Blok 17 SP (Gabriella)
Blok 17 SP (Gabriella)
Abstrak
pustaka ini kami akan menjelaskan upaya – upaya pengendalian vektor Demam
Berdarah Dengue.
Abstract
In Indonesia Dengue Fever was first discovered in the city of Surabaya in 1968,
where as many as 58 people were infected and 24 of them died (Mortality Rate
(AK): 41.3%). And since then, this disease has spread throughout Indonesia. The
study design was used cross sectional with a census block sample frame from the
February 2015 National Socio-Economic Survey (Susenas) from the Central
Bureau of Statistics (BPS). The population is households in Indonesia in all
provinces and districts / cities (34 provinces, 416 districts and 98 cities). The
number of samples needed is 300,000 households obtained from 30,000 survey
blocks (each survey block consists of 10 households). In 2017, from January to
May there were 17,877 cases, with 115 deaths. Incidence Rate (IR) in 34
provinces in 2015 reached 50.75 per 100 thousand residents, and IR in 2016
reached 78.85 per 100 thousand residents. From this prospect, it can be seen that
there has been an increase that has not been significant but has progressed in
recent years. Vector control of dengue does indeed require a long time we reach
the expected free wiggle number. Therefore, the active role of the community is
needed to solve this problem. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still one of
the main public health problems in Indonesia. The number of patients and the
area of the spread is increasing along with the increase in mobility and
population density. Therefore it is necessary to carry out vector control efforts so
as to improve environmental health in the community. In this literature review we
will explain the efforts to control Dengue Hemorrhagic Fever vector.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
berserta implikasinya. Hingga sekarang, tidak ada pengobatan yang spesifik untuk
demam dengue sementara vaksin untuk dengue pun belum tersedia.4,5
Definisi
Vektor
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2,
DEN 3, dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne
viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus
dengue dengan tipe 1 dan 3. Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal,
genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun
antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak
hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga di dalam serotipe itu sendiri
tergantung waktu dan daerah penyebarannya. 8,9
2
TINJAUAN PUSTAKA
Breeding Place (Tempat Perindukan) : Aedes sp. termasuk nyamuk yang aktif
pada siang hari dan biasanya akan berbiak dan meletakkan telurnya pada tempat–
tempat penampungan air bersih atau genangan air hujan misalnya bak mandi,
tangki penampungan air, vas bunga (baik di lingkungan dalam rumah, sekolah,
perkantoran maupun pekuburan), kaleng bekas, kantung plastik bekas, di atas
lantai gedung terbuka, talang rumah, pagar bambo, kulit buah (rambutan,
tempurung kelapa), ban bekas ataupun semua bentuk kontainer yang dapat
menampung air bersih. Aedes aegypti dewasa terutama hidup dan mencari mangsa
di dalam lingkungan rumah atau bangunan sedangkan Aedes albopictus lebih
menyukai hidup dan mencari mangsa di luar lingkungan rumah atau bangunan
yaitu di kebun yang rimbun dengan pepohonan. Jarak terbang maksimum antara
breding place dengan sumber makanan pada Aedes sp. antara 50 sampai 100 mil.
Umumnya nyamuk tertarik oleh cahaya terang, pakaian berwarna gelap dan oleh
adanya manusia atau hewan. Daya penarik jarak jauh disebabkan karena
perangsangan bau dari zat–zat yang dikeluarkan dari hewan ataupun manusia,
CO2 dan beberapa Asam Amino serta lokasi yang dekat dengan temperature
hangat serta lembab.9-11
Patogenesis
Nyamuk Aedes sp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat
menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus
dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh
darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa penelitian
menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan
bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur
virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi
ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi
tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi
Pada tahun 2016 terdapat 10 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi yaitu Bali
sebesar 515,90 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur sebesar 305,95 per
100.000 penduduk, dan DKI Jakarta sebesar 198,71 per 100.000 penduduk.
Angka kesakitan pada provinsi Bali dan Kalimantan Timur meningkat hampir dua
kali lipat jika dibandingkan dengan angka kesakitan tahun 2015, dimana Bali
sebesar 257,75 per 100.000 penduduk dan Kalimantan Timur sebesar 188,46 per
100.000 penduduk. Kenaikan drastis juga terjadi di DKI Jakarta yaitu pada tahun
2015 angka kesakitan DBD hanya 48,55 per 100.000 penduduk menjadi 198,71
per 100.000 pada tahun 2016. Kenaikan angka kesakitan tersebut perlu mendapat
perhatian khusus. Kematian CFR akibat DBD lebih dari 1% dikategorikan tinggi.
Pada tahun 2016 terdapat 11 provinsi yang memiliki CFR tinggi dimana 3
provinsi dengan CFR tertinggi adalah Maluku (5,79%), Maluku Utara (2,69%),
dan Gorontalo (2,68%). Pada provinsi-provinsi dengan CFR tinggi masih
diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan
pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika
6
TINJAUAN PUSTAKA
ada gejala DBD sehingga tidak terlambat ditangani dan bahkan menyebabkan
kematian. CFR menurut provinsi.14
7
TINJAUAN PUSTAKA
a. Mengganti air vas bunga, minuman burung, dan tempat lainnya seminggu
sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lain-lain
dengan tanah.
d. Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
e. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain
sebagainya.
f. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. Beberapa ikan pemakan jentik
yaitu ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang, ikan mujair, dan ikan
nila.
8
TINJAUAN PUSTAKA
g. Memasang kawat kasa (kasa) pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di
rumah serta menggunakan kelambu juga merupakan upaya pencegahan
gigitan nyamuk demam berdarah.
h. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah, nyamuk Aedes aegypti
menggigit pada siang hari di tempat yang agak gelap. Pada malam hari,
nyamuk ini bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung di dalam
kamar yang gelap dan lembab.
i. Tidur menggunakan kelambu.
j. Mengatur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
k. Menggunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
l. Selain itu nyamuk semprot, bakar, elektrik, serta obat oles anti nyamuk
masuk dalam kategori perlindungan diri. Produk insektisida rumah
tangga seperti obat nyamuk semprot/aerosol, bakar dan elektrik, saat ini
banyak digunakan sebagai alat pelindung diri terhadap gigitan nyamuk.
m. Melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos
di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.15-17
2. Larvasida
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan
pemberian insektisida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut.
Pemberian larvasida ini dapat menelan kepadatan populasi untuk jangka
waktu 2 bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah
temephos, piriproksifen, metopren, dan Bacillus thuringensis.
a. Temephos
Temephos 1% berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi
dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah
sesuai dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit demi
sedikit zat kimia itu akan larut secara merata dan membunuh semua
jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air tersebut. Dosis
penggunaan temephos adalah 10 gram untuk 100 liter air. Bila tidak ada
9
TINJAUAN PUSTAKA
3. Fogging (pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan
insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup,
karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik
nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap
10
TINJAUAN PUSTAKA
hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembang
biakannya.15-17
4. Pemantauan Jentik
Kegiatan pemantauan jentik merupakan bagian penting dalam PSN,
hal ini untuk mengetahui keberadaan jentik. Pengamatan jentik dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di
dalam maupun di lingkungan rumah.
b. Memeriksa bak mandi/WC, tempayan, drum, dan tempat-tempat
penampungan air lainnya.
c. Jika tidak tampak, ditunggu sampai ± 0,5-1 menit, jika ada jentik pasti
akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
d. Jika tidak tampak karena wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap,
maka menggunakan senter.
e. Memeriksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk misalnya vas bunga, tempat minum burung,
kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan
dispenser, dan lain-lain.
f. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak
lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, atau pohon lainnya.
g. Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada
“Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan” di rumah/tempat tinggal.
11
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa jentik tersebut adalah jentik nyamuk Aedes aegypti penular demam
berdarah. Sebaliknya jentik yang banyak terdapat di saluran
air/selokan/comberan bukan jentik nyamuk Aedes aegypti.15-17
Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes
aegypti. Penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1,
12
TINJAUAN PUSTAKA
DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod
borne viruses (arboviruses). Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah
virus dengue dengan tipe 1 dan 3. Virus dengue merupakan virus RNA rantai
tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke
dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah.
Berdasarkan data di tahun 2017, terhitung sejak Januari hingga Mei tercatat
sebanyak 17.877 kasus, dengan 115 kematian akibat penyakit demam berdarah
dengue. Dimana nyamuk Aedes aegypti. merupakan vektor utama penyakit
demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD). Sedangkan untuk virus
yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe 1 dan 3.
Untuk upaya pencegahan penularan DBD dilakukan dengan pemutusan rantai
penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Kegiatan yang optimal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara “3 M” Plus seperti menguras
tempat-tempat penampungan air, selain itu juga dapat dilakukan dengan
larvasidasi yaitu pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
insektisida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut, melakukan
pengasapan (fogging) dimana nyamuk dewasa dapat diberantas dengan
pengasapan menggunakan insektisida (racun serangga), dan dengan kegiatan
pemantauan jentik yaitu mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk
yang ada di dalam maupun di lingkungan rumah. Dan dari semua upaya
pengendalian vektor yang paling efektif adalah dengan pemantauan jentik yang
mana merupakan bagian penting dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
13
Upaya Pengendalian Vektor DBD
Daftar Pustaka
14
Upaya Pengendalian Vektor DBD
14. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta. 2012
15. Departemen Kesehatan RI. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Profis kesehatan Indonesia. 2016.
16. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Jumantik-PSN Anak Sekolah. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta. 2014
17. Rini, AS, Ferry Efendi, dan Eka Misbahatul M Ha. 2012. Hubungan Pemberdayaan Ibu
Pemantau Jentik (Bumantik) dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) di Kelurahan Wonokromo Surabaya, Indonesian Journal of Community
Health Nursing, Vol. 1, No. 1, 2012-10.
15