Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Disusun oleh:
Gabriella Selara Pangarepo
11-2018-046

Diajukan kepada:
dr. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 3 Desember 2018 – 5 Januari 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
1
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta-Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus:
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Nama : Gabriella Selara Pangarepo Tanda Tangan


Nim : 112018046

Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ

NOMOR REKAM MEDIS : 065671


Nama Pasien : Nn. EA

Nama Dokter yang merawat : dr. Meutia Laksminingrum Sp.KJ


Masuk RS pada tanggal : 19 November 2018
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Diantar oleh Mama
Riwayat perawatan :
1. 20 April Tahun 2017 dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prov. Jawa Barat
2. 19 Mei Tahun 2017 dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prov. Jawa Barat
3. 19 November Tahun 2018 dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prov. Jawa Barat

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Nn. EA
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 23 Juli 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Kampung Ciloa, RT/RW 02/09, Desa Karyalaksana,
Kec. Ibun, Kota Bandung

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Data diperoleh dari:
 Autoanamnesis : 6 Desember 2018, jam 15.00 (Hari perawatan ke 17)
 Alloanamnesis dengan :
Nama: Ny. NE Nama : Ny. A
Umur: 31 tahun Umur : 54 tahun
Status Keluarga: Ibu Status Keluarga : Nenek
Tanggal: 7 Des 2018, pukul 17.00 Tanggal: 8 Des 2018, pukul 19.00

2
Tinggal serumah dengan pasien Tinggal beda rumah dengan pasien

A. KELUHAN UTAMA :
Mengamuk, suka keluyuran

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG :


1 jam SMRS ibunya mengatakan jika pasien mengamuk dan marah-marah
(agresivitas verbal), selain itu ibunya mengatakan jika pasien lebih sering keluyuran
ke luar rumah, dan menjadi suka mondar-mandir (gelisah). Ibu pasien mengatakan
jika penyebab pasien melakukan hal-hal itu karena pasien melihat polisi. Karena takut,
akhirnya ibunya membawa pasien ke rumah sakit kembali untuk dirawat.
Pasien mengaku sering mendengar suara bisikan (halusinasi auditorik).
Pasien juga mengatakan jika pasien memiliki teman bernama Roro, dan memiliki 2
singa (halusinasi visual). Pasien juga merasa jika dirinya anggota CBI, seorang
dosen, anggota partai perindo dan persib (waham kebesaran).

