Anda di halaman 1dari 29

STUDI MANAJEMEN RANTAI PASOK DALAM

MENGOPTIMALKAN SUPPLY BAHAN BAKU FROZEN FISH


DI PERUSAHAAN UMUM PERIKANAN INDONESIA,
KABUPATEN NATUNA

USULAN MAGANG INDUSTRI

Oleh:

SURYADI JULIANSAH PUTRA


140254244004

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
STUDI MANAJEMEN RANTAI PASOK DALAM
MENGOPTIMALKAN SUPPLY BAHAN BAKU FROZEN FISH
DI PERUSAHAAN UMUM PERIKANAN INDONESIA,
KABUPATEN NATUNA

USULAN MAGANG INDUSTRI

Diajukan sebagai syarat untuk melaksanakan praktek lapang dalam rangka


melaksanakan salah satu tugas akhir guna memperoleh gelar
Sarjana Perikanan (S. Pi) di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji

Oleh :

SURYADI JULIANSAH PUTRA


140254244004

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017

ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG

Judul : Studi Manajemen Rantai Pasok dalam


Mengoptimalkan Supply Bahan Baku Frozen Fish
di Perusahaan Umum Perikanan Indonesia,
Kabupaten Natuna
Nama : Suryadi Juliansah Putra
NIM : 140254244004
Jurusan : Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas : Ilmu Kelautan dan Perikanan
Perguruan Tinggi : Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang, Juli 2017


Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Dosen Pembimbing
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

Azwin Apriandi, S.Pi, M.Si Ginanjar Pratama, S.Pi, M.Si


NIP: 199004022015041001 NIDK: 8850830017

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Proposal praktek kerja lapangan di Perusahaan Umum Perikanan
Indonesia, Kabupaten Natuna.

Proposal yang berjudul “Analisa Sistem Penerimaan dan Penanganan Ikan


Layang (Decapterus sp.) Di Perusahaan Umum Perikanan Indosenia, Kabupaten
Natuna’’ Merupakan proposal akhir mata kuliah magang industri ini dikategorikan
sebagai mata kuliah wajib Progam Studi S1 Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Dalam pembuatan proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang dirasa sangat bermanfaat, oleh karena itu kami ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Kepala pimpinan Perusahaan Umum Perikanan Indonesia, Kabupaten
Natuna
2. Pembimbing lapangan yang dengan senantiasa bersabar membimbing
kami.
3. Kedua Orang Tua yang telah memberikan motivasi dan doa kepada kami.
4. Rekan rekan mahasiwa/mahasiswi.

Kami menyadari bahwa proposal ini jauh dari yang diharapkan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk kesempurnaan
proposal ini sehingga akan lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata kami
berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Tanjungpinang, Juli 2017

Suryadi Juliansah Putra

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Deskripsi dan Identifikasi Ikan Layang (Decapterus sp) 5
B. Perusahaan Umum Perikanan Indonesia 6
C. Mutu Ikan 8
D. Manajemen Industri 11
E. Rantai Pasok (Supply Chain) 12
F. Penerapan SCM (Supply Chain Management) 16
III. METODE PELAKSANAAN 20
A. Waktu dan Tempat 20
B. Metode Pelaksana 20
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


1. Gambar Ikan Layang 6
2. Peta Perusahaan Umum Perikanan Indonesia 7
3. Aliran Rantai Pasok 14

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


1. Organoleptik Pada Ikan 8
2. Komposisi Zat Gizi Ikan Layang per 100g BDD 10
3. Rencana Kegiatan Magang 23

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) bergerak di

bidang frozen fish. Perusahaan Umum Perikanan Indonesia yang sebelumnya

bernama Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera (Perum PPS)

didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990 diatur kembali

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2000, sebagaimana diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2013 merupakan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN). BUMN ini bergerak dalam bidang perikanan yang diberi tugas

dan tanggung jawab dalam rangka mengelola aset negara guna menyelenggarakan

pengusahaan dan pelayanan barang jasa dan pengembangan sistem bisnis

perikanan kepada pengguna jasa pelabuhan perikanan yaitu nelayan pada

khususnya dan masyarakat perikanan pada umumnya serta memupuk keuntungan.

