Analisa Dasar Teori Fasies
Analisa Dasar Teori Fasies
Pendahuluan
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas
dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang
berbeda dari tubuh batuan yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Karakteristik ini
mencakup dimensi, struktur sedimen, ukuran batuan sedimen dengan cara yang adaptif dan
tak terbatas.
Contoh, „
cross bedding
sebagai struktur sedimen primer. Tidak semua aspek batuan perlu ditunjukkan dalam nama
fasies dan di lain hal mungkin penting untuk menegaskan karakteristik yang berbeda.
Konsep fasies adalah tidak berarti hanya tepat dan sesuai dalam mendeskripsikan batuan
dan mengelompokkan batuan sedimen yang terlihat di lapangan, konsep ini juga
membentuk dasar-dasar interpretasi strata. Karaktersitik litofasies dihasilkan dari proses
fisika dan kimia yang aktif pada waktu pengendapan sedimen, dan biofasies serta
ichnofasies menyediakan informasi tentang
paleoecology
selama dan sesudah pengendapan. Dengan pengetahuan kondisi fisika, kimia, dan ekologi
maka memungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan pada waktu pengendapan. Proses
analisis fasies ini, interpretasi strata ke dalam istilah lingkungan pengendapan, dapat
dianggap sebagai pusat objektif utama dari sedimentologi dan stratigrafi yang
merekonstruksi masa lampau (Anderton 1985; Reading & Levell 1996).
Setting dimana sedimen terakumulasi dikenal sebagai kesatuan geomorfologi seperti sungai,
danau, pantai, laut dangkal, dan lain-lain. Salah satu tujuan geologi sedimen adalah untuk
menentukan lingkungan dimana rangkaian batuan sedimen tertentu terendapkan.
Karakteristik ini mencakup dimensi, struktur sedimen, ukuran batuan sedimen dengan cara
yang adaptif dan tak terbatas. Sehinggabisa ditentukan kondisi di permukaan bumi pada
waktu yang berbeda dan dalam tempat yang berbeda, dari sini membangun gambaran
sejarah planet.
Tujuan
architecture elements
123
Pemodelan ini untuk mengetahui bentuk fasies pengendapan berdasarkan analisa litologi
dari log GR dan penampang seismik.
Fasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang
memperlihatkan karakteristik, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan
sekitarnya (Boggs, 1987). Perbedaan karakteristik yang menjadi dasar bagi pengamatan
fasies bisa ditinjau dari berbagai hal seperti karakter fisik dari lithologi (
lithofacies
), kandungan biogenic (
biofacies
), atau berdasarkan pada metoda tertentu yang dipakai sebagai cara pengamatan fasies
contohnya fasies seismik atau fasies log. Menurut Walker (1992), fasies merupakan
kenampakan suatu tubuh batuan yang dikarekteristikan oleh kombinasi dari lithologi,
struktur fisik dan biologi yang merupakan aspek pembeda dari tubuh batuan di atas, di
bawah, ataupun disampingnya. Sedangkan menurut Yarmanto dkk. (1997), fasies
merupakan kenampakan menyeluruh suatu tubuh batuan sedimen, berdasarkan pada
gambaran khususnya (tipe batuan, kandungan mineral, struktur sedimen, perlapisan, fosil,
kandungan organik) yang dapat membedakannya dengan tubuh batuan yang lainnya. Suatu
fasies akan mencerminkan suatu mekanisma pengendapan tertentu atau berbagai
mekanisma yang bekerja serentak pada saat yang bersamaan. Fasies ini dapat
dikombinasikan menjadi asosiasi fasies (
facies associations)
yang merupakan merupakan suatu kombinasi dari dua atau lebih fasies yang membentuk
tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi yang secara genetik saling berhubungan
pada suatu lingkungan pengendapan. Asosiasi fasies mencerminkan lingkungan
pengendapan atau proses dimana fasies itu terbentuk (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).
