OLEH :
NAMA : I KETUT SUARJANA
NIM : 16089014098
2) Epidemiologi
Di Indonesia, insiden kanker leher rahim diperkirakan ±
40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita
yang tersering. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam
stadium lanjut (Suwiyoga, 2006). Penelitian lain menunjukkan
bahwa diperkirakan 15.000 kasus baru kanker leher Rahim
terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya
diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya
diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker leher rahim
dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut.
Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium
lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke
rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Selama
kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara 30 – 60 tahun,
terbanyak antara 45-50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif
untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya
9% dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker leher
rahim yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53% dari
KIS (kanker in - situ) terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun
(Depkes RI, 2010).
3) Etiologi
Penyebab kanker leher rahim adalah Human Papilloma
Virus (HPV) atau virus papiloma manusia. Virus ini ditemukan
pada 95 % kasus kanker leher rahim. Ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain
adalah:
1) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia
muda
Semakin muda seorang perempuan melakukan
hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena
kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli,
perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia
kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar
daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2) Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks
akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit
yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus
(HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis dan vulva.Resiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih.
3) Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. Lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam
rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan
serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
4) Klasifikasi
a. Stadium 0 : karsinoma intraepithelial. Stadium ini tidak
dimasukkan ke dalam statistic terapetik untuk karsinoma
invasive.
b. Stadium I : karsinoma terbatas pada serviks
c. Stadium Ia :karsinoma invasive hanya ditemukan secara
mikroskopik
d. Stadium Ib : lesi infasif > 5 mm
e. Stadium Ib1 : lesi klinis berukuran < 4 mm
f. Stadium Ib2 : lesi klinis > 4 mm
g. Stadium II : karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi
belum meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan
vagina tetapi tidak sampai 1/3 bagian bawah
h. Stadium IIa : mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai
parametrium
i. Stadium IIb : jelas sampai ke parametrium, tetapi belom
sampai ke dinding panggul
j. Stadium III : karsinoma keluar sampai dinding panggul,
tumor mencapai 1/3 bawah vagina
k. Stadium IIIa : tidak mencapai dinding panggul tetapi 1/3
bawah vagina terkena
l. Stadium IIIb : perluasan ke dinding panggul atau
hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi
m. Stadium IV : proses keganasan telah keluar dari dinding
panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau
vesika urinaria atau telah bermetastase keluar panggul atau
ketempat yang jauh
n. Stadium Iva : penyebaran sampai organ terdekatnya
o. Stadium IVb : telah bermetastase jauh. (yatim, faisal 2005
halm : 46)
10) Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi
sedangkan stadium lanjut dengan pengobatan dan penyinaran.
Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan
adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun
sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti
menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher
Rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada
penderita leher rahim ini juga mendapatkan sitostatika dalam
ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain:
Golongan yang terdiri atas obat – obatan yang
mematikan semua sel pada siklus termasuk obat –
obatan non spesifik
Golongan obat – obatan yang memastikan pada fase
tertentu darimana ploriferasi termasuktermasuk obat
fase spesifik
Golongan obat yang merusak sel akan tetapi
pengaruh proliferasi sel lebih besar, termasuk obat –
obatan siklus spesifik
b. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan
terapi radiasi eksternal antara lain kuatkan penjelasan
tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama
terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan
keadekuatan dalam perawatan post pengobatan antara lain
hindari infeksi, laporkan tanda – tanda infeksi, monitor
intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 – 14 hari
sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan
mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu
dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik
isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam
perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan
untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari,
memasang kateter sesuai indikasi, latihan napas panjang
dan latihan ROM dan jelaskan pada keluarga tentang
pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monitor tanda – tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat
dan cairan parenteral sampai 300 ml dan memberikan
support mental. Perawatan post pengobatan antara lain
menghindari komplilasi post pengobatan (tromboplebitis,
emboli pulmonal dan pneumonia), monitor intake dan
output cairan. (Bmbang sarwiji, 2011)
11) Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah
sangat menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik –
teknik pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi ; fistula
uretra, disfungsi kantung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi
pelvis, obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiai adalah
reaks kulit, sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada
kenoterapi tergantung pada kombinasi obat yang digunakan.
Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum
tulang, mual dan muntahkarena pengunaan kemoterapi yang
mengandung sisplatin (Gale Danielle, 2000).
