BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mammpu melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan
gangguan reproduksi wanita dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan (Sarwono
Prawirohardjo, 1998 : 145).
Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri di luar uterus, belum sanggup diartikan apabila fetus ini beratnya antara 400-1000 gram
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Rustam Mochtar : 209).
Menurut Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu yaitu fetus
belum viable by law (Mochtar Rustam, 209)
Kesimpulan :
Berakhirnya kehamilan karena pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 22
minggu dimana janin belum dapat hidup di luar kandungan.
2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor ibu
dan faktor bapak :
1. Kelainan ovum
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dan fetus sering menyebabkan abortus spontan,
menurut penyelidikan mereka dari 1000 abortus, maka 48,4% disebabkan oleh kelainan letak
embrio, dan 9,6% disebabkan oleh placenta abnormal, semakin muda kehamilan saat terjadi
abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kehamilan ovum (50-80%).
f) Sexual
Sebaiknya ibu menghindari hubungan seksual dahulu karena akan menimbulkan perdarahan.
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital
Suhu : Normalnya 360C-370C
Nadi : Normalnya < 100x/menit
Rr : Normalnya 18-24x/menit
TD : Normalnya < 130/90 mmHg
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Muka : Pucat atau tidak, oedema atau tidak.
Mata : Konjungtiva pucat atau tidak, sklera ikterus atau tidak.
Mulut : Bibir pucat atau tidak, tidak ada tanda Rhagaden dan stomatitis.
eher : Kelenjar thyroid membesar atau tidak, kelenjar limfe membesar atau tidak, bendungan vena
jugularis.
etiak : Pembesaran kelenjar limfe ada atau tidak.
ayudara : Simetris atau tidak, benjolan ada atau tidak, keadaan puting susu.
erut : Jaringan parut ada atau tidak, membesar atau tidak.
elipatan paha : Pembesaran kelenjar limfe ada atau tidak, hernia inguinalis ada atau tidak.
ulva : Perdarahan pervaginam ada atau tidak.
kstremitas : Varises ada atau tidak, oedema ada atau tidak.
b) Perkusi
erut : Kembung atau tidak
aki : Reflek patella positif atau negatif.
c) Palpasi
erut : Tinggi fundus uteri, nyeri tekan ada atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui apakah ada pembukaan cervik, serta kelainan-kelainan yang dapat diketahui.
b) Laboratorium (Hb)
Mengetahui bagaimana keadaan kadar-kadar haemoglobin ibu (normal ibu hamil : 10-11 gr%).
6. Langkah VI : Implementasi
Pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti pada langkah kelima. Langkah ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
3.1 Pengkajian
Tanggal 10-12-2008 Jam : 10.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama pasien : Ny.”M”
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta (buruh rumah tangga)
Alamat : Jagir Wonokromo II / 45
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Kawin 1 kali, lama kawin 9 bulan
2. Keluhan utama
Perut mules dan pinggang kenceng, hamil 3 bulan mengelurkan darah agak banyak, bergumpal,
warna merah segar.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan tadi pagi terpeleset saat membawa pakaian untuk dijemur. Perut terasa mules
dan pinggang kemeng lalu klien memeriksakan dirinya ke Pueskasmas Jagir dan dianjurkan
untuk opname.
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Warna : Merah
Bau : Amis
Banyak : ± 2-3 kotek/hari
Dysmenorrhoe : Tidak pernah
HPHT : 25-09-2008
PP : 02-07-2009
b. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun sebelum hamil.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 372 0C
Rr : 20x/menit
BB : 55 kg
TB : 160 cm
2. Pemeriksaan fisik
epala : Rambut hitam, bersih.
uka : Pucat, tidak oedema, ekspresi wajah tampak menyeringai kesakitan.
ata : Selaput lendir mata tidak pucat, sklera mata tidak kuning.
dung : Tidak ada mimisan, kebersihan cukup.
elinga : Simetris, kebersihan cukup, tidak pernah mengeluarkan cairan dari telinga.
