Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Diabetes Millitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak,dan protein yang dihubungkan dengan

kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja sekresi insulin yang

bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/peningkatan kadar

glukosa darah di atas nilai normal (Awad. 2013 dalam Neli

Husniawati1 2015).Menurut World Health Organization (WHO),

jumlah pasien diabetes melitus di dunia mencapai 347 juta

jiwa.Menurut Data (2007).Indonesia menduduki rangking keempat

jumlah penderita diabetes terbanyak Populasi Diabetes di Indonesia

yaitu 7.292 juta pada tahun 2012 dan diprediksi akan meningkat

menjadi 11.802 juta pada tahun 2030 Kebanyakan diabetes hidup di

negara berpenghasilan rendah dan menengah dan akan mengalami

peningkatan terbesar selama 19 tahun ke depan (Whiting et al,

2011dalalam Muhammad Ardi1 2011)

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2003

menyatakan pasien penyakit DM di Indonesia sebanyak 133 juta

jiwa (PERKENI, 2011). Prevalensi pasien Diabetes tersebut akan

meningkat dan diprediksi pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta

jiwa (Kemenkes, 2012). Riset kesehatan dasar yang dilakukan

tahun 2013 memberikan data prevalensi nasional penyakit kronis,

salah satunya yaitu Diabetes Mellitus sebesar 2,1% dari


keseluruhan penduduk sebanyak 250 jiwa (RisKesDas, 2013 dalam

Pradyta,A.D, dkk, 2017).

Berdasrkan Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun (2018) penyakit di Sulawesi Tenggara,Terdapat

penyakit yang ada relatif tidak terlalu berbeda dari tahun ke

tahun.Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang selalu

ada dalam daftar ini adalah Hipertensi dan Diabetes Mellitus tahun

2015 DM di urutan ke-9 pada tahun 2016 urutan tersebut bergeser

di mana DM di urutan 5 Hal tersebut secara eksplisit

menunjukkan meningkatnya jumlah penderita DM di Sulawesi

Tenggara setiap tahunnya. Diabetes Mellitus seringkali menjadi

pemicu utama penyakit-penyakit degeneratif lainnya (Dinas

Kesehatan Propinsi Sultra,2016).

Terdapat dua tipe utama DM yaitu DM Tipe 1 (DMT1) dan DM

Tipe 2(DMT2).DM tipe 1 merupakan hasil dekstruksi autoimun sel

beta mengarah kepada defisiensi insulin absolut. DM tipe2

merupakan akibat dari efek sekresi insulin progresif diikuti dengan

resitensi insulin (Black,&Hawkas,2014).

Salah satu yang terjadi akibat DM. Yaitu penyakit jantung

koroner. Orang dengan DM memiliki risiko dua kali lebih besar

mengalami jantung koroner lebih rentan menderita gangrene

sehingga bisa terjadi Ulkus diabetik. Ulkus diabetikum. Merupakan

kejadian luka yang timbul pada penderita DM akibat komplikasi

mikroangiopati dan makroangiopati. Neuropati perifer akan

menyebabkan hilangnya sensasi di daerah distal kaki lamanya

seseorang menderita DM akan menyebabkan komplikasi


mikroangiopati sehingga neuropati diabetikum akan

menyebabkan timbulnya Ulkus Diabetik (Marissa1,dkk 2017 ).

Untuk mengontrol komplikasi Ulkus Diabetik, pengetahuan

pasien DM mengenai penyakit serta komplikasinya dapat

berkontribusi untuk mencegah Ulkus Diabetik diabetik. Jika pasien

memiliki pengetahuan yang memadai mereka akan dapat berlatih

untuk mencegah ulkus diabetik (Begum et al., 2010 dalam Nida

Fardisa Fauziyah 2012).

Tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan dan sikap yang positif perilaku tersebut akan

berlangsung langgeng. Pengetahuan penderita tentang ulkus

diabetik merupakan sarana yang dapat membantu penderita

menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga

semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang

penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah

sikapnya (Notoatmojo, 2007 dalam Nida Fardisa Fauziyah 2012).

Adapun salah satu peneyebab terjadinya Ulkus diabetik karena

kurangya Pengetahuan tentang Kesehatan. salah satu bagian dari

pengelolaan DM.Melalui pengetahuan penderita DM untuk

membentuk sikap serta perilaku. Keberhasilan dalam mencapai

perubahan sikap maupun perilaku membutuhkan pembelajaran

keterampilan(skill) dan motivasi dalam mencegah agar tidak terjadi

ulkus diaebetik (Wulandini dkk, 2016 dalam Sigit Apriliyani 2018).

Bila seorang pasien mempunyai pengetahuan tentang risiko

terjadinya ulkus diabetik , maka pasien akan dapat memilih alternatif

yang terbaik bagi dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal

yang penting tentang perawatan diabetes melitus seperti pasien


akan melakukan pengaturan pola makan yang benar, berolah raga

secara teratur, mengontrol kadar gula darah dan memelihara

lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain yang dapat

menyebabkan luka. Apabila perawatan yang dilakukan dengan tepat

maka dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan

pasien menjadi sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual

(Nurhasan, 2002 dalam Nida Fardisa Fauziyah 2012).

Adapun Pencegahan Ulkus Diabetik pada Penderita DM yang

dapat dilakukan menurut penelitian Ardi, Damayanti & Sudirman

(2014) adalah kepatuhan pasien dalam perawatan atau mengatur

dirinya untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui

kedisiplinan diet DM yaitu Pengendalian Glukosa darah Terapi gizi

mencakup modifikasi diet,aktivitas fisik melakukan pencegahan luka

serta perawatan diri atau kebersihan ,seperti yang telah

disarankan oleh tenaga kesehatan.( Ardi, dkk 2014 dalam

permadani Agista Delima

2017)
.

Jumlah kasus menurut Dinas Kesehatan Kota Kendari (2018).

