Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit adalah melalui pelayanan bagian umum, khususnya
dalam pengelolaan linen di rumah sakit. Linen di rumah sakit
dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap
ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan
kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang,
membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan
tenaga kesehatan dengan berbagai klasifikasi. Klasifikasi
tersebut terdiri dari ahli manajemen, tehnisi, perawat, tukang
cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli
kesehatan dan keselamatan kerja.

Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap


pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan
terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan –
bahan kimia, maka bagian laundry sebagai salah satu
pelayanan wajib mengantisipasi dan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia maupun peralatan non medis sesuai perkembangan
bidang teknologi di bidang laundry.

Pelayanan laundry harus dikelola dengan system yang baik dan


benar melalui penerapan managemen yang baik dan benar
serta koordinasi antar bagian dan upaya untuk terus
memberikan pelayanan yang berkaitan dengan pelanggan,
maka perlu disusun Buku Pedoman Pelayanan Laundry.

Adapun buku Pedoman Pelayanan Laundry Rumah Sakit Paru


Provinsi Jawa Barat ini akan menjadi acuan kerja seluruh
petugas yang bekerja di bagian Laundry, serta sebagai landasan
pelayanan laundry Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

B. Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dari Pedoman Pelayanan Laundry di Rumah
Sakit Paru Provinsi Jawa Barat adalah :
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Laundry yang berkualitas dan
berperan aktif dalam pengendalian infeksi nosokomial di Rumah
Sakit Paru Provinsi Jawa Barat.
Tujuan Khusus
a) Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di
rumah sakit.
b) Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang
bersih, kering, rapi, utuh dan siap pakai.
c) Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk
terjadinya infeksi nosokomial.
d) Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung Mewujudkan
pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Paru
Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan Laundry.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan Laundry meliputi :
a. Pengambilan linen
b. Pemilahan linen
c. Penimbangan linen
d. Pencucian linen
e. Penyetrikaan linen
f. Pelipatan linen
g. Pendistribusian linen
h. Perbaikan linen
i. Pencatatan dan pelaporan
D. Batasan Operasional
1. Beberapa Batasan / Definisi
a. Pengambilan Linen
Pengambilan linen kotor dilakukan oleh petugas laundry ke
ruangan dengan menggunakan APD dan menggunakan troli
tertutup. Linen yang infeksius ditempatkan dalam tempat/
ember yang dilapisi plastic warna kuning, sedangkan linen
non infeksius ditempatkan dalam wadah/ember tersendiri
yang tertutup.
b. Pemilahan Linen
Linen dipilah dan dihitung di laundry sesuai tingkat
kekotoran, warna dan infeksius, kemudian linen
dimasukkan ke dalam troli untuk non infeksius dan ember
tertutup untuk linen infeksius.
c. Penimbangan Linen
Linen ditimbang 30 kg kemudian linen dimasukkan ke
dalam troli untuk non infeksius dan ember tertutup untuk
linen infeksius.
d. Pencucian linen
Pencucian linen dilakukan dengan memasukkan linen
infeksius ke mesin cuci dengan kapasitas 35 kg, dengan
memprogram” berat “, untuk linen non infeksius di mesin
cuci non infeksius dengan program “ sedang “ untuk tingkat
kotoran sedang dan linen jenis tebal atau “ ringan “ untuk
tingkat kekotoran ringan dan linen jenis tipis dan ukuran
kecil.
e. Penyeterikaan dan pelipatan
Linen yang telah dikeringkan di bawa ke ruang pelipatan
kemudian dilipat dan di setrika kemudian di sendirikan di
rak penyimpanan linen bersih berdasar ruang masing –
masing
f. Distribusi
Petugas ruangan mengambil linen bersih ke ruang laundry
dengan membawa buku pengambilan linen. Linen dihitung
dan di cocokkan dengan jumlah linen pagi oleh petugas
laundry dan ruangan kemudian linen dimasukkan dalam
plastik dan di bawa ke ruangan
g. Perbaikan Linen
Ruangan mengirim linen yang rusak ke laundry dan petugas
laundry bertugas memperbaiki linen yang rusak, jika linen
tidak bisa diperbaiki, laundry memberitahu ke ruangan,
linen di masukkan inventaris rusak.
h. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan di laundry antara lain:
pencatatan linen yang di setorkan ke laundry, pencatatan
linen yang di distribusikan, dan linen rusak, pelaporan
chemical, plastic, linen rusak

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 tentang Penelolaan lingkungn
Hidup Tahun 1997
3. Undang-Undang Nomor 1 tentang Keselamatan Kerja tahun
1970
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
7. Permenkes no 1204 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004
8. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tentang
Pengelolaan Linen Tahun 2002
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Baku Mutu
Air Limbah Tahun 2004
10. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
11. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan tahun 2010

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam upaya mempersiapkan tenaga Laundry yang handal,
perlu kiranya melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan
sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi.

Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan


meningkatkan kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya
melalui strategi pengembangan kontribusi.

Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Laundry Rumah


Sakit Paru Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

Tabel Kualifikasi Ketenagaan Loundry Rumah Sakit Paru


Provinsi Jawa Barat

NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA


YANG
FORMAL
DIBUTUHKAN

Ka. Instalasi Laoundry SLTA 1

Koordinator SLTA ( pengalaman 1


minimal 5 tahun )
SLTA
Staff Pengambilan dan 1
penghitungan
SLTA
Staff Pencucian 1
SLTA
Staff Pelipatan dan 1
Penyetrikaan
SLTA
Staff Distribusi dan 1
Penyimpanan
SLTA
Staff Penjahitan 1

B. Distribusi Ketenagaan
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat di bagian Laundry terdiri
atas 3 tenaga Laundry, yang terdiri atas :
1. Kepala Unit 1 orang
3. Staff 2 orang

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah gedung baru
B. Standar Fasilitas
Daftar Inventaris Peralatan di Laundry

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 Mesin cuci kapasitas 35 kg 2 buah
Mesin pengering kapasitas
2 1 buah
35 kg
3 Setrika manual 2 buah
5 Trolley 2buah
6 Kontainer linen kotor 2 buah Warna kuning
7 Kontainer linen bersih 2 buah Warna biru
9 Rak linen 1 buah
10 Almari Baju 1 buah
11 Lemari kayu 2 pintu 1 buah
12 Meja kerja 1 buah
13 Meja untuk melipat 1 buah
15 Kursi Lipat 1 buah
19 Jam Dinding 1 buah Seiko
20 Pel Lantai 1 buah
21 Dispenser 1 buah

ATK Jumlah Keterangan

22 Tempat Isolasi 1 buah


23 Perfurator 1 buah
24 Kalkulator 1 buah
25 Steples / Hecter 1 buah
26 Rautan 1 buah
27 Stempel 1 buah
28 Cutter 1 buah
29 Gunting 1 buah
30 Penggaris plastik 1 buah

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Kebijakan yang berkaitan dengan falsafah dan tujuan


Bagian Laundry Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat mulai
penanganan linen kotor sampai dengan bersih ke bagian
ruangan.
Bagian Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
menyelenggarakan pelayanan laundry pada pukul 07.00 – 16 .
00 WIB.
Bagian Laundry melakukan kegiatan secara koordinatif dengan
semua bagian pengguna linen.
Dalam upaya menjaga kualitas dan profesionalisme, Laundry
memberikan pelayanan dengan mengutamakan kepuasan
pengguna dan didukung sarana dan prasarana yang ada.
Bagian Laundry melaksanakan evaluasi dan meningkatkan
fungsi dan kualitas sesuai tuntutan customer.
B. Kebijakan yang berkaitan dengan administrasi dan
pengelolaan

Pelayanan Laundry di Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat


hanya melakukan proses penanganan linen kotor sampai
dengan siap pakai.
Pelayanan Laundry menyimpan linen bersih sebelum di
distribusikan ke masing-masing bagian.
Petugas yang bekerja di pelayanan Laundry bertugas sesuai
jadwal dan SPO yang ditetapkan.
Ketentuan tentang pelabelan linen untuk membedakan
ruangan terlampir
Ketentuan warna linen putih di seluruh rumah sakit

C. Kebijakan yang berkaitan dengan staf dan pimpinan.


Pelayanan Laundry dilengkapi dengan pimpinan dan Staf yang
ditetapkan sesuai dengan struktur Organisasi Rumah Sakit
Paru Provinsi Jawa Barat dan dipimpin oleh seorang Kepala
Ruangan.
Sesuai dengan Struktur Organisasi Rumah Sakit Paru Provinsi
Jawa Barat, Unit Laundry berada dibawah Kasie Penunjang
Medik dalam pengelolaan pelayanan laundry.
Kepala Ruangan Laundry membawahi Petugas Mesin Cuci,
Petugas Setrika dan Petugas Pencatatan dan Penyortiran yang
masing-masing dilengkapi dengan uraian tugas, kewenangan
dan tanggung jawab.
Pertemuan rutin diadakan sedikitnya sebulan sekali untuk
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan evaluasi
peningkatan mutu pelayanan Laundry.
Pertemuan lintas jalur dilaksanakan secara koordinatif dengan
bidang lain sesuai ketentuan dan kebutuhan.

