Anda di halaman 1dari 17

MIKROBIOLOGI MEDIS

“Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran


Cerna Anak”

DISUSUN OLEH :

DWI INDAH ARYA PALASARI 1708551016

NI PUTU VYRA GINANTI PUTRI 1708551045

NI MADE AYU IRAYANTI 1708551046

NI PUTU MAS ARYA SHINTA 1708551081

DEWA AYU TRESNA MAHOTAMA DEWI 1708551085


IDA AYU MAS LAKSMI DEWI 1708551086
LUH PANDE PUTU TIRTA 1708551087

NI LUH VELA SEPTYANI 1708551091

NI MADE ARI GINARSIH 1708551093

KELOMPOK II

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
MIKROBIOLOGI MEDIS “Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran
Cerna Anak” ini untuk memenuhi tugas Mikrobiologi dan Virologi.
Penulis menyadari karena keterbatasan waktu, kurangnya kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga masih banyak kekurangan dari makalah
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya sumbangan-sumbangan
pemikiran maupun kritik atau saran yang nantinya akan menjadi pedoman dan
motivasi penulis di karya-karya berikutnya sehingga dapat menghasilkan karya
yang lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Jimbaran,14 Februari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini istilah probiotik sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di
Indonesia. Masyarakat juga sudah mulai banyak mengkonsumsi
minuman/makanan yang berlabel probiotik karena sudah merasa bahwa
kandungan probiotik yang ada pada minuman/makanan tersebut baik bagi
kesehatan. Probiotik adalah mikroorganisme yang bila dikonsumsi per oral
akan memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia dan merupakan
galur flora usus normal yang dapat diisolasi dari tinja manusia sehat. Konsep
probiotik sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu tetapi
baru awal abad ke-19 dibuktikan secara ilmiah oleh Elie Metchnikoff, seorang
ilmuwan Rusia yang bekerja di Institut Pasteur, Paris. Ia menyatakan bahwa
asam laktat yang dihasilkan oleh Lactobacillus dalam yogurt dapat
menghambat pertumbuhan beberapa spesies bakteri pathogen (Firmansyah,
2001)
Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), probiotik adalah suatu
mikroorganisme hidup yang bermanfaat bagi kesehatan inang (baik itu hewan
maupun manusia). Prinsip kerja probiotik yaitu dengan memanfaatkan
kemampuan organisme tersebut dalam menguraikan rantai panjang
karbohidrat, protein dan lemak. Kemampuan ini diperoleh karena adanya
enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh mikroorganisme untuk memecah
ikatan. Pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana
mempermudah penyerapan oleh saluran pencernaan manusia. Di sisi lain,
mikroorganisme pemecah ini mendapat keuntungan berupa energi yang
diperoleh dari hasil perombakan molekul kompleks (Yuniastuti, 2017)
Sebagai salah satu bagian dari mikrobiologi klinik, probiotik bermanfaat
dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit saluran cerna, termasuk
diare infeksi, diare karena antibiotik, travellers diarrhea dan intoleransi
laktosa. Untuk lebih memahami mengenai bakteri probiotik dan prebiotik
dalam terapi penyakit saluran cerna, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai gambaran umum dari penyakit saluran cerna, bakteri
probiotik sampai peranannya dalam terapi penyakit saluran cerna
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan mikrobiologi klinik?
1.2.2 Apa saja contoh penyakit saluran cerna pada anak?
1.2.3 Bagaimanakah gambaran umum probiotik dan prebiotik?
1.2.4 Bagaimanakah peranan bakteri probiotik dan prebiotik dalam terapi
penyakit saluran cerna?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan mikrobiologi klinik.
1.3.2 Mengetahui apa saja contoh penyakit saluran cerna pada anak.
1.3.3 Mengetahui gambaran umum mengenai probiotik dan prebiotik.
1.3.4 Mengetahui peranan bakteri probiotik dan prebiotik dalam terapi
penyakit saluran cerna.
1.4 Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang
memberikan informasi mengenai terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit
saluran cerna anak.
BAB II
ISI

2.1 Mikrobiologi Klinik


Mikrobiologi Kedokteran sangat berperan dalam penanganan penyakit infeksi
terutama untuk mengetahui penyebab infeksinya sehingga mudah diketahui
berbagai cara penanggulangannya. Mikrobiologi kedokteran dalam pelayanan
medis di klinik, selanjutnya disebut Mikrobiologi Klinik, berperan pada semua
tahap proses medis, mulai tahap pengkajian, tahap analisis dan penegakan
diagnosis klinik, penyusunan rancangan intervensi medis, implementasi
rancangan intervensi medis, sampai dengan tahap evaluasi, dan penetapan tindak
lanjut (WHO, 1991).
Mikrobiologi Klinik adalah suatu cabang Ilmu Kedokteran Medik yang
memanfaatkan kompentensi di bidang Kedokteran Umum dan Mikrobiologi
Kedokteran untuk bersama-sama melaksanakan tindakan surveilans, pencegahan
dan pengobatan penyakit infeksi, serta secara aktif melaksanakan tindakan
pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit, fasilitas pelayananan kesehatan,
dan masyarakat (Wahjono, 1997).
Pada pelayanan medis dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan
infeksi, diagnosis rasional dan bijak apabila analisis data dan informasi hasil
pengkajian menggunakan landasan teori dan konsep mikrobiologi kedokteran,
terutama kepentingannya dalam merancang alternatif tindakan dan terapi
antibiotik pilihan. Dengan bertambah jelasnya bidang garapan mikrobiologi klinik
dalam menghadapi masalah medis, maka bertambah jelas pula macam dan lingkup
perannya dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah medis yang
berhubungan dengan penyakit infeksi, baik pengetahuan ilmiah maupun cara-cara
pemeriksaan bakteriologi, virologi, mikologi, dan serologi/imunologi, yang sangat
berperan dalam proses medis dan pengambilan keputusan medis (Wahjono, 1997).

2.2 Contoh Penyakit Saluran Cerna pada Anak


Istilah mikroflora usus umumnya diartikan sebagai flora bakteri dari tinja
karena flora usus bagian distal (ileum-kolon) hampir identik dengan yang terdapat
pada tinja. Tampak bahwa pada saluran cerna bagian proksimal jumlah bakteri
relatif sedikit dibandingkan dengan di dalam kolon. Mendekati katup ileosekum,
yaitu pada ileum, jumlah bakteri mulai meningkat dan komposisinya juga mirip
dengan yang terdapat di dalam kolon (Tabel 1).

Tabel 1. Populasi Mikroflora Usus Normal pada Saluran Cerna (Donaldson dan
Toskes, 1974)
Kolonisasi bakteri dimulai pada saat bayi mengadakan kontak dengan ibu
(bakteri dari ibunya) dan lingkungannya. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya
mikroflora usus yang khas dan terkendali dengan baik. Dua puluh lima persen
bayi mendapatkan flora tinja (Coliform, Lactobacillus, dan Enterococcus) dari ibu
mereka dan pada hari kedua kehidupan dapat mencapai populasi total sebanyak
108 bakteri per gram tinja (Gracey, 1984). Pada hari ketiga, Bacteriodes
berkembang dan bahkan dapat dideteksi lebih dini pada 25 persen bayi normal
yang lahir per vaginam dan mendapat susu formula. Pada hari kelima,
Bifidobacteria muncul dan dengan cepat berkembang mencapai populasi sekitar
1010-1011 per gram tinja (Welsh dan May, 1979).
Bifidobacteria mendominasi lumen usus bayi yang mendapat ASI melalui
pengaruh faktor bifidus yang merangsang pertumbuhan Bifidobacteria pada usus
bayi. Hal ini penting karena bayi yang diberi ASI mempunyai pertahanan alam
terhadap E. coli, Bacteriodes dan Clostridium, yang membantu melindunginya
terhadap gastroenteritis. Setelah bayi mendapat makanan tambahan (disapih),
tidak terdapat lagi perbedaan dalam komposisi flora usus dengan bayi yang
minum formula. Oleh karena itu, peran probiotik dan prebiotik adalah untuk
mengembalikan komposisi flora usus dan peran bakteri “baik” yang bermanfaat
dalam efek terapi dan profilaksis terhadap bakteri pathogen (Welsh dan May,
1979).
a. Diare disebabkan Antibiotik (antibiotic associated diarrhea)
Episode diare ringan sampai berat seringkali merupakan efek samping
pemberian antibiotik. Telah dibuktikan bahwa terapi antibiotik dapat menekan
flora usus normal dan “kevakuman mikroba” yang terjadi dapat diisi oleh
galur bakteri patogen atau oportunis (Gismondo, dkk., 1995). Perubahan
keseimbangan mikroflora dapat juga memicu munculnya galur bakteri yang
resisten dan paling sedikit sepertiga kasus diare karena antibiotik berkaitan
dengan Clostridium difficile. Oleh karena itu, probiotik yang dapat
mengembalikan flora normal, dapat digunakan untuk mencegah diare karena
antibiotik. Beberapa uji klinik menggunakan S. boulardii, Lactobacillus dan
Enterococcus telah dilakukan untuk mencegah diare karena antibiotik dan
umumnya memberikan hasil yang baik (Siitonen, dkk., 1990).
b. Traveller’s Diarrhea
Traveller’s diarrhea merupakan sindrom yang biasa menyerang wisatawan
bukan saja di negara berkembang tetapi juga di Eropa dan Amerika. Angka
kejadian berkisar antara 20-50 persen bergantung pada asal turis, tujuan
wisata dan jenis wisatanya. Diare biasanya sembuh spontan tetapi dapat
merusak acara wisata sehingga menimbulkan ketidak nyamanan dan
kekecewaan. Beberapa patogen sering dikaitkan sebagai penyebab, tetapi
yang tersering adalah E. coli yang memproduksi enterotoksin. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa probiotik memberikan manfaat dalam
mencegah travellers diarrhea (Oksanen, dkk., 1990)
c. Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh satu atau
lebih manifestasi klinis seperti sakit perut, diare, mual, kembung, produksi
gas di usus meningkat setelah konsumsi laktosa atau makanan yang
mengandung laktosa. Jumlah laktosa yang menyebabkan gejala bervariasi
dari individu ke individu, tergantung pada jumlah laktosa yang dikonsumsi,
derajat defisiensi laktosa, dan bentuk makanan yang dikonsumsi (Heyman,
2006).
2.3 Gambaran Umum Mengenai Probiotik Dan Prebiotik
Probiotik dalam bahasa Yunani berarti “kehidupan”, menurut istilah yang
didefinisikan oleh Gibson dan Fuller (2000), probiotik adalah suplemen pakan
dari bakteri hidup yang memberikan keuntungan terhadap ternak dengan
meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan. Sedangkan
menurut Hasan (2006), probiotik adalah kultur tunggal ataupun campuran dari
mikrobia hidup yang dikonsumsi manusia dan/atau hewan, dan memiliki efek
menguntungkan bagi inangnya (manusia maupun hewan) dengan cara menjaga
