Bab I - Vi
Bab I - Vi
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
(140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan
kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan
100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus
TB dengan HIV positif 25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case
Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000
penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus
sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal
2
dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB
angka kesakitan dan kematian akibat TB di tahun 2015 jika dibandingkan dengan
tahun 1990. Angka prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar > 900 per 100.000
penduduk, pada tahun 2015 menjadi 647 per 100.000 penduduk. Dari semua
indikator MDG’s untuk TB di Indonesia saat ini baru target penurunan angka
insidens yang sudah tercapai. Untuk itu perlu upaya yang lebih besar dan
terintegrasi supaya Indonesia bisa mencapai target SDG’s pada tahun 2030 yang
Provinsi Jawa Barat 2015, hasil data dan informasi diperoleh jumlah penderita TB
paru pada tahun 2015 sebesar 52.875 kasus dengan BTA positif dengan jumlah
kasus baru BTA positif sebanyak 26.117 kasus. Dalam laporan tersebut terdapat 26
Tuberkulosis (TB) cukup tinggi dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Data
yang dirilis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tercatat pada tahun 2014
ditemukan kasus TB sebanyak 2.994 kasus. Dengan rincian kasus Bakteri Tahan
Asam (BTA) positif baru sebanyak 1.785 kasus atau baru mencapai 73 % dari
3
perkiraan kasus BTS positif baru (2.457 kasus). Sedangkan pada tahun 2013 dari
1.928 kasus BTA positif baru yang dinyatakan sembuh sebanyak 1.593 kasus atau
83 % dan angka Drop Out (DO) sebanyak 77 kasus atau (4 %) dan meninggal 29
Paru BTA Positif dengan tidak ada kasus meninggal dan TB MDR. Pada tahun 2016
walau kasus TB Paru menurun yaitu menjadi 16 kasus TB Paru BTA Positif namun
jumlah tersangka TB Paru meningkat menjadi 32 orang dan terdapat Multi Drugs
minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampisin secara
bersama sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya
kematian bila tidak ditangani dengan adekuat, serta penularan yang aktif terhadap
(puskesmascisaga.blogspot.co.id, 2014).
dapat ditinjau dari sisi: (1) Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena: (a)
Diagnosis tidak tepat, (b) Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat, (c)
Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat, dan (d)
4
Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat; (2) Pasien, yaitu karena: (a) Tidak
OAT, (c) Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya dan (d)
Persediaan OAT yang kurang dan (b) Kualitas OAT yang disediakan rendah
TB Paru, faktor penyuluhan kesehatan dan pengawas menelan obat terhadap tingkat
kepatuhan berobat.
cakupan TB Paru dan penyebab MDR TB, Yuliati (2012), kinerja perawat dalam
baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 TB Paru
dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
isolasi patogen dari lesi. Morfologi dari bakteri ini adalah berbentuk batang
yang tahan asam, ramping, lebar 0,4gm, panjang 3-4gm, tidak berspora, dan
tidak bergerak. Bakteri ini dapat diwarnai dengan menggunakan metode khusus
dengan kadar CO2 10% dan pH berkisar antara 6,5 sampai 6,8 (Plorde, 2004).
Pembelahan bakteri ini membutuhkan waktu 12-18 jam sehingga kultur bakteri
ini harus diinkubasi selama tiga sampai delapan minggu pada suhu 37°C hingga
adalah asam mycolic (asam lemak rantai panjang, C78—C90), waxes, dan
phosphatides. Di dalam sel, sebagian besar lipid berikatan dengan protein dan
nekrosis kaseous. Lipid berperan dalam ketahanan bakteri ini terhadap asam.
sifat tahan asam . Sifat tahan asam juga dapat hilang setelah dilakukan sonikasi
1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.
Ogawa.
4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan
1. Tuberkulosis Primer
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita.
