Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jerawat merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel polisebasea yang umumnya

terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus dan kista

pada muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas (Wasitaatmadja,

2001). Jerawat terkadang menjadi masalah besar bagi sebagian orang, karena jerawat dapat

mengurangi rasa percaya diri dan merusak penampilan. Pengobatan jerawat dapat dilakukan

dengan menggunakan zat antibakteri seperti erytromisin, klindamisin, dan benzoil peroksida untuk

menurunkan jumlah koloni P. acnes yang merupakan bakteri penyebab jerawat (Septi, 2009).

Antibakteri yang dapat diperoleh dari alam adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia,

Swingle). Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia misalnya limonen, linalin asetat,

geranit asaetat, fellandren, sitral dan disamping itu jeruk nipis juga mengandung vit c. (Thomas

A.N.S., 1989). Jeruk nipis mempunyai khasiat sebagai obat batuk, disentri, mencret, ambeien, dan

jerawat (Sarwono, 2008).Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Widianawati (2004),

dengan metode difusi padat didapatkan hasil bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mampu

menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan konsentrasi bunuh minimal 0,2% v/v dan

senyawa aktif yang terdapat di dalam minyak atsiri daun jeruk nipis yang berkhasiat sebagai

antibakteri adalah senyawa golongan terpena.

Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan minyak atsiri pada kulit, dilakukan formulasi

minyak atsiri dalam sediaan krim dengan tipe minyak dalam air (M/A). Bentuk sediaan ini lebih

mudah digunakan, mudah dicuci dan mudah menyebar di kulit, sehingga banyak masyarakat yang

lebih memilih menggunakan produk kosmetik dalam bentuk krim dibandingkan sediaan lainnya.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk membuat sediaan krim dari minyak jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) untuk mengobati jerawat, sehingga masyarakat luas dapat memanfaatkan dan

berguna untuk masa yang akan datang.

B. Tujuan pembuatan

1. Diperoleh suatu produk krim ekstrak jeruk nipis yang dapat diterima oleh masyarakat.

2. Dijadikan suatu pilihan kosmetik bagi penderita jerawat

3. Peningkatan nilai ekonomis dari buah jeruk nipis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Faktor utama yang terlibat dalam pembentukan jerawat adalah peningkatan produksi sebum,
peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri dan inflamasi. Mikroorganisme penyebab jerawat ikut
berperan dalam patogenesis penyakit ini dengan cara memproduksi metabolit yang dapat bereaksi
dengan sebum sehingga meningkatkan proses inflamasi. Ada faktor-faktor penyebab lainnya
termasuk faktor genetik, usia, ras kulit putih, kosmetik, hormon, makanan, banyak pekerjaan dan
stres (Mitsui, 1997). Oleh sebab itu, pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan menurunkan
populasi bakteri menggunakan suatu antibakteri.Sampai saat ini belum ada cara penyembuhan
yang tuntas terhadap jerawat, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Salah satunya
penggunaan antibiotik sebagai solusi untuk jerawat yang masih banyak diresepkan oleh dokter.
Namun obat yang diresepkan ini memiliki efek yang tidak diinginkan dalam penggunaannya
sebagai antijerawat antara lain iritasi, sementara penggunaan antibiotika jangka panjang dapat
menimbulkan resistensi (Robinson, 1995).
Masyarakat mulai beralih dengan mengunakan tanaman tradisional dibandingkan dengan
obat-obatan sintesis karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan sintesis.Pada
penelitian ini digunakan bahan yang berasal dari alam dengan harapan efek samping yang sering
ditimbulkan oleh obat antijerawat dengan bahan aktif sintesis dan antibiotik dapat dihindari. Bahan
alam ak dalam bentuk gel untuk mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri pada bakteri
penyebab jerawat, khususnya Propionibacterium acnes dengan pembanding bahan sintesis benzoil
peroksida dalam bentuk gel sebagai kontrol positif. Penggunaan sari buah jeruk nipis yang
mengandung d-limonen sebagai antibakteri berfungsi untuk antijerawat akan meningkat
efektivitasnya apabila diformulasikan dalam sediaan topikal