ulut : Bibir tidak pucat, tidak ada rhagaden, tidak ada stomatitis, gigi tidak caries, lidah bersih dan
tidak bergetar bila dijulurkan.
eher : Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid tidak ada, tidak ada bendungan vena jugularis.
etiak : Pembesaran kelenjar limfe tidak ada, tanda assesoriasis mammae tidak ada.
angan : Simetris, jari-jari lengkap.
ada : Simetris, konsistensi lunak, putting susu menonjol, tidak ada hyperpigmentasi areola mammae
primer dan sekunder, tidak ada pembesaran kelenjar montsgomery.
rut : Tidak ada striae livide dan albicans, pusat mendatar, palpasi TFU 1 jari di atas symfisis.
lipatan paha : Pembesaran kelenjar limfe tidak ada, hernia inguinalis tidak ada.
aki : Simetris, tibia baik, telapak kaki cekung, tidak oedema, tidak varises.
unggung : Simetris, tidak ada spina bifida.
nus : Tidak haemorrhoid, kebersihan cukup.
ulva : Tidak oedema, tidak varises, tidak ada kelainan di vulva, keluar darah pervaginam , bercampur
stolsel.
Palpasi
Fundus uteri belum teraba, nyeri tekan pada perut bagian bawah.
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 10,8 gram%
VT : Pembukaan 2 jari, teraba jaringan
Oleh : Lailatul Lutfiah, AMd. Keb.
Abortus incomplete (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta (Rustam Mochtar, 1998 : 212).
Gejala abortus incomplete antara lain amenorrhoe, sakit perut, mulas-mulas, perdarahan
yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku), sudah ada keluar fetus
atau jaringan pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering kali terjadi infeksi.
Komplikasi yang terjadi pada abortus incomplete antara lain :
1. Perdarahan.
2. Perforasi.
3. Infeksi dan tetanus.
4. Payah ginjal akut.
5. Syok
(Rustam Mochtar, 1998 : 214)
Dari hasil pengkajian pada Ny.”M” didapatkan diagnosa GIP00000 usia kehamilan 12
minggu dengan abortus incomplete dan masalah nyeri perut.
Penyebab terjadinya abortus pada kasus tersebut adalah akibat kelelahan karena kerja
yang terlalu berat, karena ibu bekerja sebagai buruh pencuci pakaian panggilan. Setelah
dilakukan asuhan pada ibu, diberikan intervensi sebagai berikut :
1. Diberikan support untuk dilakukan tindakan curetage.
2. Dilakukan therapi.
3. Diberikan motivasi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Diberikan perawatan post curretage.
5. Diberikan motivasi tentang KB.
Ibu dan keluarga mau menerima, sehingga tidak terjadi penyulit karena kerjasama yang baik
antara keluarga dan petugas kesehatan, sehingga ibu bisa pulang dengan kondisi baik.
Setelah ditinjau dari kasus dan teori yang ada, tidak didapatkan kesenjangan dalam
pemberian Asuhan Kebidanan pada Ny.”M”. Pemberian Asuhan Kebidanan ini tentunya
didukung oleh adanya kerjasama yang baik antara pasien dan petugas kesehatan.
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Setelah diberikan Asuhan Kebidanan pada Ny.”M’ GIP00000 dengan abortus
incomplete di Puskesmas Jagir Surabaya dan mengacu pada tujuan khusus maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada Ny.”M” didapatkan bahwa tadi pagi ibu mengeluarkan darah agak
banyak, bergumpal, warna merah segar, serta nyeri perut bagian bawah.
2. Identifikasi diagnosa atau masalah
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan, didapatkan diagnosa :
GIP00000 usia kehamilan 12 minggu dengan abortus incomplete dan masalah nyeri perut
bagian bawah.
3. Antisipasi masalah potensial
Dari hasil pemeriksaan didapatkan masalah potensial terjadi anemia.