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap bakteri dapat tahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan (Amin & Asril, 2009). Partikel bakteri yang berada
dalam udara bebas berbentuk aerosol dengan ukuran 1-5gm. Jika kita
Beberapa bakteri terbawa ke bagian hilus dan nodus limfe mediastinum serta
ke organ lainnya, termasuk hati, limpa, selaput otak, dan ginjal (Mason &
(Djojodibroto, 2007).
makrofag dan umumnya akan mati. Namun, M.tuberculosis yang virulen akan
bertahan hidup. Bakteri yang tidak virulen juga akan tetap hidup jika makrofag
dan pertahanan tubuh lemah. Orang yang terinfeksi tidak mengetahui bahwa ia
terinfeksi karena tidak ada gejala atau tanda-tanda yang terlihat. Jika dilakukan
(Djojodibroto, 2007).
bakteri membelah ini kemudian menjadi lesi inisial (Initial lung lesion) tempat
Nodus limfa yang menampung aliran cairan limfa yang berasal dari lesi inisial
juga terinfeksi sehingga juga meradang. Lesi inisial ketika meradang disebut
fokus inisial atau sarang primer (Ghon). Fokus inisial dikelilingi oleh sel
epiteloid, histiosit, dan sel datia Langhans, sel limfoid, dan jaringan fibrosa.
Fokus inisial yang meradang bersama kelenjar limfa yang meradang disebut
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
14
di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm dan
dorman
paru sebelahnya. Bakteri juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
tuberkulosis pasca primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis pasca
sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
b. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
15
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
dibatukkan keluar.
disebutkan diatas .
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.
3) Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
shaped).
16
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula
pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma,
kanker paru, dan lain-lain Mengingat prevalensi TB di Indonesia mat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dengan
pasien merasa ridak pernah terbebas dari serangan demam ini. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
3. Sesak napas belum dirasakan mat awal perjalanan penyakit. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
4. Nyeri dada agak jarang ditemukan. Terjadi jika infiltrasi radang sudah
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise
ini semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur
percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang
1.000.000 M.tuberculosis.
meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia, sebagai
berikut:
1. Paparan
2. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah
infeksi. Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup
dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung
3. Faktor Risiko
tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi
e. Infeksi HIV. Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan
menjadi sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan
4. Meninggal dunia
dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu pula
lainnya.
a. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif,
batuk sering kali bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala
b. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di
infeksi paru.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologi
Sewaktu-Pagi (SP):
3) Pemeriksaan Biakan
(M.tb).
22
laboratorium.
d. Pemeriksaan serologis
1. Terduga TB-RO
Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi resistan terhadap
OAT, yaitu pasien yang mempunyai gejala TB yang memiliki riwayat satu
pengobatan.
serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua paling sedikit
selama 1 bulan.
pengobatan.
dan kategori 2.
RO, termasuk dalam hal ini warga binaan yang ada di Lapas/Rutan,
baru, sehingga pada kasus ini perlu juga dilakukan penegakan diagnosis
dengan TCM TB jika fasilitas memungkinkan. Pada kelompok ini, jika hasil
metode tes cepat molekuler TB dan metode konvensional. Saat ini metode tes
cepat yang dapat digunakan adalah pemeriksaan molecular dengan Tes cepat
resistensi.
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
dua (2) tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai pengobatan
a. Tahap Awal:
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian
27
secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
b. Tahap Lanjutan:
Keterangan:
*Tidak disediakan oleh program
**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada kondisi
tertentu dan tidak disediakan oleh program
(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.
d. Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini ke-2
dan obat TB baru lainnya serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and
etambutol.