Sedangkan yang dimaksud dengan suksesi fasies (
facies succession
)adalah suatu bagian vertikal dari fasies dikarakteristikan oleh perubahan yang meningkat
pada satu atau beberapa parameter seperti ukuran butir maupun struktur sedimen. Dikenal
juga
architectural elements
Suatu model fasies dapat digambarkan sebagai suatu pandangan umum dari suatu sistem
pengendapan yang terdiri dari beberapa contoh individual dari sedimen saat ini (
recent
) (Walker, 1992). Secara umum model fasies ini dapat digunakan sebagai asumsi untuk :
1. Pembanding suatu standar model fasies dengan suatu contoh fasies lainnya. 2. Kerangka
kerja yang digunakan sebagai penunjuk observasi yang akan datang. 3. Prediksi pada situasi
geologi yang baru. 4. Interpretasi sistem yang mewakili. Model fasies secara umum dibagi
menjadi dua kelompok utama yaitu model fasies
terrigenous clastic
terrigenous clastic
dapat dibagi lagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan endapannya yaitu antara lain:
Sistem pengendapan eolian, glasial, vulkanik, kipas aluvial, fluvial, delta, estuarin dan lagun,
tidal, turbiditdankipas laut dalam. Sedangkan untuk model fasies karbonat dan evaporit
dapat di Sub kelompokan lagi menjadi
Lingkungan sedimentasi merupakan bagian dari roman muka bumi yang secara fisika, kimia,
dan biologi berbeda dengan roman lainnya misalnya gurun, sungai lembah, dan delta
(Selley, R.C., 1985), dan dalam penentuan roman muka bumi tersebut ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu: geologi, geomorfologi, iklim, cuaca, kedalaman, temperatur,
dan salinitas serta sistem aliran termasuk juga flora dan fauna yang terdapat dalam
lingkungan sedimentasinya
Faktor-faktor tersebut sangat berkaitan, sehingga apabila ada perubahan pada salah satu
faktornya maka akan menyebabkan perubahan lainnya. Menurut Boggs (1987), lingkungan
pengendapan adalah suatu tempat yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi tertentu yang
bersifat statis dan dinamis. Kondisi lingkungan pengendapan akan mengontrol proses dan
menjadi penyebab karakteristik sedimen yang terendapkan dan digambarkan sebagai suatu
proses (cause). Sedangkan fasies pengendapan yang merupakan kenampakan suatu tubuh
batuan sedimen yang memiliki kekhasan sifat fisik, kimia, biologi, sebagai suatu hasil atau
produk dari suatu lingkungan pengendapan tertentu,dinyatakan sebagai suatu respon (
effect
), (Selley, 1985). Lingkungan pengendapan terbentuk saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, misalnya: dataran banjir, alluvial, lingkungan ini mungkin saja dapat menjadi daerah
pasang surut kemudian menjadi daerah laut dangkal bahkan mungkin menjadi laut dalam.
Hal ini dapat terjadi karena berkaitan dengan naik turunnya muka air laut global yang
menyebabkan daratan mengalami trangresi maupun regresi. Hasil dari proses tersebut akan
membentuk suatu urutan perubahan fasies secara gradasi kearah vertikal. Hubungan antara
fasies dan lingkungan pengendapan pertama kali dikemukakan oleh Walther (1894) yang
dikenal dengan Hukum Walther, yaitu
“kenampakan fasies sikuen secara vertikal dapat dijadikan interpretasi penyebaran kearah
lateralnya” (Middleton, 1973 dalam Selley, 1985)
Langkah
langkah penelitian.
Dalam melakukan analisa fasies digunakan data log GR atau SP, dimana berdasarkan hasil
analisa log GR diketahui area yang mengalami proses pengendapan berdasarkan ukuran
butir, ukuran butir batuan yang menghalus, mengkasar dan homogeny serta daerah flooding
surface
(pembanjiran) bisa dianalisa berdasarkan karakter log GR/SP tersebut. Berikut hasil
pemodelan dengan menggunakan Petrel 2009, disajikan pada gambar 2 dan 3 dibawah ini:
Gambar 2.