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Gangguan psikiatrik :
Pada tahun 2016 menurut ibunya, pasien pertama kali muncul gejala seperti
suka berbicara sendiri, tampak murung, merasa ketakutan jika pasien bertemu laki-
laki, dan menjadi lebih pendiam. Ibunya mengatakan hal ini bermula saat pasien
mengikuti acara camping dari sekolahnya selama satu malam. Semenjak pulang dari
camping tersebut pasien mulai susah tidur (insomnia), tidak mau makan, tampak
murung, senang menyendiri dan selama 2 minggu pasien menjadi pendiam. Menurut
ibu dan neneknya waktu pasien mengikuti camping di sekolah pasien mengalami hal
yang tidak di inginkan, waktu ditempat camping pasien dijailin oleh teman laki-
lakinya, dimana kepala pasien dijedotin ketembok dan pasien diperkosa oleh kakak
kelasnya saat itu. Ibunya juga mengatakan jika kasus anaknya ini sudah di laporkan ke
polisi dan sampe saat ini hasil visum dari pasien belum keluar. Akibat kejadian
tersebut pasien mulai dikucilkan oleh tetangga dan teman-temannya yang membuat
keadaan pasien semakin memburuk. Teman-temannya mulai menjauhi pasien dan
mengejeknya, hal ini yang membuat pasien jadi tidak ingin melanjutkan sekolahnya
lagi. Akhirnya ibunya membawa pasien berobat ke orang pintar selama beberapa kali
untuk menyembuhkan sakitnya. Ibunya mengatakan jika pasien mengalami perubahan
kearah yang lebih baik setelah menjalani pengobatan dengan orang pintar. Karna
3
pasien tidak melanjuti sekolahnya, akhirnya pasien bekerja sebagai pembatu didaerah
buah batu kurang lebih 6 bulan.
Pada tahun 2017 pasien pertama kali diantar oleh keluarganya ke RSJ Prov.
Jawa Barat karena ibunya mengatakan jika pasien mengamuk, marah-marah pada
orang sekitar (agresivitas verbal), merusak barang-barang, jadi mudah tersinggung
(irritable), berbicara dan tertawa sendiri di kamar (autistik), selalu keluyuran,
menjadi mondar-mandir (gelisah), mendengar suara bisikan-bisikan (halusinasi
suara), melihat makhluk gaib (halusinasi lihat). Menurut ibunya gejala ini bermula
saat pasien bekerja di buah batu, dimana waktu itu pasien melihat seragam polisi yang
membuatnya kembali mengingat kejadiannya waktu itu. Karna waktu itu pasien sering
bolak-balik ke kantor polisi untuk menyelesaikan kasusnya, yang membuat pasien
trauma. Waktu di RSJ pasien sempat dirawat selama kurang lebih 2 minggu dan
akhirnya pasien boleh kembali pulang kerumah. Waktu ibunya berniat ingin membawa
pasien untuk kontrol kembali ke RSJ, pasien mulai mengamuk lagi dan marah-marah
(agresivitas verbal) kepada ibunya yang mebuat pasien harus kembali di rawat di
RSJ. Ibunya mengatakan jika obat yang diminum oleh pasien waktu itu adalah
Risperidone dan Clozapine untuk sisanya ibunya sudah tidak mengingatnya.
Setelah keluar dari rumah sakit pada tahun 2017, keadaan pasien sedikit
membaik, dan pasien mulai bekerja kembali menjadi pembantu di daerah dago.
Menurut ibunya pasien tidak rutin dalam melakukan kontrol ke rumah sakit.
Pada bulan Juni tahun 2018 pasien mengalami kekambuhan kembali, ibunya
mengatakan jika pasien jadi suka keluyuran, tertawa sendiri, berbicara sendiri, dan
kalau diajak bicara mulai tidak nyambung (flight of idea). Menurut ibunya, pasien
juga mengatakan jika ia sering mendengar suara seorang wanita yang bernama Roro,
ia juga mengatakan jika dirinya seorang indigo yang bisa melihat hal-hal gaib
(halusinasi dengar dan lihat), dan pasien juga mengatakan jika dirinya seorang
anggota CBI dan seorang dosen (waham kebesaran). Menurut ibu dan neneknya
kekambuhannya ini muncul karena pasien melihat seorang polisi waktu bekerja
didaerah dago. Karena melihat keadaan pasien yang semakin memburuk, ibunya
mengurung pasien didalam rumah dalam beberapa bulan. Sampai akhirnya dibawa
kerumah sakit lagi karena pasien semakin mengamuk.

2. Riwayat gangguan medik


Pasien sebelumnya dan saat ini tidak ada kelainan medis. Tidak ada riwayat trauma
kepala, kejang, operasi dan patah tulang.
4
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak mengonsumsi obat-obatan, rokok dan tidak meminum alkohol.

4. Riwayat gangguan sebelumnya

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI :

1. Riwayat perkembangan fisik :


Proses tumbuh kembang seperti merangkak, berdiri, berjalan dan berbicara sama
seperti anak seusianya. Pasien bersekolah sampai tamat SD dan melanjutkan sekolah
menengah pertama. Tidak ada kelainan pada proses tumbuh kembang dari bayi sampai
dewasa.

2. Riwayat perkembangan kepribadian :


a. Masa kanak-kanak : Mulai dari kanak-kanak mampu aktif bergaul dengan
orang lain di lingkungannya.
b. Masa remaja : pasien melanjutkan pendidikan ke bangku SMP.
Hubungan sosial dengan keluarga dan teman-teman pasien tetap berjalan baik.
Setelah kejadian yang menimpanya pasien mulai menyendiri dikamar dan bila
ada masalah, tidak menceritakan masalah tersebut kepada orangtuanya.

3. Riwayat pendidikan :
Pasien mulai memasuki sekolah dasar usia 7 tahun untuk jenjang sekolah dasar (SD)
kemudian melanjutkan pendidikan ke bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Pasien tidak melanjutkan ke tingkat berikutnya karena tidak berminat untuk
melanjutkannya.

4. Riwayat pekerjaan:
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien bekerja sebagai pembantu.

5. Kehidupan beragama:
5
Pasien beragama Islam dan rajin beribadah sholat 5 waktu.

6. Kehidupan sosial dan perkawinan :


Pasien belum menikah.

E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah pasien memiliki seorang 1
orang istri dan memiliki 3 anak, yakni 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki.

