BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1 : Faktor risiko dan faktor proteksi kanker ovarium. 5,13
4
Nuliparitas Menyusui
Menars awal Menars lambat
Endometriosis Menopause awal
Terapi sulih hormon Multiparitas
Riwayat keluarga dengan Diet rendah lemak
kanker ovarium Pil kontrasepsi oral
Obesitas dan diet tinggi lemak
Menopause terlambat
Ras kulit putih
kerusakan DNA dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kanker ovarium,
namun teori ini masih perlu didukung dengan penelitian lebih lanjut.14
Salah satu fakor risiko yang paling berperan dalam terjadinya kanker
ovarium adalah faktor genetik. Faktor genetik didapatkan pada 10- 15 % kasus
kanker ovarium. Wanita dengan riwayat keluarga terkena kanker payudara dan
atau kanker ovarium meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium sebanyak 2-6
kali. Penelitian lebih lanjut telah berhasil menemukan gen BRCA1 dan BRCA2
yang berhubungan dengan terjadinya kanker ovarium serta kanker payudara.5
BRCA1 dan BRCA2 pertama kali ditemukan pada tahun 1994 dan 1995
dan sampai saat ini merupakan gen yang memiliki pengaruh terkuat dengan
kejadian kanker ovarium.15 BRCA1 merupakan gen onkosupresor pada kromosom
17q21 yang memiliki delesi atau insersi sehingga menyebabkan kodon berhenti
sebelum waktunya dan protein akan menjadi lebih pendek. Gen tersebut juga turut
berperan pada proses remodeling kromatin sehingga jika terjadi mutasi pada gen
ini akan menyebabkan tidak terkontrolnya pertumbuhan sel. Sementara itu,
BRCA2 merupakan gen supresor yang berlokasi pada kromosom 13q.5 Mutasi
pada gen tersebut berhubungan dengan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar
50% dan 20% masing-masing untuk BRCA1 dan BRCA2.15
Endometrioid tumors
Benign (cystadenoma)
Borderline tumors (endometrioid borderline tumor)
Malignant (endometrioid adenocarcinoma)
Clear cell tumors
7
Benign
Borderline tumors
Malignant (clear cell adenocarcinoma)
Transitional cell tumors
Brenner tumor
Brenner tumor of borderline malignancy
Malignant Brenner tumor
Transitional cell carcinoma (non-Brenner type)
Epithelial-stromal
Adenosarcoma
Malignant mixed müllerian tumor
Fibromas
High Grade Serous Low Grade Serous Mucinous Endometrioid Clear cell
Jaringan asal/ Metaplasia tuba pada Tumor serosa Adenoma- borderline- Endometriosis, Endometriosis,
Lesi Prekursor inklusi dari permukaan borderline karsinoma; Teratoma Adenofibroma Adenofibroma
epitel ovarium atau
tuba fallopi
Kelainan Molekul P53 dan jalur pRb BRAF atau K-ras K-ras PTEN, HNF-1β
Signifikan β-catenin, ARID1A
ARID1A PIK3CA
PIK3CA
K-ras
MI
Gambar 2.2 : Gambaran histopatologi dari kanker ovarium (A) High grade
serous carcinoma (B) Low grade serous carcinoma (C) Mucinous carcinoma
(D) Endometrioid carcinoma (E) Clear cell carcinoma.17
11
Gambar 2.3 : Gambaran histopatologi dan lokasi asal kanker ovarium. Tipe
serous dianggap berasal dari tuba fallopi, tipe endometrioid dari
endometrium, dan tipe musinus dari endoserviks.3
Perubahan genetik yang paling sering ditemukan pada kanker ovarium tipe I
adalah mutasi KRAS dan BRAF, yang keduanya akan mengaktivasi jalur
onkogenik MAPK.3,6,7
Berbeda dari kanker ovarium tipe I, kanker ovarium tipe II diperkirakan
berasal di luar ovarium, yaitu dari tuba fallopi. Kanker ovarium tipe II cenderung
tumbuh lebih agresif, secara genetik tidak stabil, dan biasanya saat terdiagnosis
sudah dalam stadium lanjut. Sebagian besar dari kanker ovarium tipe II
mengalami mutasi TP53 (50-80%), juga overekspresi dari HER2/neu (10-20%)
dan AKT (12-18%). Hampir separuh dari kanker ovarium tipe II berhubungan
dengan mutasi gen BRCA1/2. Patogenesis kanker ovarium tipe II berasal dari tuba
fallopii, dimana kombinasi dari mutasi TP53 dan stressor lingkungan seperti
sitokin inflamasi dan reactive oxygen species akan menyebabkan sel epitel
sekretori pada tuba fallopii akan mengalami proses perubahan neoplastik.