keseimbangan mikroflora alami yang ada dalam tubuh. Mikroorganisme yang bisa
dimanfaatkan sebagai probiotik adalah bakteri (bakteri asam laktat, genus
Lactobacillus dan genus Bifidobacteria) serta fungi (Saccharomyces cerevisiae)
(Trachoo dan Boudreaux, 2006).
Prebiotik didefinisikan sebagai bahan pakan yang tidak tercerna yang dapat
merangsang pertumbuhan dan aktivitas sejumlah bakteri tertentu dalam saluran
pencernaan dan meningkatkan kesehatan inang (host) (Gibson and Roberfroid,
1995; Choudhari et. all., 2008). Berbagai macam bahan pakan, karbohidrat tidak
tercerna (non-digestible carbohydrate) yaitu oligo dan polisakarida, beberapa
peptida dan protein. Senyawa-senyawa ini tidak terhidrolisa oleh enzim serta tidak
diserap di bagian saluran pencernaan bagian atas, yang dikenal istilah colonic
food (pakan kolon). Misalnya pakan masuk ke kolon dan memberikan subtrat
untuk bakteri kolon, yang secara tidak langsung menyediakan energi, subtrat
metabolik dan mikro nutrien bagi inang (host) (Sinovec and R. Markovic, 2005).
2.3.1 Taksonomi Dan Morfologi Bakteri Probiotik Lactobacillus sp.
Klasifikasi bakteri asam laktat genus Lactobacillus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
(Holt, et al, 1994)
Dalam Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology dikatakan
bahwa bakteri dalam genus Lactobacillus termasuk bakteri gram positif,
tidak berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kadang-kadang
mikroaerofilik, sedikit tumbuh di udara tapi bagus dalam keadaan di
bawah tekanan oksigen rendah, dan beberapa anaerob pada isolasi (Hol, et
al, 1994).
Stamer (1979) mengatakan bahwa Lactobacillus ada yang bersifat
hemofermentatif dan heterofermentatif. Kurang dari separuh produk akhir
karbon adalah laktat, tidak menghasilkan nitrat, gelatin tidak enjadi cair,
sitokrom negative, katalase negative dan oksidase positif. Bakteri pada
genus ini tumbuh optimum pada suhu 30-40℃.
Morfologi dari Lactobacillus yaitu selnya berbentuk batang dengan
ukuran dan bentuk yang sangat seragam, beberapa bisa sangat panjang dan
beberapa lainnya berbentuk batang bulat. Dengan menggunakan
mikroskop elektron, dinding sel Lactobacillus mengandung peptidoglikan
dan polisakarida yang melekat pada peptidoglikan dengan ikatan
fosfodiester (Williams, 1982).
2.3.2 Metabolit yang dihasilkan Lactobacillus
Menurut Purwadhani dan Rahayu (2003), Lactobacillus merupakan
bakteri asam laktat yang mempunyai potensi sebagai probiotik karena
mampu: (1) menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH, (2)
dalam kondisi aerob memproduksi hydrogen peroksida, (3) memproduksi
komponen penghambat yang spesifik seperti bakteriosin. Asam laktat
merupakan hasil fermentasi sukrosa oleh Lactobacillus sp., berbentuk
cairan jernih dengan rasa asam yang kuat, bersifat higroskopis dan dapat
larut dalam air. Asam laktat merupakan asam organik yang dapat
menurunkan pH lingkungan menjadi 2,58 sampai 3,27 sehingga
pertubuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat
(Andriani, 2007). Hasil metabolit lain yang dihasilkan adalah bakteriosin
yang dapat memhambat bakteri patogen. Bakteriosin merupakan senyawa
peptida antimikroba yang dihasilkan oleh Lactobacillus dengan bobot
molekul rendah baik berupa protein atau peptida pendek yang memiliki
aktivitas menghambat atau membunuh mikroba. Beberapa jenis
bakteriosin mempunyai spectrum yang luas dan mempunyai aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Listeria monocytogenes
dan S. aureus (Kusmiati dan Malik, 2002)
Salminen et al. (2004) menyatakan bahwa kelebihan Lactobacillus
adalah kemampuannya untuk bertahan hidup mengkolonisasi usus,
memproduksi asam laktat, bakteriosin dan merangsang pembentukan
antibodi tubuh. Lactobacillus tersebar luas di lingkungan, terutama pada
hewan da produk makanan sayur-sayuran. Mereka biasanya mendiami
saluran usus burung dan mamalia, dan vagina mamalia serta tidak bersifat
pathogen (Feliatra et al., 2004)

