Anda di halaman 1dari 3

MENYEGERAKAN BERAMAL DAN BAHAYA MENANGGUHKANNYA.

Diambil dari buku “Mau’zhatul Mukminin ” ringkasan dari “Ihya’ ‘Ulumuddin” karangan Imam
Alghazali.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabara’kaatuh.

Pada bulan yang penuh berkah ini, marilah kita selalu meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah
SWT, yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan, diantaranya nikmat sehat dan sempat,
sehingga kita bisa melaksanakan salah satu kewajiban sebagai hamba-NYA, yaitu melaksanakan shalat
Isya’ berjama’ah yang In Syaa Allah dilanjutkan shalat tarwih dan witir. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan
In Syaa Allah syafaatnya sampai kepada umatnya yang setia di yaumil akhir.

Kami juga mengajak kepada jama’ah semuanya, untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT,
dengan menjalankan segala perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA. Sebagaimana firman
Allah :

Yang artinya : “Itulah surga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu
bertaqwa”. (QS:Maryam [19]: 63)

Jama’ah yang dimuliakan Allah SWT,


Tidak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal
dalam keadaan khusnul khatimah. Maka merawat dan senantiasa berusaha menguatkan keimanan
menjadi kebutuhan pokok dan paling penting dalam kehidupan kita.

Kita saksikan ada seseorang yang kehidupannya diliputi perbuatan baik, tetapi pada akhir hayatnya
mati dalam keadaan su’ul khatimah. Namun sebaliknya, ada juga seseorang yang kehidupannya
diliputi dengan perbuatan dosa. Tetapi di akhir hayatnya mati dalam keadaan khusnul khatimah.
Senantiasa takut dari kesesatan setelah mendapat petunjuk adalah hal yang penting agar kita
istiqomah di jalan Islam ini.
Jama’ah shalat Isya’ Masjid Miftahul Jannah yang dimuliakan Allah,
Pada kesempatan kultum kali ini akan saya coba bawakan dengan tema “Menyegerakan beramal
dan bahaya menangguhkannya”
Rasulullah saw, bersabda :

Yang artinya : “Rebutlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu : selagi engkau muda
sebelum datang masa tuamu, selagi engkau sehat sebelum datang masa sakitmu, selagi engkau
kaya sebelum datang masa miskinmu, selagi engkau menganggur (banyak waktu luang ) sebelum
datang masa sibukmu dan selagi engkau masih hidup sebelum datang masa kematian/ajalmu”.
(HR. Baihaqi, Ibnu Abiddun-ya dan Ibnu Mubarak).
Rasulullah juga bersabda lagi :

Yang artinya : “Ada dua macam kenikmatan yang sebagian banyak manusia tertutup dari padanya
(yakni tidak mengetahui dan kurang memperhatikannya). Yaitu keadaan sehat dan menganggur
(ada waktu terluang).” (HR. Bukhari).
Maksudnya ialah bahwa banyak manusia yang tidak suka mempergunakan dua macam kenikmatan
itu selagi ada. Tetapi baru mengetahui (menyadari) betapa besar nilai kenikmatan sehat dan waktu
terluang itu, setelah ia diserang penyakit atau dalam keadaan sangat sibuk.
Hasan berkata dalam salah satu nasehatnya : “Ayo segera, ayo segera. Sebab segala sesuatu itu
tergantung dari nafasmu saja dan jikalau ini telah diputuskan, terputus pula segala amalanmu. Kalau
demikian amalan manalagi yang akan kau pergunakan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah Azza wa Jalla. Semoga Allah Ta’ala merahmati seseorang yang suka melihat dirinya sendiri,
memperhatikan keadaannya dan suka menangisi karena banyaknya dosa yang diperbuatnya”.
Selanjutnya beliau mengucapkan ayat yang berbunyi :