Peraturan Pemerintah Perum Perikanan Indonesia telah menyusun RKAP dan

RKA PKBL Tahun 2015 berdasarkan evaluasi kinerja perusahaan beberapa tahun

terakhir dengan langkah-langkah optimalisasi sarana dan prasarana serta mencari

terobosan peluang usaha baru dengan memperhitungkan faktor-faktor eksternal

dan internal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Perusahaan Umum Perikanan Indonesia mempunyai banyak cabang, salah

satu cabangnya berda di Natuna. Pada Perusahaan itu terdapat pasokan bahan

baku, unit pengolahan ikan, dan proses pembekuan ikan (frozen fish).

1
Masalah utama Masyarakat Natuna lebih cenderung menangkap ikan

secara soliter, yang berakibat rendahnya produktivitas nelayan. Keahlian nelayan

yang kurang ahli mengoperasikan alat tangkap jaring. Terbatasnya ukuran kapal

nelayan, sehingga kemampuan jelajah yang kurang. Nelayan asli tempatan yang

cenderung mempertahankan teknik penangkapan yang tradisional. Melihat

keadaan tersebut belum adanya terbentuk bisnis dalam bidang perikanan.

Berdasarkan hal tersebut harus ada kajian tentang supply chain manajemen

yang berguna untuk kerberlanjutan usaha. Produk kelautan dan perikanan

memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan produk lain seperti pupuk,

semen atau beras. Produk ini memiliki sifat umur penggunaan yang pendek serta

tingkat kerentanan yang tinggi terhadap cuaca, sehingga diperlukan penanganan

khusus dalam proses packaging dan distribusinya, guna mempertahankan kualitas

produk tersebut. Proses pendistribusian perikanan terkait erat dengan SCM

(Supply Chain Management). Inti dari SCM adalah integrasi, kolaborasi dalam

pengelolaan supply dan demand dengan seluruh pihak yang terlibat dalam proses

bisnis (CSCMP, 2010).

Upaya menjadikan pelabuhan sebagai marketing centre maka peran

Pelabuhan Perikanan sebagai mata rantai dalam proses transportasi mulai dari

tempat asal barang sampai ke tujuan menjadi sangat strategis untuk

dikembangkan. Alir produk perikanan mulai dari dermaga pelabuhan hingga

didistribusikan ke tangan konsumen memiliki kesamaan dengan prinsip mata

rantai pasokan atau supply chain. Mengingat sifat produk perikanan yang high

perishable (mudah rusak) maka dibutuhkan manajemen rantai pasokan yang

efektif dan efisien. Salah satu kerangka analisis yang sangat populer digunakan

2
akhir-akhir ini dalam peningkatan nilai tambah dan daya saing dalam industri

adalah analisis supply chain (rantai pasokan).

B. Tujuan

Peraktek Magang ini bertujuan untuk mempelajari penerapan management

supply chain dalam aktivitas distribusi hasil tangkapan di Perusahaan Umum

Perikanan Indonesia, Natuna.

C. Manfaat

Manfaat bagi Mahasiswa :

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang

diperoleh di bangku perkuliahan.

2. Menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai dunia industri.

3. Menambah dan meningkatkan keterampilan serta keahlian dibidang

praktek, memberikan manfaat untuk masyarakat dan diri peribadi

Manfaat bagi Universitas

1. Terjalinnya kerjasama “bilateral” antara Universitas dengan

perusahaan.

2. Universitas akan dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui

pengalaman kerja Magang.

3. Universitas yang akan dikenal di dunia industri.

3
Manfaat bagi Perusahaan :

1. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri/

perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan

akademis.

2. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa-

mahasiswa yang melakukan Praktek Magang.

3. Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa-

mahasiswa yang melakukan praktek.