2.4 Peranan Bakteri Probiotik Dan Prebiotik Dalam Terapi Penyakit


Saluran Cerna
Bakteri probiotik dan prebiotik memiliki peranan dalam terapi penyakit
saluran cerna pada anak. Berikut merupakan peranan dari masing-masing bakteri :
2.4.1 Peranan Bakteri Probiotik
Probiotik merupakan kuman yang berasal dari usus manusia, yang bila
dikonsumsi per oral akan menimbulkan dampak positif bagi tubuh. Terapi
probiotik sebenarnya merupakan metoda tradisional yang digunakan
untuk memperkuat daya tahan tubuh dan melawan penyakit; namun
penjelasan ilmiahnya baru diungkapkan pada tahun 1907 (Firmansyah,
2001)
Salah satu minuman yang sering kita temui adalah yakult. Yakult
adalah suplemen makanan berbentuk minuman probiotik. Yakult
mengandung bakteri baik Lactobacillus casei shirota strain, yang biasanya
juga hidup secara alami dalam usus manusia. Ada lebih dari 6,5 miliar
Lactobacillus casei dalam Yakult dalam setiap botolnya. Dengan
demikian, Yakult bisa membantu meningkatkan jumlah bakteri baik dalam
saluran pencernaan sehingga menyulitkan bakteri jahat untuk berkembang
biak dan menyebabkan infeksi (Khikmah, 2015).
Lactobacillus casei digunakan untuk membantu mencegah dan
mengobati gangguan pencernaan, seperti diare, sembelit, sindrom iritasi
usus (IBS), peradangan usus (IBD), dan gangguan pencernaan yang
disebabkan infeksi bakteri Helicobacter pylori (Khikmah, 2015).
Terdapat bukti bahwa probiotik bermanfaat dalam pencegahan dan
pengobatan beberapa penyakit saluran cerna, termasuk diare infeksi, diare
karena antibiotik, travellers diarrhea dan intoleransi laktosa. Penggunaan
probiotik untuk pengobatan saluran cerna sejauh ini aman (Firmansyah,
2001).
A. Pengobatan dan Pencegahan Diare pada Anak
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tata
laksana diare akut pada anak. Menurut Isolauri dkk (1991) mereka
meneliti 71 anak yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak
diberikan susu yang difermentasi dengan Lactobacillus GG, atau
Lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk kering atau diberikan yoghurt
yang telah dipasteurisasi sebagai plasebo. Lama diare berkurang dari 2,4
hari pada kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok yang
disuplementasi. Delapan puluh dua persen diare disebabkan oleh rotavirus.
Ternyata reduksi lamanya diare lebih nyata bila yang dianalisis hanya
kasus diare yang disebabkan rotavirus. Berikut merupakan kemungkinan
mekanisme efek probiotik dalam pengobatan dan pencegahan diare:
A. Perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen)
B. Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen
C. Kompetisi nutrient,mencegah adhesi patogen pada enterosit
D. Modifikasi toksin atau reseptor toksin
E. Efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien
F. Imunomodula
B. Intoleransi Laktosa

