Anda di halaman 1dari 42

1

PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO AKTIVITAS FISIK

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PRA

LANSIA DI DESA GEDANGAN

Di susun Oleh :

Heni Purwanti 16710372


Nalce duparlira 17710007
A.A.Gde Rama Kaesara 17710045
Mega Fitrian Dewi 17710103

Pembimbing :

Prof.H.Didik Suradji, MSc

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA


2

2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di banyak negara yang sedang berkembang, penyakit tidak

menular (PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera

menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab

kematian dan disabilitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan di

Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian tertinggi

adalah PTM, yaitu penyakit kardiovaskuler 31,9% termasuk hipertensi

6,8% dan stroke 15,4% (Riskesdas, 2018).

Menurut WHO dan the International Society of Hypertension

(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan

3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10

penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat

(Rahajeng, 2012).

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg

dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Kuswardhani, 2013) .

Hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau

idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95%

dari semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor
3

dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu

Genetik, Jenis kelamin, Usia, Asupan Natrium, Obesitas, Perokok,

Aktivitas Fisik, dan Stress. Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui

penyebabnya dan dapat dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal

3%, penyakit renovaskuler 1%, Endokrin 1% (Gray, 2005).

Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit

jantung koroner sebesar 20-40% (Gray, 2005). Melakukan aktivitas fisik

yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang

dikategorikan dalam pengobatan farmakologis bagi penderita hipertensi.

Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung

yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya

sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan

pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun.

Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas

yang sedang dilakukan selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang

terbakae sedikitnya 150 kalori per hari. Salah satu yang bisa dilirik adalah

aerobic.suatu aktifitas baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga,

karena aerobic dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru

dan otot-otot ( Marliani dan tantan, 2012).

Berdasarkan hasil survei Dinkes Propinsi Jawa Timur pada tahun

2013 Hipertensi merupakan penyakit terbanyak peringkat ke-2 di

puskesmas Gedangan dengan angka 17,39 %, pada tahun 2010 turun ke

peringkat 3 dengan angka 12,41%, pada tahun 2016 naik lagi ke peringkat
4

2 dengan angka 13,78% (Dinkes Jatim, 2016). Hipertensi di Kabupaten

sidoarjo pada golongan umur pra lansia (45-59 tahun) menempati urutan

kedua dengan 141 (4,6%) kasus dari seluruh pralansia di Desa Gedangan.

Desa Gedangan merupakan daerah dengan jumlah pralansia sebanyak

3.057 jiwa. Sedangkan pada kelompok umur 45-59 tahun berdasarkan data

desa Gedangan termasuk kelompok usia produktif.

Oleh karena itu dari uraian latar belakang diatas dan juga masih

kurangnya penelitian tentang faktor resiko aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada pralansia di daerah penulis, penulis ingin meneliti tentang

Hipertensi yang berjudul “Hubungan faktor resiko aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada pra lansia di Desa Gedangan Kabupaten Sidoarjo

Tahun 2019.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang

dikemukakan adalah adakah hubungan antara faktor resiko aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi pada pra lansia di Desa Gedangan Kecamatan

Gedangan, Sidoarjo, tahun 2019 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara faktor resiko aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada pra lansia di Desa Gedangan, Kecamatan

Gedangan, tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
5

a. Mengidentifikasi faktor resiko aktivitas fisik pada pra lansia di

Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan.

b. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada pra lansia di Desa

Gedangan, Kecamatan Gedangan.

c. Menganalisis hubungan faktor resiko aktivitas fisik pada pra lansia

dan kejadian hipertensi pada pra lansa di Desa Gedangan,

Kecamatan Gedangan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat bisa mengerti tentang apa saja yang menjadi penyebab

hipertensi sehingga dapat mencegahnya.

b. Masyarakat bisa mengetahui hubungan kegiatan fisik dengan angka

kejadian hipertensi.

2. Bagi Puskesmas Kecamatan Gedangan

Sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan dan program

pembangunan kesehatan atau merumuskan program baru.

3. Bagi Institusi

Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya sebagai masukan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran

Komunitas.

4. Bagi peneliti
6

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman lapangan, serta

sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas Ilmu Kedokteran

Komunitas.

BAB II

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tidak berubah sesuai dengan umur. tekanan darah

sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90

mmHg.The joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational

Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS &

keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi. (Kuswardhani,2006).

Hipertensi dikelompokkan menjadi dua,yaitu Hipertensi esensial atau

idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari

semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor

dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu Genetik,

Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan Stress.

Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat

dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler

1%, Endokrin 1%. (Gray,2005).

Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler

yang paling banyak terjadi pada pra lansia akibat dari proses penuaan dan

dampak kumulatif dari gaya hidup pra lansia ketika muda adalah hipertensi.
7

Aziza (2007) menjelaskan berdasarkan info dasar kardiovaskular global dari

World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 26,4% penduduk pra

lansia pada tahun 2000 mengalami hipertensi. Tingginya prevalensi kejadian

hipertensi pada pra lansia, menuntut perhatian masyarakat terhadap

pengendalian faktor risiko hipertensi. Faktor risiko hipertensi mencakup lima

hal utama yaitu menyeimbangkan gizi, menghindari rokok, menghindari stres,

mengawasi tekanan darah dan berolahraga secara teratur.

Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk

mengurangi berat badan dan mengelola stress dua faktor yang mempertinggi

hipertensi. Pada tahun 1993. American Collage of Sport Medicine (ACSM)

menganjurkan latihan-latihan aerobic (olahraga ketahanan) yang teratur serta

cukup takarannya untuk mencegah risiko hipertensi. Dengan melakukan

gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari

perminggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan

sistolik dan diastolik. Menurut American Society of Hypertension (ASH),

pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala

kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks

dan saling berhubungan. (Informasi Lengkap Untuk Penderita Dan Keluarga

Hipertensi,2008).

Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung

koroner sebesar 20-40%. (Gray,2005).

B. Epidemiologi
8

Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian

normal dari ketuaan, insiden hipertensi pada pra lansia adalah tinggi. Setelah

umur 45 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun

1988-1991 National Health and Nutrition Examination Survey menemukan

prevalensi hipertensi pada kelompok umur 45-75 tahun sebagai berikut:

prevalensi keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99

mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan

6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Ditengarai bahwa

hipertensi sebagai faktor risiko pada pra lansia. Pada studi individu dengan usia

50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi sangat rentan terhadap

kejadian penyakit kardiovaskuler. (Kuswardhani,2006).

Diperkirakan 50 juta orang dewasa amerika serikat menderita hipertensi.

Hipertensi merupakan factor resiko untuk arteri koroner, gagal jantung kongestif,

stroke dan gagal ginjal. Orang Amerika keturunan Afrika cenderung menderita

hipetensi lebih berat dan pada usia yang lebih dini, serta memiliki resiko stroke

dan infark miokard dua kali lebih besar disbanding dengan orang kulit putih.

(Brashers,2008).

C. Patofisiologi

Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya

umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 45-60 tahun, sedangkan

TDD meningkat samapi umur 50-70 tahun dan kemudian cenderung

menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin

mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah dan penurunan

kelenturan arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai


9

dengan umur. Seperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik

dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi

pada pra lansia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal

terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah

sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluhn darah besar meningkat dan

elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini

menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan

mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas

baroreseptor juga berubah dengan umur. (Kuswardhani,2006).

Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat

menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada

pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga

menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi

pada pra lansia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan

antara vasodilatasi adrenergik beta dan vasokonstriksi adrenergik alfa akan

menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan

pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.

Resistensi Natrium akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga

berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin

plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin

tidak mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia Berbagai

perubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung


10

(cardiac output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas

miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan

penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi

glomerulus. (Kuswardhani,2006).

D. Klasifikasi Hipertensi

Tabel II.1. Definisi dan Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg).


menurut WHO Tahun 1999

Kategori Sistolik(mmHg). Diastolik(mmHg).


Optimal <120 <80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
Subkelompok : borderline 140 – 149 90 – 94
Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Subkelompok : borderline 140 – 149 < 90
Sumber: (Dalimartha,dkk,2008).
Jika tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda kategori, dipakai

kategori yang lebih tinggi.

Tabel II.2 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7th

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 140-159 Atau 90-99
1
Hipertensi tahap ≥ 160 Atau ≥ 100
2
Sumber: (Chobanian,2003).
11

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi


Indonesia Tahun 2007

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 Dan < 90
Sumber: (Jafar,2010).

E. Faktor Risiko yang Memengaruhi Hipertensi

Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu yang dapat atau

tidak dapat dikontrol :

1. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol:

a. Jenis kelamin

Prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih besar daripada pria

(24%) (Tesfaye et al,2011). Namun wanita terlindung dari penyakit

kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah

terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap

sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.

Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit

hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari

kerusakan Hormon estrogen ini kadarnya akan semakin menurun setelah

menopause (Armilawati, 2011).