4. Adanya orang yang mengaudit perusahaan tanpa mengeluarkan

biaya dengan adanya laporan-laporan magang yang diberikan

kepada perusahaan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi dan Identifikasi Ikan layang (Decapterus sp)

Salah satu sumber daya perairan adalah ikan layang (Begen, 2002). Ikan

layang (Decapterus sp) merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki

kandungan zat gizi tinggi yang dibutuhkan tubuh manusia. Menurut Berhimpon

(1982), bahan pangan ini mengandung protein, kadar air dan asam-asam amino

esensial yang lengkap dan dalam jumlah yang cukup. Ikan ini cukup melimpah

dan rasanya enak sehingga banyak digemari. Akan tetapi Ikan ini juga merupakan

produk yang cepat menjadi busuk yang menyebabkan mutu ikan mengalami

kemunduran. Faktor utama yang berperan dalam pembusukan adalah Ikan Layang

mempunyai tekstur yang lunak, kandungan kadar air yang tinggi, kadar protein

yang cukup tinggi sehingga terjadi proses degradasi protein serta tingginya jumlah

bakteri yang terkandung di dalam perut ikan (Harisna, 2010).

Ikan layang (Decapterus sp.) termasuk ikan pelagis, dan berdasarkan

ukurannya dikelompokkan sebagai ikan pelagis kecil. Ikan ini yang tergolong

suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15 cm meskipun

ada pula yang bisa mencapai 25 cm. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan

layang ialah terdapatnya sirip kecil ( finlet) di belakang sirip punggung dan sirip

dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi

(lateral line) (Nontji, 2002).

5
Klasifikasi ikan layang menurut klasifikasi Saanin (1984) adalah sebagai

berikut :

Phyllum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes

Sub divisi : Carangi

Familia : Carangidae

Genus : Decapterus

Spesies : Decaptersus sp.

Gambar 1. Ikan Layang (Decapterus sp.)

B. Perusahaan Umum Perikanan Indonesia

Bisa kita lihat gambar di bahwa perusahan umum perikanan Indonesian

hampir mencangkup seluruh wilayah di Indonesia. Menunjukan semakin

berkembang nya sektor perikanan di Indonesia, keterangan di atas mejelaskan

daerah yang ditandai denagan berwarna oren menjelaskan perusahan umum

6
perikanan Indonesia sudah beroperasi , sedangkan daerah yang diberi tanda

berwarna kuning pada gambar menunjukan daerah tersebut masih dalam tahap

pengembangan . Keterangan diatas menjelaskan kan bagaimana keseriusan

pemerintah dalam mengelola suber daya perikananan di Indonesia yang sangat

melimpah , agar bisa meningkat kan ekonomi Indonesia yang lebih baik

Termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan

kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir, serta tercapainya kesuksesan

pembangunan Indonesia sebagai Negara maritim. Adapun area operasi Perusahaan

Umum Perikanan Indonesia :

Gambar 2. Peta perusahan umum Perikanan Indonesia

Sumber: Perusahaan Umum Perikanan Indonesia

7
C. Mutu Ikan

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mudah mengalami

kerusakan atau perishable food, hal ini mengharuskan dilakukannya perlakuan

yang tepat pada ikan setelah ditangkap agar mutu ikan tetap terjaga. Parameter

untuk mengetahui mutu ikan dapat dilihat dari kenampakan fisik tubuh ikan, bau,

tekstur, serta rasa ikan (Winarni,et.al 2003).

Menurut Made Astawan (2008), ikan yang masih segar mempunyai tanda-tanda

sebagai berikut :

Tabel 1. Organoleptik Pada Ikan

Parameter Keterangan

Mata cemerlang, kornea bening, pupil mata hitam dan mata


cembung.

Insang warna merah sampai merah tua, cerah, bau tidak


menyimpang.

Lendir terdapat lendir alami menutupi ikan, bening dan


baunya khas menurut jenis ikan.

Sisik melekat kuat, mengkilap dengan warna khusus,


tertutup lendir jernih.

Rongga perut bersih dan bebas dari bau yang menusuk, tekstur
dindingperut kompak elastis, tanpa penyimpangan
warna.

Bau tidak terdapat bau pesing dan ikan tenggelam di dalam


air.

Daging sayatan daging cerah dan elastis, bila ditekan tidak ada
tanda bekas jari.

