LP GGK DG Isk
LP GGK DG Isk
disusun guna memenuhi tugas P3N stase KMB di ruang Rawat Jalan Poli
Hemodialisa di RSUD. dr. Soebandi Jember
oleh:
Melinda Puspitasari, S.Kep.,
NIM 112311101025
A. KONSEP TEORI
1. Anatomi Fisiologi
Sistem urinaria terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya
dari tubuh. Sistem
ini merupakan salah
satu sistem utama
untuk
mempertahankan
hemeostasis (Sloane,
2002). Fungsi utama
ginjal adalah
mengatur cairan
serta elektrolit dan
komposisi akhir
metabolik dari dalam
darah. Urine yang
terbentuk sebagai
hasil dari proses ini dianglut dari ginjal melalui kandung kemihtempat urin
tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinisasi, kandung
kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lewat uretra
(Smeltzer dan Bare, 2001).
Saluran Kemih Atas
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah
lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak
yang tebal dibelakang pritonium. Kedudukan gijal dapat diperkirakan dari
belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra
lumbalis ketiga. Dan ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena
tertekan oleh hati.
2
Selain tubulus urineferus, struktur ginjal juga berisi pembuluh darah yaitu
arteri renalis yang membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal dan
bercabang-cabang di ginjal dan membentuk arteriola aferen (arteriola aferentes),
serta masing-masing membentuk simpul didalam salah satu glomerulus.
Pembuluh eferen kemudian tampil sebagai arteriola eferen (arteriola eferentes),
yang bercabang-cabang membentuk jaring kapiler disekeliling tubulus uriniferus.
Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi untuk membentuk vena renalis, yang
membawa darah kevena kava inferior. Maka darah yang beredar dalam ginjal
mempunyai dua kelompok kapiler, yang bertujuan agar darah lebih lama
disekeliling tubulus urineferus, karena fungsi ginjal tergantung pada hal tersebut
(Wilson, 2006). Fungsi ginjal antara lain (Sloane, 2003):
5
1. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mensekresi urean, asam urat, kreatinin,
dan produk penguraian hemoglobin dan hormon. Sisa metabolik diekskresikan
dalam filtrat glomerular. Kreatinin diekskresikan ke dalam urine tanpa diubah.
Sisa yang lain seperti urea, menagalami reabsorpsi waktu melewati nefron.
Biasanya obat dikeluarkan melalui ginjal atau diubah dulu di hepar ke dalam
bentuk inaktif, kemudian diekskresi oleh ginjal.
2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mensekresi ion kalian, natrium,
kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan
asupan dan ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinan
atau kulit. Salah satu fungsi penting ginjal adalah mengatur kalsium serum dan
fosfor. Kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang, pertumbuhan sel,
pembekuan darah, respons hormon, dan aktivitas listrik selular. Ginjal adalah
pengatur utama keseimbangan kalsium-fosfor. Ginjal melakukan hal ini dengan
mengubah vitamin D dalam usus (dari makanan) ke bentuk yang lebih aktif,
yaitu 1,25-dihidrovitamin D3. Ginjal meningkatkan kecepatan konversi
vitamin D jika kadar kalsium atau fosforus serum menurun. Vitamin D molekul
yang aktif (1,25-dihidrovitamin D3), bersama hormon paratiroid dapat
meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor oleh usus.
3. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengandalikan ekskresi
ion hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+), serta
memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh. Agar sel
dapat berfungsi normal, perlu juga dipertahankan pH plasma 7,35 untuk darah
vena dan pH 7,45 untuk darah arteria. Keseimbangan ini dapat dicapai dengan
mempertahankan rasio darah bikarbonat dan karbon dioksida pada 20:1. Ginjal
dan paru-paru bekerja lama untuk mempertahankan rasio ini. Paru-paru bekerja
dengan menyesuaikan jumlah karbon dioksida dalam darah. Ginjal menyekresi
atau menahan bikarbonat dan ion hidrogen sebagai respons terhadap pH darah.
4. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoietin yang
mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang. eritropoietin yang
mengaktifkan eritropoietin, hormon yang dihasilkan hepar. Fungsi eritropoietin
adalah menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah, terutama
6
sel darah merah. Tanpa eritropoietin, sumsum tulang pasien penyakit hepar
atau ginjal tidak dapat memproduksi sel darah merah.
5. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi
pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah
komponen penting dalam mekanisme renin angiotensin aldosterone, yang
meningkatkan tekanan darah dan retensi air. terutama dengan mengatur volume
plasma dipertahankan melalui reabsorpsi air dan pengendalian komposisi
cairan ekstraselular (mis., terjadi dehidrasi). Korteks adrenal mengeluarkan
aldosteron. Aldosteron membuat ginjal menahan natrium yang dapat
mengakibatkan reabsorpsi air.
6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah. Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih bertanggung
jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.
7. Pengeluaran zat beracun.Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambah makanan,
obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
8. Keseimbangan elektrolit
Sebagian besar elektrolit yang dikeluarkan dari kapsula Bowman
direabsorpsi dalam tubulus proksimal. Konsentrasi elektrolit yang telah
direabsorpsi diatur dalam tubulus distal di bawah pengaruh hormon aldosteron
dan ADH. Mekanisme yang membuat elektrolit bergerak menyebrangi
membran tubula adalah mekanisme aktif dan pasif. Gerakan pasif terjadi
apabila ada perbedaan konsentrasi molekul. Molekul bergerak dari area yang
berkonsentrasi tinggi ke area yang berkonsentrasi rendah. Gerakan aktif
memerlukan energi dan dapat membuat molekul bergerak tanpa
memperhatikan tingkat konsentrasi molekul. Dengan gerakan aktif dan pasif
ini, ginjal dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit yang optimal
sehingga menjamin fungsi normal sel.
dapat membuat kandung kemih berdistensi untuk menampung jumlah urine yang
cukup banyak. Otot skeletal berlapis satu mengelilingi dasar dan membentuk
sfingter urinarius eksternal. Saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi
kandung kemih. Uretra adalah saluran keluar urine dari kandung kemih. Panjang
uretra laki-laki kira-kira 20 cm, sedangkan wanita adalah 4 cm (Pearce, 2006).
a. Filtrasi
Pembentukan urin diawali dengan filtrasi darah di glomerulus. Filtrasi
merupakan perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke ruang kapsula
bowman dengan menembus membran filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari 3
lapisan, yaitu sel endotelium glomerulus, membran basiler, dan epitel kapsula
bowman. Sel-sel endotelium glomerulus dalam badan malpighi akan
mempermudah proses filtrasi. Dalam glomerulus, sel-sel darah, trombosit, dan
sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan.
Hasil penyaringan tersebut berupa urin primer (filtrat glomerulus). Filtrat
glomerulus mengandung zat yang hampir sama dengan cairan yang menembus
kapiler menuju ruang antarsel. Dalam keadaan normal, urin primer tidak
mengandung eritrosit, tetapi mengandung protein yang kadarnya kurang dari
0,03%. Kandungan elektrolit dan kristaloid (kristal halus yang terbentuk dari
protein) dari urin primer juga hampir sama dengan cairan jaringan. Kadar
anion di dalam urin primer termasuk ion Cl- dan ion HCO3- , lebih tinggi 5%
dari pada kadar anion plasma, sedangkan kadar kationnya lebih rendah 5%
dari pada kadar kation plasma. Selain itu, urin primer mengandung glukosa,
garam-garam mineral, natrium, kalium, dan asam amino (Aryulina, et
al.,
2004).