Yang artinya : “Sesungguhnya Kami (Allah) menghitungnya itu dengan hitungan yang cermat
sekali.” (QS. Maryam [ ] : 85).
Maksudnya yang dihitung itu pernafasan sehari-hari. Hitungan yang terakhir sekali ialah diwaktu
engkau menghembuskan nafasmu yang penghabisan, lebih terakhir lagi ialah diwaktu berpisah
dengan segenap keluarga dan kecintaanmu dan yang terakhir lagi dari itu diwaktu engkau sudah
masuk ke dalam liang lahad.
Kini marilah kita periksa sekedarnya, apakah sebabnya seseorang itu suka sekali menangguh-
nangguhkan berbuat amat shlaih yang dapat dipergunakan sebagai bekal bepergian ke alam baka
kelak.?
Sebabya yang pokok ialah karena manusia itu gemar sekali pada keduniaan, suka sekali dengan
kesyahwatan-kesyahwatannya, sehingga ia terlalai untuk beramal baik. Ia menanti-nantikan saja
sampai waktu yang tidak dapat ditentukan oleh dirinya sendiri. Ia terus menagguh-nangguhkan dan
mengakhirkannya. Jika sedang bekerja untuk memperolah keduniaan, selalu saja ingin selesai sampai
sempurnanya, padahal jikalau benar ini sudah sempurna, tentu akan dihadapkan lagi kepada sepuluh
macam pekerjaan yang lain lagi atau untuk menyelesaikan yang satu itu harus pula melalui seratus
macam pekerjaan yang merupakan rangkaian pekerjaannya yang satu tadi. Oleh sebab itu kalau ia
mengakhirkan sehari demi sehari, tetapi pekerjaan untuk mengejar dunianya tidak pernah
ditangguhkan sama sekali. Ia sibuk dengan yang ini, selesai itu lalu yang satunya dan demikian terus
bertubi-tubi datangnya pekerjaan duniawiyah itu tanpa ada kelonggarannya sedikitpun dari sehari ke
sehari, dari minggu ke minggu yang lain, dari bulan ke bulan berikutnya dan dari tahun ke tahun yang
datang kemudian. Akhirnya waktu hidupnya di duniapun habislah. Waktu itu tidak disangka sama
sekali , tanpa dikira-kirakan datangnya. Di saat itu barulah ia menyesal sangat sekali, tetapi penyesalan
itu tidak berguna karena sudah terlambat.
Sebagian ahli nerakapun karena gemar menangguh-nangguhkan itu, merekapun selalu berteriak
mengucapkan : “Alangkah sedihnya, mengapa dulu aku tidak menyegerakan amalan sehingga aku
kedatangan mati, mengapa aku dulu hanya menangguh-nangguhkan saja’”
Orang yang menagguh-nangguhkan waktu untuk beramal itu sangatlah miskin sekali nasipnya.
Agaknya ia tidak mengerti bahwa apa yang menyebabkan ia berbuat demikian itu juga akan
menghinggapinya pula esok harinya nanti. Bahkan makin lama waktunya, makin sering pula ia
menangguh-nangguhkan, pasti akan meresaplah sifat kemalasannya itu dalam kalbunya, makin
kokohlah sifat buruk itu dalam batinnya. Ia kiranya mengira bahwa seseorang yang sudah terjerumus
dalam keduniaan itu mempunyai kesempatan waktu yang terluang untuk mengurus persoalan-
persoalan lain. Ini sama sekali tidak mungkin. Seseorang yang sudah mabuk keduniaan hanya akan
terbuang waktunya, apabila keduniaannya sudah dilepaskan. Percayalah ini. Ada seorang ahli syair
berkata :
“Pernahkan”?
Pernahkan orang itu selesai dari hajad kebutuhannya ???
Tidak satu hajadpun yang selesai.
Melainkan pasti berpindah ke hajad yang berikutnya”.

Oleh karena itu, marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala, semoga jangan ada satu penyesalanpun
dalam kalbu kita setelah kita meninggal dunia nanti. Allah adalah Maha mengabulkaan segala dosa
dan permohonan.

Anda mungkin juga menyukai