Sumber : Made Astawan (2008)

8
Proses perubahan pada ikan setelah mati terjadi karena adanya aktivitas

enzim, mikroorganisme, dan kimiawi. Ketiga hal tersebut menyebabkan tingkat

kesegaran ikan menurun. Penurunan tingkat kesegaran ikan tersebut dapat terlihat

dengan adanya perubahan fisik, kimia, dan organoleptik pada ikan. Semua proses

perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan (Munandar 2008).

1. Penurunan Mutu Ikan Karena Aktivitas Enzim

Enzim masih mempunyai kemampuan untuk bekerja aktif setelah ikan

mati. Sistem kerja enzim menjadi tidak terkontrol karena organ pengontrol tidak

berfungsi, sehingga enzim merusak organ tubuh ikan. Perstiwa ini disebut

autolysis. Perubahan secara autolysis ini ditandai dengan dihasilkannya amoniak

sebagai hasil akhir penguraian protein dan lemak yang menyebabkan perubahan

rasa, tekstur dan penampakan ikan (Junianto, 2003).

2. Penurunan Mutu Ikan Karena Aktivitas Mikroba

Bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan, insang, saluran darah dan

permukaan kulit tidak dapat merusak atau menyerang bagian-bagian ikan selama

ikan hidup. Bagian-bagian tubuh ikan tersebut mempunyai batas pencegah

(barrier) terhadap penyerangan bakteri. Kemampuan barrier tersebut akan hilang

setelah ikan mati, sehingga bakteri dapat segera masuk ke dalam daging ikan

melalui saluran pencernaan, insang, saluran darah dan permukaan kulit (Junianto,

2003).

3. Penurunan Mutu Ikan Karena Aktivitas Kimiawi

Proses perubahan pada ikan juga dapat terjadi karena proses oksidasi

lemak sehingga timbul aroma tengik yang tidak diinginkan dan perubahan rupa

9
serta warna daging ke arah coklat kusam. Bau tengik ini dapat merugikan pada

proses pengolahan maupun pengawetan karena dapat menurunkan mutu dan daya

jualnya. Pencegahan proses oksidasi dapat dilakukan dengan mengusahakan

sekecil mungkin terjadinya kontak antara ikan dengan udara bebas di

sekelilingnya dengan menggunakan ruang hampa udara, antioksidan atau

menghilangkan unsur-unsur penyebab proses oksidasi (Murniyati dan Sunarman,

2000).

Dalam daftar komposisi bahan makanan (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2009),

ikan layang memiliki komposisi zat gizi makanan per 100 g BDD sebagai

berikut:

Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Ikan Layang per 100 g BDD

Zat Gizi Jumlah

Kalori/ Energi (kkal) 109

Protein (g) 22

Lemak (g) 1,7

Karbohidrat (g) 0

Kalsium (mg) 50

Fosfor (mg) 15

Besi (mg) 2

Vitamin A (S.I) -

Vitamin B1 (mg) -

Vitamin C (mg) 0

Air (g) 74

10
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (Persatuan Ahli Gizi Indonesia),

2005.

D. Manajemen Industri

Manajemen perusahaan industri dapat diartikan sebagai pengelolaan

suatu perusahaan industri. Perusahaan industri dapat dijelaskan melalui

penjabaran proses kegiatan ekonomi dasar yang meliputi: (Robbins, 1999)

1. industri primer

2. proses manufaktur / pengolahan

3. proses distribusi

 dari produsen ke produsen

 dari produsen ke konsumen

4. industri jasa

5. Perusahaan industri :

 dipimpin oleh manajemen

 mengkombinasikan input sumber daya secara proporsional

untuk menghasilkan barang / jasa

6. Industrial production / Operation

 transformasi bahan mentah menjadi sesuatu yang

dibutuhkan

 producers goods/services industries

 consummers goods/services industries

11
7. Manajemen perusahaan industri

 Perusahaan industri sebagai suatu organisasi

 Organisasi memiliki tiga pilar :