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian yoghurt pada anak dengan


intoleransi laktosa dapat menurunkan produksi H2 dan mengurangi gejala
klinis. (Dewitt, dkk.,1987; Shermak, dkk., 1995 )
Sejumlah mikroorganisme seperti L. Bulgarius, S. thermophilus dan L
acidophilus ternyata mempunyai aktivitas laktase in vivo sehingga
membantu mempercepat digesti laktosa (Firmansyah, 2001).
Sejauh ini tampaknya pemakaian probiotik aman. Penggunaan bakteri
penghasil asam laktat selama berabad-abad dalam bentuk susu fermentasi
dan yoghurt tanpa laporan efek samping yang bermakna menjadi jaminan
bagi keamanannya (Naidu,1999).
2.4.2 Peranan Prebiotik (Bukan Bakteri)
Mengonsumsi langsung makanan yang mengandung probiotik adalah
salah satu cara untuk meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus, tapi
sering kali cara ini tidak efektif. Cara lainnya adalah dengan memberikan
nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri baik dalam usus atau
BAL (Bakteri Asam Laktat) yang disebut prebiotik (Soeharsono, 2010).
Prebiotik merupakan makanan yang tidak dapat dicerna, yang
membawa manfaat kepada host dengan cara selektif menstimulasi
pertumbuhan dan atau aktivitas bakteri yang bermanfaat terbatas di dalam
usus dan meningkatkan kesehatan manusia. Syarat suatu pangan bisa
dikatakan sebagai prebiotik adalah resisten terhadap keasaman lambung,
hidrolisis oleh enzim dan absorpsi di saluran pencernaan manusia, kedua
dapat difermentasi oleh mikroflora usus, dan yang ketiga adalah selektif
merangsang pertumbuhan dan atau aktivitas bakteri di usus yang
dihubungkan dengan kesehatan dan keadaan yang lebih baik. Resistensi
terhadap pencernaan, tidak berarti harus sama sekali tidak bisa dicerna
namun harus menjamin bahwa jumlah yang cukup dapat mencapai kolon
(Brownawell, et.al, 2012).
Prebiotik yang paling potensial terdiri dari karbohidrat, tetapi tidak
menyingkirkan bahan bukan karbohidrat untuk digunakan sebagai
prebiotik. Prebiotik dipercaya mampu meningkatkan jumlah dan atau
aktivitas dari Bifidobacteia dan bakteri asam latat, karena dipercaya kedua
bakteri tersebut dapat memberikan manfaat kepada manusia. Bahan
makanan yang merupakan prebiotik dapat berasal dari sayur, umbi-
umbian, maupun buah-buahan. Pertumbuhan bakteri asam laktat di usus
manusia distimulasi dengan cara memberikan substrat- substrat yang dapat
dicerna oleh bakteri tersebut sehingga populasinya meningkat dan
melawan bakteri patogen. Substrat – substrat yang dapat digunakan oleh
bakteri asam laktat untuk menstimulasi pertumbuhannya dikenal dengan
nama prebiotik. Beberapa contoh prebiotik adalah GOS
(galaktooligosakarida) dan FOS (fruktooligosakarida, inulin). FOS
diperoleh dengan cara ekstraksi bahan tanaman yang mengandung inulin
dengan polimerisasi monomer fruktosa secara enzimatis, sedangkan GOS