9
b. Reabsorpsi
Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis
menuju pembuluh darah yang mengelilinginya, yaitu kapiler peritubuler. Sel-
sel tubulus renalis secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat dalam
urin primer. Reabsorpsi tergantung dari kebutuhan akan zat-zat yang terdapat
di dalam urin primer. Nutrisi akan direabsorpsi, sedangkan reabsorpsi garam
organik bervariasi tergantung dari kadar zat tersebut di dalam plasma. Setelah
reabsorpsi, kadar urea menjadi lebih tinggi dan zat-zat yang dibutuhkan tidak
ditemukan lagi. Urin yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urin
sekunder (filtrat tubulus) (Aryulina, et al., 2004). Pada keadaan normal, hampir
99% dari air yang menembus membran filtrasi akan direabsorpsi sebelum
mencapai ureter. Persentase air yang diserap di bagian tubulus kontortus
proksimal yaitu 80%, lengkung henle 6%, tubulus distal 9%, dan saluran
penampung 4%. Reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dilakukan
dengan proses osmosis yang disebut dengan reabsorpsi obligat. Sebaliknya
reabsorpsi air di tubulus kontortus distal disebut dengan reabsorpsi fakultatif,
yaitu reabsorpsi yang terjadi tergantung dari kebutuhan. Jadi, jika tubuh
terlalu banyak mengandung air, tidak terjadi reabsorpsi. Sedangkan jika
tubuh mengandung air dengan jumlah sedikit, terjadilah reabsorpsi
(Aryulina, et al., 2004). Reabsorpsi zat tertentu dapat terjadi secara transpor
aktif dan difusi. Sebagai contoh pada sisi tubulus yang berdekatan dengan
lumen tubulus renalis terjadi difusi ion Na+, sedangkan pada sisi sel tubulus
yang berdekatan dengan kapiler terjadi transpor aktif ion Na+. Adanya transpor
aktif Na+ di sel tubulus ke kapiler menyebabkan menurunnya kadar ion Na +
di sel tubulus renalis, sehingga difusi Na+ terjadi dari lumen sel tubulus
renalis. Pada umumnya zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi secara
transpor aktif. Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi
adalah protein, asam amino, glukosa, dan vitamin. Zat-zat tersebut
direabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal, sehingga tidak ada lagi di
lengkung Henle (Aryulina, et al., 2004).
10
c. Augmentasi
Augmentasi (sekresi tubular) adalah proses penambahan zat-zat yang
tidak diperlukan oleh tubuh dari kapiler peritubular ke lumen tubular yang
terjadi di tubulus distal. Sel-sel tubulus mengeluarkan zat-zat tertentu yang
mengandung ion hidrogen dan ion kalium kemudian menyatu dengan urin
sekunder. Penambahan ion hidrogen sangat penting karena membantu
menjaga kesetimbangan pH dalam darah. Jika pH dalam darah mulai
menurun, sekresi ion hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan
pH normal (7,35-7,45) dan urin yang dihasilkan memiliki pH dengan kisaran
4,5-8,5. Urin yang terbentuk akan disimpan sementara di vesika urinaria untuk
selanjutnya dibuang melalui uretra (Aryulina, et al., 2004).
d. Miksi
Miksi (mengeluarkan urine) adalah suatu proses sensori-motorik yang
kompleks. Urine mengalir dari pelvis ginjal, kemudian kedua ureter dengan
gerakan peristalsis. Rasa ingin berkemih akan timbul apabila kandung kemih
berisi urine sebanyak 200-300 ml. Saat dinding kandung kemih mengencang,
baroseptor (saraf sensori yang distimulasi oleh tekanan) akan membuat
kandung kemih berkontraksi. Otot sfingter eksternal berelaksasi dan urine
keluar. Otot sfingter eksternal dapat dikendalikan secara volunter sehingga
urine tetap tidak keluar walaupun dinding kandung kemih sudah berkontraksi
(Baradero, 2008:1-12).