 Distinct goals

 Deliberate structure

 People

Fungsi utama perusahaan industri (Rigs, 1980)

 pengembangan produk

 pembelian (pemesanan, mencari, subkontrak)

 hubungan industrial

proses manufaktur, pada umumnya ada 3 aspek :

 teknik industri (perencanaan, standarisasi, metoda)

 plant service (penerimaan, shipping, gudang, transportasi internal)

 plant engineering (mesin, listrik, peralatan, sumber daya, perawatan)

 pemasaran

 keuangan internal dan pelayanan administrasi

E. Rantai Pasok (Supply Chain)

Istilah supply chain dan supply chain management sudah menjadi jargon

yang umum dijumpai di berbagai media baik majalah manajemen, buletin, koran,

buku ataupun dalam diskusi-diskusi. Namun tidak jarang kedua tern diatas di

persepsikan secara salah. Banyak yang mengkonotasikan supply chain sebagai

12
suatu software. Bahkan ada yang mempersepsikan bahwa supply chain hanya

dimiliki oleh perusahaan manufaktur saja. Supply chain management memang

merupakan suatu disiplin ilmu yang relative baru. Lambert & Cooper (1998)

mendefenisikan rantai pasok sebagai integrasi bisnis proses utama dari pengguna

akhir melalui pemasok asli yang menyediakan produk, layanan dan informasi

yang menambah nilai bagi pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya.

Defenisi ini juga dan sekaligus digunakan oleh Global Supply Chain

Forum (GSCF) pada tahun 2000. Dalam pemahaman yang secara sederhana,

rantai pasok merupakan rangkaian aliran barang/fisik, informasi dan proses yang

digunakan untuk mengirim produk atau jasa dari lokasi sumber (pemasok) ke

lokasi tujuan (pelanggan atau pembeli).

Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam

bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi

barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada

konsumen akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari

perusahaan yang mengangkut bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang

mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen,

supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan

retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir. Supply chain ada

beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai

kepentingan yang sama, yaitu :

1. Supplies

2. Manufactures

3. Distribution

13
4. Retail Outlet

5. Customers

Menurut Pujawan (2005), fungsi supply chain tidak hanya terbatas pada

kegiatan fisik seperti memproduksi dan mengangkut barang dari satu tempat ke

tempat lain namun juga fungsi-fungsi non fisik seperti perencanaan, melakukan

riset pasar dan sebagainya.

Gambar 3. Aliran Rantai Pasok

Rantai pasok pangan pada Gambar 3, pangan (produk) bergerak mengalir

secara berkesinambungan dari produsen ke konsumen melalui proses produksi,

pengolahan, distribusi, ritel dan konsumen; dengan demikian, pangan

mengalir dari petani ke konsumen (from farm to table). Selain itu, khusus untuk

produk pangan yang mudah rusak atau busuk, resiko dalam menghasilkan

limbah/kerugian pada setiap tahapan rantai pasok memiliki potensi sangat tinggi

yang selanjutnya akan menekan keuntungan dan kualitas produk dalam rantai

pasok pangan.

14
Menurut Ross, F.D (2003), awal perkembangan konsep SCM didasarkan

pada dua fakta yaitu bahwa pada tahun 1960-an pabrikan dituntut untuk

menurunkan biaya produksi dan perkembangan teknologi informasi khususnya

internet yang mampu membantu merealisasikan suatu sistem terpadu sehingga

mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya bukan saja pada lingkup

satu perusahan saja.

Adapun aktivitas Manajemen Rantai Pasokan :

 Meramalkan permintaan pelanggan

 Membuat jadwal produksi

 Menyiapkan jaringan transportasi

 Memesan persediaan pengganti dari para pemasok

 Mengelola persediaan: bahan mentah, barang dalam proses dan barang

jadi

 Menjalankan produksi

 Menjamin kelancaran transportasi sumber daya kepada pelanggan

 Melacak aliran sumber daya material, jasa, informasi, dan keuangan

dari pemasok, di dalam perusahaan, dan kepada pelanggan.