Bahan alam yang digunakan pada penelitian ini adalah sari buah jeruk nipis karena selain tidak
membutuhkan proses ekstraksi dengan penambahan zat pelarut tambahan menggunakan metode
ekstraksi tertentu yang sesuai sehingga lebih efisien dari segi waktu dan biaya, sari buah jeruk
nipis mengandung vitamin C yang bisa menyamarkan noda bekas jerawat dan bersifat antioksidan.
Jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau
bersifat bakteriostatik. Selain antibakteri, jeruk nipis juga dapat menghaluskan kulit (Rukmana,
1996). Bahan aktif yang diduga sebagai antibakteri yang terkandung dalam buah jeruk nipis yaitu
d-limonen yang merupakan minyak atsiri, d-limonen dapat berfungsi sebagai antibakteri dengan
mekanisme kerja menembus dinding sel bakteri sehingga merusak permeabilitas membran
sitoplasma (Ajizah, 2004). D-Limonen umumnya memiliki karakteristik tidak larut dalam air (Kar,
2013).Telah dilakukan penelitian formulasi krim anti jerawat dari minyak jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) menggunakan variasi trietanolamin (2%, 3%, 4%). Kemudian dilakukan evaluasi
fisik yaitu organoleptis, penentuan tipe emulsi, homogenitas sediaan, penentuan pH, penentuan
stabilitas fisik, daya tercuci dan daya menyebar. Pada pengujian organoleptis untuk formula I, II,
dan III berbentuk setengah padat, halus, kaku dan lengket, warna putih, bau khas jeruk nipis. Pada
penentuan pH, ketiga formula krim memiliki pH 7. Pada pengujian homogenitas, ketiga formula
homogen. Pada pengujian stabilitas fisik, krim cukup stabil pada pendinginan. Pada pengujian
daya tercuci dan daya menyebar, ketiga formula mudah tercuci dan memiliki daya sebar yang
cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki kriteria krim yang baik
sebagai krim anti jerawat, namun formula II (trietanolamin 3%) lebih baik dari pada kedua formula
yang lainnya karena mudah tercuci dengan air yang lebih sedikit dan daya sebarnya lebih luas.

B. URAIAN BAHAN
1) Acid Stearin (FI III hal. 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat,
mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.


Triaethanolamin (FI IV hal.1203)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan

air dingin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.

2) Trietanolamin (TEA) (Hope 6th hal. 663)

Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.

Kelarutan : bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24, larut dalam kloroform,

bercampur dengan etanol.

Konsentrasi : 2-4%

Kegunaan : Zat pengemulsi

OTT : akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester

dengan adanya asam lemak tinggi.

Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan
cahaya.
3) . Cera Alba ( Farmakope Indonesia IV hal 186, Excipient 6th edition hal 558)

Pemerian : padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapis
tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut

sempurna dalam kloroform dan eter juga minyak lemak.

Konsentrasi : 1-20%

Kegunaan : Stabilisator emulsi.

OTT : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi.


Stabilitas : Stabil jika disimpan pada wadah tertutup dan terlindung dari cahaya.

4) Vaselin album (Farmakope Indonesia IV hal. 822

Pemerian : Putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan dalam lapisan tipis

setelah didinginkan pada suhu 0C.

Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin, atau panas dan
dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzene, karbon disulfit,
dalam kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar minyak lemak
dan minyak atsiri.

Konsentrasi : 10-30%

Kegunaan : emolien dan basis salep.

OTT : merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan banyak bahan.

Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau yang tidak

dikehendaki. Untuk mencegah ditambahkan antioksidan.

Penyimpanan` : di tempat tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan

kering.

5) Metil Paraben (Rowe, 2009; FI IV, Hal : 551)


Nama Resmi Metil Paraben (Rowe, 2009; FI IV, Hal : 551)
Nama Resmi : Methyl Hydroxybenzoate
Nama lain : Metil Paraben, nipagin, Methyl-4-hydroxybenzoate
RM/BM : C8H8O3 / 152.15
Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pengawet
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lainnya sangat berkurang
dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari miselisasi. Namun
propilen glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben dengan
adanya surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil paraben dan polisorbat.

6) Air suling (FI. III hal.96)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling/Aquadest
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

7) Propilenglikol

8) Oleum citrus aurantifolia


BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Destilasi uap,
lumpang mortir,
timbangan digital,
gelas ukur,
beker gelas,
pipet tetes,
cawan penguap,
kaca objek,
peper objek,
mikroskop elektrik tipe XSZ 1078,
tabung reaksi,
lampu bunsen,
penyangga,
kertas pH,
stopwatch.

BAHAN
Oleum Citrus Aurantifolia,Asam Stearat,Trietanolamin, CeraAlba,VaselinAlbum,
Propilenglikol,Aquadest, Nipagin

B. TABEL FORMULASI
C.

No. Bahan Formula I Formula II Formula III

1. Oleum citrus 4% 4% 4%

2. Trietanolamin 2 3 4

3. Asam Stearat 15 15 15

4. Propilenglikol 1,5 1,5 1,5

5. Vaselin album 8 8 8

6. Cera Alba 8 8 8

7. Aquadest 65,5 64,5 63,5

8. Nipagin 0.05% 0.05% 0.05%

C. PROSEDUR KERJA

1. Prosedur Penarikan Minyak Atsiri Pada Jeruk Nipis


Alat yang untuk pembuatan minyak atsiri ini adalah seperangkat alat destilasi
uap. Caranya : sampel yang berupa jeruk nipis dipotong kecil-kecil, ditimbang
sebanyak 3 kg. kemudian dimasukan kedalam dandang, dandang terlebih dahulu
diisi dengan air sebanyak lebih kurang 5 cm dibawah saringan, kemudian
didestilasi sampai minyak habis, setelah proses berakhir minyak yang didapat
dipisahkan dengan corong pemisah.
2. Prosedur Pembuatan Krim

Panaskan lumpang terlebih dahulu,Cera alba, vaselin album, asam stearat


dimasukkan kedalam cawan penguap, lalu dipanaskan hingga lebur (massa 1,fase
minyak).Trietanolamin dan propilenglikol dimasukkan dalam cawan penguap berbeda, lalu
dipanaskan hingga lebur (massa 2, fase air).Larutkan nipagin dalam sebagian air
korpus,Massa 1 dan massa 2 yang telah dilebur dimasukkan kedalam lumpang dan digerus
cepat sambil di tambahkan aquadest panas dan nipagin yang telah larut, hingga terjadi
korpus emulsi dan terjadi proses penyabunan lalu tambahkan, gerus kembali hingga
homogen.Minyak jeruk digerus, kemudian ditambahkan basis krim,
gerus hingga krim tercampur homogen.,Masukan dalam wadah krim dan lakukan evaluasi
sediaan.
PENGUJIAN
Uji Organoleptis

Dilakukan dengan pemeriksaan bau, warna, bentuk menggunakan pancaindra.

Pengujian Tipe Emulsi dengan Uji Warna

Emulsi ditambah larutan metilen biru (larut dalam air). Terjadi warna biru lalu dilihat dibawah
mikroskop, maka tipe emulsi M/A.

Pengujian pH

Dengan cara memasukkan kertas lakmus kedalam ketiga formula lalu

dicocokan dengan Universalindikator pH 0-14.

Uji Daya Sebar Krim

Krim diletakkan di atas kertas grafik, dilapisi kaca objek yang telah diketahui beratnya dan
didiamkan selama 30 detik, dihitung diameternya. Setelah itu, ditambahkan beban tertentu diatas
kaca objek, lalu dilakukan hal yang sama secara berkala.

Uji Homogenitas Krim

Uji homogenitas krim dengan meletakkan krim pada kaca objek kemudian kaca objek lain
sebagai penutup dan diamati dengan lup, setelah pengamatan menunjukkan hasil bahwa krim
homogen yaitu tidak terlihatnya butiran-butiran dari zat aktif, hal ini menunjukan bahwa zat aktif
telah tersebar secara merata atau telah tercampur merata dalam krim.

Uji Stabilitas Fisik Sediaan Krim


Pemeriksaan stabilitas sediaan terhadap pendinginan dilakukan dengan cara memasukkan
sediaan krim ke dalam lemari pendingin selama 24 jam. Kemudian, dikeluarkan dan dibiarkan
pada suhu kamar selama 24 jam. Sediaan yang tidak menunjukkan pemisahan dinilai sebagai
sediaan yang stabil.

Uji Daya Tercuci

Pemeriksaan daya tercuci dari sediaan dilakukan dengan mengambil sediaan sebanyak 1 gram
lalu dioleskan pada telapak tangan, lalu dicuci dengan air hingga tidak terdapat lagi noda berupa
minyak. Catat volum air yang dipakai.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil penelitian pembuatan formula krim anti jerawat dari minyak atsiri jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) dengan variasi Trietanolamin yang berbeda, maka
didapatlah hasil berikut :

Hasil Pengujian Organoleptis Krim

Dari uji organoleptis menunjukkan, ketiga krim memiliki bau khas jeruk nipis.
Krim memiliki warna putih keruh agak kekuningan, sedangkan bentuk sediaan
semipadat, halus. kental, kaku dan lengket.

Hasil Pengujian Tipe Emulsi Krim

Dari hasil pengujian tipe emulsi yang dilakukan pada ketiga formula krim dengan
menggunakan metilen blue dan diamati di bawah mikroskop, dapat disimpulkan
bahwa ketiga formula krim memiliki tipe emulsi M/A.

Hasil Pengujian pH Krim

Dari hasil pengujian pH yang dilakukan pada ketiga formula krim dengan
menggunakan universal indicator, menunjukkan bahwa krim memiliki pH yang
sama yaitu pH 7.