D. Kebijakan yang berkaitan dengan fasilitas dan peralatan


Pemisahan linen infeksius dan non infeksius dilakukan di
ruangan dengan pembedaan tempat.
Linen dihitung dan dimasukkan ke dalam ember tertutup
untuk yang infeksius dan ke troli untuk linen non infeksius
Linen inkfeksius yang sudah ditimbang sebanyak 30 kg
langung dimasukkan ke dalam mesin cuci.
Ruang penanganan linen kotor harus terpisah dengan linen
bersih.
Tersedia jadwal pembersihan lantai Laundry maksimal 2x
sehari.
Untuk menghindari kontaminasi, dalam melaksanakan tugas
petugas menggunakan Alat Pelindung Diri.
Kegiatan perencanaan kebutuhan, penyediaan, permintaan
dan penyimpan linen dilakukan oleh bagian pengguna sesuai
ketentuan.
Tersedia tempat cuci tangan dan antiseptic bagi petugas.
Semua kegiatan dilakukan sesuai prosedur.
Penanggung jawab kelancaran peralatan diatur sebagai
berikut:
a. Penanggung Jawab Pengurus barang bertanggung jawab
menyiapkan logistic untuk bahan habis pakai dan peralatan
yang telah dibeli
b. Panitia Pengadaan bertanggung jawab atas pengadaan
peralatan dan bahan pembersih.
c. Kepala Seksi Penunjang Medik bertanggung jawab atas
pemeliharaan dan perbaikan peralatan, gedung dan sarana
yang lain.
d. Kepala Bagian Laundry bertanggung jawab atas pengelolaan
fasilitas.

Sistem komunikasi diatur melalui telphon intern-ekstern


Pengaturan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dilaksanakan secara berkala dan dilengkapi dengan
jadwal pemeliharaan, kalibrasi serta adanya prosedur
perbaikan dan penggantian peralatan yang rusak.
Pengelolaan pengadaan dan penyediaan bahan pembersih
sesuai prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Paru Provinsi
Jawa Barat dilengkapi dengan Surat Permintaan Barang ke
Pengadaan dan Bukti Penerimaan Barang apabila barang telah
diterima.
Chemical yang dipergunakan di bagian Laundry Rumah Sakit
Paru Provinsi Jawa Barat :

 Flufi
 Boost
 Woost
 Oxibrite

E. Kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan dan prosedur


Pelayanan laundry di Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
dilaksanakan berdasarkan:
 Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia
 Buku Pedoman Laundry tahun 2004
 Keputusan Dirjen PPM dan PLP Depkes RI
Pelayanan laundry di RSI Sultan Agung dilakukan oleh intern (
oleh SDM bagian Laundry )
Pelayanan laundry ( pencucian ) oleh internal SDM bagian
Laundry dilakukan pada jam kerja 07.00 – 16.00 WIB ( dua
shift )
Pelayanan laundry dalam pengelolaannya selalu
memperhatikan hygiene dari sanitasi
Pemakaian bahan dan prasarana untuk proses laundry
memperhatikan bahan yang efektif, aman bagi pemakai, tidak
merusak kain dan lingkungan.
Adanya pemisahan ruang linen/ cucian kotor dan bersih.
Adanya evaluasi dan monitoring hasil cucian dari aspek fisik
( kebersihan, kelembutan, warna )
Adanya evaluasi proses laundry dan bahan pencuci.
Adanya koordinasi antara bagian Laundry dan bagian sanitasi
dalam hal pengawasan pengelolaan Laundry yang terkait
hyegiene sanitasi, monitoring kualitas air bersih untuk
laundry, monitoring sanitasi orang banyak ( penerangan,
kebisingan, penghawaan)

F. Kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan staf dan


program pendidikan
Adanya program peningkatan keterampilan/ pendidikan yang
berkelanjutan tiap tahun sesuai kebutuhan perorangan dan
organisasi.
Adanya program pelatihan pengelolaan pencucian bagi tenaga
pencucian.

G. Kebijakan yang berkaitan dengan evaluasi dan


pengendalian mutu
Penilaian mutu pelayanan laundry melalui kuisioner yang
ditujukan bagi pasien rawat inap dan masukan dari bagian
pengguna dari ruangan masing-masing.
Evaluasi terhadap pelaksanaan SPO oleh Kepala Ruangan
Laundry melalui supervise kegiatan sehari-hari.