4. Identifikasi kebutuhan segera
Kebutuhan yang harus segera didapatkan Ny.”M” adalah kolaborasi dengan dokter untuk
dilakukan tindakan curretage.
5. Perencanaan
Perencanaan dapat disusun berdasarkan diagnosa atau masalah serta kebutuhan klien.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam Asuhan Kebidanan telah dilakukan sesuai rencana tindakan yang telah
dibuat.
7. Evaluasi
Evaluasi dapat dilaksanakan pada akhir setiap tindakan dan ditemukan bahwa setelah
tindakan curretage pasien membaik.
Saran
Bagi Petugas Kesehatan
1. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan Asuhan Kebidanan secara menyeluruh.
2. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan prosedur
dan standarisasi pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidana, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP.
Laporan Pendahuluhan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien
A. Landasan Teori
1. Pengertian Abortus
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup,
yaitu sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram.
Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil.
Dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan
menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana
gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua
adalah abortus karena kematian janin, di mana janin tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan.
2. Etiologi
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12
minggu. Risiko terjadinya abortus meningkat dengan meningkatnya jumlah kehamilan, umur
ibu dan umur ayah. Risiko ini juga meningkat jika seorang ibu langsung hamil kembali 3
bulan setelah melahirkan. Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu
a. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-60%
kasus keguguran.
b. Faktor ibu
1. kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
2. faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrome
3. infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma ,
herpes, klamidia.
4. kelemahan otot leher rahim
5. Kelainan bentuk rahim.
c. Faktor Bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
4. Manifestasi Klinis
• Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
• Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
• Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
• Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Komplikasi
• Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
• Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
7. Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan serviks. Abortion
imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna
merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
8. Jenis – Jenis Abortus
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Abortus Mengancam
2. Abortus insipien
3. Abortus inkomplit
4. Abortus komplit
5. Missed abortion (abortus tertahan)
B. Abortus Insipiens
1. Pengertian
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran
hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul
dengan kerokan.
Perdarahan saat awal kehamilan di mana walaupun belum ada jaringan yang keluar namun
mulut rahim sudah terbuka. Pada keadaan seperti ini, kehamilan ini tidak dapat
dipertahankan. Jaringan di dalam rahim harus dibersihkan, baik dengan pemberian obat
ataupun dengan cara kuret. Perdarahan tersebut ringan hingga sedang pada kehamilan muda
dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri kondisi ini menunjukkan proses
abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit
selain itu Abortus Insipien. Ialah buah kehamilan yang mati di dalam kandungan-lepas dari
tempatnya- tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed
Abortion, yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda
dikeluarkan.
2. Penanganan
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
2. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
3. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
4. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
5. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
6. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi.
7. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
2. Diagnosa Keperawatan
• Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
• Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
• Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
• Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
• Cemas s.d kurang pengetahuan
3. Intervensi Keperwatan
a. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4. Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat
diperlukan
5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
Intervensi :
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3. Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4. Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
C. Implementasi
1. Devisit Volume cairan
a. Mengkaji kondisi status hemodinamika
b. Mengukur pengeluaran harian
c. Memberikan sejumlah cairan pengganti harian
d. Mengevaluasi status hemodinamika
2. Gangguan aktifitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
a. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk beraktifitas
b. Mengkai pengaruh aktifitas terhadap kondisi uterus / kandungan
c. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari
d. Membantu klien untuk melakukan tindakan sesuai kemampuan/kondisi klien.
e. Mengevaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktifitas.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d kerusakan jaringan intra auteri
a. Mengkaji kondisi nyeri yang dialami klien
b. menerangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
c. mengkolaborasikan pemberian analgetik
4. Resiko tinggi infeksi b/d perdarahan, kondisi vulva lembab
a. mengkaji kondisi keluaran / dischart yang keluar : jumlah, warna, dan bau
b. menerangkan kepadan klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
c. melakukan pemeriksaan biakan pada dischart
d. Menganjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan.
5. Cemas b/d kurangnya pengetahuan
a. Mengkaji tingkat pengetahuan atau persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
b. Membantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
c. Menerangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta
Cunningham FG, MacDonald PC,Gant NF. Abortion. In Williams Obstetrics 20th Ed.