Pohon keluarga

Keterangan:
Perempuan x
Laki-laki x
Pasien x
x
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG :
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien belum menikah dan tidak
bekerja. Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Pasien lebih suka menyendiri
daripada bergaul dengan teman-temannya. Kehidupan pasien ditanggung oleh ayah tiri
pasien.

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan:
Postur tubuh normal. Perawatan diri tampak baik. Rambut hitam panjang dengan
kuku bersih dan terawat. Seorang perempuan, penampilan sesuai usia, memakai
baju dan celana RSJ berwarna pink, tampak rapi. Kontak mata ada.
2. Kesadaran:
a. Kesadaran sensorium/neurologik: Compos mentis
b. Kesadaran Psikiatrik: Tidak tampak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor:
Sebelum wawancara : pasien sedang mondar-mandir di dalam ruang bangsal.
Selama wawancara : pasien tenang, perhatian terhadap pertanyaan, sering
kali menjawab pertanyaan dengan memainkan rambut
(stereotipi)

6
Sesudah wawancara : pasien bersalaman lalu mengucapkan terima kasih dan
mondar-mandir di dalam ruang bangsal
4. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif (pasien mendengarkan dan menjawab
pertanyaan)
5. Pembicaraan:
A. Cara berbicara: spontan, intonasi jelas, volume bicara normal.
B. Gangguan berbicara: tidak ada gangguan.

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)


1. Suasana perasaan (mood) : eutym
2. Afek :
a. Arus : cepat
b. Stabilisasi : stabil
c. Kedalaman : dangkal
d. Skala diferensisasi : luas
e. Keserasian : serasi
f. Pengendalian impuls : kuat (pasien tidak marah, tidak mengamuk).
g. Ekspresi : wajar
h. Dramatisasi : tidak ada akting emosional
i. Empati : tidak dapat berempati

C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : ada halusinasi dengar dan lihat
b. Ilusi : disangkal
c. Depersonalisasi : disangkal
d. Derealisasi : disangkal

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF ( FUNGSI INTELEKTUAL)


1. Taraf pendidikan : tamat SD
2. Pengetahuan umum : cukup (mengetahui ibu kota indonesia)
3. Kecerdasan : rata-rata
4. Konsentrasi : baik
5. Orientasi
a. Waktu : baik (pasien mengetahui pada saat wawancara sore hari)
b. Tempat: baik (pasien mengetahui tempat dia berada yaitu rumah sakit
jiwa)
c. Orang : baik (pasien tahu pemeriksa ialah dokter)
d. Situasi : baik (mengetahui ruangan sedang sepi)
6. Daya ingat
a. Tingkat
 Jangka panjang : baik (pasien dapat menceritakan nama sekolah SD dan SMP)
 Jangka pendek : baik (pasien dapat menceritakan menu makan pagi dan siang)
 Segera : baik (pasien dapat mengingat tiga benda)
b. Gangguan : Tidak ditemukan adanya gangguan.
7. Pikiran abstraktif
Persamaan : Baik (dapat memberitahukan persamaan buah jeruk dan apel)
Perbedaan : Baik (pasien dapat membedakan jeruk dengan bola)
8. Visuospasial : baik (pasien dapat menggambarkan jam 12.00)

7
9. Bakat kreatif : berdandan dan nyanyi
10. Kemampuan menolong diri sendiri : baik ( mampu mandi, BAB dan BAK sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
 Produktifitas : hanya menjawab ketika pertanyaan diajukan tapi
kadang pasien berbicara secara spontan
 Kontinuitas : koheren
 Hendaya bahasa : tidak ada
2. Isi pikir
 Preokupasi dalam pikiran : tidak ada
 Waham :
 waham kebesaran
 Obsesi : tidak ditemukan
 Fobia : tidak ditemukan

F. PENGENDALIAN IMPULS
Kuat dan baik. Pada saat wawancara pasien tampak tenang dan sopan.

G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : baik (pasien mengatakan tidak boleh memukul orang
walaupun saat marah)
b. Uji daya nilai : baik (pasien mengatakan tidak mengambil uang yang bukan
miliknya)
c. Daya reabilitas : tidak baik (pasien mempunyai gangguan waham dan
halusinasi)

H. TILIKAN :
Tilikan derajat 4 : karena pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi
pasien tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.