12

b. Umur

Semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko

hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,

disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,

sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

menjadi kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah

sistolik (Rahajeng, 2013). Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada

usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon

sesudah menopause.

Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari

keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan

akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya banyak arteri

ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya

penyesuaian diri (Hanns Peter, 2013).

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang

tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus


13

hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini

dkk, 2013).

2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

a. Obesitas

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,

dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang

kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus

perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai

IMT≥25.0. Obestitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai

penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan

diabetes mellitus. Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam

Khomsan (2004) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar

10% pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah

2 mg/dl, dan kolesterol darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada

seseorang yang memiliki IMT>30 pada lakilaki sebesar 38% dan wanita

32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan 17% perampuan yang

memiliki IMT<25 (Krummel, 2010)

b. Aktifitas Fisik
14

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas fisik

sehari-hari dan olahraga, sedangkan menurut WHO (2010) yang

dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan paling

sedikit 10 menit tanpa henti (Krummel, 2010).

Salah satu penyebab utama dari penyakit tidak menular (PTM)

adalah kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. PTM yang banyak

terjadi di Indonesia antara lain Hipertensi, Diabetes Melitus, PJK, Gagal

Ginjal dan juga Stroke (Krummel, 2010).

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada

orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan

otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha

otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer

yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik

juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Studi epidemiologi

membuktikan bahwa olahraga secara teratur (aktivitas fisik aerobic

selama 30-45 menit/hari) memiliki efek antihipertensi dengan

menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena


15

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang

akan menurunkan tekanan darah. (Dalimartha, 2012).

Aktivitas fisik menurut KEMENKES 2018

Secara umum aktivitas fisik dibagi menjadi 3 macam, yaitu

aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas fisik dengan latihan dan yang ketiga

yaitu olahraga (KEMKES, 2018).

1) Aktivitas fisik harian

Jenis aktivitas fisik yang pertama ada dalam kehidupan kita

sehari-hari. Kegiatan sehari-hari dalam mengurus rumah15bisa

membantu kita membakar kalori yang didapatkan dari makanan yang

dikonsumsi. Seperti misalnya adalah mencuci pakaian, mengepel,

berjalan kaki, membersihkan jendela, berkebun, menyetrika, bermain

dengan anak dan sebagainya. Kalori yang terbakar dapat mencapai 50-

200 kkal per kegiatan.

2) Latihan fisik dengan latihan

Latihan fisik adalah aktivitas yang dilakukan secara terstruktur

dan terencana misalnya adalah jalan kaki, jogging, push up,

peregangan, senam aerobic, bersepeda dan sebagainya. Dilihat dari

kegiatannya, latihan fisik memang seringkali disatu kategorikan

dengan olahraga.

3) Olahraga

Olahraga didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang terstruktur

dan terencana dengan mengikuti aturan-aturan yang berlaku dengan


16

tujuan tidak hanya membuat tubuh jadi lebih bugar namun juga untuk

mendapatkan prestasi. Yang termasuk dalam olahraga seperti sepak

bola, bulu tangkis, basket, berenang dan sebagainya.

Untuk mendapatkan hasil dari aktivitas fisik yang lebih

maksimal, direkomendasikan untuk melakukannya dengan prinsip

BBTT yaitu baik, benar, terukur dan teratur. Baik adalah melakukan

aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya, benar adalah aktivitas

yang dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan dan di akhiri

dengan pendinginan dan peregangan, terukur adalah aktivitas fisik

yang diukur intensitas dan juga waktunya, dan yang terakhir adalah

aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam

seminggu (KEMKES, 2018).

Aktivitas fisik menurut International Physical Activity


Questionnaire (IPAQ)

Menurut International Physical Activity Questionnaire (2015),

aktivitas fisik dibagi atas tiga tingkatan yakni aktivitas fisik rendah,

sedang, tinggi. Aktivitas fisik rendah/ringan adalah segala sesuatu

yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang

adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga

cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak yang menyebabkan

nafas sedikit lebih cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas fisik

tinggi/berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran

tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih

cepat dari biasanya.


17

1) Tinggi

Seseorang yang memiliki salah satu kriteria berikut ini sudah

diklasifikasikan dalam kategori tinggi, yaitu :

a) Aktivitas dengan intensitas berat setidaknya mencapai 3 hari.

Jumlah minimal aktivitas fisik 1500 MET menit/minggu.

b) Aktivitas fisik selama 7 hari dengan kombinasi berjalan, intensitas

sedang dan intensitas berat dengan jumlah minimal 3000 MET

menit/minggu.