11
2. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2001). Gagal ginjal kronik adalah penurunan
fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel. Gagal ginjal terminal adalah
ketidakmampuan renal berfungsi dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus
dibantu dengan dialisis atau transplantasi) (Mansjoer, et al 2001). Gagal ginjal
kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang
bersifat menahun, berlangsung progresif. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi
glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/ menit.
3. Etiologi
Menururt Price (2005), penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terdiri adri infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu
uretritis, sistitis, prostatitis, dan infeksi saluran kemih bagian atas yaitu
pielonefritis. Pielonefritis merupakan penyebab tersering gagal ginjal.
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis
ginjal.Infeksi ini bermula dari infeksi saluran kemih (ISK) bawah, kemudian
naik sampai ginjal. Escherichia coli adalah organisme yang paling lazim
menyebabkan pielonefritis. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan
ginjal secara permanen karena inflamasi yang berulang dan terbentuknya
jaringan parut yang meluas. Proses berkembangnya gagal ginjal kronik dari
infeksi ginjal yang berulang berlangsung selama beberapa tahun. Pada
12
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
Penurunan jumlah glomeruli yang normal menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya
glomerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan
peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini menimbulkan gangguan
metabolisme protein dalam usus yang menyebabkan anoreksia, nausea
maupan vomitus yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Peningkatan ureum kreatinin sampai ke otak mempengaruhi fungsi
kerja, mengakibatkan gangguan pada saraf, terutama pada neurosensori.
Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya juga meningkat. Pada
penyakit ginjal tahap akhir urin tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan
secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit. Natrium
dan cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung kongestif. Penderita
dapat menjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan
ascites. Hal ini menimbulkan resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh,
sehingga perlu dimonitor balance cairannya. Semakin menurunnya fungsi
renal terjadi asidosis metabolik akibat ginjal mengekskresikan muatan asam
(H+) yang berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetin yang
mengakibatkan terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul
keluhan adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak
toleran terhadap aktifitas. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus
ginjal terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum
kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon
dari kelenjar paratiroid. Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan
gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi
protein dalam urin, dan adanya hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2001).
ginjal, anemia, hipertensi dan sebagainya. LFG pada tingkat ini telah
berkurang menjadi di bawah 30ml/menit/1,73m2.
4. Gagal ginjal terminal
Pada tingkat ini fungsi ginjal tinggal 12% dari normal. LFG menurun
sampai <10 ml/menit/1,73 m2 dan pasien telah memerlukan terapi dialysis
atau transplantasi ginjal.
Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan tahap akhir
(Suhardjono, 2003). Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang
dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease
Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya adalah:
ginjal (GFR). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan
indikasi elektif (Sukandar, 2006).
Gambar 2. Hemodialisa
b. Dialisis Peritoneal
Dialisis peritoneal merupakan alternatif hemodialisis pada penanganan
gagal ginjal akut dan kronik.Dialisis peritoneal dilakukan dengan
menginfuskan 1-2 L cairan dialisis ke dalam abdomen melalui kateter.
Dialisat tetap berada dalam abdomen untuk waktu yang berbeda-beda
(waktu tinggal) dan kemudian dikeluarkan melalui gaya gravitasi ke
dalam wadah yang terletak di bawah pasien. Setelah drainase selesai,
dialisat yang baru dimasukkan dan siklus berjalan kembali.
Pembuangan zat terlarut dicapai melalui difusi, sementara ultrafiltrasi
(pembuangan air) dicapai melalui perbedaan tekanan osmotik dan
bukan dari perbedaan tekanan hidrostatik seperti pada hemodialysis
(Price & Wilson, 2005).