30
Catatan:
(diberikan 3 kali perminggu) dengan mengacu pada dosis terapi yang telah
pasien Dewasa). Penyediaan OAT dengan dosis harian saat ini sedang
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
Paduan ini dikemas dalam 1 (satu) paket untuk 1 (satu) pasien untuk
1 (satu) masa pengobatan. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang
terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol
(E) yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien
kuman resistan obat. Agar hal hal tersebut tercapai, sangat penting memastikan
bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai anjuran, dengan
Pasien bisa memilih datang ke fasyankes terdekat dengan kediaman pasien atau
PMO datang berkunjung kerumah pasien. Apabila tidak ada faktor penyulit,
1. Persyaratan PMO
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
pasien.
32
Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
pengobatan.
c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan. Pada saat pasie mengambil
obat, diupayakan bahwa dosis hari itu ditelan di depan petugas keseheatan.
oleh petugas kesehatan/kader yang ditunjuk, atau oleh keluarga pasien dengan
pencegahannya.
saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang
pengobatan sacara teratur sampai sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat
massa dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk
mengubah persepsi masyarakat tentang TB Paru dari "suatu penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dan memalukan" menjadi "suatu penyakit yang berbahaya tapi
bisa disembuhkan".
kelihatan selalu akan terarah pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
35
terlalu heterogen baik dalam hal usia, pendidikan, maupun pengalaman belajar.
sasaran yakni:
perkotaan
dan sebagainya.
dalam arti kata para pelatih mampu menggunakan metode yang ada dan
36
penyuluhan.
disusun dengan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti dan mudah
agar lebih mudah untuk diterima atau dipahami oleh masyarakat, untuk itu
1. Leaflet
kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat
ekonomis.
Kelemahan dari leafleat adalah: tidak cocok untuk sasaran individu per
individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, dan akan menjadi percuma
37
mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efesien, dan
memungkinkan sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat
4. Slide
digunakan.
5. Transparan OHP
Keunggulan media ini antara lain dapat dipakai untuk mencatat point-point
penting mat diskusi sedang berjalan, murah dan efesien karena alatnya
mudah didapat dan digunakan untuk sasaran yang relatif kecil maupun
6. Papan Tulis
Keunggulan media ini antara lain murah dan efesien, baik untuk
Kelemahan media ini antara lain terlalu kecil untuk sasaran dalam jumlah
menyampaikan materi kepada para peserta latihan oleh tim penyuluh yang
1. Ceramah
Cara ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi. Cara ini
tentang kesehatan.
dikemukakan.
4. Metode Panel
orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi
7. Metode Simposium
pasien TB, keluarga dan kelompok masyarakat. Metode yang dilakukan adalah
yang dilakukan baik di dalam layanan kesehatan ataupun saat kunjungan rumah
2.1.8 Advokasi
TB
42
2.1.9 Kemitraan
2.2.1 Defenisi
Nursing) namun pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN (Community
pemerintah tetapi juga oleh masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran
health nursing).
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Upaya
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (antara lain TB Paru, Kusta,
degeneratif.
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group),
dengan prioritas :
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat
1. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
(a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain; (b)
dan (c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
berdarah, dll).
daerah transmigrasi.
proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara
Keterangan
Peran Perawat
Peran Klien
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien
(vulnerable group) dan keluarga yang termasuk risiko tinggi (high risk group).
Upaya Upaya
Kes Kes
Pengem Keperawatan Kesehatan Pengem
bangan
Masyarakat bangan
Angka Kematian Ibu, penderita TB Paru, DBD, Malaria, dll) untuk dapat
Puskesmas, meliputi:
3. Penyuluhan/pendidikan kesehatan.
Puskesmas.
9. Dokumentasi keperawatan.
52
g. Dokumentasi keperawatan.
keluarga).
h. Dokumentasi keperawatan.
kelompok.
memerlukan keperawatan.
e. Dokumentasi keperawatan.
54
untuk:
f. Dokumentasi keperawatan.
mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai penemu kasus (case
Puskesmas
2.2.7.1 Perencanaan
lebih utuh.
pembiayaan.
