TUGAS BANGSAL (Skizofrenia Hebefrenik)
TUGAS BANGSAL (Skizofrenia Hebefrenik)
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
Disusun oleh:
Gabriella Selara Pangarepo
11-2018-046
Diajukan kepada:
dr. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus:
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Nn. EA
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 23 Juli 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Kampung Ciloa, RT/RW 02/09, Desa Karyalaksana,
Kec. Ibun, Kota Bandung
2
Tinggal serumah dengan pasien Tinggal beda rumah dengan pasien
A. KELUHAN UTAMA :
Mengamuk, suka keluyuran
3. Riwayat pendidikan :
Pasien mulai memasuki sekolah dasar usia 7 tahun untuk jenjang sekolah dasar (SD)
kemudian melanjutkan pendidikan ke bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Pasien tidak melanjutkan ke tingkat berikutnya karena tidak berminat untuk
melanjutkannya.
4. Riwayat pekerjaan:
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien bekerja sebagai pembantu.
5. Kehidupan beragama:
5
Pasien beragama Islam dan rajin beribadah sholat 5 waktu.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah pasien memiliki seorang 1
orang istri dan memiliki 3 anak, yakni 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki.
Pohon keluarga
Keterangan:
Perempuan x
Laki-laki x
Pasien x
x
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG :
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien belum menikah dan tidak
bekerja. Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Pasien lebih suka menyendiri
daripada bergaul dengan teman-temannya. Kehidupan pasien ditanggung oleh ayah tiri
pasien.
6
Sesudah wawancara : pasien bersalaman lalu mengucapkan terima kasih dan
mondar-mandir di dalam ruang bangsal
4. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif (pasien mendengarkan dan menjawab
pertanyaan)
5. Pembicaraan:
A. Cara berbicara: spontan, intonasi jelas, volume bicara normal.
B. Gangguan berbicara: tidak ada gangguan.
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : ada halusinasi dengar dan lihat
b. Ilusi : disangkal
c. Depersonalisasi : disangkal
d. Derealisasi : disangkal
7
9. Bakat kreatif : berdandan dan nyanyi
10. Kemampuan menolong diri sendiri : baik ( mampu mandi, BAB dan BAK sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktifitas : hanya menjawab ketika pertanyaan diajukan tapi
kadang pasien berbicara secara spontan
Kontinuitas : koheren
Hendaya bahasa : tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : tidak ada
Waham :
waham kebesaran
Obsesi : tidak ditemukan
Fobia : tidak ditemukan
F. PENGENDALIAN IMPULS
Kuat dan baik. Pada saat wawancara pasien tampak tenang dan sopan.
G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : baik (pasien mengatakan tidak boleh memukul orang
walaupun saat marah)
b. Uji daya nilai : baik (pasien mengatakan tidak mengambil uang yang bukan
miliknya)
c. Daya reabilitas : tidak baik (pasien mempunyai gangguan waham dan
halusinasi)
H. TILIKAN :
Tilikan derajat 4 : karena pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi
pasien tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Tidak ditemukan kelainan
2. Gejala rangsang meningeal : tidak dilakukan
3. Mata : dalam batas normal
4. Pupil : dalam batas normal
5. Ofthalmoscopy : Tidak ditemukan kelainan
6. Motorik : normotoni, normotrofi
kekuatan motorik
7. Sensibilitas :
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan:
Fungsi hati: SGOT, SGPT
Fungsi ginjal: ureum dan kreatinin
10
Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik
Tidak tampak ada retardasi mental
Tidak ada riwayat trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi.
3. Gangguan kejiwaan ini akibat dari penggunaan zat psikoaktif tidak ada (-).
4. Gejala yang terdapat pada pasien mengarah pada skizofrenia, karena:
a. Terdapat waham kebesaran karena pasien merasa dirinya anggota CBI,
seorang dosen, dan merasa dirinya indigo.
b. Terdapat halusinasi dengar dan lihat
5. Gejala pasien pertama kali pada usia remaja (14 tahun). Pasien cenderung suka
menyendiri, afek pasien dangkal, senyum sendiri, mempunyai sikap tinggi hati,
tertawa menyeringai, austistik, sehingga berdasarkan PPDGJ III, pasien
didiagnosis Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
6. Kondisi pasien ini juga dapat didiagnosis banding dengan Skizoafektif Tipe
Manik (F25.0), karena:
Adanya peningkatan afek yang tak begitu menonjol yang dikombinasi
dengan iritabilitas dan kegelisahan yang memuncak.
Adanya gejala-gejala definitif skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain
Aksis II : tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : tidak ditemukan gangguan medik
Aksis IV : masalah psikososial
Aksis V :Global Assessment of Functioning (GAF) Scale 60-51 gejala sedang
(moderate), disabilitas sedang
IX. PROGNOSIS
1. Faktor yang mempengaruhi prognosis :
Faktor yang mempengaruhi prognosis baik:
- Presipitasi jelas
- Adanya dukungan keluarga untuk sembuh
- Gejala positif
Faktor yang mempengaruhi prognosis buruk:
- Onset usia muda
11
- Riwayat pramorbid buruk
- Menarik diri dan berstatus single
- Gejala negatif
- Relaps berulang kali
2. Kesimpulan prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad malam
X. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : tidak ditemukan kelainan fisik
Psikologi/psikiatrik : halusinasi dengar dan lihat, agresivitas verbal, waham
kebesaran, austistik.
Sosial/keluarga : tidak memiliki pekerjaan
XI. TERAPI
1. Psikofarmaka
R/ Risperidone 3 mg No XIV
S101
----------------------------------------------
R/ Depakote tab 250 mg No VII
S001
-----------------------------------------------
R/ Clozapin 25 mg No IV
S 0 0 1/2
-----------------------------------------------
Pro: Nn. EA
Umur: 16 Tahun
2. Psikoterapi suportif
- Psikoventilasi: pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahannya, apa
yang menjadi kekhawatiran pasien kepada therapist, sehingga therapist dapat
memberikan problem solving yang baik dan mengetahui antisipasi pasien dari factor-
faktor pencetus.
- Persuasi: membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu control dan minum obat
secara rutin.
- Desensitisasi: pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di lingkungan kerja untuk
meningkatkan kepercayaan diri.
3. Edukasi
- Edukasi keluarga mengenai penyakit pasien dan menerima kondisi pasien
- Edukasi bahwa kondisi pasien seperti ini dapat dibantu dengan mendukung
kesembuhan pasien
- Edukasi bahwa kerja sama keluarga sangat diperlukan untuk memastikan pasien
minum obat teratur dan kontrol teratur
12
- Edukasi agar pasien selalumenjalan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu
menjalankan sholat 5 waktu.
13