Membangun suatu sistem manajemen rantai pasokan yang optimal, kita

harus perhatikan lima hal dasar sebagai berikut :

1. Perencanaan : Ini merupakan proses awal yang strategis, harus dipikirkan

mulai dari awal bagaimana membuat suatu tolok ukur untuk menentukan

tingkat efisiensi, harga, kualitas, dan nilai pada pelanggan

15
2. Pemasokan : Pilihlah pemasok-pemasok yang paling baik, dan tentukan

tolok ukur untuk menjaga kualitas, komitmen, penerimaan barang,

pemeriksaan, pemindahan ke pabrik, serta pembayaran

3. Pembuatan : Merupakan langkah pabrikasi, tentukan langkah yang

diperlukan untuk pembuatan, pemeriksaan, pemaketan, dan persiapan

pengiriman. Tentukan tolok ukur yang jelas tentang tingkat kualitas,

tingkat produksi, dan produktivitas karyawan

4. Pengantaran : Bagian ini disebut juga logistik. Atur penerimaan pesanan

dari pelanggan, buat jaringan pergudangan, pilih ekspedisi pengiriman

barang ke arah pelanggan, dan juga masalah pembayaran

5. Pengembalian : Bagian ini menangani masalah pengembalian barang cacat

atau produksi berlebih dari pelanggan.

F. Penerapan SCM (Supply Chain Management)

Supply Chain Management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan

dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi

sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan

diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional

dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan

distributor.

1. Pemain Utama dalam Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang

dimulai dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan

16
entitas atau disebut pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply

chain yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain

utama yang yang terlibat dalam supply chain:

 Supplier (chain 1)

Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan

sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai

penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama di sini bisa dalam

bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang

atau barang dagang.

 Supplier-Manufacturer (chain 1-2)

Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu

manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun

menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai

tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan

penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost

dengan mengembangkan konsep supplier partnering.

 Supplier-Manufacturer-Distribution (Chain 1-2)

Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada

pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau

wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah

besar.

17
 Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (Chain 1-2-

3)

Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer

(retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung

menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun

secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan

menggunakan pola seperti di atas.

 Supplier-Manufacturer-Distribution-RetailOutlets-Customer

(Chain 1-2-3-4)

Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply

chain dalam konteks ini sebagai end-user.

Setiap stage dalam supply chain terhubung oleh produk, informasi

dan biaya. Aliran supply chain dapat dua arah dan dapat dikelola oleh

satu stages atau satu perantara. Dasar strategi supply chain ada dua

sesuai dengan tipe perusahaan, perusahaan make to stock akan berbeda

strateginya dengan perusahaan make to order. Strategy supply chain

menurut tipe perusahaan umumnya hanya ada dua macam strategi, yaitu

push strategy dan pull strategy. Push strategy merupakan strategi

supply chain yang fokus pada efisiensi aktivitas dan standarisasi. Push

strategy bisa dikonotasikan dengan lean supply. Sedangkan pull

strategy merupakan srategy supply chain yang fokus pada aktivitas

yang responsif. Strategi ini sering disebut dengan agile supply.

2. Tahapan Supply Chain

18
1. Strategi atau desain Supply chain Penentuan struktur supply chain

dan proses yang akan dilakukan pada tiap stage dalam waktu

jangka panjang. Struktur ini menjelaskan konfigurasi supply chain

untuk kedepannya dan bagaimana strategi/desain akan dialokasikan

serta proses apa saja yang akan berjalan pada setiap stage.

Keputusan strategis supply chain mencakup:

 Lokasi dan kapasitas fasilitas

 Produk yang akan dibuat atau disimpan

 Moda transportasi

 Sistem informasi

2. Perencanaan Supply chain tujuannya adalah memaksimalkan

surplus dari supply chain dengan jangka waktu yang telah

ditentukan (3 bulan, 4 bulan, atau 6 bulan) pada saat tahap

strategi/desain supply chain. Keputusan perencanaan mecakup:

 Pasar mana yang akan disuplai dan dari lokasi mana

 Rencana penambahan inventori

 Subkontrak, lokasi cadangan

 Kebijakan inventori

 Promosi harus mempertimbangkan ketidakpastian

permintaan, nilai tukar, persaingan selama horizon waktu

perencanaan.

