Anda di halaman 1dari 7

Penegakan Diagnostik SOL Intrakranial

Perubahan Tanda Vital (Lombardo,2006)


a. Denyut Nadi
Denyaut nadi relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan ICP, terutama pada
anak-anak. Bradikardi merupakan mekanisme kompensasi yang mungkin terjadi untuk
mensuplai darah ke otak dan mekanisme ini dikontrol oleh tekanan pada mekanisme reflex
vagal yang terdapat di medulla. Apabila tekanan ini tidak dihilangkan, maka denut nadi
akan menjadi lambat dan irregular dan akhirnya berhenti.
b. Pernapasan
Pada saat kesadaran menurun, korteks serebri akan lebih tertekan daripada batang otak
dan pada pasien dewasa, perubahan pernafasan ini normalnya akan diikuti dengan
penurunan level dari kesadaran.Perubahan pada pola pernafasan adalah hasil dari tekanan
langsung pada batang otak. Pada bayi, pernafasan irregular dan meningkatnya serangan
apneu sering terjadiantara gejala-gejala awal dari peningkatan ICP yang cepat dan dapat
berkembang dengan cepat ke respiratory arrest.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan ICP,
terutama pada anak-anak. Dengan terjadinya peningkatan ICP, tekanan darah akan
meningkat sebagai mekanisme kompensasi; Sebagai hasil dari respon Cushing, dengan
meningkatnya tekanan darah, akan terjadi penurunan dari denyut nadi disertai dengan
perubahan pada pola pernafasan. Apabila kondisi ini terus berlangsung, maka tekanan
darah akan mulai turun .
d. Suhu Tubuh
Selama mekanisme kompensasi dari peningkatan ICP berlangsung, suhu tubuh akan
tetap stabil. Ketika mekanisme dekompensasi berubah, peningktan suhu tubuh akan
muncul akibta dari disfungsi dari hipotalamus atau edema pada traktus yang
menghubungkannya.
e. Reaksi Pupil
Serabut saraf simpatis menyebabkan otot pupil berdilatasi. Reaksi pupil yang lebih
lambat dari normalnya dapat ditemukan pada kondisi yang menyebabkan penekanan pada
nervus okulomotorius, seperti edema otak atau lesi pada otak. Penekanan pada n.
Oklulomotorius menyebabkan penekanan ke bawah, menjepit n.Okkulomotorius di antara
tentorium dan herniasi dari lobus temporal yang mengakibatkan dilatasi pupil yang
permanen. N. okulomotorius (III) berfungsi untuk mengendalikan fungsi pupil. Pupil harus
diperiksa ukuran, bentuk dan kesimetrisannya dimana ketika dibandingkan antara kiri dan
kanan, kedua pupil harus memiliki ukuran yang sama. Normalnya, konstriksi pupil akan
terjadi dengan cepat.
Pemeriksaan fisik neurologis dalam menegakan diagnosis
a. Pemeriksaan mata yaitu ukuran pupil, bentuknya dan reaksinya terhadap
cahaya,pemeriksaan visus dan lapang pandang penglihatan serta pemeriksaan
gerakan bola mata
b. Pemeriksaan funduskopi untuk menentukan oedema pada papil nervus optikus atau
atrofi papil nervus optikus et causa papil odema tahap lanjut.
c. Pemeriksaan motorik yaitu gerak, kekuatan, tanus, trofi, refleks fisiologi, reflek
patologis, dan klonus.
d. Pemeriksaan sensibilitas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan
meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem vaskuler.

2. MRI : Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah
hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan

3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar
pengobatan serta informasi prognosis.

4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
(Meagher, R.J & Lutsep, H.L. 2017)
Penatalaksanaan