BAB V
PENGADAAN
A. Permintaan Barang (Stock) ke Logistik
Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana,
prasarana dan semua barang yang diperlukan untuk Laundry
dalam rangka pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses
permintaan
barang (stock) ke logistik yaitu :
1. Petugas Administrasi /koordinator menulis bon permintaan
barang (stock) secara tertulis di form permintaan barang.
2. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh Kepala
Laundry
3. Petugas Administrasi /koordinator menyerahkan bon
permintaan kepada Petugas Pengadaan.
4. Petugas Pengadaan menerima bon permintaan barang.
5. Pada hari berikutnya Petugas Administrasi /koordinator
mengambil barang yang telah diminta ke Pengadaan.
6. Petugas Administrasi /koordinator melakukan pengecekan
antara Bon permintaan dengan barang yang diserahkan
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan,
Administrasi /coordinator menandatangani penerimaan pada
Bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima dicatat oleh Petugas Administrasi
/koordinator ke dalam kartu inventaris barang pengadaan.
9. Petugas Administrasi /koordinator menempatkan Barang ke
dalam lemari stok barang
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di
Rumah Sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien
(Patient Safety) :
A. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
B. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien
dan masyarakat.
C. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di
Rumah Sakit.
D. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

C. Keselamatan Umum
Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah
penyebaran infeksi, langkah – langkahnya sebagai berikut :
1. Tuangkan Cairan anti septik / sabun ke telapak tangan
secukupnya.
2. Gosokkan kedua telapak tangan.
3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela – sela jari.
5. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tanagn kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya.
8. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
9. Keringkan kedua tangan dengan tissue.

Dengan memperhatikan 5 moment mencuci tangan sebagai


berikut :
1. Sebelum Kontak dengan Pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan Aseptik
3. Sesudah kontak dengan pasien.
4. Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien.
5. Sesudah kontak dengan Lingkungan Pasien.

Alat Pelindung Diri


Jenis-jenis Alat Pelindung Diri:
1) SARUNG TANGAN melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasieen dari
mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan.Sebelum memakai sarung tangan dan setelah
melepas sarung tangan lakukan kebersihan tangan
menggunakan antiseptik cair atau handrub berbahan dasar
alkohol.Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk
setiap pasien, sebagai upaya untuk menghindari kontaminasi
silang. Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau
mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika
melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian
berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan
praktek yang aman.
2) MASKER harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut,
bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah(jenggot).Masker
dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin
serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh
lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila
masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker
tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
3) ALAT PELINDUNG MATA melindungi petugas dari percikan
darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata.
Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas
kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata
atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang
memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke
arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas
kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau
kacamata biasa serta masker.
4) TOPI digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak tercampur ke
linen.Topi harus cukup besar untuk menutup semua
rambut.Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada petugas, tetapi tujuan utamanya adalah
untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh
yang terpercik dari linen kotor infeksius.
5) APRON yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan
penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh
petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron ketika melakukan penghitungan dan pemilahan linen
kotori. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien yang ada di
linen mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
6) PELINDUNG KAKI digunakan untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin
jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di
Laundry.
Pemakaian APD di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Cara Mengenakan APD di Ruang Pemilahan :
1. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung.
2. Kenakan pelindung kaki.
3. Kenakan sepasang sarung tangan.
4. Kenakan celemek plastik..
5. Kenakan masker.
6. Kenakan penutup kepala.
7. Kenakan pelindung mata.

Cara Melepas APD :


1. Disinfeksi sepasang sarung tangan..
2. Lepaskan celemek..
3. Lepaskan pelindung mata.
4. Lepaskan penutup kepala.
5. Lepaskan masker.
6. Lepaskan pelindung kaki.
7. Lepas sarung tangan
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.

D. Prosedur Penanganan Kecelakaan di laundry


a. Tertusuk Jarum
1. Segera keluarkan darah.
2. Siram dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
3. Cuci dengan air sabun / desinfektan. ( Jika perlu bilas
dengan alkohol 70 % )
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur di bawah
ini.
b. Terpajan Cairan Tubuh ( Kulit, Mata, Hidung dan
Mulut )
1. Cuci dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
2. Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung
mata dekat hidung dengan memiringkan kepala.
3. Untuk kulit cuci dengan air mengalir dan air sabun /
desinfektan (Jika perlu, bilas menggunakan alkohol 70 %)
dan keringkan dengan handuk bersih.
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah


pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan
indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :

Defenisi Indikator adalah:

Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan


suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang
digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.

Kriteria :

Adalah spesifikasi dari indikator.

Standar :

 Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh


seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh
mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut.
 Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi
yang sangat baik.
 Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas,
berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka
harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:

1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan

 Keprofesian
 Efisiensi
 Keamanan petugas
 Kepuasan pasien
 Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih

a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada


input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan
kelompok daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan
antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang
dipilih untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.

3. Kriteria yang digunakan

Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk


dapat menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang
memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.

4. Standar yang digunakan

Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :

a. Acuan dari berbagai sumber


b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

Anda mungkin juga menyukai