1. Pengorganisasian di Puskesmas
yang ada.
perkesmas).
a. Pelaksanaan kegiatan
disusun.
pelaksanaan Perkesmas
penyelesaiannya.
mendapatkan penyelesaiannya.
2) Melakukan penilaian
dampak.
kelompok/masyarakat,
2. Indikator Proses
kelompok, masyarakat).
Kepala Puskesmas.
kesehatan lain.
tindak lanjut.
berkelanjutan.
secara dini.
rumah.
4. Indikator dampak
peningkatan kesehatan.
Kriteria :
rencana keperawatan.
Kriteria :
rencana keperawatan.
Kriteria :
rencana keperawatan.
rencana keperawatan.
Tingkat Kemandirian
No Kriteria Keluarga
I II III IV
1. Menerima petugas (Perkesmas) V V V V
2. Menerima pelayanan kesehatan sesuai
V V V V
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan
V V V
masalah kesehatannya secara benar
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
V V V
kesehatan sesuai anjuran
5. Melakukan tindakan keperawatan
V V V
sederhana sesuai anjuran
6. Melakukan tindakan pencegahan
V V
secara aktif
7 Melakukan tindakan peningkatan
V
kesehatan ( promotif) secara aktif
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
kabupaten Cirebon.
variabel dependen kemandirian keluarga terdiri dari kemandirian keluarga I, II, III
dan IV.
68
BAB IV
METODE PENELITIAN
belakang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan
desain cross sectional survey Study yaitu suatu rancangan penelitian yang
cara pengumpulan data pada suatu saat atau periode dengan langkah-langkah:
4. Melaksanakan pengukuran.
5. Melakukan analisis
70
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Pendidikan kesehatan Check List Wawancara Baik: ≥ 77 % Ordinal
Independen yang diberikan Kuesioner 24-30
Penyuluhan petugas kesehatan pertanyaan
Kesehatan tentang penyakit dan
TB Paru pencegahan TB Paru Cukup:56-76%
dengan 17-23
memperhatikan aspek pertanyaan
penyuluhan seperti
tujuan, perserta, Kurang:≤55%
penyuluh, materi dan 0-16
metoda penyuluhan pertanyaan
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita dan tersangka TB Paru
orang.
4.3.2 Sampel
(total sampling) dengan jumlah 32 orang responden yang merupakan tersangka atau
dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang tersedia.
dan atau keluarga dengan metode penyampaian adalah ceramah. Setelah respoden
dan metode penyuluhan yang diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner
yang telah diberikan bobot (Skala Guttmann) Skala ukur materi adalah skala ordinal
yang diajukan
yang diajukan
(perkesmas)
Kriteria :
keperawatan.
73
Kriteria :
keperawatan.
Kriteria :
keperawatan.
keperawatan.
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi,
dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006). Instrumen dikatakan valid jika instrumen
itu mampu mengukur yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi
tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika
instrumen itu dapat dijadikan alat untuk mengukur yang akan diukur.
diukur, maka dapat diuji dengan dua cara yaitu dengan melakukan uji instrumen
(STIKes) Mahardika.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden
melalui kuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi jumlah penderita
TB Paru dan data lain yang mendukung yang diperoleh dari UPT Puskesmas
Gempol.
peneliti untuk menjawab semua pernyataan yang ada. Setelah menjawab semua
pernyataan yang ada, peneliti dengan melalui hasil pernyataan dan observasi
4.7.1.1 Koding
dalam kuesioner.
pengolahan data statistik yaitu IBM SPSS Statistics version 24 tahun 2016
4.7.1.3 Tabulating
tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data
77
responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data
yang sesuai diberi kode (koding) untuk memudakan peneliti dalam melakukan
atau per variabel atau disebut juga dari analisis berdistribusi tunggal. Analisa
median) dan variasi (varian, range, dan standar deviasi), terhadap data
Keterangan:
ρ = persentase
n = Jumlah perkategori
78
N = Jumlah Responden
aplha 0,05 (5%) untuk uji perbedaan proporsi kedua variabel. Di dalam
Cirebon.