2) Sedang

Seseorang yang tidak memiliki kriteria aktivitas tinggi dan

memiliki salah satu kriteria berikut ini sudah diklasifikasikan dalam

kategori sedang, yaitu :

a) Aktivitas dengan intensitas kuat selama 3 hari atau lebih minimal

20 menit per hari.

b) Aktivitas intensitas sedang dan / atau berjalan selama 5 hari atau

lebih setidaknya 30 menit per hari.

c) Aktivitas fisik selama 5 hari atau lebih dengan kombinasi

kombinasi berjalan, intensitas sedang dan intensitas yang kuat

dengan jumlah minimal 600 MET menit / minggu.

Salah satu metode yang bisa digunakan untuk memperkirakan Aktifitas

fisik sesuai dengan kalori yang ingin kita bakar atau sebaliknya yaitu MET

(Metabolic Equivalent). MET adalah satuan yang digunakan untuk mengestimasi

energi yang dikeluarkan dari setiap melakukan suatu aktivitas (ISNA, 2018).
18

Untuk menghitung berapa kalori yang dikeluarkan maka digunakan

persamaan :

Kalori = MET (nilai dalam tabel) x Berat Badan x Waktu (menit atau jam).

Tabel II.4. Tabel METs

No Aktivitas fisik METs/hours METs/min Kategori


1. Berbaring, menonton 1-2 0.02-0.05 Aktivitas ringan
televise, main gadget,
bermain dengan anak,
belanja santai.
2. Berjalan 4-6 0,10 Aktivitas sedang
3. Olahraga 5-8 0.08-0.20 Aktivitas berat

3) Rendah

Seseorang yang tidak memenuhi salah satu dari semua kriteria

yang telah disebutkan dalam kategori tinggi maupun kategori sedang

c. Kebiasaan merokok

Hipertensi dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok

yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin

dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain

itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding

pembuluh darah (Dalimartha, 2012).

d. Mengkonsumsi makanan asin dan berpengawet

Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan

dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat

berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan


19

awetan biasanya memiliki rasa gurih (umami), sehingga dapat

meningkatkan nafsu makan (Krisnatuti, 2010)

e. Minum alkohol

Minum alkohol dapat memicu terjadinya hipertensi karena adanya

peningkatan sintetis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu

kenaikan tekanan darah (Dalimartha, 2012).

f. Minum kopi

Dari hasil penelitian di Journal of Nutrition Collage dikatakan

bahwa mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir perhari meningkatkan risiko

hipertensi 4,11 kali lebih tinggi dibanding tidak meminum kopi

(Martiani, 2012).

g. Stress

Pengaruh stres juga masih kontroversi, pengaruhnya diduga melalui

aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah sebagai

reaksi fisik bila sesorang mengalami ancaman (fight or flight response)

(Rahajeng, 2013).

F. Diagnosis Hipertensi

Pada semua umur, diagnosis hipertensi memerlukan pengukuran

berulang dalam keadaan istirahat, tanpa ansietas, kopi, alkohol, atau

merokok (Kuswardhani, 2010). Dalam menegakan diagnosis hipertensi,

diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum

menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini
20

diadaptasi dari Canadian Hypertension Education Program. The Canadian

Recommendation for The Management of Hypertension 2014 (PERKI, 2015) :

G. Penatalaksanaan Hipertensi

1. Non farmakologi

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan

tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan

risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi

derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup
21

sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya

selama 4 – 6 bulan.

Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines

adalah (PERKI, 2015) :

a. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan

manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari

diabetes dan dislipidemia.

b. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan

lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak

jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan

cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang,

diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat

antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk

asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.

c. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60

menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan

darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga

secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,

mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di

tempat kerjanya.

d. Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum

menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol
22

semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan

pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol

lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,

dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau

menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan

tekanan darah.

e. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti

berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok

merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan

pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan

tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko

kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi

farmakologi (PERKI, 2015).

2. Farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada

pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah

setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan

hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu

diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping,

yaitu (PERKI, 2015) :

a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
23

c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada

usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid

d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor

(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)


24

e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi

f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur. Algoritme

tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines

memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme

tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari A Statement by the

American Society of Hypertension and the International Society of

Hypertension2013;
25

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Genetik:
 Riwayat keluarga dengan
Hipertensi
 Obesitas
 Umur
 Jenis Kelamin

Yankes:
Lingkungan Sosial:
Ketersediaan tempat
* Keluarga
posbindu
* Masyarakat HIPERTEN
SI Penerimaan program
 Stress PRA
LANSIA posbindu
Lingkungan Fisik
Akses ke lokasi mudah
* Rumah
* Tempat Kerja Masalah biaya pengobatan
Perilaku

Aktivitas
Fisik
Rendah
Keterangan: Sedang
Tinggi
------ = tidak diteliti

____ = diteliti

Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan Aktivitas Fisik


dengan Kejadian Hipertensi pada Pra Lansia (Modifikasi H.L. Blum’s)
Berdasarkan teori H.L Blum, dilihat dari faktor genetik seperti: riwayat

keluarga hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi dalam

keluarga. Asupan kalori mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena


26

kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat

memperburuk kondisi karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit

seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Sedangkan bila dilihat

dari karakteristiknya dengan bertambahnya umur elastisitas pembuluh darah

menurun sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi. Hipertensi lebih

banyak terjadi pada pria bila terjadi pada umur dewasa muda. Tetapi lebih

banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita

hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon

setelah menopause.

Dari faktor perilaku, seperti: aktivitas fisik dibagi atas tiga tingkatan

yakni aktivitas fisik rendah, sedang, tinggi. Aktivitas fisik rendah/ringan adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik

sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup

besar, dengan kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih

cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas fisik tinggi/berat adalah pergerakan

tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran

kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya.

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena

bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif

cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung

harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan
27

fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat

untuk menjaga jantung dan peredaran darah.

Dari faktor lingkungan ada dua, yaitu: lingkungan social dan lingkungan

fisik.Lingkungan social meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat

sekitar, dan stress. Sangat berperan penting dalam hal pengetahuan dan

keprihatinan atas hipertensi. Sehingga, dalam penangannya perlu diadakan

kerjasama lintas sektoral. Sedangkan, hubungan antara stress dengan hipertensi

diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan

tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

Lingkungan fisik meliputi keadaan rumah dan tempat kerja. Keadaan

rumah dan tempat kerja yang baik, bisa menjadikan masyarakat terbiasa

dengan pola hidup bersih dan sehat.

Faktor pelayanan kesehatan dilihat dari: Ketersediaan tempat posyandu

lansi, yaitu Sarana dan prasarana yang mendukung bisa meningkatkan mutu

layanan sehingga bisa membuat pasien merasa nyaman. Selanjutnya

penerimaan program posyandu lansia, Bila program tidak diterima oleh

masyarakat maka pemantauan kesehatan terutama tekanan darah terhadap

lansia di posyandu akan sulit. Selain itu, Akses yang mudah ke lokasi

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pasien bisa berkunjung.

Sehingga pemantauan kesehatan atau hipertensi bisa berjalan dengan baik dan

yang tidak kalah penting adalah biaya yang terjangkau, pada pelayanan pasien
28

pada posyandu lansia ini gratis tidak dikenakan biaya sehingga diharapkan

banyak pasien yang akan datang.

B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara faktor resiko aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi para lanjut usia di Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan,

Kabupaten Sidoarjo, Bulan Juni Tahun 2019

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitiaan menggunakan metode analitik observasional dengan

rancangan case control menganalisis hubungan dua variabel yang diteliti tanpa

memberi perlakuan (eksperimen) pada sampel (Sastroasmoro, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi
29

Penelitian dilakukan di Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan,

Kabupaten Sidoarjo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2019

Tabel IV.1 Lokasi dan waktu penelitian

No. Kegiatan Minggu


I II III IV
1. Mentukan masalah penelitian xxxxxx
2. Menyusun Proposal xx xxxxxx
3. Persiapan lokasi penelitian x
4. Pengumpulan data xxx
5. Pengolahan data xx
6. Penyusunan laporan xxxxxx xxxxxx xxxxxx xx
7. Seminar x
8. Revisi xxxxx
9. Penyelesaian laporan xxxxxx

C. Populasi dan Sample

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta lansia bulan Juni 2019 di Desa

Gedangan, Kecamatan Gedangan sebanyak 3057 pra lansia.


2. Sampel
a. Besar dan teknik pengambilan sampel
Desa Gedangan terdiri atas 11 RW. Dengan metode random area

terpilih RW 11 sebagai sampel. Ternyata menurut catatan medis di

Puskesmas Gedangan di RW tersebut tercatat 15 kasus hipertensi yang

dijadikan subyek penelitian sebagai kelompok kasus. Sedangkan

kelompok kontrol diambil 30 subyek dari RW yang sama (RW 11) yang

tidak menderita hipertensi (menurut pemeriksaan petugas kesehatan)

yang dipilih secara matching sebaya usia dan sama gender.


