Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK IV

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA”

Dosen Pengampu : Ns. Dwi Kustriyanti, M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Juliya 1807020
Dian Ayu Juniar K 1807011
Muklis Prasetiyani 1807026
Elsa Yuliani 1807015
Olivis Natasya 1807035
Siti Nur Khasanah 1807045
Nanda Rahma D 1807028
Muhammad Harlis I.P 1807024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER (Kelas C)


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................. 3
B. Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 5

A. Pengertian .......................................................................................................... 5
B. Penyebab ............................................................................................................ 5
C. Manifestasi Klinik ............................................................................................. 5
D. Patofisiologi ....................................................................................................... 6
E. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 8

A. Pengkajian ......................................................................................................... 8
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 9
C. Intervensi Keperawatan ................................................................................... 9
D. Implementasi Keperawatan ............................................................................. 14
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thalasemia adalah salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit
keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia
dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang indonesia membawa gen penyakit
ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak
penderita thalasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) thalasemia,
dan 25% kemungkinan bebas thalasemia. Sebagian besar penderita thalasemia adalah
anak – anak usia 0-18 tahun.(wikipedia)
Menurut Riskesdas 2007, 8 provinsi dengan prevalensi lebih tinggi dari prevalensi
nasional, antara lain Provinsi Aceh (13,4), DKI Jakara (12,3), Sumatera Selatan (5,4),
Gorontalo (3,1), Kepulauan Riau (3,0), Nusa Tenggara Barat (2,6), Maluku (1,9), dan
Papua Barat (2,2). Berdasarkan data YTI dan POPTI tahun 2014, dari hasil skrining pada
masyarakat umum dari tahun 2008 2017, didapatkan pembawa sifat sebanyak 699 orang
(5,8%) dari 12.038 orang yang diperiksa; sedangkan hasil skrining pada keluarga
Thalassemia (ring 1) tahun 2009-2017 didapatkan sebanyak 1.184 orang (28,61%) dari
4.137 orang. Sedangkan berdasarkan data RSCM, sampai dengan bulan Oktober 2016
terdapat 9.131 pasien thalassemia yang terdaftar di seluruh Indonesia.(DEPKES)
Berdasarkan Hematology-Oncology Working Group-IPS, thalasemia ditemui di
seluruh dunia terutama negara yang masuk dalam ikat thalassemia yakni Asia Tenggara,
Timur Tengah, Afrika sub-sahara, dan mediterania. Prevalensi penduduk dunia yang
memiliki kelainan thalassemia ini sekitar 7-8 persen. Sehingga, di Indonesia diperkirakan
terdapat 20 juta penduduk yang membawa kelainan gen ini. Namun, belum banyak yang
terdeteksi.
Sekretaris Diretorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan Asjikin Iman menyatakan jumlah penderita dan penyebaran penyakit
thalassemia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.(CNNIndonesia)
Pada 2011, di Indonesia terdapat sekitar 5.000 penderita thalasemia mayor. Jumlah itu
menimgkat menjadi 9.121 pasien pada 2017. Penderita thalasemia ini tersebar di seluruh
Indonesia. Paling banyak terdapat di Jawa Barat sebanyak 3.300, DKI Jakarta 2.200 dan

3|Page
Jawa Tengah 920 pasien. Jika tidak dicegah, jumlah pasien thalasemia diprediksi dapat
mencapai 25 ribu pasien pada 2020.
Berdasarkan data dari Yayasan Thalasemia Indonesia, kasus thalasemia (kelainan sel
darah merah) mayor di Indonesia terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Pada tahun
2012 terdapat 4.896 kasus thalasemia mayor dan pada 2017 terus meningkat menjadi
8.616 kasus.(Republika)
Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Divisi Hematologi-Onkologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pustika
Amalia Wahidiyat menjelaskan seseorang dengan thalasemia tidak bisa memproduksi sel
darah merah dengan benar sehingga menyebabkan anemia.
Pengidap thalasemia tanpa transfusi darah usianya diperkirakan tidak mencapai lima
tahun, pengidap dengan transfusi darah secara rutin satu bulan sekali bisa sampai 20
tahun dan pengidap dengan perawatan transfusi darah dan pengobatan besi secara rutin
bisa mencapai 40 tahun.
Agar dapat mengurangi penyebaran dan menghemat biaya kesehatan, saat ini
Kementerian Kesehatan tengah giat melakukan berbagai sosialisasi thalassemia seperti
seminar dan promosi elektronik.
Saat ini masih sedikit masyarakat yang memahami apa itu penyakit thalasemia
sehingga pencegahan satu-satunya terhadap penyakit yang diwariskan ini, yaitu skrining,
baru sedikit dilakukan oleh masyarakat. Dengan skrining terutama bagi pasangan yang
akan menikah, dapat lebih siap dengan berbagai kemungkinan dan menghindari
thalassemia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan adalah agar pembaca mengetahui thalasemia, sehingga dapat
berguna di tengah - tengah masyarakat saat menjumpai kasus thalasemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahaui Pengertian Thalasemia
b. Mengetahui Penyebab Thalasemia
c. Mengetahui Manifestasi Klinik Thalasemia
d. Mengetahui Patofisiologi Thalasemia
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Thalasemia

