Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Isolasi SOSIAL

A. KONSEP DASAR ISOLASI SOSIAL


1. Pengertian
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman
(Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negative atau mengancam (Nanda-1, 2012).

2. Rentang Respon Hubungan Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Menyendiri/ solitude  Merasa sendiri  Manipulatif


 Otonomi (lonelines)  Impulsif
 Bekerjasama  Menarik diri  Narcissism
(mutualisme)  Tergantung
 Saling tergantung (dependen)
(interdependen)

1
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umumnya berlaku.
Respon ini meliputi:
1. Menyendiri/ solitude: respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya
2. Otonomi: kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial
3. Bekerjasama: kondisi hubungan antar personal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima
4. Saling Tergantung/interdependen: Suatu hubungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam pembinaan hubungan interpersonal
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon yang sering
ditemukan:
a. Manipulasi: orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada
masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan
pada orang lain.
b. Impulsive: tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan.
c. Narcissisme: harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak
mendukung.
3. Etiologi
Penyebab umum dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan,
hilangnya rasa kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
1) Faktor Predisposisi
Berbagai faktor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Walaupun
banyak penelitian telah dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal, tapi belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan ini. Mungkin saja disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor.
Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalani
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulus, kasih saying, perhatian
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat menghambat tingkah laku curiga pada orang
lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan factor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
c. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada
yang menderita skizofrenia.
2) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh factor
internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stresor Biokimia
a) Teori Dopamine: Kelebihan dopamine pada mesokortkal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor Endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang umumnya menyertai individu dengan isolasi
sosial : menarik diri antara lain :
1. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk dan memojok.
2. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi sedih, afek tumpul.
4. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
5. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
6. Mengisolasi (menarik diri)
7. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
8. Percaya diri kurang
9. Mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari
10. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
11. Gangguan kognitif (tidak mampu berfikir rasional)
12. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram).
5. Batasan Karakteristik Isolasi Sosial
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut (Nanda-I, 2012),
dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Objektif
a. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting.
b. Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan.
c. Afek tumpul.
d. Bukti kecacatan
e. Sakit
f. Tidak ada kontak mata.
g. Dipenuhi dengan pikiran sendiri.
h. Menunjukan permusuhan.
i. Ingin sendirian.
j. Tidak komunikatif.
k. Menarik diri.
2) Subjektif
a. Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan.
b. Mengalami perasaan berbeda dari orang lain.
c. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain.
d. Tidak percaya diri saat berhadapan dengan public.
6. Akibat Menarik Diri
a. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
b. Resiko perilaku kekerasan.
c. Defisit perawatan diri.
7. Penatalaksanaan
Menurut Keliat (2010), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri adalah
a. Bina hubungan saling percaya
b. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
c. Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
d. Dengarkan klien dengan penuh empati
e. Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik
f. Lakukan kontak sering dan singkat
g. Lakukan perawatan fisik
h. Lindungi klien
i. Rekreasi
j. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan
k. Laksanakan program terapi dokter
l. Lakukan terapi keluarga
Sedangkan penatalaksanaan medis pada klien dengan isolasi sosial menarik
diri menurut Rasmun (2011) adalah dengan obat anti psikotik seperti :
1. Clorpromazine (CPZ)
a. Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak
mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b. Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
c. Efek samping
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,
mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung),
gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/
tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik,
hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan
CNS Depresan.
2. Haloperidol (HP)
a. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
netral serta dalam fungsi kehidupan sehari -hari.
b. Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor
paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra
piramidal.
c. Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
3. Trihexy phenidyl (THP)
a. Indikasi
Segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
b. Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor
paska sinaptik nauron di otak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra
piramidal.
c. Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi,
anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan
irama jantung).
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran

Selain penatalaksanaan farmakologi, hal lain yang bisa dilakukan pada


pasien dengan isolasi sosial menarik diri adalah dengan therapi, seperti:

1. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan.
Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan
interpersonal. Dengan begitu pasien dengan isolasi sosial menarik diri dapat
berinteraksi dengan lingkungan luar melalui kegiatan-kegiatan kelompok.
2. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdapak pada kesembuhan,
karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik
maupun kondisi psikologis seseorang.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan isolasi social menarik
diri adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah
utama isolasi sosial menarik diri adalah : biodata yang meliputi umur, terjadi
pada umur atara 15 – 65 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status
perkawinan dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk
terjadinya isolasi sosial menarik diri.
b. lasan masuk rumah sakit
Pada umumnya alasan masuk rumah sakit pada klien dengan isolasi sosial
menarik diri adalah keluhan kontak mata kurang, duduk sendiri lalu
menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat.
c. Faktor predisposisi
Pada umumnya faktor predisposisi pada klien dengan isolasi sosial
menarik diri adalah pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha
pengobatan bagi klien yang telah mengalami trauma psikis seperti
penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang
mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi
klien sebelum mengalami isolasi sosial menarik diri.
d. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladatif
termasuk keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun
teman, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, music, atau tulisan.
e. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya, Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
 Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
 Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran yang tidak dapat diterima,
secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
 Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : cenderung meningkat
Suhu : meningkat
Nadi : cenderung meningkat (takikardi)
Repirasi : bertambah
b) Ukuran
Berat badan : menurun
c) Keluhan fisik
Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi
penurunan berat baan. Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
g. Aspeks psikososial
a) Konsep diri
Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman dan
keyakinan seseorang terhadap dirinya yang memperngaruhi hubungannya
dengan orang lain dan pada umumnya klien dengan isolasi sosial menarik
diri mengalami gangguan konsep diri seperti : tidak menerima salah satu
bagian tubuhnya akibat penurunan fungsi tubuh karena proses menua,
merasa tidak berharga, hidup tidak berguna, tidak mampu mempertahankan
kontak mata, sering memalingkan wajah, harga diri rendah, tidak mampu
membentuk identitas diri dan tidak mampu berperan sesuai dengan umur
atau profesinya.
b) Hubungan sosial
Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena
manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada
umumnya lansia dengan isolasi sosial menarik diri mengalami gangguan
seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak pernah melakukan
kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam
pergaulan.
h. Status mental
a) Penampilan
Pada klien dengan isolasi sosial menarik diri berpenampilan tidak rapi,
rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian
sesuai dengan keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan dimana
harus mandi.
b) Pembicaraan
Pembicaraan klien dengan isolasi sosial menarik diri pada umumnya tidak
mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan tidak
jelas atau menolak diajak bicara.
c) Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, dan memojok
dengan posisi menunduk.
d) Alam perasaan
Alam perasaan pada klien dengan isolasi sosial menarik diri biasanya
tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
e) Afek
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang
normal.
f) Interaksi selama wawancara
Klien menunjukkan kurang kontak mata dan menolak untuk bicara dengan
orang lain.
g) Persepsi
Klien dengan isolasi sosial menarik diri pada umumnya mengalami
gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya
mendengar suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering
menyendiri dan melamun.
h) Isi pikir
Klien dengan isolasi sosial menarik diri pada umumnya mengalami
gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
i) Proses pikir
Proses pikir pada klien dengan isolasi sosial menarik diri akan kehilangan
asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses
pikir.
j) Kesadaran
Klien dengan isolasi sosial menarik diri biasanya tidak mengalami
gangguan kesadaran.
k) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat
hal-hal yang telah terjadi.
l) Konsentrasi dan berhitung
Klien dengan isolasi sosial menarik diri pada umumnya tidak mengalami
gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
m) Daya tilik diri
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena lansia akan mengingkari
perubahan yang terjadi pada dirinya.

i. Kebutuhan persiapan pulang


a) Makan
Klien mengalami gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan sehubungan
dengan keengganan klien untuk melakukan aktifitas.
b) BAB / BAK
Kemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang.
c) Mandi
Klien dengan isolasi sosial menarik diri bisanya tidak memiliki minat
dalam perawatan diri (mandi)
d) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu
j. Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar, bersembunyi,
memojok dan kadang-kadang mencedrai diri.
k. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien
direndahkan atau diejek karena kurangnya interaksi sosial.
l. Pengetahuan
Klien dengan isolasi sosial menarik diri, kurang mengetahuan dalam hal
mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem
pendukung dan obat-obatan sehingga gangguan yang dialami klien semakin
berat.

2 Masalah Keperawatan
1. Resiko gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Isolasi Sosial
3. Harga Diri Rendah Kronik.
3 Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial
Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa

4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat adalah:
1) Isolasi Sosial
2) Harga Diri Rendah Kronik
3) Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.

Anda mungkin juga menyukai