(𝑂−𝐸)2
X2 = 𝐸
Keterangan:
X2 = Nilai Chi-Square
Jika nilai p value alpha ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna
(signifikan) bila nilai p value ≥ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak
maksud dan tujuan penelitian. Berapa populasi yang dipilih serta data yang
terjaga.
data. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti karena ata-
data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
benar-benar paham sepenuhnya atas apa yang akan dijalaninya dalam penelitian
Kabupaten Cirebon. Waktu penelitian adalah sejak pembuatan skripsi ini menurut
80
Mahardika yaitu mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2017. Pengumpulan data
BAB V
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini menguraikan
Cirebon.
responden sebagai tersangka TB Paru dan TB Paru +, data diperoleh dari responden
dan keluarganya.
82
Jumlah 32 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik usia mayoritas
responden berada pada rentang usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 13 orang (40,6%)
kemudian responden dengan rentang usia 41-50 tahun sebanyak 8 orang (25%),
dengan rentang 31-40 tahun sebanyak 2 orang (6,3%) dan rentang 71-80 tahun, 10-
Laki-laki 27 84,4
Perempuan 5 15,6
Jumlah 32 100
83
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik jenis kelamin
Islam 32 100
Jumlah 32 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik agama total
Buruh 3 9,4
IRT 5 15,6
Pedagang 3 9,4
Pelajar 1 3,1
Wiraswasta 20 62,5
Jumlah 32 100
sebagai pedagang dan buruh masing-masing yaitu sebanyak 3 orang (9,4%) serta
responden sebagai pelajar yaitu sebanyak 1 orang (3,1%).
SD 20 62,5
SMP 6 18,8
SMA 6 18,8
Jumlah 32 100
orang (18,8%).
Ya 30 93,7
Tidak 2 6,3
Jumlah 32 100
TB Paru + 16 50
Suspect/tersangka 16 50
Jumlah 32 100
Dari tabel 5.8 diatas 100% responden menyatakan materi tidak terlalu
Masyarakat (Perkesmas). Dalam analisis ini uji statistik yang digunakan adalah
lebih dari dua kelompok sampel tidak berpasangan, namun jika data tersebut
tidak terpenuhi maka menggunakan uji alternatif yaitu Fisher Exact Test. Dan
untuk mengetahui besar faktor risiko digunakan analisis Odd Ratio. Taraf
Masyarakat (Perkesmas)
Gempol kecamatan Gempol kabupaten Cirebon yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
89
Pada tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa dari 18 responden (56,3%)
5.3 Pembahasan
atau penyampai pesan juga berhubungan langsung dengan daya pemahaman peserta
(p<0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2015)
mencapai tujuan komunikasi. Komunikasi yang baik dapat tercipta dari adanya
pesan yang disampaikan secara baik dan jelas oleh komunikator sehingga peserta
menjadi mengerti dan paham tentang hal yangd isampaikan. Penyuluh yang baik
Materi penyuluhan yang baik atau sesuai dengan tujuan penyuluhan yang
akan disampaikan harus dirancang atau disusun sedemikian rupa agar tujuan
kurang baik atau tidak sesuai dengan tujuan penyuluhan yang diharapkan akan
efektif harus disesuaikan dengan tujuan akhir dari suatu proses komunikasi. Adapun
tujuan dari proses komunikasi adalah informatif, edukatif, persuasif, dan koersif
Untuk itu perlu adanya upaya menyusun pesan komunikasi, yang dalam hal
BAB VI
6.1 Kesimpulan
rentang 31-40 tahun sebanyak 2 orang (6,3%) dan rentang 71-80 tahun, 10-
orang (15,6%);
responden (50%);
6.2 Saran
mengetahui ada atau tidak korelasi (hubungan) sesuai dengan teori dan
penelitian sebelumnya.
TB Paru.