4|Page
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan
menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi
secara normal.
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek ( kurang dari
100 hari ).
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara
resesif, secara melokuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara
klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor. (Padila,2002)

B. Etiologi
1. Penyebab Primer
1.1. Berkurangnya sintesis Hb A
1.2. Eritropoesis yang tidak efektif
1.3. Penghancuran sel – sel eritrosit intrameduler
2. Penyebab Sekunder
1.1. Defisiensi asam folat
1.2. Bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi
1.3. Destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limfa dan hati

C. Manifestasi Klinik
1. Letargi
2. Pucat
3. Kelemahan
4. Anoreksia
5. Diare
6. Sesak napas
7. Pembesaran limfa dan hepar
8. Ikterik ringan

5|Page
9. Penipisan kortek tulang panjang tangan dan kaki
10. Penebalan tulang kranial

D. Patofisiologi
Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Thalasemia primer
adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel – sel eritrosit intramedular. Sedangkan thalasemia sekunder ialah
karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravascular yang
mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam
limfa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari
hemoglobin berkurang.
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,
peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia
kronis, serta proses hemolisis.
1. Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dua polipeptida rantai alfa dan dua rantai
beta
2. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam molekul
hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen
3. Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alfa, tetapi rantai beta
memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan Hb defective.
Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disentebrasi. Hal
ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan
atau hemosiderosis
4. Kelebihan pada rantai alfa ditemukan pada thalasemia beta dan kelebihan rantai beta
dan gama ditemukan pada thalasemia alfa. Kelebihan rantai polipeptida ini
mengalami prespitasi, dalam sel eritrosit. Globin intraeritrositik yang mengalami
prespitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alfa dan beta, atau terdiri dari Hb tak
stbil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis
5. Reduksi dalam Hb menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam
stimulusi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC di luar menjadi eritropoitik
aktif. Kompensator produksi RBC secara terus – menerus pada suatu dasar kronik,
dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuantnya sirkulasi

6|Page
hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow
menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
1.1. Hb : Kadar Hb 3-9 gr%
1.2. Pewarnaan SDM : Anisositosis, Poikilositosis, Hipokromia berat, target sel
tear drop cel
2. Gambaran Sumsum Tulang (Eritripoesis Hiperaktif)
3. Elektroforesis Hb
1.1. Thalasemia Alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
1.2. Thalasemia Beta : kadar Hb F bervariasi 10-90% (N : >1%)

7|Page
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
1.1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB menurun, perut
membuncit, hepatomegali dan splenomegali
1.2. Riwayat Kesehatan Dulu
Apakah klien pernah mengalami anemia
1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya salah satu anggota keluarga pernah mengalami pemyakit yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
1.1. Penampilan Umum
Pucat, tanda nyeri, bentuk tubuh abnormal, dehidrasi
1.2. Tanda – Tanda Vital
TD, Nadi, Suhu, RR, Perubahan BB dan TB
1.3. Kulit dan Membran Mukosa
Pucat, sianosis, Joundice, lesi yang sulit sembuh, pigmentasi, koreng pada
tungkai, kulit tangan dan kaki mengelupas
1.4. Kuku
Cembung, datar, mudah patah, clubbing
1.5. Rambut
Tekstur dan pertumbuhan
1.6. Mata
Edema, kemerahan, perdarahan, ketidaknormalan lensa, gangguan
pengliahatan, kebutaan
1.7. Mulut
Membaran mukosa kemerahan dan luka
1.8. Lidah
Nyeri, tekstur, warna
1.9. Perut

8|Page
Splenomegali, hepatomegali, adanya nyeri, sirosis
1.10. Thorak / Dada
Jantung : aritmia, nyeri, murmur
Paru – paru : sesak napas, perubahan suara napas
1.11. Ekstremitas
Nyeri, kaku, bengkak, edema, perubahan pada tulang
1.12. Genetalia
Perubahan pada seks sekunder
4. Pengkajian Umum
1.1. Pertumbuhan yang terhambat
1.2. Anemia kronik
1.3. Kematangan seksual yang tertunda