25
a. Pengertian
Hemodialisa merupakan suatu proses penyaringan darah untuk
mengeluarkan produk-produk sampah metabolisme pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit
ginjal stadium terminal (ESRD atau end-stage renal disease) yang
membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Satu membran
sintetik yang semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal
dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya (Smeltzer
dan Bare, 2001).
gambar Hemodialis
kualitas hidup pasien. Pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK) harus
menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu
selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat
ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien
memerlukan terapi dialisis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala
uremia (Smeltzer dan Bare, 2002).
b. Tujuan
Tujuan dari hemodialisis yaitu untuk mengeluarkan zat nitrogen
yang toksik di dalam darah dan mengurangi cairan yang berlebihan dari
dalam tubuh. Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun
harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen dan
menghindari kematian. Hemofiltrasi digunakan untuk mengeluarkan
cairan yang berlebihan (Smeltzer dan Bare, 2001).
c. Indikasi
1) Indikasi absolute
a) Keadaan umum buruk dan gejala klinisnya nyata seperti mual,
dan muntah, diare
b) Perikarditis uremik
c) Ensefalopati atau neuropati uremik
d) Edema paru akut dengan overhydration refrakter terhadap
diuretika (tidak bisa ditanggulangi dengan obat diuretika)
e) Kreatinin >10mg %
f) Ureum darah lebih > 200 mg/dl atau kenaikan ureum darah lebih
dari 100 mg/dl per hari (hiperkatanolisme)
g) Hiperkalemia (K serum > 6mEq/L)
h) Asidosis dengan bikarbonat serum kurang dari 10 mEq/L atau pH
< 1,75
i) Anuria berkepanjangan (>5 hari)
2) Indikasi elektif
a) LFG < 15 ml/menit/1,73
b) Mual, anoreksia, muntah dan atau asthenia
c) Asupan protein menurun spontan < 0,7 gr/kg/hari
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi proses hemodialisa diantaranya hipotensi yang
tidak responsive terhadap presor, penyakit terminal, sindroma otak
28
gambar ultrafiltrasi
f. Proses Hemodialisa
Sebelum dilakukan hemodialisa harus dilakukan pengkajian pradialisis,
dilanjutkan dengan menghubungkan klien dengan mesin hemodialisa dengan
memasang blood line dan jarum ke akses vaskuler pasien yaitu akses jalan keluar
darah ke dialiser dan akses masuk darah ke dalam tubuh. Arterio Venous (AV)
fistula adalah akses vaskuler yang direkomendasikan karena cenderung lebih
aman dan nyaman bagi pasien (Thomas dalam Farida, 2010).
Setelah blood line dan akses vaskuler terpasang proses hemodialisa dimulai.
Saat dialisis darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam dialiser. Darah
mulai mengalir dibantu pompa darah. Cairan normal salin diletakkan sebelum
pompa darah untuk mengantisipasi adanya hipotensi intradialisis. Infus heparin
diletakkan sebelum atau sesudah pompa tergantung peralatan yang digunakan.
Darah mengalir dari tubuh ke akses arterial menuju ke dialiser sehingga terjadi
pertukaran darah dan zat sisa. Darah masuk dan keluar tubuh pasien dengan
kecepatan 200/400 ml/menit (Price & Wilson dalam Farida, 2010).
30
Clinical Pathway
infeksi: uretritis, inflamasi berulang vaskuler zat toksik Obstruksi saluran kemih
sistitis, prostatitis, pada nefron dan
Pielonefritis terbentuk jaringan tertimbun ginjal
arteriosklerosis
parut yang meluas
Retensi urin batu besar dan kasar iritasi / cidera
reaksi antigen jaringan
suplai darah ginjal turun
antibodi
menekan saraf
hematuria
perifer
GFR turun
anemia
nyeri pinggang
GGK
Nyeri kronik
D. Asuhan Keperawatan
1. Identitas pasien
Nama:
Umur dan tanggal lahir: kebanyakan usia dewasa
Jenis kelamin: terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
Diagnosa medis: GGK
2. Identitas penaggung jawab meliiputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
3. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Biasanya badan tersa lemah, mual,
muntah, dan terdapat udem.