Penyakit tidak menular khususnya Diabetes Millitus di Kota Kendari

pada tahun 2016 ada 2.123 penderita Diabetes Millitus, pada

tahun

2017 ada sebayak 1.484 dan pada tahun 2018 ada sebayak 3.796

penderita Diabetes Millitus.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang di lakukan di

puskesmas Perumnas data yang di peroleh dari buku registrasi

puskesmas Perumnas dalama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa


pada tahun 2016 sebanyak 60 penderita DM tahun 2017

terdapat

205,dan tahun 2018 Terdapat 474 penderita DM.dan ditemukan

penderita yang mengalami Ulkus pada.Tahun 2016 sebnyak 3

penderita Ulkus dan tahuan 2017 terdapat 5 dan pada tahuan 2018

terdapat 8 penderita ulkus Diabetik .

Berdasrkan Latar Belakang di atas penulis sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang ”hubungan pengetahuan,sikap dan

tindakan denagn Risiko terjadinya Ulkus Diabetik pada Lansia

Penderita DM Di Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan Risiko terjadinya

Ulkus Diabetik pada lansia penderita DM yang berobat ke

Puskesmas Perumnas Kota Kendari ?


2. Apakah ada hubungakn sikap,dengan risiko terjadinya

ulkus.diabetik pada lansia penderita DM yang berobat ke

Pusksmas Perumnas Kota Kendari ?

3. Apakah ada hubungan tindakan dengan risiko terjadinya ulkus

diabetes pada lansia penderita DM yang berobat ke Puskesmas

Perumnas Kota Kendari ?

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan

Risiko terjadinya ulkus Diabetes diabetes pada lansia penderita

DM Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus
a.) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan risiko

terjadinya Ulkus Diabetes pada lansia penderita DM yang

berobat ke Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

b.) Untuk mengetahui hubungan sikap dengan risiko terjadinya

Ulkus Diabetes pada lansia penderita DM yang berobat ke

Puskesmas Perumnas Kota Kendari .

c.) Untuk mengetahui hubugan tindakan dengan risiko terjadinya

Ulkus diabetik pada lansia penderita DM yang berobat ke

Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a.) Sebagai Perkembangan ilmu Keperawatan, sebagai bahan

kajian/literatur imformasi tambahan bagi perkembanga

pendidikan keperawatan tentang manfaat hubugan

pengetahuan,sikap dan tindakan pencegahan dengan resiko

terjadinya ulkus diabetik pada lansia penderita DM Di

Wilayah kerja puseksmas perumnas

b. Sebagai insitusi kesehatan mandala waluya,sebagai bahan

literatur pada perpustakaan Mandala Waluya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi
penderita

DM penelitian ini di harapkan dapat memberikan

imformasi pada lansia manfaat hubugan Pengetahuan,sikap

Dengan resiko terjadinya lkus Diabetik pada lansiaia penderita

DM yang berobat ke Puskesmas Perumnas

b. Bagi Puskesmas
Haasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

Masukan bagian lahan penelitian/ pusekesmas secara

Keseluruhan tentang manfaat hubugan pengetahuan,sikap dan

Tindakan pencegahan dengan risiko ulkus diabetik

Risiko ulkus diabetik pada lansia penderita DM yang berobat

ke Puskesmas Perumnas

c. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan kemampuan untuk berpikir baik

yang berkaitan dengan hubugan pengetahuan,sikap dan

tindakan dengan risiko terjadinya ulkus diabetik pada lansia

penderita DM yang berobat ke Puskesmas Prumnas.

E. Keaslian Penelitian

NO Penelitian Judul Desain Hasil Perbedaan


penelitian penelitian dan
Variabel persamaan
penelitian
1 Muhamad hubunn Penelitiani Hasil Perbedaan:
Ardi1(2011) kepatuh nimenggu analisis -Desain
nperaw nakandesi menunjuk Penelitian
atankaki gnanalitiko kanadahu desaingnan
denganr bservasio bungnkep alitikobserva
esiko naldengan atuhnpera
sionaldenga
ulkus cross watankaki
sectional denganres
ncross
kakiDia sectional
betes study iko
ulkuskaki study
Variabel diabetik(p -Variabel
penelitian: = 0.005 Independen
Independe Pengetahua
nt: n sikap dan
Kepatuh, tindaka
perawatan -
kki,depen Persamaan
den:resiko -Variabel
ulkuskaki, Dependen:
diabetes Resiko
ulkuskaki,
diabetes
2 pengaruh menggu menggun Kesimpul Perbedaan
kontrol nakanm akanmeto anyangbi -Desain
glikenikdan etodeDe deDeskri sadiambil Penelitian
ptifdenga adalahmo Dengan
personalhy skriptifd
nmenggu bilisasipe desain
giene enganm nakanran rilaku Deskriptifde
kepada enggun cangan“C kontrolgli nganmen
respondn.p akanran rossSecti kenikpers -Variabel
enderitaulk cangan“ onalStud onalhygie Penelitian

us diabetik CrossS y”. nemerup Deenden :


ectional Variabel aanKrakt Ulkus
Study”. penelitian eriskterja diabetik
: dinyaulku Persamaan
Independ s :
ent: diabetik. -Desain
Mobilisai, Penelitian
Personal Observasi
Hygiene, analitik
Depende -Variabel
nt:Terjadi
penelitian
nya Ulkus
Diabetik Pengetahua
n sikap dan
tindakan

3 Khairani(2 hubung dengan adahubu Perbedaan


a ngnantap -Desain
011) menggun
antarap engetaua Penelitian
akanuji dengan
engetah ntentan
desain
uandiab ChiSquar faktor ujiChiSquar
etsmellit e. resikodia e
sdenga betesmell -Variabel
nupaya itusdenga Independen
penceg Variabel n,upayap :
penelitian pengetahua
ahanpa encegaha
: n, diabetes
dalansia npadalan mellitus
Independ
diDesaL ent: sia,. Persamaan
amBheu pengetah :
Kecama uan, -Desain
tanDarul diabetes Penelitian
ImarahA mellitus, Obsevasion
Depende al
cehBes
nt;upaya -Variabel
ar Penelitian
pencegah
an lansia. Penegetaha
n siakap
dan
tindakan
4 Nur hubung Jenis terdapat Perbedaan
Lailatul anantar penelitian hubungn -Desain
Lathifah(20 adurasi inimengg antaradur Penelitianob
servasional
17) penyakit unakanob asi
analitikdeng
dankad servasion penyakit nmetodecro