Hasil Pengujian Homogenitas Krim

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada ketiga formula krim dengan cara
mengoleskan krim pada kaca objek dan mengamatinya dibawah mikroskop,
menunjukkan bahwa ketiga formula krim homogen.

Hasil Pengujian Stabilitas Fisik Krim

Dari hasil pengujian stabilitas fisik krim terhadap suhu rendah yang dilakukan,
menujukkan bahwa ketiga formula krim cukup stabil pada suhu rendah.

Hasil Pengujian Daya Tercuci


Dari hasil pengujian daya tercuci ketiga formula krim, menujukkan bahwa
formula krim mudah tercuci dengan menggunakan air yang tidak terlalu
banyak.

Hasil Pengujian Daya Sebar Krim

Hasil pengujian daya sebar krim dengan menggunakan kaca objek dan
ditambahkan beban tertentu, didapat hasil sebagai berikut : Beban pertama
yaitu kaca benda dengan berat 139.6 g, dibiarkan selama 1 menit
diameternya adalah 17 mm, 18 mm dan 17 mm. Setelah itu diberikan beban
tambahan 2 g (total beban 141,6 g) dan dibiarkan selama 1 menit
diameternya adalah 19 mm, 20 mm dan 19 mm. Setelah diberikan beban
tambahan lagi sebanyak 5 g (jadi total beban 146,6 g) dan dibiarkan selama
1 menit diameternya adalah 21 mm, 22 mm dan 21 mm. Setelah diberikan
beban tambahan lagi sebanyak 10 g (jadi total beban 156,6 gr) dan
dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 23 mm, 24

mm dan 23 mm. Kemudian ditambah lagi beban 20 g (jadi total beban


176,6 g) dan dibiarkan selama 1 menit, diameternya adalah 25 mm, 26 mm
dan 25 mm. Ini menunjukkan bahwa daya sebar krim baik dengan melihat

peningkatan diameter setelah memberikan beban ke massa krim.

B. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, minyak atsiri yang digunakan yaitu minyak jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) yang diperoleh dari hasil ekstraksi menggunakan sampel buah
jeruk nipis segar. Penggunaan sampel yang segar bertujuan untuk menghindari
penguapan terhadap minyak atsiri dan rusaknya komponen minyak selama proses
pengeringan, selain itu penggunaan sampel segar juga bertujuan untuk menghindari
rusaknya sampel karena pengaruh jamur atau penguraian karena pengaruh enzim
bakteri selama proses pengeringan. Penggunaan sampel segar juga meningkatkan
efisiensi waktu karena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk proses
pengeringan.

Penarikan minyak atsiri dengan menggunakan metode destilasi uap. Mulanya


sample dipotong dengan ukuran yang tidak terlalu kecil untuk menghindari
banyaknya minyak atsiri yang menguap saat pemotongan dan ditimbang sebanyak
3 kg. setelah itu dilakukan proses destilasi uap selama ± 8 jam.

Uap yang menetes selama proses penyulingan ditampung di dalam botol. Setelah
proses destilasi selesai, minyak atsiri yang masih bercampur dengan air dipisahkan
dengan menggunakan corong pisah kemudian dihitung rendemen minyak atsiri
tersebut dengan menggunakan rumus :
Randemen Berattotal ekstak x BJ x100% Berat sampel

Dari buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) didapatkan minyak atsiri sebanyak 8 ml
dengan BJ 0.668 (rendemen 0,178 % v/b).

Formula krim yang digunakan adalah vanishing krim, dengan variasi

Trietanolamin sebagai surfaktan fasa minyak, ditambahkan nipagin sebagai


pengawet, dan minyak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai zat aktif antibakteri
untuk mengobati jerawat. Krim yang telah dibuat kemudian dievaluasi dengan
melakukan pengujian organoleptis, pengujian pH, pengujian tipe emulsi krim,
pengujian stabilitas fisik krim, pengujian homogenitas krim, pengujian daya sebar
krim, dan pengujian daya cuci krim.

Uji organoleptis krim dilakukan dengan menggunakan indra penciuman, peraba,


dan penglihatan. Ketiga krim memiliki warna putih, hal ini disebabkan karena
komposisi krim menggunakan vaselin album, asam starat dan cera alba yang
berwarna putih. Aroma krim khas jeruk nipis, konsistensi krim kental dan kaku,
lengket dan mudah diserap kulit. Pada pengujian pH krim menggunakan universal
indicator yang dimasukkan dalam ketiga formula dan hasinya dicocokan dengan
warna pH yang sesuai, menunjukkan bahwa krim memiliki pH netral yaitu pH 7.
pH dari krim tersebut sama dengan rata-rata pH kulit manusia yang berkisar antara
pH 5,5-7,5, sehingga ketiga formula krim tersebut layak untuk digunakan pada kulit
manusia karena kemungkinan terjadi iritasi akibat pH yang tidak sesuai dapat
dihindarkan.