4. Riwayat penyakit sekarang: tanyakan pada pasien atau keluarga keluhan
muncul sejak kapan, Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan
pernapasan, anemia, hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-
gatal pada kulit, asidosis metabolik.. hal-hal yang telah dilakukan oleh
pasien dan keluarga untuk mengatasi keluhan tersebut sebelum MRS.
5. Riwayat penyakit dahulu: DM, hipertensi, ISK, glomerulonefritis,
6. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien
ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien atau apakah
keluarga ada yang mengalami penyakit DM, hipertensi, glomerulonefritis,
7. Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga, status
emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya
rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis,
status dalam pekerjaan. Dan apakah pasien rajin dalam melakukan ibadah
sehari-hari.
8. Aktivitas/istirahat.
36
3. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN dan NOC INTERVENSI NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas NOC : Respiratory Monitoring
berhubungan dengan Respiratory status : Ventilation 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
penurunan produksi Respiratory status : Airway patency 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
hemoglobin akibat anemia Vital sign Status tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
Kriteria Hasil : 3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
Mendemonstrasikan batuk efektif dan Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
4.
suara nafas yang bersih, tidak ada hiperventilasi, cheyne stokes, biot
sianosis dan dyspneu (mampu5. Catat lokasi trakea
mengeluarkan sputum, mampu6. Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
bernafas dengan mudah, tidak ada7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
pursed lips) ventilasi dan suara tambahan
Menunjukkan jalan nafas yang paten Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
8.
(klien tidak merasa tercekik, irama ronkhi pada jalan napas utama
nafas, frekuensi pernafasan dalam9. Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
rentang normal, tidak ada suara nafas hasilnya
abnormal) 10. AcidBase Managemen
Tanda Tanda vital dalam rentang11. Monitro IV line
normal (tekanan darah (sistole 110-12. Pertahankanjalan nafas paten
130mmHg dan diastole 70-90mmHg),13. Monitor AGD, tingkat elektrolit
nad (60-100x/menit)i, pernafasan (18-14. Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
24x/menit)) 15. Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
16. Monitor pola respirasi
17. Lakukan terapi oksigen
18. Monitor status neurologi
Tingkatkan oral hygiene
2. Kelebihan volume cairanNOC : NIC :
berhubungan dengana. Electrolit and acid base balance Fluid management
40
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan elektrolit urine
5. Monitor serum dan osmilalitas urine
6. Monitor BP, HR, dan RR
7. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
8. Monitor parameter hemodinamik infasif
9. Catat secara akutar intake dan output
41
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
42
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
43
Discharge Planning
Discharge planning pada pasien dengan penyakit GGK adalah
Tindakan rehabilitasi yaitu Seseorang yang dalam kondisi sehat
diharapkan dapat melakukan pemeriksaan ke dokter/kontrol/laboratorium
untuk memeriksakan fungsi dan keadaan ginjal serta banyak
mengkonsumsi air putih. Sedangkan bagi mereka yang dinyatakan
mengalami gangguan ginjal, baik ringan atau sedang, diharapkan berhati-
hati dalam mengkonsumsi obat-obatan seperti obat rematik, antibiotika
tertentu dan apabila terinfeksi segera diobati, hindari kekurangan cairan
(muntaber), dan kontrol secara periodik. Pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah penyakit gagal ginjal adalah:
a. Jaga agar pasien dengan risiko (misalnya pasien dengan ikterus
obstruktif) tetap dalam kondisi hidrasi yang baik pra- dan
perioperatif.
b. Lindungi fungsi ginjal pada pasien-pasien tertentu dengan obat-
obatan seperti dopamin dan manitol.
c. Pantau fungsi ginjal secara teratur pada pasien-pasien yang
diberikan obat-obatan nefrotoksik (misalnya gentamisin).
d. Merubah gaya hidup yang kurang sehat menjadi gaya hidup yang
sehat dengan banyak mengkonsumsi air putih.
45
DAFTAR PUSTAKA