I. RELIABILITAS : (Reality Testing Ability)/RTA


Baik (pasien tahu bahwa menggunakan zat-zat terlarang itu buruk dan dapat dipenjara)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tensi : 110/80 mmHg
4. Nadi : 90x/menit
5. Suhu badan : 36,5°C
6. Frekuensi pernafasan : 20x/menit
7. Bentuk tubuh :
a. Kepala : normocephali, distribusi rambut merata
b. Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
c. Mulut : hipersalivasi (-)
8
d. Leher : KGB tidak membesar
e. Thorax : tidak tampak retraksi sela iga, dalam batas normal
f. Abdomen : supel, datar, nyeri tekan (-), hepar lien tidak membesar
g. Ekstremitas : normal, tremor (-), rigiditas (-)
8. Sistem kardiovaskuler : dalam batas normal
9. Sistem respiratorius : dalam batas normal
10. Sistem gastro-intestinal : bising usus (+) normal
11. Sistem musculo-sceletal : dalam batas normal
12. Sistem urogenital : dalam batas normal

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Tidak ditemukan kelainan
2. Gejala rangsang meningeal : tidak dilakukan
3. Mata : dalam batas normal
4. Pupil : dalam batas normal
5. Ofthalmoscopy : Tidak ditemukan kelainan
6. Motorik : normotoni, normotrofi
kekuatan motorik
7. Sensibilitas :

8. Sistim saraf vegetatif : dalam batas normal


9. Fungsi luhur : Fungsi Bahasa: baik
Fungsi memori (ingatan): baik
Fungsi orientasi: baik
10. Gangguan khusus : Tidak ditemukan gangguan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan:
 Fungsi hati: SGOT, SGPT
 Fungsi ginjal: ureum dan kreatinin

VI. IKTHISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berusia 16 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir kelas 1
SMP, tidak bekerja, tinggal di kampung Ciloa. Sejak tahun 2016, menurut ibunya, pasien
pertama kali muncul gejala seperti suka berbicara sendiri, tampak murung, merasa
ketakutan jika pasien bertemu laki-laki, menjadi lebih pendiam. Ibunya mengatakan hal
ini bermula saat pasien mengikuti camping dari sekolahnya selama satu malam. Semenjak
pulang dari camping tersebut pasien mulai susah tidur (insomnia), tidak mau makan,
tampak murung, senang menyendiri dan selama 2 minggu pasien menjadi pendiam. Pasien
hanya dibawa oleh Ibunya ke orang pintar, dan kondisinya sedikit membaik.
Pada tahun 2017, pasien pertama kali diantar oleh keluarganya ke RSJ Prov. Jawa
Barat karena ibunya mengatakan jika pasien mengamuk, marah-marah pada orang sekitar
(agresivitas verbal), merusak barang-barang, jadi mudah tersinggung (irritable),
9
berbicara dan tertawa sendiri di kamar (autistik), selalu keluyuran, menjadi mondar-
mandir (gelisah), mendengar suara bisikan-bisikan (halusinasi suara), melihat makhluk
gaib (halusinasi lihat).
Pada tanggal 19 November 2018, pasien dibawa keluarganya ke RSJ Prov. Jawa Barat
karena pasien mengamuk dan marah-marah (agresivitas verbal), pasien lebih sering
keluyuran ke luar rumah, menjadi suka mondar-mandir (gelisah), pasien sering
mendengar suara bisikan (halusinasi auditorik) namun tidak melihat adanya orang atau
bayangan, pasien juga merasa jika dirinya anggota CBI, seorang dosen, anggota partai
perindo dan persib (waham kebesaran), pasien juga mengatakan jika pasien memiliki
teman bernama Roro, dan memiliki 2 singa.
Saat wawancara dengan pasien, pasien tenang dan kooperatif. Seringkali pasien
seyum-senyum sendiri dan tertawa menyeringai. Pasien mengatakan bahwa ia dibawa ke
rumah sakit jiwa karena merasa dirinya sakit mental. Pasien mengatakan jika ia
mendengar suara bisikan dan melihat suatu bayangan (halusinasi dengar dan lihat).
Selain itu pasien juga merasa jika dirinya seorang anggota CBI, seorang dosen, seorang
yang mempunyai bakat indigo (waham kebesaran). Pasien juga mengatakan jika dirinya
ingin cepat pulang.
Dari hasil pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan, penampilan
sesuai usia dan berpakaian rapi. Perawatan diri tampak baik. Pada saat wawancara pasien
tenang, perhatian terhadap pertanyaan, sering kali menjawab pertanyaan dengan
memainkan rambut. Cara berbicara pasien spontan, artikulasi dan intonasi jelas, volume
suara normal. Suasana perasaan (mood) pasien tampak eutimik, afek arusnya cepat,
stabilisasinya stabil , kedalamannya dangkal, skala diferensisasi luas, keserasian pasien
serasi, pengendalian impuls kuat (pasien tidak marah, tidak mengamuk), ekspresi wajar,
dramatisasi tidak ada akting emosional, dan tidak dapat berempati. Tilikan derajat 4
karena pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi pasien tidak mengetahui
penyebab dari sakitnya. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Aksis 1:
Berdasarkan iktisar penemuan bermakna, pasien pada kasus ini dapat dinyatakan mengalami:
1. Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada pikiran dan perilaku yang
menimbulkan penderitaan (distress) dan menyebabkan gangguan dalam
kehidupan sehari-hari (hendaya) pada fungsi psikososial dan pekerjaan.
2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik/GMNO, karena