Pengujian homogenitas krim dilakukan dengan cara mengoleskan krim pada kaca
objek, lalu diamati

dibawah mikroskop. Dengan menggunakan mikroskop, partikel-partikel pada krim


terlihat jelas. Partikel ketiga krim saat diamati terlihat rata dan homogen, ukuran
pertikel hampir sama dan tidak terlihat partikel kasar pada krim yang dioleskan.

Uji tipe krim dilakukan dengan cara meneteskan metilen blue pada krim yang
sebelumnya di oleskan pada kaca objek, lalu diamati penyebaran metilen blue pada
krim. Saat diamati dibawah mikroskop, metilen blue tesebar merata keseluruh krim,
terlihat partikel krim berwarna biru. Metilen blue merupakan zat yang mudah larut
dalam air, maka jika dengan mudah metilen blue menyebar pada krim, dapat
disimpulkan ketiga krim memiliki tipe emulsi minyak dalam air. Dimana minyak
menjadi fase dalam sedangkan air menjadi fase luarnya.
Untuk menguji kestabilan fisik krim terhadap pendinginan dilakukan dengan cara
meletakkan krim pada lemari pendingin dengan suhu 5˚ C selama 24 jam, lalu
setelah itu diletakkan kembali pada suhu kamar selama 24 jam. Setelah diamati,
tidak terlihat pemisahan pada ketiga formula krim yang diujikan, hal ini
menunjukkan ketiga formula krim memiliki stabilitas fisik yang baik terhadap
pendinginan.

Pengujian daya tercuci krim dilakukan dengan mengoleskan 1 g krim ke telapak


tangan lalu membasuhnya dengan air yang dialirkan menggunakan biuret untuk
mengukur air yang terpakai untuk mencuci krim. Jumlah air yang terpakai untuk
mencuci ketiga formula krim masing-masing adalah 45 ml, 42 ml, dan 44 ml.
Sedangkan pada pengujian daya sebar krim, terlihat pertambahan diameter
sebanyak 2 mm pada tiap penambahan beban yang diberikan setelah beban awal
yaitu kaca objek. Krim banyak digunakan sebagai basis obat karena mudah
menyebar dan mudah dicuci. Dari hasil uji daya sebar dan daya tercuci, ketiga
formula krim memiliki daya sebar yang baik dan mudah tercuci dengan volum air
yang sedikit karena krim dengan tipe emulsi M/A lebih banyak mengandung air
yang berfungsi sebagai fase luar.
BAB V
KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian formulasi krim anti jerawat dari minyak jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dengan variasi trietanolamin 2%, 3%, dan 4%, maka didapatlah tiga formula krim.
Formula I, II, dan III kemudian di evaluasi dengan uji organoleptis, penentuan tipe krim,
penentuan pH, uji homogenitas, kestabilan fisik krim, uji daya menyebar dan daya tercuci. Dari
hasil pengujian, ketiga krim memiliki kriteria yang cocok untuk digunakan sebagai krim anti
jerawat, namun fomula II (TEA 3 %) lebih baik, lebih mudah menyebar dan tercuci dari pada
formula I dan III.
DAFTAR PUSTAKA

Astarini, Nilih Putu Febrina, R.Y. Perry Burhan, Yulfi Zetra. 2009. Minyak Atsiri Dari Kulit
Buah Citrus grandis, Citrus aurantium L., dan Citrus aurantifolia (Rutaceae) Sebagai Senyawa
Antibakteri dan Insektisida. Surabaya : ITS-Press.

Septi Intan Triayu. 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Dari Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) dan Uji Efek Antibakteri Secara In Vitro. Surakarta : UMS-Press.

Sarwono, B. 2008. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta : Agro Media.

Wasitaatmadja, S.M. 2001. Masalah Jerawat Pada Remaja. Dalam : Andi. 2009. Pengetahuan
dan Sikap Ramaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat. Medan : USU-Press.

Widianawati. 2004. Uji Efek Antibakteri Dari Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Terhadap Bakteri S. Aureus Dengan Metode Difusi. Dalam : Septi Intan Triayu.
2009. Formulasi Krim Obat Jerawat

Dari Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis(Citrus aurantifolia) dan Uji Efek
Antibakteri Secara In Vitro.
Surakarta : UMS-Press.

Anda mungkin juga menyukai