30

d. Kriteria
1) Kelompok kasus
a) Kriteria inklusi
(1)Peserta pra lansia dengan hipertensi berobat dan tercatat di

rekam medis Puskesmas Gedangan


(2) Peserta pra lansia yang tinggal di Desa Gedangan
(3) Peserta pra lansia bersedia menjadi responden penelitian
(4) Bisa baca dan tulis
b) Kriteria eksklusi:
(1) Tidak bisa ditemukan atau dihubungi dalam 3 kali

kunjungan
(2) Penderita penyakit stroke, dan penyakit-penyakit yang

menyebabkan hipertensi sekunder.


2) Kelompok control
a) Kriteria inklusi
(1)Peserta pra lansia yang tidak menderita hipertensi
(2) Peserta pra lansia yang bersedia menjadi subyek penelitian
(3) Peserta pra lansia bisa baca dan tulis
b) Kriteria eksklusi:
(1) Tidak bisa ditemukan atau dihubungi dalam 3 kali

kunjungan
(2) Penderita penyakit stroke, dan penyakit-penyakit yang

menyebabkan hipertensi sekunder.

2. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,

sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2008). Variabel

dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas (independent) dan variable

terikat (dependent) antara lain:


a. Variabel bebas (independent variable) adalah aktivitas fisik.
b. Variabel terikat (dependent variable) adalah kejadian hipertensi pada

lansia.
D. Definisi operasional
Tabel V.2 Tabel Variabel dan Definisi Operasional
31

KATEGIRI/ ALAT
No. Variabel Definisi Operasional Skala
KRITERIA UKUR
1 Aktivitas Nomi
fisik nal

2 Hipertensi Tekanan darah yang 1.hiertensi Catatan Nomi


diukur dengan .... dengan bila..... medis nal
kategori 2.normal bila kasus di
1. Hipertensi ............ PKM....
2. Normal istole ≥140 dan
mmHg pengukura
dan/atau n pada
Diastole ≥ 90 mmHg kontrol

KOLOM:
DEF OPERASIONAL:
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang terdiri dari ......, ............, .........
dan ........... yang diukur dengan menggunakan kuesioner ..................
dengan hasil ukur yang dikategorikan:
3. Kurang baik
4. Baik.

KOLOM:
KATEGORI/KRITERIA
1. Kurang baik bila hasil ukur < .........
2. Baik bila hasil ukur ≥ .......

KOLOM
ALAT UKUR
Kuestioner ..... (WHO)

E. Prosedur Penelitian

Populasi: Pra lansia usia 45-59 tahun dengan hipertensi di desa


gedangan wilayah puskesmas gedangan sidoarjo
32

Sampling area menghasilkan Sampel: kelompok kasus 30 or dan kel. kontrol


30 or

Bersedia

Tidak bersedia
Informed consent

Memenuhi kriteria

Tidak memenuhi kriteria


Pengisian kuesioner
Pengolahan data

Analisis data ....


Penyusunan laporan

Gambar VI.I Alur penelitian tentang hubungan


seminar faktor resiko aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi pada pra lansia di Desa Gedangan Kabupaten
Sidoarjo Tahun 2019

1. Kualifikasi dan jumlah petugas


Setelah menyetujui informed consent, sampel telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi akan diwawancara oleh peneliti. Peneliti berjumlah

empat orang.
2. Bahan dan alat penelitian
a. Bahan dan alat
1) kuesioner WHO (sebut namanya)
2) Spigmomanometer
3) rekam medis.
4) Alat tulis, buku tulis,
5)

F. Analisis data

1. Analisa bivariat
33

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan hipertensi

dengan aktifitas fisik pada lansia di desa Gedangan menggunakan uji Odd

Ratio(OR).
Rumus Odd Ratio(OR) :

Tabel V.3: Studi Kaus Kontrol

Hipertensi
FaktorResiko Jumlah
Kasus Kontrol

Aktifitas Fisik Tidak baik a b a+b

Aktifitas Fisik Baik c d c+d

Keterangan :
Sel a = kasus yang mengalami pajanan
Sel b = kontrol yang mengalami pajanan
Sel c = kasus yang tidak mengalami pajanan
Sel d = kontrol yang tidak mengalami pajanan
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variable independen

dengan dependen. Keputusan dari pengujian Chi Square:


a. Jika ρ value ≤ α (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hubungan

antara variable independen dengan variable dependen.


b. Jika ρ value ≥ α (0,05), H o diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan antara variable independen dengan variable dependen.