10
 Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik
 Tidak tampak ada retardasi mental
 Tidak ada riwayat trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi.
3. Gangguan kejiwaan ini akibat dari penggunaan zat psikoaktif tidak ada (-).
4. Gejala yang terdapat pada pasien mengarah pada skizofrenia, karena:
a. Terdapat waham kebesaran karena pasien merasa dirinya anggota CBI,
seorang dosen, dan merasa dirinya indigo.
b. Terdapat halusinasi dengar dan lihat
5. Gejala pasien pertama kali pada usia remaja (14 tahun). Pasien cenderung suka
menyendiri, afek pasien dangkal, senyum sendiri, mempunyai sikap tinggi hati,
tertawa menyeringai, austistik, sehingga berdasarkan PPDGJ III, pasien
didiagnosis Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
6. Kondisi pasien ini juga dapat didiagnosis banding dengan Skizoafektif Tipe
Manik (F25.0), karena:
 Adanya peningkatan afek yang tak begitu menonjol yang dikombinasi
dengan iritabilitas dan kegelisahan yang memuncak.
 Adanya gejala-gejala definitif skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain
Aksis II : tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : tidak ditemukan gangguan medik
Aksis IV : masalah psikososial
Aksis V :Global Assessment of Functioning (GAF) Scale 60-51 gejala sedang
(moderate), disabilitas sedang

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis 1 : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
DD: F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : tidak ada ciri kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : tidak ditemukan gangguan medik
Aksis IV : masalah psikososial
Aksis V : GAF 60-51 gejala sedang, disabilitas sedang

IX. PROGNOSIS
1. Faktor yang mempengaruhi prognosis :
Faktor yang mempengaruhi prognosis baik:
- Presipitasi jelas
- Adanya dukungan keluarga untuk sembuh
- Gejala positif
Faktor yang mempengaruhi prognosis buruk:
- Onset usia muda
11
- Riwayat pramorbid buruk
- Menarik diri dan berstatus single
- Gejala negatif
- Relaps berulang kali
2. Kesimpulan prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad malam

X. DAFTAR PROBLEM
 Organobiologik : tidak ditemukan kelainan fisik
 Psikologi/psikiatrik : halusinasi dengar dan lihat, agresivitas verbal, waham
kebesaran, austistik.
 Sosial/keluarga : tidak memiliki pekerjaan
XI. TERAPI

1. Psikofarmaka
R/ Risperidone 3 mg No XIV
S101
----------------------------------------------
R/ Depakote tab 250 mg No VII
S001
-----------------------------------------------
R/ Clozapin 25 mg No IV
S 0 0 1/2
-----------------------------------------------

Pro: Nn. EA
Umur: 16 Tahun

2. Psikoterapi suportif
- Psikoventilasi: pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahannya, apa
yang menjadi kekhawatiran pasien kepada therapist, sehingga therapist dapat
memberikan problem solving yang baik dan mengetahui antisipasi pasien dari factor-
faktor pencetus.
- Persuasi: membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu control dan minum obat
secara rutin.
- Desensitisasi: pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di lingkungan kerja untuk
meningkatkan kepercayaan diri.
3. Edukasi
- Edukasi keluarga mengenai penyakit pasien dan menerima kondisi pasien
- Edukasi bahwa kondisi pasien seperti ini dapat dibantu dengan mendukung
kesembuhan pasien
- Edukasi bahwa kerja sama keluarga sangat diperlukan untuk memastikan pasien
minum obat teratur dan kontrol teratur

12
- Edukasi agar pasien selalumenjalan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu
menjalankan sholat 5 waktu.

13

Anda mungkin juga menyukai