9
argulad alanalitik dan sssectionl
arahden dengnme kadar -Variabel
gankelu todecross guladara Independent
Diabetesmel
hansuby sectionl. h.
itustipe
ektifpad Persamaan
apender Variabel :-Desain
itDM Penelitian penelitian
Tipe 2 :ndepend Observasi
ent:diabet analitik
esmelitus -Variabel
penelitian
tipe2,Dep Ulkus
endene:d diabetik
urasi
penyakit,
kadargula
darah,

5 Nelly tindakan Penelitian Semakin perbedaan :


Marissa(20 penceg menggun lamamen -Desain
17) ahanulk akan deritaDM penelitian :
Observasi
usberul obsevasi beresioun
analitik
ang analitik tuterjadiul -Variabel
kusberula penelitian
Variabel ng.Kejadi Independen:
Penelitian anulkusy DM
: angpaling
Independ banyakad -
Persamaan
ent: alahlukay : Desain
diabetes angsudah penelitian:
mellitus, mencapai Observasi
Depende tulanatau analitik
nt:ulkus, sendiden Variabel
diabetik gankondi penelitian :
Ulkus
siyangisk
diabetik
emik

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lokasi Penelitian

1. Definisi Puskesmas

Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas

Pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

Masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

Dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

Mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

Wilayah kerjanya (Depkes., RI, 2016).

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

Kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

Wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan

Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas memiliki

Fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

Tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat

Pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan

(Depkes., RI, 2016).

UKP adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan Kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

timbulnya masalah Kesehatan dengan sasaran keluarga,kelompok,

dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu


kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang

ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,

pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan

kesehatan perseorangan (Depkes. RI 2016).

2.Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas menurut Kepmenkes Nomor 128 tahun

2001 dalah sebagai berikut (Depkes. RI, 2016).

1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

Penyelenggara pembangunan lintas sektor termaksud oleh

Masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya sehingga

Berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

2) Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

Masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki

Kesadaran, kemauan, kemampuan, melayani diri sendiri dan

Masyarakat untuk hidup sehat, beberapa aktif untuk

Memperjuangkan kepentingan kesehatan termaksud sumber

Pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan.

3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

Kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan


berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang

bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan menyembuhkan

penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa

mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan Kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang

bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tampa

mengabaikan penyakit dan pemulihatan penyakit. Pelayanan

kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi

Kesehatan, pemberatasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluaraga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program

Kesehatan masyarakat lainnya.

3. Tugas Pokok Pukesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga mauoun mafilitas yang

berbeda, beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh

sebuah puskesmas akan berbeda-bela pula. Namun denikian,


kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksakan adalah

sebagai berikut : kesegatan ibu dan anak, keluarga berencan, usaha

peningkatan gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan

pemberatasan penyakit melunar, pengobatan termaksud pelayanan

darurat kecelakaan, penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan

sekollah, kesehatan olaraga, perawatan kesehatan masyarakat

kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut. kesehatan jiwa,

kesehatan mata, laboratorium sederhana. Pencatatan laporan dalam

rangka sistem informasi Kesehatan, lanjut usia, pembinaan

pengobatan tradisional (Depkes. RI, 2004).

4. Struktur Organisasi Puskesmas

Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan

beban tugas masing-masing,Penyuluhan strukur organisasi

Puskesmas di satu Kabupaten/ Kota dilakukan oleh dinas kesehtan

Kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan

peraturan daerah. Sebagai ancuan dapat dipergunakan pola struktur

organisasi puskesmas sebagai berikut :

1) Kepala puskesmas

2) Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala

Puskesmas dalam pengobatan

a. Data dan informasi

b. Perencanaan dan penelitian

c. Keuangan
d. Umum dan kepegawaian

3). Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas :

a. Upaya kesehatan masyarakat, termaksuk pembinaan

terhadap UKBM

b. Upaya kesehatan perorangan

4). Jaringan pelayanan puskesmas

a. Unit puskesmas pembantu

b. Unit puskesmas keliling

c. Unit bidan di desa/komunitas.

B. Tinjauan Umum Tentang Diabtes Millitus

1).Pengertian Diabetes Millitus


DM Adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

Hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan

oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin

atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,makrovaskuler dan

neuropat (Nanda 2015).

Gangguan psikosomatik yang sering dijumpai pada pasien

diabetes miletus adalah depresi dan ansiaetas prevelensi deperesi

di kepustakaan luar sebesar 20-60% sedangkan ansietas 14-40%

fisher melaporkan faktor emosi atau tresor mempengaruhi status

kesehatan seseorang.perjalanan penyakit kronis seperti Diabtes di

pengaruhi tresor piskososial.(Aru W.Suoyo dkk 2009).


2. Etiologi

a. Diabetes Milletus tipe 2

Diabetes yang tergantung insulin di tandai dengan penghancuran

sel-sel beta pancreas yang di sebabkan oleh: faktor genetik

penderita tidak mewarisi diabets tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predispossisi atau kecenderungan genetik kearah

terjadinya diabetes tipe 1

- faktor imunologi (autoimun)

- faktor lingkungan :virus atau toksin tertentu dapat

memicuproses autoimun yang menimbulkan estruksi beta

b. Diabetes Milletus tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resitensi

insulin.faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya

diabetes tipe II :usia obesitas ,riwayat dan keluaraga.(Nanda

2015

3. Fatofisiologi

DM tipe1 tidak berkembang pada semua.orang yang

mempunyai predisposisi genetik .pada mereka yang memiliki indikasi

resiko penanda gen DM terjadi kurang Dari 1%.lingkungan telah

lama ditandai sebagai pemicu DM tipe1 insiden meningkat baik pada

musim semi maupun gugur ,dan onset sering bersmaan dengan

epidemik.(Joycen Black 2014).


DM tipe 2(DMT2) merupakan kondisi multifaktorial. Sebagian

besar pasien DMT2 adalah pasien obesitas atau dengan komponen

lemak visceral yang menonjol keadaan ini berhubungan dengan

resitensi insulin (RI). Resitensi insulin terjadi beberapa dkade

sebelum kejadian DMT2.secara fisiologis, tubuh dapat mengatasi

resitensi yang terjadi dengan meningkatkan jumlah sekresi insulin

(Nursanti dkk,2014).

4. Klasifikasi

Berdasarkan etiologi nya, DM dapat di klasifikasi (Nurarif, A, H,

& Kusuma, H, 2015) :

1). Klasifikasi klinis:

a) Diabetes Millitus

- Tipe I : insulin dependent diabetes millitus (IDDM)

merupakan tipe diabetes yang tergantung insulin.

- Tipe II : non insulin dependent diabetes millitus (NIDDM)

merupakan tipe diabetes yang tidak tergantung insulin

b) Gangguan toleransi glukosa

b) Diabetes kehamilan

2).klasifikasi resiko statistik :

a) Sebelumnya perna menderita kelainan toleransi glukosa

b) Berpotensi menderita kelainan glukosa

5. Menipestasi klinis

Menifestasi DM adalah peningkatan frekuensi buang air kecil

(poliuria),peningkatan rasa haus dan minum (polidipis) dan karena


penyakit berkembang penurunan berat badan meskipun lapar dan

penibgkatan makan (polofagi). (Joyce.Black2014).

DM diakibatkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insuli

(price&wilson)

1. Kadar glukosa puasa tidak normal

2. Hiperglekemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi

dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuriua)

dan timbul rasa haus (polidipsia)

3. Rasa lapar yang semakin besar dan ,BB berkurang

4. Lelah dan mengantuk

5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal ,mata kabur,

kriteria diangnosis DM: (sudoyo aru,dkk 2009)

1.Gejala klasik DM+ glukosa plasma sewaktu>200


mg/dl(11,1mmo/L)

2.Gejala klasik DM + glukosa plasma > 126mg/l,(7,0mmo/L)

puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tmbahan

sedikitnya 8 jam

(Nanda 2015)

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar glukosa darah

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dll)

\Kadar 3glukosa darah DM Belum pasti

sewaktu DM

Plasma vena >200 100-200


Darah kaviler >200 80-100

Kadar glukosa darah puasa ( mg/dll)

Kadar glukosa drah DM


Belum pasti
puasa
DM

Plasma vena >200 110-120

Darah kapiler >110 90-110

kriteria diagnostik WHO untuk diabetes meletus pada sedikitnya 2

kali pemeriksaan:

- glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)

- Glukosa plasma puasa >140mg/dl(7,8mmol/L)

- Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian

sesudah mengkomsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial

(pp)> 200mg/dl).

8. Penatalksaan DM

1) jika pasien mengalami obesitas maka dietnya mengurangi

kalori sampai berat badan menurun

2) Untuk mencegah hipoglikemia post prandial dan glukosuria

pasien diabetik tidak boleh makan karbohidrat berlebihan .

3) memeriksa semua makanan esensial(vitamin,mineral)

4) latihan pada Diabetes seperti:


a) Gunakan alas kaki yang tepat, bila perlu alat pelindung kaki lainya

b) Hindari dalam udara yang sangat panas dan dingin (Nanda jilid 2).

9. Komplikasi Diabetes Millitus

a. Komplikasi Metabolik Akut

Komplikasi Metabolik Diabetes disebabkan oleh Perubahan

yang relatif akut dari konsetrasi glukosa plasma.komplikasi metabolik

yang paling serius pada diabetes tipe 1 adalah ketoasidosis diabetik

(DKA). Apabila kadar insulin sangat menurun,pasien mengalami

hiperglekimia dan glikosuria berat, penurunan lipogenesis dan

peningkatan oksidasi asam lemak bebas di sertai pemebntukan pada

keton (aseoasetat,hidroksibutirat,dan aseton) peningkatan keton

plasma mengakibtkan ketosis.peningkatan produksi keton

meningkatkan beban io hidrogen dan asisdosis metabolik.Glukosuria

dan ketonuria yang jelas dan juga dapat mengakibatkan deurosis

osmotik dengan hasil akhir dihidrasi dan kehilangan elektrolit pasien

dapat menjadi hipertensi dan mengalami syok Akhirnya akibat

penurunan pengguanaan oksiegen,otak pasien akan mengalami

koma dan meninggal

b.Komplikasi Kronik Jangka Panjang

Komplikasi vaskuler Jangka panjang dari Diabetes melibatkan

pembuluh-pembuluh kecil –Mikroangio-pati-dan pembuluh-pembuluh

sedang dan besar –Makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi

spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan retina saraf-saraf

prifer (Neuropatik diabetik),otot –otot serta kulit.di pandang dari sudut


histokimia,lesi-lesi ini ditandai dengan peningkatan glikoprotein.

(Sylvia A.Price 2003).

C. Tinjauan Umum tentang Ulkus Diabetik

1. Definisi

Ulkus adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke

deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit

vaskuler perifer. Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang

menyeluruh dan sistematik dapat membantu memberikan arahan

Perawatan yang adekuat (Hariani, 2013 dalam Erta1, Dewi Yuliani

Hanaruddin2 2018).

Ulkus Diabetik adalah pasien dengan diabetes mellitus yang

mengalami perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi yang

berhubungan dengan abnormalitas neurologis, npenyakit vaskular

perifer dengan derajat bervariasi atau komplikasi metabolik dari

diabetes pada ekstra(Neli Husniawati1 2015).

Kasus ulkus kaki dan gangren diabetik merupakan kasus

yang paling banyak di rumah sakit. Angka kematian akibat ulkus

kaki yang di jelaskan oleh Pusat Data & Informasi Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia (2011) berkisar 17-23%,

sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Sementara angka

kematian 1 tahun post amputasi berkisar 14,8%. Jumlah tersebut

meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Rata-rata umur pasien

hanya berumur 23,8 bulan pasca amputasi.( Alexiadou 2012

dalam Neli Husniawati1 2015).

2. Etiologi Ulkus Diabetik


Menurut Benbow etiologi ulkus diabetik biasanya memiliki

banyak komponen meliputi neuropati sensori perifer, trauma,

deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi, dan edema.

Sedangkan menurut Oguejiofor, Oli, dan Odenigbo selain

disebabkan oleh neuroati perifer (sensorik, motorik, otonom) dan

penyakit pembuluh darah perifer (makro dan mikro angiopati)

faktor lain yang berkontribusi terhadap kejadian ulkus kaki adalah

deformitas kaki (yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan

pada plantar), gender laki-laki, usia tua, kontrol gula darah yang

buruk, hiperglikemia yang berkepanjangan dan kurangnya

perawatan kaki (Tandra, 2009 dalam,Bahri Yunus 2015).

3. Fatofisiologi

Komplikasi DM kronik secara prinsip dapat dicegah dan

dikurangi dengan memantau dan mengendalikan kadar glukosa

darah.tekanan darah .dan kadar lipid darah (National diabetes fact

sheet,2011). Fauci (2008).menyebutkan beberapa faktor yang


bisa menyebabkan terjadinya ulkus diabetik dari amputasi antara

lain jenis kelamin laki-laki menderita diabetes >10tahun terdapat

neuropati prifer ,struktur kaki yang abnormal (kelainan bentuk

tulang,kalus yang tebal juga sering menjadi penctus atau menutupi

ulkus(Fauci ,et,al.2008 dalam Aryanti 2012).

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya risiko ulkus

diabetik adalah dengan melakukan latihan jasmani [3]. Range of

Motion (ROM) aktif kaki adalah salah satu bentuk latihan jasmani

yang dapat dilakukan oleh pasien DM. Latihan ROM merupakan

salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh

pasien maupun keluarga secara mandiri setelah memperoleh

pendidikan kesehatan sebelumnya(Yulfa Intan Lukita, dkk 2018).

4. Klasifikasi ulkus diabetik

Menurut Wagner,stadium luka diabetes melitus dibagi menjadi 3

yaitu

a) Superficial Ulcer

Stadium 0: tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan baik tapi

dalam bentuk tulang kaki yang menonjol. Stadium 1: hilangnya

lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang nampak luka

menonjol.

b) Deep Ulcer

Stadium 2: lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau

tendon (dengan goa). Stadium 3: penetrasi hingga dalam,


osteo millitus, plantar abses atau infeksi hingga tendon.

( Arisanti, 2013 dalam BahryYunus 2015).

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ulkus diabetika (Arisanti, 2013: 68) yaitu :

a. Sering kesemutan.

b. Nyeri kaki saat istirahat.

c. Sensasi rasa berkurang.

d. Kerusakan Jaringan (nekrosis). (Asriant,2013 dalam

BahryYunus 2015).

6 . Penatalaksanaan ulkus diabetik

Frykberg, at.al (2006) meyatakan tujuan utama

penatalaksanaan ulkus diabetik adalah mencapai penutupan luka

secepatnya. Mengatasi ulkus kaki diabetik dan menurunkan

kejadian berulang dapat menurunkan kemungkinan amputasi pada

ekstremitas bagian bawah pasien DM (Tarwoto, 2012dan Frykberg,

et al. 2006,dalam BahryYunus 2015).

7. Faktor risiko terjadiya ulkus diabetikum pada penderita

penyakit DM :

a. Jenis kelamin Laki-laki menjadi faktor predominan berhubungan

dengan terjadinya ulkus. Menurut Prastica dkk pasien ulkus

diabetikum yang diteliti di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

adalah laki-laki (56,3%).

b. Lama Penyakit Diabetes Melitus (DM) Lamanya, durasi DM

menyebabkan keadaan hiperglikemia yang lama. Keadaan


hiperglikemia yang terus menerus, menginisiasi terjadinya

hiperglisolia yaitu keadaan sel yang kebanjiran glukosa.

Hiperglosia kronik akan mengubah homeostasis biokimiawi sel

tersebut yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan

dasar terbentuknya komplikasi kronik DM.

b) Neuropati Neuropati menyebabkan gangguan saraf motorik,

sensorik dan otonom. Gangguan motorik ]menyebabkan atrofi

otot, deformitas kaki, perubahan biomekanika kaki dan distribusi

tekanan kaki terganggu sehingga menyebabkan kejadian ulkus

meningkat.

c) Perawatan kaki Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara

rinci pada semua orang dengan ulkus maupun neuropati perifer

atau peripheral Artery disease (PAD).¹( Rizky Loviana Roza1d

dalam Bahry yunus 2015).

d) Pemeriksaan Penunjang :X-ray,EMG dan pemeriksaan

laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus diabetik menjadi

infeksi dan menentukan kuman penyebabnya. (Tarwoto2012

dalam Bahry Yunus).

e) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus

diabetik menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya.

Tarwoto2012 dalam BahryYunus 2015).

D. Tahapan Penyembuhan Luka

1.Tahap haemostasis dan koagulasi/penghentian perdarahan

(Arisanti, 2013), terdapat beberapa proses berikut ini:


a) Hemostasis adalah proses dimana darah dalam sistem sirkulasi

tergantung dari kontribusi dan interaksi dari 5 faktor yaitu dinding

pembuluh darah trombosit faktor koagulasi, sistem fibrinolisis

dan inhibitor.

b) Terjadi beberapa saat setelah luka

c) Timbul vasokonstriksi pembuluh darah

d) Terjadipembentukan bekuan darah oleh thrombosit dan

thromboplastin

2. Tahap peradangan (inflamasi)/pembersihan luka dari bakteri dan

jaringan mati (Arisanti, 2013.

terdapat hal-hal berikut ini:

a) Inflamasi terjadi 1 jam setelah luka sampai hari kedua atara

ketiga.

b) Melibatkan PMN (Poly morfo nuclear) dan makrofag untuk

membersihkan bakteri dan debris.

3. Tahap proliferasi/perbaikan jaringan

4. Tahap maturasi/remodeling (Arisanti, 2013)

a) Terjadi pembentukan dan penghancuran kolagen.

b) Bekas luka yang semula tebal, keras dan merah, menjadi tipis,

lebih elastis dan warnanya. (Arisanti, 2013 dalam Bahri Yunus

2014).

D. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Definsi
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba dengan sendiri.Pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebutsangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi M 2011).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan

Formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

2.Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

Penting untuk terbentuknya tindakan seseorsng (ovent behavior)

Pengetahuanya ng cukup didalam domain kognitif mempunyai 6

Tingkat yaitu (Notoatmodjo,2003 dalam Wawan & Dewi M).

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah pengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

2. Memahami (Comprehention).
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dimana dapat menginterprestrasikan secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,

menyebutkan cpontoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3 Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakam atau menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

5 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justufukasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan


sendiri atau menggunakan criteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003:

adalah sebagai berikut :

1.Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (Trial dan Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-

pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama

pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu

atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.( Notoatmodjo 2003 dalam Wawan &

Dewi M 2011).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

imformasi misalnya hal-hal yang menunjang Kesehatan

sehingga meningkatkan kualitas hidup. (Notoatmodjo 2003

dalam Wawan & Dewi M 2011).

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elizabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun

b. Faktor Eksternal

1 . Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari (Nursalam

2003).lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi Wawan &

Dewi M 2011).

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:

1.Baik : Hasil presentase 76%-100%

2.Cukup : Hasil presentse 56%-75%

3.Kurang : Hasil presentase ≥56

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Teori Rosenberg

Teori Rosenberg dikenal dengan teori affective cognitive consistency

dalam hal sikap dan teori ini juga disebut teori dua factor. Rosenberg

afektif (Wawan & Dewi M 201).

seseorang yang mempunyai sikap yang positif terhadap objek sikap,

maka ini berarti adanya hubungan pula dengan nilai-nilai positif yang

lain yang berhubungan dengan objek sikap tersebut demikian juga

dengan sikap tersebut, demikian juga dengan sikap yang negatif

(Wawan & Dewi M 201).

1. Pengertian Sikap

Sikap yang positif perilaku tersebut akan berlangsung langgeng.

Pengetahuan penderita tentang ulkus diabetik merupakan sarana

yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan

diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin

baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti


bagaimana harus mengubah sikapnya (Notoatmojo, 2007 dalam

Nida Fardisa Fauziyah 2012).

2. Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang salinng

menunjang yaitu Anwar S,2003

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai

oleh individu pemili sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

stereotipe yang dimiliki individu mengenai sikap dalam mengangani

ulkus diabetik

2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional..

3 Konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Anwar S,2003

dalam Wawan & Dewi M 2011).

Faktr-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek

sikap antara lain :

a) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

• Sifat kepribadian,seseorang tidak berhubungan dengan

mudahnya seseorang dibujuk, meski demikian :

b) Arah Perhatian dan Penafsiran

• Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari

persepsi dan penafsiran (Wawan & Dewi M 2011).

E. Tinjauan Umum Tentang Tindakan Pencegahan Ulkus Diabetik


1. Tindakan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut

Penelitian adalah kepatuhan pasien dalam perawatan atau

mengatur dirinya untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui

kedisiplinan diet melakukan pencegahan luka, serta perawatan

kaki seperti yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan.

Perawatan kaki yang efektif dapat mencegah terjadinya resiko

ulkus menjadi amputasi selain itu penderita DM perlu dilakukan

screening kaki diabetisi dengan membuat format pengkajian kaki

diabetisi. Dan mengkatagorikan resiko ulkus kaki diabetik sampai

tindak lanjut penanganan kaki diabetik sesuai klasifikasi.

Ardi, Damayanti & Sudirman 2014 dalam Agista Delima

Permadani 2017).

2. Tindakan pncegahan risiko terjadinya ulkus diabetik Dilihat dari

Fenomena tersebut sehingga diharapkan dengan edukasi pada

setiap pasien tentang pentingnya perawatan kaki maka kasus

amputasi ini akan dapat dicegah dengan melakukan perawatan

yang optimal pada setiap ulkus di kaki. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Murtaza,et al (2007) bahwa,

penderita diabetes mellitus yang beresiko terkena ulkus diabetik

memerlukan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki

secara individual terkait dengan pengetahuan dan pemahaman

yang tepat. asi. Ardi, Damayanti & Sudirman 2014 dalam Agista

Delima Permadani 2017).

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tindakan


Pencegahan terhadap komplikasi adalah kepatuhan pasien

dalam merawat atau mengatur dirinya untuk mengontrol kadar

glukosa darah, melakukan pencegahan luka, serta perawatan

kaki seperti yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan.

Walaupun penyebab Spesifik dan patogenesis setiap komplikasi

masih terus diteliti, namun kondisi hiperglikemia tampaknya

berperan dalam proses kelainan neuropati dan komplikasi

mikrovaskular (Smeltzer &Bare, 2008 dalam Muhammad Ardi1

dkk 2014).

D. Kajian Empiris

1. Penelitian ini di lakukan oleh Muhammad Ardi1, Santi

Damayanti2, Sudirman3 (2011) dengan judul” hubungan

kepatuhan perawatan kaki dengan resiko ulkus kaki diabetes

di Poliklinik DM Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Parepare.