Penelitian menunjukkan TP53 berhubungan dengan paritas yang rendah, sehingga
ovulasi tetap dianggap sebagai pencetus dari mutasi TP53.3,19
Teori two pathway dari Kurman dan Shih menggabungkan karakteristik
fenotip dan genotip dari kanker ovarium. Teori ini jelas lebih mampu menjelaskan
patogenesis kanker ovarium dibanding teori sebelumnya. Namun, teori ini masih
belum dapat menjelaskan bagaimana kanker ovarium tipe II yang bukan berasal
dari ovarium dapat menjadi kanker ovarium.19
Tabel 2.4 Perbedaan Karakteristik Kanker Ovarium Tipe I dan Tipe II.19
Tipe Histological/Penanda
Endometrioid/ Endometriosis High Grade Serous Kemungkinan de novo,
Clear Cell/ Endometriosis dimulai pada epitel
14
“silent killer”. Saat diagnosis ditegakkan, 79% dari penderita kanker ovarium
sudah mencapai stadium lanjut, dan gejala yang ditimbulkan biasanya
berhubungan dengan organ-organ lain yang terkena.13,20
Gejala-gejala tersering yang muncul pada kanker ovarium diantaranya
adalah distensi abdomen, nyeri abdomen, nyeri pelvis, peningkatan frekuensi
berkemih, konstipasi atau diare, perdarahan pervaginam, penurunan berat badan
dan merasa lemas. Gejala-gejala tersebut di atas tidaklah spesifik untuk kanker
ovarium melainkan sering juga ditemukan pada penyakit lain seperti gangguan
saluran pencernaan, sehingga sangat sulit mendiagnosis kanker ovarium dengan
hanya menilai keluhan klinis pasien. Namun, sebagai praktisi klinis kita harus
lebih waspada jika menemukan wanita dengan keluhan seperti di atas yang
mungkin berhubungan dengan kanker ovarium.20
Pada pemeriksaan fisik, penemuan yang didapat juga seringkali tidak
spesifik. Pemeriksaan fisik yang sering ditemukan pada kanker ovarium adalah
adanya pembesaran abdomen yang kadang disertai dengan ascites. Jika
pembesaran abdomen cukup besar, dapat pula menimbulkan gejala dispneu.13
karena sulit untuk membedakan jenis tumor yang jinak atau ganas hanya dengan
menilag gambaran ultrasonografi saja.3
Pemeriksaan serum penanda tumor merupakan pemeriksaan yang mudah
dilakukan, dan minimal invasif. Penanda tumor yang paling sering digunakan
adalah CA-125, namun CA-125 belum dianggap sebagai marker yang ideal
karena rendahnya spesitifitas akibat tingginya angka positif palsu. Saat ini
dipertimbangkan untuk menggunakan kombinasi penanda tumor untuk
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dalam diagnosis kanker ovarium.
Kombinasi yang paling sering digunakan saat ini adalah antara CA-125 dan HE4
yang secara sensitifitas dan spesitifitas lebih baik dibandingkan dengan penilaian
kadar CA-125 saja, namun belum juga didapat hasil yang memuaskan .3,21
Saat ini juga telah dikembangkan perhitungan untuk menilai kemungkinan
keganasan dari tumor ovarium, yakni dengan Risk of Malignancy Index (RMI).
RMI terdiri dari status menopause, CA-125 dan USG. Penghitungan ini tentu
memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibanding hanya dengan mengandalkan
kadar CA-125 saja dengan sensitifitas sebesar 85% dan spesitifitas sebesar 97 %.
RMI memiliki potensi untuk mengurangi jumlah prosedur operasi pada tumor
yang jinak dibandingkan dengan hanya menggunakan CA-125 sebagai marker.
akibat tingginya positif palsu pada CA-125.21
RMI = M x U x C
Dimana :
M : Status menopause ( 1 = premenopause; 3 = postmenopause)
U : Ultrasonografi ( 0= Normal; 1 untuk masing-masing penemuan : kista
multilokuler, kista bilateral, ascites, metastasis ; skor maksimal = 3)
C : Kadar CA-125
18
Stadium kanker ovarium yang dianut saat ini adalah menurut FIGO yang
menilai seberapa jauh penyebaran dari kanker ovarium tersebut. Secara umun,
kanker ovarium stadium I adalah dimana tumor hanya terbatas pada ovarium.
Semantara stadium II-IV telah terdapat penyebaran baik ke organ sekitar maupun
sampai organ yang lokasinya jauh.18 Stadium II menunjukkan penyebaran pada
rongga pelvis, Stadium III menunjukkan penyebaran ke peritoneum dan atau
kelenjar getah bening regional, dan Stadium IV menunjukkan penyebaran yang
lebih jauh dari peritoneum.3
Tabel 2.7 Stadium Kanker Ovarium dan Angka Harapan Hidup 5 Tahun.13
kanker ovarium berasal dari tuba fallopii mungkin bukanlah satu-satunya rute
yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium. Karena sampai saat ini
belum ditemukan patogenesis pasti dari kanker ovarium, sehingga salfingektomi
profilaksis mungkin tidak dapat mencegah terjadinya seluruh kanker ovarium.24