3. Operasional supply chain

 Horizon waktu bersifat mingguan atau harian

 Keputusan diambil berdasar order tiap konsumen

19
 Menyusun kebijakan operasional

 Menerapkan kebijakan seefektif mungkin

 Alokasi order, menetapkan duedate, kontrol data gudang,

mengatur jadwal pengiriman

 Faktor ketidakpastian makin sedikit

BAB III

TATA PELAKSANAAN MAGANG

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Adapun kegiatan magang ini akan dilaksanakan mulai tanggal 17

Juli 2017 sampai dengan 31 Agustus 2017. Kegiatan ini dilaksanakan di

Perusahaan Umum Perikanan Indonesia, yang berada di Selat Lampa

Kec.Pulau Tiga- Natuna .

B. Metode Pelaksanaan Magang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Pengumpulan Data Secara Primer

Pelaksana magang turut serta melakukan praktik kerja secara

langsung dalam setiap kegiatan di PT. Perindo Perum Perikanan

Indonesia, yaitu meliputi kegiatan dalam proses rantai pasok (supply

chain) bahan baku.

20
a. Wawancara

melaksanakan wawancara dengan pihak-pihak dari instansi yang

bersangkutan guna mengetahui segala hal yang diperlukan dalam magang

khususnya berkaitan dengan proses distribusi bahan baku dari penanganan

awal hingga sampai ke konsumen.

b. Observasi

dengan mengadakan pengamatan mengenai kondisi dan kegiatan

yang ada di lokasi magang, yang meliputi:

1) Observasi mengenai pengamatan distribusi bahan baku.

2) Obsevasi mengenai penerapan rantai pasok (supply chain).

2. Pengumpulan Data Sekunder

a. Studi pustaka

mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-

permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan magang

b. Dokumentasi dan data-data

mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada pada

pelaksanaan magang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. 2002. Pedoman teknis pengenalan ekosistem mangrouv. Pusat Kajian Pesisir
dan Lautan. Institut Pertanian, Bogor.
Berhimpon. 1982. Pengaruh perendaman filet (Fillet) di dalam larutan garam dan asam
asetat terhadap kandungan urea dan mutu ikan hiu (Carcharhins Limbatus) selama
penyimpanan beku.Thesis Fakultas pasca sarjana IPB Bogor.
Harisna, 2010. Pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica) dengan konsentrasi yang
berbeda terhadap mikroba pada isolat ikan nila (Creochromis niloticus).
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar swadaya. Jakarta.
Khomsan, A. 2006. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup.Grasindo. Jakarta.
Lambert, D.M., Cooper, M. C., & Pagh, J. D., (1998). Supply Chain Management:
Implementation Issues and Rsesearch opportunities, International Journal of
Logistics Management Vol. 9 No. 2.
Made Astawan, 2008. Sehat dengan hidangan hewani. penebar swadaya. Jakarta
Munandar, 2008. Poses Kemunduran mutu ikan
Murniati, AS dan Sunarman. 2000. Pendinginan pembekuan dan pengawetan ikan.
Kanisius. Yogyakarta.
Persatuan ahli gizi indonesia, 2005. Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta.
Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain Management. Edisi pertama. Guna widya,
Surabaya
Ross, F. D. (2003). Introduction to e-supply chain management:engaging technology to
build market-winning businesspartnership. United States of America: ST. Lucie
Press.
Saanin, H. 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bogor.
Suwamba K. 2008. Proses pemindangan dengan mempergunakan garam dengan
konsentrasi yang berbeda. Denpasar.
Watanabe, K., Schuster, E, W. 2003. The Impact of e-Commerce on the Japanese Raw Fish
Supply Chain.
Winarni, T, F. Swastawati, Y. S.Darmanto, danE. N. Dewi. 2003.Uji mutu terpadu pada
beberapa spesies ikan dan produk perikanan di Indonesia. Laporan akhir hibah
bersaing XI perguruan tinggi. Universitas Diponegoro. Semarang.

22

Anda mungkin juga menyukai