Penelitian ini menggunakan design analitik observasional

dengan cross sectional study. Hasil penelitian menunjukkan

karakteristik diabetisi sebagian besar kelompok usia lansia,

berjenis kelamin perempuan, DM tipe 2, berpendidikan

rendah, dan bekerja. Hasil analisis menunjukkan ada

hubungan kepatuhan perawatan kaki dengan resiko ulkus kaki

diabetik (p= 0.005). Berdasarkan hal tersebut, pasien perlu

mendapatkan pendidikan kesehatan, memeriksakan kaki

secara teratur serta mematuhi saran dari petugas kesehatan


2. Penelitian ini di lakukan oleh Erta1, Dewi Yuliani Hanaruddin2

(2018) dengan judul” faktor yang mempengaruhi terjadinya

ulkus Di RSUD Labuang Baji Makassar.dengan menggunakan

metode Deskriptif dengan menggunakan rancangan“Cross

Sectional Study Cara pengumpulan data adalah dengan

membagikan kuisioner penderita ulkus diabetik, mobilisasi,

pengaruh kontrol glikenik dan personal hygiene kepada

responden. penderita ulkus diabetik kemudian data disajikan

dengan menggunakan Uji Chi Square dengan melihat Fisher’s

Exact Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 pada SPSS

versi 16,0. Kesimpulan yang bisa diambil adalah mobilisasi,

perilaku kontrol glikenik, personal hygiene merupakan

krakteristik terjadinya ulkus diabetik. Ada Pengaruh antara

Mobilisasi, control glikemik dan personal hygiene terhadap

terjadinya Ulkus Diabeti

3. Penelitian ini dilakukan oleh Khairani (2012) dengan juddul

Pengetahuan Diabtes Miletus dan upaya pencegahan pada

lansia Di Lam Bheu Aceh teknik pengambilan sampel secara

purposive sampling Berdasar hasil analisis data dapat

diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang

pengertian diabetes mellitus dengan upaya pencegahan pada

lansia dengan p-value 0,001, ada hubungan antara

pengetahuan tentang tanda dan gejala diabetes mellitus


dengan upaya pencegahan pada lansia dengan p- value

0,009, ada hubungan antara pengetahuan tentang faktor

resiko diabetes mellitus dengan upaya pencegahan pada

lansia dengan p-value 0,001,. kaki diabetic di Rumah Sakit

Dokter Soeradjo

4. Penelitian ini dilakukan oleh Nur Lailatul Lathifah (2017)

dengan judul” Hubungan durasi Penyakit dan kadar Gulah

Drah dengan keluhan subyektif penderita Diabetes . Jenis

penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan

metode cross sectional Berdasarkan analisis tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara durasi

penyakit dan kadar gula darah dengan keluhan subyektif pada

penderita DM Tipe 2. Saran penelitian yaitu kepada

puskesmas agar meningkatkan pengetahuan dan informasi

kepada penderita DM tipe 2 tentang bahaya yang ditimbulkan

penyakit diabetes melitus berupa komplikasi dan cara

penanganannya.

5. Penelitian ini dilakukan oleh Susanti1, Difran Nobel Bistara2

(2017) dengan judul” Hubiungan Pola Makan Dengan Kadar

Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Hasil uji statistik

Spearman Rho p=0,000 (α=0,05) menunjukkan bahwa H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pola

makan dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes


Mellitus di Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya. Hasil

penelitian ini didapatkan ada hubungan yang kuat antara pola

makan dengan kadar gula darah apabila pola makan yang

tidak baik seperti yang dianjurkan prinsip 3J maka akan terjadi

ketidakstabilan kadar gula darah.

BAB III

KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pikir Peneliti
Pengetahuan atau kognitif juga merupakan aspek yang begitu penting

untuk dapat. berkontribusi untuk mencegah Ulkus Diabetik Jika pasien

memiliki pengetahuan yang memadai mereka akan dapat berlatih untuk

mengontrol komplikasi Ulkus Diabetik dan penegtahuan pasien Dm

Mengenai pencegahan Ulkus Diabetik.


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terbentuk dari adanya

interaksi lingkungan yang saling mempengaruhi dan terjadi timbal balik antar

individu. Begitu juga dalam hal pencegahan terjadinya Ulkus Diabetik,

penderita akan bersikap sesuai dengan pengaruh lingkungannya dan

pengetahuan individu terhadap Risiko terjadinya Ulkus diabetik iutu sendiri.


Tindakan adalah bagimana seseorang dalam menindaki atau

mengatur dirinya untuk mengontrol Glukosa darah melalui kedisplinan diet

dan melkukan aktifitas fisik misalnya berolahraga untuk mencegah agar

tidak terjadi ulkus Diabetik

B. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian tersebut,maka kerangka konsep penelitianini

sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap Ulkus diabetiK pada


lansia
Tindakan
Keterangan :

: Variabel dependen

: variabel independen

: hubungan variabel yang diteliti

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat) (Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Pengetahuan,Sikap dan Tindakan


2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi aakibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Risiko Ulkus diabetik Pada

lansia
D. Definisi Oprasional dan kriteria objektif
1. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Penelitian ini adalah Pemahaman Responden

tentang tanda dan gejala ,penyebab dan pencegahan Ulkus diabetik.