Interpretasi nilai OR :
a. OR > 1 , faktor resiko ada hubungan
b. OR = 1, faktor resiko tidak ada hubungan
c. OR < 1, faktor resiko sebagai fakor protektif
OR merupakan metode untuk menguji :
a. Ho : tidak ada hubungan antara ..............
34

b. H1 : ada hubungan antara ..................

Lampiran 1: Pengantar Kuesioner

PENGANTAR KUESIONER
Judul Penelitian :Hubungan Faktor Resiko Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Hiprtensi Pada Lansia di Desa Gedangan
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019
Peneliti : 1. Heni Purwanti ( 16710372 )
2. Nalce Duparlira ( 17710007 )
3. Anak Agung Gde Rama Kaesara ( 17710045 )
4. Mega Fitrian Dewi ( 17710103 )
35

Pembimbing : H. Prof. Didik Sarudji, M.Sc


Bapak/Ibu yang terhormat,
Kami adalah dokter muda kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Untuk menyelesaikan
tugas, saya bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Faktor Resiko Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa
Gedangan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019.”
Kami berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang sangat
berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi . Oleh sebab itu saya berharap ketersediaan Bapak/Ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Apabila para Bapak/ibu sekalian bersedia
Kami mohon kesediannya untuk menandatangani persetujuan menjadi subyek
penelitian.
Atas perhatian dan kerjasama, kami ucapkan terima kasih.

Sidoarjo, Juni 2019


Mengetahui
Pembimbing Peneliti

(H. Prof. Didik Sarudji, M.Sc)


Lampiran 2: Informed Consent

INFORMASI UNTUK RESPONDEN

Saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Faktor


Resiko Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pra Lansia di Desa
Gedangan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019”. Dengan penelitian ini diharapkan
akan diketahui apakah ada hubungan antara aktivitas fisik lingkungan rumah
dengan kejadian hipertensi pada pra lansia di desa Gedangan Sidoarjo
Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini adalah secara sukarela dan
menguntungkan semua pihak baik responden, peneliti, pelayan kesehatan dan
masyarakat luas. Setelah anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan
36

menandatangani surat persetujuan, maka anda akan diwawancarai oleh kami


sebagai peneliti.
Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dirahasiakan oleh
tim peneliti dan tidak terbuka bagi masyarakat atau pihak lain tanpa persetujuan
para peneliti. Laporan-laporan yang akan dihasilkan dari penelitian ini tidak akan
mencantumkan identitas penderita yang bersangkutan dengan hal yang dilaporkan.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi
responden pada penelitian ini
Sidoarjo, ......... Juni 2019

Responden

Tanda tangan : ( )

Peneliti

Nama : ………………………………………………………

Tanda tangan : ( )

Lampiran 3: Kuisioner

KUESIONER
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN HIPRTENSI PADA PRA LANSIA DI DESA GEDANGAN
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2019

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk pengumpulan data tentang


aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pra lansia di desa Gedangan
37

Sidoarjo Atas Partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Petunjuk pengisian sebagai berikut :

1. Isilah titik-titik di bawah ini sesuai dengan jawaban atau kondisi responden.
2. Isilah pada salah satu kolom di lajur kanan, dengan pilihan “Ya” atau
“Tidak” sesuai keadaan anda.

Nomor Kuisioner :
Tanggal wawancara : ……………….
Nama :
Umur : a. 45-49
b.50-54
c.55-59
Jenis kelamin :
Desa :
A. RIWAYAT PENYAKIT DAN KELUARGA

1. Apakah Anda memiliki 1. Ya


riwayat penyakit 2. Tidak
hipertensi?

2. Apakah Anda sedang


mengkonsumsi obat 1. Ya
anti-hipertensi? 2. Tidak

3. Sejak usia berapa anda b. 45-49


didiagnosa memiliki c. 50-54
penyakit hipertensi? d. 55-59

4. Apakah Anda memliki a. Parenkim ginjal


riwayat penyakit b. Renovaskuler
sebagai berikut? c. Endokrin

5. Apakah di dalam
keluarga Anda ada yang
menderita hipertensi?
1. Ya
38

(ayah, ibu, kakek,nenek, 2. Tidak


paman, bibi, dan
lainnya yang memiliki
hubungan darah)