dibuat dengan transgalaktosilasi secara enzimatis (Roberfroid, 2007).
Inulin berfungsi sebagai dietary fiber, yaitu kelompok karbohidrat
yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim tubuh manusia tetapi difermentasi
oleh mikroflora usus sehingga berpengaruh pada fungsi usus dan
parameter lipid darah. Inulin dikatakan tergolong sebagai prebiotik karena
mampu melewati saluran pencernaan atas dan mencapai usus besar,
sehingga dianggap juga sebagai “colonic foods” bagi mikroflora usus.
Selain berfungsi untuk merangsang pertumbuhan atau aktivitas bakteri
dalam usus, inulin juga mampu mengoptimalkan penyerapan mineral
seperti kalsium dan magnesium oleh tubuh, melindungi usus, dan
mengurangi risiko penyakit di saluran cerna. Inulin dapat bertahan di
saluran pencernaan atas dan kemudian difermentasi di usus besar.
(Hardisari dan Nur, 2016).
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Mikrobiologi Klinik adalah suatu cabang Ilmu Kedokteran Medik yang
memanfaatkan kompetensi di bidang Kedokteran Umum dan Mikrobiologi
Kedokteran untuk bersama-sama melaksanakan tindakan surveilans,
pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi, serta secara aktif
melaksanakan tindakan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit,
fasilitas pelayananan kesehatan, dan masyarakat.
3.2 Contoh penyakit pencernaan pada anak yaitu termasuk diare infeksi, diare
karena antibiotik, travellers diarrhea dan intoleransi laktosa.
3.3 Probiotik adalah suplemen pakan dari bakteri hidup yang memberikan
keuntungan terhadap ternak dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora
dalam saluran pencernaan. Sementara, prebiotik adalah bahan pakan yang
tidak tercerna yang dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas sejumlah
bakteri tertentu dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kesehatan
inang (host). Salah satu bakteri probiotik yang berperan dalam terapi
penyakit saluran cerna pada anak adalah Lactobacillus sp.
3.4 Bakteri probiotik bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan beberapa
penyakit saluran cerna, termasuk diare infeksi, diare karena antibiotik,
travellers diarrhea dan intoleransi laktosa. Penggunaan probiotik untuk
pengobatan saluran cerna sejauh ini aman. Prebiotik merupakan makanan
yang tidak dapat dicerna, yang membawa manfaat kepada host dengan cara
selektif menstimulasi pertumbuhan dan atau aktivitas bakteri yang
bermanfaat di dalam usus dan meningkatkan kesehatan manusia. Prebiotik
dipercaya mampu meningkatkan jumlah dan atau aktivitas dari
Bifidobacteia dan bakteri asam. Beberapa contoh prebiotik adalah GOS
(galaktooligosakarida) dan FOS (fruktooligosakarida, inulin).
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D. W. Kurniawati. 2007. Pengaruh Asam Asetat dan Asam Laktat


Sebagai antibakteri Terhadap Bakteri Salmonella sp. yang Diisolasi dari
Karkas Ayam. J. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
930-934
Brownawell, Amy.M, et al. 2012. Prebiotics and the Health Benefits of Fiber :
Current Regulatory Status, Future Research, and Goals 1,2 .J. Nurt. 142:962-
974.
Choudhari, A., S. Shinde and B. N. Ramteke. 2008. Prebiotics and Probiotics As
Health Promoter. Veterinary World. Vol 1(2) : 59-60.
Dewitt O, Boundraa G, Touharni M, Desjeux JF. 1987. Breath hydrogen test and
stool characteristics after ingestion of milk and yoghurt in malnourished
children with chronic diarrhea and lactase deficiency. J Trop Pediatr 1987;
33:177-80.
Donaldson, R.M. dan Toskes, P.P. 1974. The relation of enteric bacterial
populations to gastrointestinal tract in infants with protracted diarrhea. Arch
Dis Child 49 : 270-2.
Feliatra, I., Effendi dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik
dari Ikan Kerapu Macan (Ephinus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan
Ikan. Jurnal Natur Indonesia. 6(2): 75-80
Firmansyah,Agus.2001. Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran
Cerna Anak. Sari Pediatri.Vol. 2, No. 4, Maret 2001: 210 - 214
Gibson, G.R. and B. Roberfroid. 1995. Dietary Modulation of the Human Colonic
Microbiota : Introducing the Concept of Prebiotics. J. Nutr. Vol 125(8) :
1401-1412.
Gibson, G.R. and R. Fuller. 2000. Aspects of In Vitro and In Vivo Research
Approaches Directed Toward Identifying Probiotics and Prebiotics for
Human Use. J. Nutr. Vol 130(5) : 391-395.
Gismondo, M.R., dkk. 1995. Impact of rufloxacin and ciprofloxacin on the
intestinal microflora in a germ free mice model. Chemotherapy 41:281-8.
Gracey, M. 1984. The intestinal microflora in malnutrition and proctracted
diarrhea in infancy. Dalam: Lebenthal E penyunting. Chronic diarrhea in
children. New York: Raven Press, h.223-36. intestinal microflora in a germ
free mice model. Chemotherapy 1995; 41:281-8.
Hardisari, Ratih dan Nur Amalia. 2016. Manfaat Prebiotik Tepung Pisang Kepok
(Musa paradisiaca formatypica) terhadap Pertumbuhan Probiotik
Lactobacillus casei secara In Vitro. Jurnal Teknologi Laboratorium.Vol 5,
No 2 : 64-67.
Heyman, M.B. 2006. Lactose ntolerance in infants, children, and adolescent. Ped.
J. 118, 3, 1279.
Holt, J.G., N.R. Krieg., P.H.A. Sneath and S.T. William. 1994. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. Lippicolt William and Wilkins, New York.
Isolauri E, Juntunen M, Rautanen T, Sillanaukee P, Koivula T. A human
Lactobacillus strain Lactobacillus GG promotes recovery from acute
diarrhea in children. Pediatrics 1991; 88:90-7.
Khikmah,Nur.2015. Uji Antibakteri Susu Fermentasi Komersial Pada Bakteri
Patogen. Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 20, Nomor 1.
Kusmiati dan A. Malik.2002. Aktivitas Bakteriosin dari Bakteri Leuconostoc
mesenteroides Pbac1 pada berbagai media. Makara, Kesehatan. Vol 6
(1):1-6
Naidu AS, Bidlack WR, Clemens RA. Probiotics spectra of lactic acid bacteria.
In: Clydesdale FM, penyunting. Critical Reviews in food science and
nutrition. CRC Press 1999:13-26.
Oksanen, P., dkk. 1990. Prevention of travelrs diarrhea by Lactobacillus GG. Ann
Med 22:53-6.
Roberfroid. 2007. Prebiotics : The Concept Revisited. The Journal of Nutrition.
Vol. 137, No. 3.
Salminen, S., Wright, AV., Ouwehand A. 2004. Lactic Acid Bacteria. New York :
Marckel Dekker.
Shermak MA, Saavedra JM, Jackson TL, Huang SS, Bayless TM, Perman JA.
1995. Effect of yoghurt on symptoms and kinetics of hydrogen production
in lactose malabsorbing children. Am J Clin Nutr; 62:10036.
Siitonen, S., dkk. 1990. Effect of Lactobacillus GG yoghurt in prevention of
antibiotic associated diarrhea. Ann Med 22:57-9.
Sinovec and R. Markovic. 2005. Using Prebiotic in Poultry Nutrition.
Biotechnolgy in Animal Husbandry. Vol 21 (5) : 235-239.
Soeharsono. 2010. Probiotik. Bandung : Widya Pdjadjaran.
Stamer, J.R. 1979. The Lactid Acid Bacteria. Microbes of Diversity. Food
Technology. (1): 60-65
Trachoo, N. dan C. Boudreaux. 2006. Therapeutic Properties of Probiotic
Bacteria. Journal of Biological Science. Vol 6 (1) : 202-208.
Wahjono, H. 1997. Kebijaksanaan dan Pelaksanaan Mutu Mikrobiologi di
Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP Dr. Kariadi. Workshop on Quality
Assurance System in Clinical Microbiology. Cisarua: Puslabkes.
Welsh, J.K. dan May, J.T. 1979. Antiinfective properties of breastmilk. J Pediatri
94:1-9.
Williams, R.A.D.. 1982. A Review of Biochemical Techniques in The
Classification of Lactoacilli. Biochemistry:351-367.
World Healt Organization. 1991. Basic Laboratory Procedures in Clinical
Bacteriology. Switzerland: WHO.
Yuniastuti, A. 2017. Probiotik Dalam Perspektif Kesehatan. Semarang: Unnes
Press.

Anda mungkin juga menyukai