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (hepatomegali, splemonegali)
2. Ketidakseimbangan nutri : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbanganya kebutuhan pemakaian
dan suplai oksigen

C. Intervensi Keperawatan
NO DX TUJUAN DAN TINDAKAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC) KEPERAWATAN (NIC)
1 Nyeri Akut NOC Pain management
1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian
2. Pain Control nyeri secara
3. Comfort Level komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk, lokasi,
1. Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dari
nyeri, mampu faktor presiputasi
mengguakan teknik 2. Kaji kultur yang
mengurangi nyeri, mempengaruhi respon

9|Page
mencari bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa 3. Evaluasi pengalaman
nyeri berkurang dengan nyeri masa lampau
mengguakan 4. Evaluasi bersamaan
manajemen nyeri pasien dan tim
3. Mampu mengenali kesehatan lain tentang
nyeri (skala, intensitas, ketedikefektiafan
frekuensi, dan tanda kontrol nyeri masa
nyeri) lampau
4. Menyatakan rasa 5. Kontrol lingkungan
nyaman setelah nyeri yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi faktor
persipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
10. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tidakan nyeri tidak

10 | P a g e
berhasil
13. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Anlagetic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih dari
satu
4. Tentukan pilihan
analgetik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
5. Tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali
8. Berikan analgetik tepat

11 | P a g e
waktu terutama saat
nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgetik, tanda dan
gejala.
2 Ketidakseimbangan NOC Nutrition Management
Nutrisi : kurang 1. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan Food and Fluid Intake makanan
tubuh 2. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
Nutrient Intake gizi untuk menentukan
3. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
1. Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal meningatkan protein
sesuai dengan tinggi dan vitamin c
badan 5. Berikan substansi gula
3. Mampu 6. Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
4. Tidak ada tanda – mencegah konstipasi
tanda malnutrisi 7. Ajarkan pasien
5. Menunjukkan bagaimana membuat
peningkatan fungsi catatan makanan harian
pengecapan dari 8. Monitor jumlah nutrisi
menelan dan kandungan kalori
6. Tidak terjadi 9. Berikan informasi
penuruanan berat tentang kebutuhan
badan yang berarti nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi

12 | P a g e
yang dibutuhkan
Nutrition
3 Intoleransi NOC Activity Therapy
Aktivitas 1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan
2. Activity Tolerance tenaga rehabilitas
3. Self Care : ADLs medik dalam
Kriteria Hasil : merencanakan program
1. Berpartisipasi dalam terapi yang tepat
aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi
tekanan darah, nadi dan aktifitas yang mampu
RR dilakukan
2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk
aktivitas sehari – hari mengidentifikasi dan
(ADLs) secara mandiri mendpatkan sumber
3. Tanda – tanda vital yang diperlukan untuk
normal aktivitas yang
4. Energy psikomotor diinginkan
5. Level kelemahan 4. Bantu untuk
6. Mampu berpindah : mendapatkan ide bnatu
dengan atau tanpa aktivitas seperti kursi
bantuan alat roda, krek
7. Status kardiopulmunari 5. Bantu untuk
adekuat mengidentifikasi
8. Sirkulasi status baik kekurangan dalam
9. Status respirasi : berkativitas
pertukaran gas dan 6. Bantu pasien untuk
ventilasi adekuat mengembankan
motivasi diri an
penguatan
7. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual

13 | P a g e
D. Implementasi
NO HARI/TG:/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
Jum’at, 16 Melakukan pengkajian DS : Pasien
Nopember 2018 nyeri secara mengatakan nyeri di
07.30 Wib komprehensif termasuk, perut
lokasi, karakteristik, DO :
durasi, frekuensi, kualitas P : Pembesaran hati
dari faktor presiputasi Q : Seperti tertusuk
R : abdomen
S : Skala 7
T : Nyeri hebat pada
saat bergerak
07.45 WIB Meminta Untuk
Kolaborasi dengan dokter DS : Pasien
jika ada keluhan dan mengatakan nyeri sekali
tidakan nyeri tidak DO : Pasien terlihat
berhasil keringat dingin dan
meringis
08.00 WIB Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah DS :
pemberian analgetik DO :
pertama kali TD : 90 / 60
Nadi : 84 x / mnt
RR : 26 x / mnt
Suhu : 38
08.15 WIB Mengakaji adanya alergi
makanan DS : Pasien mengtakan
tidak alergi makanan
apapun
DO : Pasien terlihat
hanya menghabiskan ¼
porsi makanan dari

