka wajah.
f) Hidung
Hidung merupakan salah satu anggota tubuh yang memerlukan pembersihan yang
rutin karena hidung juga dapat menghasilkan kotoran. Hal-hal yang harus dilakukan
untuk menjaga makanan agar tetap bersih dan sehat antara lain:
– Jika ingin bersin, segera mempalingkan muka di tempat yang tidak terdapat
makanan apabila dalam keadaan terpaksa, tapi sebaiknya bersin diluar ruangan
laboratorium.
g) Mulut
Mulut sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan lawan bicara baik
bertatap muka maupun melalui perantara media. Dalam mengolah makanan,
kesehatan mulut juga tetap selalu diperhatikan selain untuk kesehatan pribadi juga
untuk menjaga kesehatan makanan. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga
makanan agar tetap bersih dan sehat antara lain:
– Menjaga kesehatan mulut dan gigi dengan baik, dan membiasakan menyikat gigi
sehabis makan secara teratur.
– Mejauhkan diri dari makanan dan menutup mulut dengan sapu tangan pada
waktu batuk.
– Tidak diperbolehkan untuk mencicipi makanan langsung dari alat memasak, atau
dengan jari tangan. Agar bakteri tidak berpindah dari tangan kedalam makanan
h) Kaki
– Menggunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai dan bertumit rendah. Tumit
sepatu yang tinggi mudah terpeleset dan mematahkan kaki.
– Mengganti kaos kaki setiap hari, agar tidak terasa gatal oleh hadirnya bekteri
dalam kaos kaki.
– Memotong pendek kuku kaki, karena kuku kaki yang panjang akan membuat
kaki tidak nyaman dalam bekerja.
– Menopang badan dengan kedua kaki, dan tidak berdiri dengan satu kaki.
i) Kesegaran jasmani.
Manusia mempunyai keterbatasan dalam bekerja secara efektif dan efisien. Jasmani
yang segar sangat mempengaruhi kegairahan kerja. Maka dari itu perlu perhatian
yang baik dengan cara:
– Meminum air putih pada waktu haus selama bekerja di laboratorium agar tubuh
tidak mengalami dehidrasi selama bekerja.
– Beristirahat dan tidur yang cukup dan teratur, agar kondisi badan tetap baik
untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
– Berolahraga secara teratur juga dapat membuat tubuh lebih sehat dan segar.
Hygiene lingkungan dapat dicapai dengan jalan menjaga sanitasi lingkungan. Pada
lingkungan yang bersih dan sehat, akan menghasilkan situasi bekerja yang tenang, aman dan
nyaman. Hygiene lingkungan laboratorium menurut Putu Sudiara, Bagus (1996:26) meliputi:
a) Lantai laboratorium
Kebersihan lantai laboratorium sangat mendukung kegiatan dalam proses pengolahan dan
penghidangan makanan dalam laboratorium.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kebersihan lantai laboratorium antara
lain :
– Segera memungut setiap bahan makanan yang terjatuh ke lantai agar makanan yang
jatuh tidak terinjak dan akan mengotori lantai lainnya
– Lantai laboratorium dibersihkan dengan bahan pembersih, secara menyeluruh setiap hari
sebelum dan sesudah praktek.
b) Dinding
Dinding merupakan tembok pemisah antara ruangan satu dengan ruangan yang lain.
Kebersihan dinding juga perlu diperhatikan karena bakteri juga dapat berkembang biak pada
dinding atau tembok yang kotor. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
– Membersihkan tembok dengan bahan pembersih, setelah itu dikeringkan dengan kain
hingga kering.
c) Saluran air
Saluran air dalam laboratorium merupakan tempat mengalirnya air bekas pencucian bahan
makanan, peralatan kerja maupun peralatan makan. Hal- hal yang perlu diperhatikan untuk
kebersihan saluran air yaitu:
– Saluran air limbah tidak boleh tersumbat oleh kotoran ataupun lemak yang dapat
menghambat aliran air.
– Apabila saluran air limbah berbentuk selokan yang tertutup jeruji besi, maka harus
membersihkan dinding selokan dengan bahan pembersih secara rutin.
d) Penerangan laboratorium
Aktifitas yang baik di laboratorium juga tergantung dari pencahayaan lampu yang digunakan.
Untuk itu:
– Lampu penerangan dapur harus mampu menerangi seluruh bagian area dapur sehingga
bagian-bagian dapur yang kotor segera dapat diketahui dan dibersihkan.
– Lampu penerangan dapur harus cukup terang dan tidak menimbulkan bayang-bayang
sehingga mata dapat melihat benda dengan nyaman.
Bahan makanan atau hasil olahan makanan dapat terkontaminasi oleh bakteri dari alat
laboratorium yang kotor. Maka dari itu, peralatan yang dipergunakan di laboratorium
sebaiknya memenuhi kriteria dibawah ini:
a) Keras dan kuat, sehingga tidak menyerap bahan makanan dan tidak mudah pecah
b) Rata dan halus pada bagian permukaan luar dan dalam sehingga mudah dibersihkan.
c) Tahan karat, walaupun sering kena air tapi tidak mudah berkarat karena karat
membahayakan kehidupan manusia.
Untuk tujuan pembersihan, menurut Putu Sudiara, Bagus (1996:29) peralatan dapur
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan bahan dasar pembuatan alat
tersebut :
a) Besi
Peralatan yang terbuat dari besi seperti alat, pemanggang, wajan, piring untuk steak, dirawat
dan dibersihkan :
– Peralatan yang terbuat dari metal harus segera dibersihkan setelah dipergunakan. Sisa-
sisa makanan yang mengering pada metal akan makin sulit dibersihkan.
– Menggunakan sikat cuci yang lembut untuk mencegah goresan-goresan pada alat yang
pada hakekatnya menyulitkan pembersihan berikutnya.
b) Marmer
Meja marmer dipergunakan di bagan pengolahan kue dan roti. Peralatan yang terbuat dari
marmer agar dibersihkan dengan cara sebagai berikut:
– Peralatan dibasahi dengan air panas saja (tanpa detergent) kalau peralatan itu tidak dapat
dibilas total.
– Untuk pembilasan, dibilas dengan air hingga kotoran-kotoran yang melekat dapat
terlepas.
c) Keramik
Peralatan yang terbuat dari keramik seperti piring, panci, cangkir, mangkok dan lain-lain
dibersihkan dengan cara sebagai berikut:
– Menggosok dengan spon pencuci dan tidak menggunakan sikat ataupun alat penggosok
yang kasar.
– Membilas dengan air hangat kurang lebih 70oC.
Peralatan yang terbuat dari plastik, dan melamin misalnya piring, mangkok dan lain
sebagainya dibersihkan dengan cara sebagai berikut:
– Peralatan direndam pada air hangat (tidak terlalu hangat dan dicampur dengan detergent)
– Kemudian dikeringkan dengan lap kering atau diatur di atas rak piring.
e) Tembaga
Peralatan yang terbuat dari tembaga atau dilapisi dengan tembaga adalah peralatan dapur
yang terbaik karena tembaga pengantar dan perambat panas yang konstan. Untuk
pencuciannya dilakukan dengan cara:
– Bagian tembaga kemudian digosok dengan sempurna dengan menggunakan abu gosok,
cuka dan tepung. Kemudian dibilas dan dikeringkan.
f) Aluminium
Peralatan yang terbuat dari aluminium seperti panci, wajan, dan lain-lain, sebaiknya tidak
dicuci pada air yang mengandung soda atau asam, karena soda dapat merusak lapisan luar
yang mengkilap, sedangkan asam akan melarutkan aluminium sehingga dinding alat akan
terikis oleh asam. Pembersihan peralatan aluminium dilakukan sebagai berikut:
g) Kayu
Kayu mempunyai sifat mudah mengisap air. Air dan cairan dari bahan makanan yang diisap
oleh kayu akan memberi peluang untuk bakteri berkembang biak dan akhirnya mencemari
makanan.
Menurut Widyati, Retno dan Yuliarsih (2002:46) tehnik pencucian peralatan laboratorium
antara lain:
a) Pertama, menggunakan bak cuci yang terdiri dari dua bak. Bak pertama digunakan
untuk merendam alat dapur yang kotorannya telah disingkirkan, di dalam air panas
bertemperatur sekitar 40-500C dengan campuran sabun atau detergen.
b) Bak yang kedua digunakan untuk membilas dengan menggunakan air yang panas sekali
dengan temperatur 770C – 820C.
c) Untuk mencapai hasil yang baik diperlukan pembilasan sebanyak dua kali, kemudian
diletakkan pada rak-rak hingga kering. Jadi sebaiknya tidak dikeringkan dengan
menggunakan kain pengering tersebut karena mengandung bakteri-bakteri yang disebabkan
oleh penggunaan kain tersebut berkali-kali.
d) Cara yang baik ialah pengeringan dengan menggunakan kertas pengering yang hanya
dapat digunakan sekali untuk setiap pemakaian.
e) Bak cuci sebaiknya terbuat dari stainless steel serta dilengkapi dengan keran air panas
dan dingin.
Sampah merupakan salah satu penyebab tercemarnya makanan. Untuk menghindarinya maka
pada setiap pusat-pusat bekerja, misalnya meja kerja, bak cuci bahan makanan, tempat
pengolahan, tempat pemorsian disediakan tempat sampah yang tidak permanen agar mudah
dibersihkan dan diangkat. Aturan pembuangan sampah menurut Asmawidjaja, Tatang
(1999:38) antara lain:
Laboratorium merupakan tempat atau fasilitas yang dilengkapi dengan perlengkapan dan
peralatan untuk mengadakan percobaan atau eksperimen dalam mengolah dan
menghidangkan makanan. Dalam sebuah lembaga pendidikan, laboratorium merupakan
tempat belajar mengajar melalui metode praktikum dimana para siswa mengadakan praktek
percobaan untuk membuat sesuatu maupun penelitian terhadap obyek-obyek yang diteliti.
Sebuah laboratorium (dapur) adalah tempat persiapan dan pengolahan makanan dan minuman
oleh karena itu menurut Reksosubroto, Subagio (1991:68) syarat-syarat yang harus dimiliki
sebuah laboratorium yaitu:
Persediaan air yang baik yang memenuhi persyaratan antara lain: tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, tidak keruh dan segar.
Pembungan sampah yang baik dan dianjurkan sistem duet (1 set penampungan sampah terdiri
atas dua bak sampah untuk yang kering dan yang basah)
Adanya ventilasi yang cukup angin, serobong asap dan kipas penyedot.
Sedangkan menurut Sudiara, Bagus Putu (1996:1) ciri-ciri sebuah ruangan laboratorium
antara lain :
Ruangan laboratorium terpisah dari ruangan yang lain dan tidak berhubungan dengan alam
bebas.
Lantai laboratorium terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak licin.
Tembok laboratorium dilapisi dengan bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan.
Laboratorium memiliki penerangan yang cukup dan mampu menerangi ke segala sudut.
Hal yang sama di kemukakan oleh Asmawijaya, Tatang (1999:39) bahwa sebuah
laboratorium merupakan tempat bekerja dimana pengolahan segala macam bahan makanan
dilakukan, sehingga laboratorium sebaiknya:
Mempunyai ventilasi yang cukup dan penerangan yang bisa menerangi seluruh ruangan.
Mempunyai tempat yang baik untuk menyimpan peralatan, sehingga tidak mudah
terkontaminasi bakteri, serta mudah dicapai untuk dipergunakan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah ruangan laboratorium
harus memiliki beberapa persyaratan antara lain: a) Ukuran ruangan yang memadai dengan
jumlah pengguna laboratorium serta peralatan pengolahan, b)Di dalam laboratorium tersedia
peralalatan pengolahan dan penghidangan makanan yang siap dan masih layak untuk
digunakan, c) Mempunyai sistem penerangan yang baik sehingga pengguna laboratorium
tidak mengalami kesulitan dalam mengolah makanan, d) Memiliki ventilasi udara yang baik
yang memungkinkan udara di dalam laboratorium dapat bersirkulasi dengan lancar, e)
Memiliki alat penghisap asap dalam laboratorium, f) Memiliki lantai yang keras dan tidak
licin agar menghidari terjadinya kecelakaan, g) Dalam laboratorium tersedia tempat
penyimpanan peralatan pengolahan agar lebih mudah untuk mengambil peralatan saat
mengolah makanan.
B. Kerangka Pikir
Sanitasi dan hygiene laboratorium merupakan kunci keberhasilan dari seluruh tugas dalam
melaksanakan bidang pengolahan dan penghidangan makanan. Sebab bagaimanapun rapinya
teknik bekerja tanpa didukung oleh perhatian dan pengawasan dalam bidang kesehatan dan
kebersihan di laboratorium, hasilnya kurang memuaskan atau tidak memenuhi syarat
kesehatan, karena timbulnya kemungkinan makanan yang dihasilkan tidak dalam keadaan
hygienes dan sanitasi.