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik
pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan
pembersih vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat
mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan
pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh ibu.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain
itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan
tekanan otot abdominal
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus lebih banyak
jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan. Dapat terjadi mual
dan muntah pada awal kehamilan. Kaji jenis makanan yang biasa
dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu sesuai dengan umur
kehamilan karena Ibu dengan kanker serviks juga biasanya
mengalami penurunan nafsu makan.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi gangguan
pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena
mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang
salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker
serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
Perubahan Tujuan:
nutrisi Setelah dilakukan Kaji status nutrisi Untuk
kurang dari tindakan keperawatan pasien mengetahui
kebutuhan selama…..x 24 jam Dorong Pasien status nutrisi
tubuh diharapkan status untuk makan - Kebutuhan
berhubungan nutrisi dipertahankan makanan tinggi jaringan
dengan mual untuk memenuhi kalori, kaya protein metabolik
muntah di kebutuhan tubuh. dan tetap sesuai adequat oleh
tandai Kriteria Hasil: diit (Rendah nutrisi.
dengan Pasien Garam). Identifikasi
pasien menghabiskan Pantau masukan defisiensi nutrisi.
tampak makanan yang makanan setiap Agar nutrisi
lemas. telah diberikan hari. terpenuhi
oleh petugas. Anjurkan pasien
Konjungtiva tidak makan sedikit tapi
anemis, sclera sering.
tidak ikterik.
Berat badan klein
normal.
Hasil hemoglobin
dalam batas
normal.
Resiko Tujuan:
penyebaran Setelah dilakukan Kaji adanya infeksi Mengetahui
infeksi tindakan keperawatan disekitar area terjadinya
berhubungan selama ...x 24 jam serviks infeksi.
dengan pasien tidak terjadi Berikan perawatan Membantu
pengeluaran penyebaran infeksi dengan prinsip mempercepat
pervagina di dan dapat menjaga diri aseptik dan penyembuhan.
tandai dari infeksi antiseptik. Mencegah
dengan nyeri Kriteria Hasil: Tempatkan klien terjadinya infeksi
di daerah Tidak ada pada lingkungan Untuk
genitalia tanda - tanda yang terhindar dari mempercepat
infeksi pada infeksi. proses
area sekitar Kolaborasi penyembuhan.
serviks pemeberian
Tanda - tanda antibiotic
vital dalam
batas normal
Resiko tinggiTujuan :
kerusakan setelah dilakukan Tinjau protokol Efek kemerahan
intergritas tindakan keperawatan perawatan kulit dapat terjadi pada
kulit selama…x 24 jam untuk pasien yang terapi radiasi
berhubungan diharapkan tidak mendapat terapi Mempertahankan
dengan efek terjadi kerusakan radiasi. kebersihan kulit
dari prosedurintegritas kulit Mandikan dengan tanpa mengiritasi
pengobatan kriteria hasil : air hangat dan kulit
di tandai Pasien atau sabun ringan Membantu
dengan kulit keluarga dapat Dorong pasien menghindari
kering darimempertahan
prosedur pengobatan. untuk menghindari trauma kulit
keberhasilan menggaruk dan
pengobatan tanpa menepuk kulit
mengiritasi kulit yang kering dari
Pasien dan pada menggaruk.
keluarga dapat
mencegah terjadi
infeksi atau trauma
kulit
Gangguan Tujuan :
pola seksual Setelah dilakukan Kaji masalah- Untuk
berhubungan tindakan keperawatan masalah mengidentifkasi
dengan selama ….x 24 jam perkembangan dan
metaplasia Diharapkan px mampu daya hidup. mendiskusikan
penyakit mempertahankan Catat pemikiran masalah –
ditandai aktifitas seksual pada pasien/ orang- masalah sehingga
dengan tingkat yang orang yang pemecahan
perdarahan diinginkan bila berpengaruh masalah dapat
pada saat mungkin dengan bagi pasien ditemukan
berhubungan Kriteria hasil : mengenai untuk
suami istri Pasien mampu seksualitas mempengaruhi
memahami tentang Evaluasi faktor- persepsi pasien
arti seksualitas, faktor budaya dan terhadap masalah
seksualitas dapat religius/ nilai dan seksual yang
diungkapkan konflik- konflik muncul
dengan bentuk yang muculberikan Untuk
perhatian yang suasana yang memberikan
diberikan terbuka dalam pandangan
seseorang diskusi mengenai bahwa
Tidak adanya masalah keterbatasan
perdarahan saat seksualitas kondisi/
berhubungan Tingkatkan lingkungan
keleluasaan diri akan
bagi pasien dan berpengaruh
orang- orang pada
yang penting kemampuan
bagi pasien. seksual tetapi
mereka takut
untuk
menanyakan
secara
lansung.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang sudah
ada.
5. Evaluasi
Evaluasi dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan
menggunakan evaluasi sumatif ( SOAP ).
DAFTAR PUSTAKA