14 | P a g e
Rumah Sakit
08.30 WIB Mengajarkan tentang
teknik nonfarmakologi DS : Pasien
mengatakan sedikit
berkurang pada saat
melakukan tarik napas
dalam pada saat nyeri
DO : Pasien terlihat
sedikit nyaman
08.45 WIB Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri DS :
hebat DO : Peberian
Ketorolac 1 ampul/8
jam
09.15 WIB Evaluasi efektivitas
analgetik, tanda dan DS : Pasien
gejala. mengatakan sedikit
bekurang nyerinya
DO : tidak ada
kemerahan atau bintik
bintik setelah
dimasukkan obat
analgetiknya
Kolaborasi dengan ahli
09.45 WIB
gizi untuk menentukan
DS : Pasien
jumlah kalori dan nutrisi
mengatakan tidak napsu
yang dibutuhkan pasien
makan
DO : Makan habis ¼
porsi
Bantu klien untuk
10.15 WIB
mengidentifikasi aktifitas
DS : Pasien
yang mampu dilakukan
mengatakan kalau
badannya lemes

15 | P a g e
DO : Pasien hanya
mampu berkativitas di
tempat tidur

E. Evalusi
Hari/Tgl/Jam DX Evaluasi Paraf
KEP
Jum’at, 16 1 S:
Nopember 2018 - Pasien mengatakan sedikit berkurang
11.00 WIB saat obat masuk
O:
- P : Pembesaran hati
Q : Seperti tertusuk
R : abdomen
S : Skala 6
T : Nyeri hebat pada saat bergerak
A:
- Masalah Nyeri Akut belum teratasi
P:
- Lanjutkan Intervensi
Jum’at, 16 2 S:
Nopember 2018 - Pasien mengatakan tidak napsu makan
11.00 WIB O:
- Makan habis ¼ porsi makan dari RS
A:
- Masalah Ketidakseimbangan Nutri Kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
Jum’at, 16 3 S:
Nopember 2018 - Pasien mengatakan masih lemes dan
11.00 WIB nyeri jika bergerak
O:

16 | P a g e
- Pasien terlihat hanya berkativitas di
tempat tidur saja
A:
- Masalah Intoleransi Aktivitas belum
teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi

17 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherted) dan masuk ke


dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin. Klasifikasi thalasemia
seperti Thalasemia-α, Thalasemia-β ( Thalasemia mayor Thalasemia minor, Thalasemia-
δβ, Thalasemia intermedia ). Manifestasi dari thalasemia misalnya anemia berat yang
bergantung pada transfuse darah, gagal berkembang, infeksi interkuren, pucat, ikterus
ringan, pembesaran hati dan limpa, ekspansi tulang, defek pertumbuhan/endokrin,
anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita thalasemia ini adalah asal keturunan /
kewarganegaraan, umur, riwayat kesehatan anak, pertumbuhan dan perkembangan, pola
makan, pola aktivitas. riwayat kesehatan keluarga, riwayat ibu saat hamil , data keadaan
fisik anak thalasemia. Dan diagnose keperawatan yang mungkin muncul seperti Nyeri
Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (hepatomegali, splemonegali),
Ketidakseimbangan nutri : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak
seimbanganya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.

B. Saran
Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pemahaman perawat mengenai penyakit
thalasemia pada bayi atau anak dan bagaimana pendokumentasian asuhan keperawatan
pada bayi dan anak yang mengalami penyakit thalasemia.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/print/18050800002/hari-thalasemia-sedunia-2018-bersama-
untuk-masa-depan-yang-lebih-baik-.html

Diakses tanggal 15 Nopember 2018 pukul 22.00 WIB

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180508093053-255-296481/darurat-
penyebaran-thalassemia-di-indonesia

Diakses tanggal 15 Nopember 2018 pukul 22.00 WIB

https://jpp.go.id/humaniora/kesehatan/305925-pengidap-thalasemia-di-indonesia-capai-8-
011-kasus

Diakses tanggal 15 Nopember 2018 pukul 22.00 WIB

https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/05/08/p8dnje383-kemenkes-kasus-
thalasemia-di-indonesia-meningkat

Diakses tanggal 15 Nopember 2018 pukul 22.00 WIB

Made Ni dan Kadek.2015. Askep Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Sistem Hematologi
: Thalasemia. Available:https://www.scribd.com/doc/246325369/Askep-Thalasemia-
Pada-Anak

Diakses tanggal 15 Nopember 2018 pukul 22.00 WIB

Dapus : Padila,2002. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Kusumua, Hardhi dan Amin Huda Nurarif.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diganosa Medis Nanda NIC NOC. Yogyakarta : MediAction

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai