Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI PAJAK

STANDAR PENCATATAN AKUNTANSI INDONESIA


Konvergensi IFRS
• Konvergensi IFRS sudah menjadi keharusan
dan kebutuhan di era globalisasi ini, yaitu
dengan membuat suatu standar supaya ada
kesamaan atau keserupaan dengan IFRS
• Dikarenakan pada era globalisasi ini pemangku
kepentingan pada entitas bisnis menjadi tidak
terbatas
• Komunitas bisnis juga telah melampaui batas
negara
Konvergensi IFRS
• Sehingga arus dana juga mengalir tanpa lagi ada
batasan negara, arus dana yang biasanya dikenal
dengan capital inflows bisa melalui pasar modal dan
pasar uang antara lain off shore loans, multinational
companies, merger and acquisition, direct and
indirect foreign investmens
• Sehingga semua pihak yang berkepentingan
membutuhkan laporan keuangan yang dapat
dipahami
• Konvergensi IFRS dilakukan Dengan cara mengadopsi
penuh atau melakukan harmonisasi
Standar Akuntansi di Indonesia
1. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan lengkap (PSAK)
2. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP (Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik)
3. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Syariah (PSAK Syariah)
PRINSIP DASAR AKUNTANSI PAJAK
Pengaturan Pembukuan dalam pasal 3 ayat 7 UU
KUP lebih menekankan pada kepentingan laporan
keuangan tersebut, karena SPT dianggap tidak
dilaporkan apabila tidak sepenuhnya dilampiri
keterangan dan atau dokumen yang diperlukan.

Akuntansi Pajak tercipta karena adanya suatu


prinsip dasar yang diatur dalam Undang Undang
Perpajakan dan pembentukanya dipengaruhi oleh
fungsi perpajakan sebagai kebijakan pemerintah
PRINSIP DASAR AKUNTANSI PAJAK

Oleh karena itu, prinsip prinsip dasar


akuntansi dapat digunakan atau
berlaku bagi akuntansi pajak, namun
terdapat karakteristik dan tujuan
pelaporan keuangan fiskal yang
berbeda.
Kewajiban Pembukuan bagi WP OP dan Badan
• Kewajiban melakukan pembukuan diatur dalam
Pasal 28 Undang - undang No. 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang telah diubah dengan Undang -
undang No. 16 tahun 2009 tentang KUP
• Pengertian pembukuan : (Pasal 1 angka 29 Undang
Undang KUP) menyatakan bahwa pembukuan
adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi aset, kewajiban,
modal, penghasilandan biaya serta jumlah harga
perolehandan penyerahan barang dan jasa, yang
ditutup dengan laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut
Pengecualian dari Kewajiban Pembukuan
Pengecualian Kewajiban penyelenggaraan
pembukuan tetapi tetap wajib melakukan
pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang menurut peraturan perundang
undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan netto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan netto.
Sanksi dari Kewajiban Pembukuan
Pasal 39 Undang undang KUP, setiap orang dengan sengaja :
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah olah
benar.
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan,
tidak memperlihatkan atau tidakmeminjamkan buku,
catatan, atau dokumen lainnya
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, diancam dengan pidana penjara selama lamanya 6
(enam) tahun dan denda setinggi tingginya 4 (empat) kali
jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang bayar.
Penyelenggaraan Pembukuan dengan
menggunakan mata uang asing
PMK no 24/PMK.011/2012 & PER 11/Pj/2010
Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang Dollar Amerika
meliputi :
1. WP dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yang
beroperasi berdasarkan ketentuan umum perundang
undangan PMA
2. WP dalam rangka kontrak karya yang beroperasi
berdasarkan peraturan perundang undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi
3. WP kontraktor Kontrak Kerjasama (KKS) yang beroperasi
berdasarkan ketentuan perundang undangan
pertambangan minyak dan gas bumi
4. BUT yang dimaksud Pasal 2 ayat 5 UU PPh atau
sebagaimana diatur dalam perjanjian penghindaran
pajak berganda (P3B)
5. WP yang mendaftarkan sebagian maupun seluruhnya
emisi sahamnya ke bursa efek luar negeri
6. Kontrak Kerja Kolektif yang menerbitkan reksadana
dalam mata uang Dollar Amerika dan telah memperoleh
surat pemberitahuan pernyataan pendaftaran dari
BAPEPAM & LK sesuai UU Pasar Modal
7. WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk
di luar negeri atau perusahaan anak (subsidiary
company) yang dimiliki / dikuasai perusahaan induk
(parent company) di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa. Sebagaimana diatur dalam pasal
18 ayat 4 huruf a & b Undang Undang PPh
Perlakuan Khusus Akuntansi Perpajakan