1. Pembedahan
Jika hasil CT-Scan didapati adanya tumor, dapat dilakukan pembedahan. Ada pembedahan
total dan parsial, hal ini tergantung jenis tumornya. Pada kasus abses seperti loculated abscess,
pembesran abses walaupun sudah diberi antibiotik yang sesuai, ataupun terjadi impending
herniation. Sedangkan pada subdural hematoma, operasi dekompresi harus segera dilakukan
jika terdapat subdural hematoma akut dengan middle shift > 5 mm. Operasi juga
direkomendasikan pada subdural hematoma akut dengan ketebalan lebih dari 1 cm.
(Wilkinson, Iain. 2005)
2. Radioterapi
Ada beberapa jenis tumor yang sensitif terhadap radioterapi, seperti low grade glioma.
Selain itu radioterapi juga digunakan sebagai lanjutan terapi dari pembedahan parsial.
(Wilkinson, Iain. 2005)
3. Kemoterapi
Terapi utama jenis limpoma adalah kemoterapi. Tetapi untuk oligodendroglioma dan
beberapa astrocytoma yang berat, kemoterapi hanya digunakan sebagai terapi tambahan.
(Wilkinson, Iain. 2005)
4. Antikolvusan
Mengontrol kejang merupakan bagian terapi yang penting pada pasien dengan gejala klinis
kejang. Pasien SOL sering mengalami peningkatan tekanan intrakranial, yang salah satu gejala
klinis yang sering terjadi adalah kejang. (Wilkinson, Iain. 2005)
Phenytoin (300-400mg/kali) adalah yang paling umum digunakan. Selain itu dapat juga
digunakan carbamazepine (600-1000mg/hari), phenobarbital (90-150mg/hari) dan asam
valproat (750-1500mg/hari). (Wilkinson, Iain. 2005)

5. Antibiotik
Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya abses, maka antibiotik merupakan salah satu
terapi yang harus diberikan. Berikan antibiotik intravena, sesuai kultur ataupun sesuai data
empiris yang ada. Antibiotik diberikan 4-6 minggu atau lebih, hal ini disesuaikan dengan hasil
pencitraan, apakah ukuran abses sudah berkurang atau belum. Carbapenem, fluorokuinolon,
aztreonam memiliki penetrasi yang bagus ke sistem saraf pusat, tetapi harus memperhatikan
dosis yang diberikan (tergantung berat badan dan fungsi ginjal) untuk mencegah toksisitas.(
Japardi, I. 2004)

6. Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangu tekana intrakranial.
Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone adalah kortikosteroid yang
dipilh karena aktivitas mineralkortikoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari
16mg/hari, tetapi dosisnya dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang
dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik. (Lombardo MC. 2006)

7. Head up 30-45˚
Berfungsi untuk mengoptimalkan venous return dari kepala, sehingga akan membantu
mengurangi TIK. (Wilkinson, Iain. 2005)

8. Menghindari Terjadinya Hiperkapnia


PaCO2 harus dipertahankan dibawah 40 mmHg, karena hiperkapnia dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah ke otak sehingga terjadi peningkatan TIK, dengan cara
hiperventilasi ringan disertai dengan analisa gas darah untuk menghindari global iskemia pada
otak. (Wilkinson, Iain. 2005)

9. Diuretika Osmosis
Manitol 20% dengan dosis 0,25-1 gr/kgBB diberikan cepat dalam 30-60 menit untuk
membantu mengurangi peningakatan TIK dan dapat mencegah edema serebri.
(Wilkinson, Iain. 2005)

KOMPLIKASI

. Gangguan fungsi neurologis.

Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan
menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang
sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan
ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.

2. Gangguan kognitif.

Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga dampaknya
kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi,
persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.

3. Gangguan tidur & mood

Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone melatonin
menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi, dan penyakit
melemahkan system lain dalam tubuh.

4. Disfungsi seksual

a) Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin yang
berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau aliran spontan
susu )

b) Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impotensi dan hipogonadisme.

c) Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat kepuasan.

(Meagher, R.J & Lutsep, H.L. 2017)


KESIMPULAN

Sol pada otak umumnya berhubungan dengan malignansi namun keadaan patologi lain
meliputi abses otak atau hematom. Adanya sol dalam otak akan menyebabkan gambaran seperti
tumor, yang meliputi gejala umum yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intera cranial,
perubahan tingkah laku, false localizing sign serta kelainan tergantung pada lokasi tumor. Tumor
juga dapat menyebabkan infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti
terjadinya obstruksi pada aliran cairan serebrospinalis yang menyebabkan hidrose falus dan
menginduksi angiogenesis dan edema paru.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lombardo MC. 2006. Cedera Sistem Saraf Pusat. Dalam: Price SA, Wilson LM, eds.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
2. Wilkinson, Iain. 2005. Brain Tumour. Essential Neurology, 4th Edition. Page 50-52.
3. Meagher, R.J., & Lutsep, H.L. 2013. Subdural Hematoma. Di kutip dari
http://emedicine.medscape.com/article/113720. [Di akses pada 5 mei 2019]
4. Japardi, I. 2004 Cedera Kepala: Memahami Aspek-Aspek Penting dalam Pengelolaan
Penderita Cedera Kepala. Jakarta Barat: Bhuana Ilmu Populer.

Anda mungkin juga menyukai