Appleton Lange, 1997, p 579
Arias F. Early pregnancy loss. In Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. St
Louis, Mosby Year Book,1993, p57ng
ABORTUS INSIPIENS
A. Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu, pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan
B. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan
1.Abortus spontan
Adapun abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Dapat dibagi atas :.
a. Abortus iminens (keguguran membakat)
Terjadinya perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
b. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
c. Abortus Inkomplit
Perdarahan pada kehamilan muda, dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri melalui kanalis servikalis.
d. Abortus komplit.
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri
e. Missed abortion
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati
hingga 8 minggu atau lebih.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang)
Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
2. Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan.
a. Abortus medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu. (berdasarkan indikasi medis)
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
c. Abortus Insipiens
Pengertian
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
Penanganan
Untuk penanganan yang memadai segera lakukan penilaian dari
1) Keadaan umum pasien
2) Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi
> 112 x/menit.)
3) Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan
bebas dalam kavum pelvis : pikirkan kemungkinan Kehamilan Ektopik Terganggu.
4) Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut
bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
5) Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
• Bila usia gestasi < 16 minggu evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) setelah bagian janin dikeluarkan.
• Bila usia gestasi > 16 minggu evakuasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi dan Kuretase (
D&K)
6) Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari
16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan
• Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat
dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.
• Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
• Misoprostol 400 mcg per oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi dengan dosis
yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
7) Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau
D&K
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN PATOLOGIS
TERHADAP Ny. O DENGAN ABORTUS INSIPIENS
DI RSUd
SUBJEKTIF
Anamnesa
Tanggal 09 Februari 2009, Pukul 09.00 WIB
Identitas
Nama Istri : Ny O Nama Suami : Tn.A
Umur : 23 thn Umur : 31 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Lampung Suku : Lampung
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Alamat : Kota Karang Teluk Betung Barat
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini kehamilan yang pertama, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran, dan telah hamil 14 minggu, perutnya terasa mules-mules dan sakit sampai ke
pinggang serta mengeluarkan darah dari jalan lahir sejak pukul 02.00 WIB.
1. Riwayat Kehamilan saat ini
a) Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 3 x ganti softek / hari
Dismenorhoe : tidak ada
HPHT : 21/ 10 / 2008 TP : 28 / 07 / 2009
Usia kehamilan saat ini 14 minggu
b) Tanda-tanda kehamilan
Tes kehamilan tanggal 5 Desember 2008 hasil (+)
c) Gerakan fetus : belum dirasakan
OBJEKTIF
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital : TD :120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,70C
RR : 20x/menit
Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : Sebelum hamil: 47 kg Saat hamil : 47 kg
b) Pemeriksaan fisik
1. a. Mata : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada
kelopak mata, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik
1. b. Abdomen
Palpasi
Leopold I : TFU ½ pusat-simfisis
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
Auskultasi : DJJ ( – )
1. c. Genetalia
Inspeksi : Keluar darah pervaginam.
Inspekulo : Tidak terdapat pembukaan serviks.
1. d. Ekstremitas
Perkusi : Reflek patella positif
Assasment
Diagnosa : Ibu G1P0A0 hamil 14 minggu dengan abortus insipiens.
Planning / Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini melibatkan keluarga untuk memberi dukungan
pada ibu.
2. Memasang cairan infus.RL tetesan 20 x/menit
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan kuretase dan pemberian
obat-obatan. Menjadi asisten kuretase, memberikan obat-obatan antara lain : Ergometrin 0,2
mg IM dan ampisillin 500 mg per oral.
4. Memantau perdarahan dan tanda-tanda vital post kuretage. Tanda-tanda vital post kuret :
TD 100/60 mmhg Nadi 82 x/menit. Suhu 36,8 0 C Respirasi 20 x/menit.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr. Abdul Bani Saifudin, SPOG, mph, Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001 hal 145-150
Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992