HUBUNGAN ISTIMEWA
• PSAK no 7 th 2009 mengatur pengungkapan pihak pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan batasan :
Pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan
istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan
keuangan dan operasional
• Transaksi yang berindikasi adanya hubungan istimewa
mengakibatkan suatu transaksi tidak didasarkan pada
Arm’slength Price dan sangat berpengaruh sekali
terhadap penetapan Laba Rugi
Contoh Hubungan istimewa

1. Perusahaan melalui satu atau lebih perantara


(Intermediaries) mengendalikan / dikendalikan oleh
perusahaan pelapor (termasuk holding companies,
subsidiaris dan fellow subsidiaries)
2. Perusahaan Asosiasi (Associated Company)
3. Perorangan yang memiliki secara langsung maupun
tidak langsung suatu kepentingan hak suara di
perusahaan pelapor (termasuk keluarga dekat) yang
berpengaruh secara signifikan
4. Karyawan kunci/ Pemimpin atau pengendali Perusahaan
exp : anggota dewan direksi, direksi, manajer (termasuk
anggota keluarga)
HUBUNGAN ISTIMEWA DALAM UU
PERPAJAKAN
Dianggap Hubungan istimewa apabila :
1. WP mempunyai penyertaan modal langsung maupun
tidak langsung paling rendah 25 % pada wajib pajak lain.
2. WP menguasai WP lainnya atau dua atau lebih WP yang
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung
maupun tidak langsung.
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat
4. Tidak terdapat hubungan kepemilikan namun ada
penguasaan melalui manajemen atau Penguasaan
penggunaan teknologi
PENGUJIAN / PEMBUKTIAN HUBUNGAN
ISTIMEWA
• Dalam undang-undang perpajakan penekanannya pada
akibat yang terjadi terhadap transaksi yang ada hubungan
istimewa yaitu adanya kemungkinan terjadi
1. Penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya
2. Pembebanan biaya melebihi dari jumlah semestinya
• Dalam menanggulangi transaksi dengan hubungan
istimewa DJP Melakukan penetuan kembali besarnya
penghasilan dan atau biaya sesuai dengan keadaan bila
wajib pajak tidak terdapat hubungan istimewa dengan
metode (Pasal 8 ayat 3 UU PPh):
1. Perbandingan harga pihak independen (comparable
uncontrolled price method)
PENGUJIAN / PEMBUKTIAN HUBUNGAN
ISTIMEWA
2. Metode harga penjualan kembali (resale price
method)
3. Metode biaya plus (cost plus method)
4. Metode laba bersih transaksional (Transactional net
margin method)
Apabila Hubungan Istimewa memungkinkan adanya
penyertaan modal secara terselubung dengan
menyatakan modal tersebut sebagai Utang. Maka DJP
berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai
modal perusahaan. (dengan metode Debt to Equity Ratio
yang lazim dipakai para pihak yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa)
Penilaian Kewajaran dalam
Transaksi
Dalam pasal 18 UU PPh DJP mempunyai wewenang untuk
menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang atau modal dalam
menentukan kewajaran dalam transaksi, beberapa aspek
pertimbangan antara lain :
1. Debt to equity ratio adalah perbandingan batas batas
kewajaran antara utang dan modal atau apakah adanya
modal terselubung
2. DJP Berhak menetapkan saat diperolehnya deviden WP
dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha
di luar negeri (penyertaan minimum 50%) yang
sahamnya tidak diperjualbelikan di bursa efek
Penilaian Kewajaran dalam
Transaksi
3. DJP berwenang menentukan Penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal
utk menghitung Penghasilan Kena Pajak bila ada indikasi
hubungan istimewa atau pembebanan biaya melebihi
kewajaran.
4. DJP bekerjasama dengan otoritas pajak negara lain
dalam menentukan harga jual wajar produk, dengan
mengadakan Advance Pricing agreement
5. Mencegah penghindaran pajak WP saat melakukan
pembelian saham atau penyertaan pada WP dalam
negeri melalui perusahaan luar negeri (Persh LN yang
didirikan khusus untuk tujuan tersebut)
Penilaian Kewajaran dalam
Transaksi
6. DJP berwenang menentukan tingkat kewajaran
penyertaan modal / penjualan / Pengalihan saham
anatara perusahaan yang berada di tax heaven coutry
dengan perusahaan badan / BUT di Indonesia.
7. Menentukan kembali besarnya penghasilan bila terrjadi
pengalihan sebagian / seluruh penghasilannya ke bentuk
biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan ke
perusahaan yang tidak berkedudukan di Indonesia, (Hub
istimewa, Tax Heaven country dll).

Anda mungkin juga menyukai