B. FISIK

Berat Badan (BB) ....................... kg

Tinggi Badan (TB) ........................cm

Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

C. AKTIVITAS FISIK

1. Apakah anda melakukan aktivitas Pekerjaan rumah (seperti :

sehari-hari seperti: mencuci pakaian,

(Boleh pilih lebih dari 1) mengepel, menyapu)

Berjalan kaki
Berkebun
Bermain dengan anak
Lainnya:………………….
2. Berapa kali anda melakukan aktivitas 1. 7 hari berturut-turut
2. 3 x dalam seminggu
fisik selama 1 minggu ? 3. < 3 x dalam seminggu
3. Berapa lama waktu aktivitas pada no. 1. < 10 menit / hari

1 yang anda lakukan dalam 1 hari? 2. 10 menit / hari


39

3. > 10 menit / hari


4. Apakah anda melakukan latihan fisik 1. Ya

terstruktur seperti jogging/ push up/ sit 2. Tidak

up selama 30 menit dalam 1 hari?


5. Apakah anda melakukan latihan fisik 1. Ya

terstruktur (soal no. 4) setiap hari 2. Tidak, <3x satu minggu

3. Tidak, >3x satu minggu


dalam 1 minggu berturut-turut?
4. Tidak pernah sama sekali
6 Selain kegiatan pada no. 1, apakah 1. Ya

anda memiliki pekerjaan tetap? 2. Tidak


7 Apakah pekerjaan tetap tersebut 1. Ya,….(sebutkan jenis

melibatkan aktivitas fisik yang berat? pekerjaan yang dilakukan)

Tidak, …..(sebutkan jenis

pekerjaan yang dilakukan)

D. Kuesioner Aktivitas Fisik GPAQ WHO


40

Pertanyaan Jawaban Skor


Aktivitas saat kerja
1 Apakah pekerjaan anda termasuk

aktivitas berat (menyebabkan Ya 1

peningkatan besar dalam frekuensi


Tidak 2 (ke no 4)
bernapas atau detak jantung) setidaknya

selama 10 menit secara rutin?


2 Dalam seminggu, berapa hari pekerjaan Jumlah hari

tersebut dilakukan?
3 Berapa lama waktu yang anda gunakan

untuk aktivitas tersebut perhari :

Jam Menit
4 Apakah pekerjaan anda termasuk

aktivitas sedang (menyebabkan Ya 1

peningkatan sedikit dalam frekuensi


Tidak 2 jika tidak ke P7
bernapas atau detak jantung) setidaknya

selama 10 menit secara rutin?


5 Dalam seminggu, berapa hari pekerjaan Jumlah hari

tersebut dilakukan?
6 Berapa lama waktu yang anda gunakan

untuk aktivitas tersebut perhari? :

Jam Menit
Perjalanan ke dan dari tempat-tempat
7 Apakah Anda berjalan atau

menggunakan sepeda selama minimal 10 Ya 1

menit secara rutin untuk bepergian ke


Tidak 2 (ke no 10)
suatu tempat?
8 Dalam satu minggu, berapa hari kegiatan Jumlah hari
41

tersebut dilakukan?
9 Berapa lama waktu yang digunakan

untuk bersepeda atau berjalan kaki :

perharinya? Jam Menit


Aktivitas Rekreasi
10 Apakah Anda melakukan olahraga berat

selama minimal 10 menit secara rutin? Ya 1

Misal : fitness, sepak bola, tinju, basket,


Tidak 2 (ke no 13)
berlari
11 Dalam seminggu, berapa hari Anda Jumlah hari

melakukannya?
12 Berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk olahraga berat perharinya? :

Jam Menit
13 Apakah Anda melakukan olahraga

sedang selama minimal 10 menit secara Ya 1

rutin?
Tidak 2 (ke no 16)
Misal : jalan cepat, berenang, bersepeda,

golf, voli
14 Dalam 1 minggu, berapa hari Anda Jumlah hari

melakukannya?
15 Berapa lama waktu yang Anda butuhkan

untuk olahraga sedang perharinya? :

Jam Menit
Kebiasaan
Pertanyaan berikut adalah tentang duduk atau berbaringdi tempat kerja, di rumah, perjalanan ke

dan dari tempat-tempat, atau dengan teman-teman termasuk waktu yang dihabiskan (duduk dengan
42

teman-teman, bepergian di dalam mobil, bus, kereta api, membaca, bermain kartu atau menonton

televise) tetapi tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk tidur.

16 Berapa banyak waktu yang Anda

habiskan biasanya duduk-duduk, :

bersantai, bermain, atau berbaring Jam Menit

menonton TV dalam sehari?

Anda mungkin juga menyukai