Dihitung berdasarkan 10 pertanyaan yang didapat dengan kuisioner dan

diukur menggunakan skala Guttman yakni jawaban benar diberi 1 dan

jawaban salah diberi nilai 0, sehingga diperoleh dengan skor


Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)
Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)
Range = nili tertinggi – nilai terendah
= 100 – 0 = 100%
Kemudian diukur dengan menggunakan rumus :
Interval =
dimana :
I = Interval kelas
R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)
K = Jumlah kategori = 2 (cukup dan kurang)
Jadi, Interval = = 50%
Kriteria Obyektif:
Kurang : jika skor jawaban responden ≤ 50%
Cukup : jika skor jawaban responden > 50 %

2. Sikap
Sikap dalam penelitian ini adalah pemahaman responden dalam

Menyikapi Resiko Ulkus diabetik Kriteria penilaian didasarkan atas skala

Likert, jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 10 nomor dan setiap

pertanyaan mempunyai 4 pilihan jawaban dengan skor nilai : Sangat

Setuju skor 4, Setuju skor 3, Tidak setuju skor 2 Sangat tidak setuju

skor 1 sehingga diperoleh skor nilai :


Skor tertinggi : 4 × 10 = 40 = 40/40 x 100% = 100%)
Skor terendah : 1 × 10 = 10 = 10/40 x 100% = 25%
Kisaran (Range) = skor tertinggi  skor terendah
Range = 100% - 25% = 75%
I= dimana:
I = interval kelas
R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi-nilai terendah)
K = Jumlah kategori = 2 (kurang dan cukup)
Jadi, untuk I = = = 37, 5%
Inrange = 100% - 37,5% = 62,5%
Kriteria Objektif
Kurang : bila jawaban responden mencapai skor < 62,5%
Cukup : bila jawaban responden mencapai skor ≥ 62,5%
3. Tindakan
Tindakan Dalam Penelitian ini adalah Tindakan pencegahan yang

dilakukan oleh penderita diabetes mellitus terhadap terjadinya ulkus

diabetik. Contoh seperti Pencegahan diet, aktifitas fisik, berolahraga.

Dihitung berdasarkan 10 pertanyaan yang didapat dengan kuisioner dan

diukur menggunakan skala Likert, jumlah pertanyaan keseluruhan


sebanyak 10 nomor dan setiap pertanyaan mempunyai 4 pilihan jawaban

dengan skor nilai : Sangat Setuju skor 4, Setuju skor 3, Tidak setuju skor

2 Sangat tidak setuju skor 1 sehingga diperoleh skor nilai :

Skor Tertingg : 10 x 4 = 40 (100%)

skor terenda : 10 x 1 = 10 (25%)

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus interval :

𝑖 = K (Sugiyono 2012)

Keterangan :

= Interval kelas
R = Range atau kisaran yaitu nilai tertinggi – nilai terendah

= 100% - 25% = 75%

K = Kategori. Jumlah kategori sebanyak 2 yaitu baik dan kurang

75 %

2
𝑖 = = 37,5 %

Sehingga kriteria penilaian 100 – 37,5% = 62,5%.

Kriteria objektif :

Cukup : Jika persentase jawaban responden ≥ 62,5 %

Kurang: Jika persentase jawaban responden < 62,5 %

E. Hipotesis Penilitian

1. Pengetahuan

Ho :Tidak ada hubungan pengetahuan risiko dengan terjadinya

ulkus diabetik pada,Lansia Penderita DM di Wilayah kerja

Puskesmas Perumnas Kota Kendari

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan risiko terjadinya ulkus

diabetik pada Lansia Penderita DM di Wilayah kerja

Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

2. Sikap

Ho : Tidak ada hubungan sikap dengan risiko terjadinya ulkus

diabetik pada Lansia penderita DM di wilayah kerja

Puskesmas perumnas Kota Kendari .


Ha : Ada hubungan sikap dengan risiko terjadinya ulkus

diabteik pada lansia penderita DM di Puskesmas

Perumnas Kota Kendari.

3. Tindakan

Ho :Tidak ada hubungan tindakan dengan risiko terjadinya ulkus

diabetik pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas

perumnas.kota Kendari

Ha : Ada hubungan tindakan dengan risiko terjadinaya ulkus

Diabetik pada lansia penderita DM di Puskesmas Perumnas

Kota Kendari.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penlitian ini yang digunakan adalah penelitian

observasioanl dengan pendekatan Cross Sectional study.Dalam hal

ini variabel-variabel yang termasuk faktor peneyebab dan variabel-

variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu

yang sama (sugiyono 2016).

Populasi sampel

Faktor Risiko + Faktor Risiko

Efek Efek Efek+ Efek -

Gambar 2 Desain Penelitian Cross Sectional Study.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan,di Wilayah Kerja Puskesmas

Perumnas Kota Kendari.


2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi

dalam penelitian adalah semua penderita DM Pada lansia yang

memeriksakan diri pada bulan Januari-Maret di Puskesmas

Perumnas Kota Kendari periode 2019 berjumlah 42 penderita.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo,2012).

Sampel di tentuakn berdasrkan (Nursalam, 2013), sebagai berikut :

N
n=
2
1 + N (d)

Keterangan :

N : Besarnya populasi

n : Besarnya sampel : 0,05 derajat ketelitian

Maka banyak sampel dalam penelitian ini adalah

N
n=
2
1 + N (d )

n = 42
1 + 42(0,0025
42
2
n = 1 +42 (0,05)
42
n=
1 + 42 (0,0025)

42
n=
1+0,105
n = 42
1,105
n = 38,orang

Sehingga banyaknya responden penelitian adalah sebanyak 38

orang. Tekhnik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan Simple rendom sampling

dengan cara acak ”Lotre” Adapun kriteria sampel yang digunakan

pada penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi

1).Penderita Diabetes millitus yang terdaftar di Puskesmas

Perumnas selama 3 bulan terakhir.

2) Usia 60-74 Bisa mendengar

3) Penderita yang kooperatif

4) bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1). Penderita Diabetes Millitus yang tidak terdaftar di Puskesmas

Perumnas minimal 3 bulan terakhir.

2) Penderita yang tidak koperatif


3) Penderita Yang tidak besedia Menjadi responden

D. Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung

dari.penderita Diabetes Miletus,pengumpulan data Primer dalam

Penelitian ini meggunakan instrumen ynag telah disediakan.

Sebelumnya yang berkaitan dengan Variabel Penelitian Adapun

Data Primer dalam Peeneltian Ini adalah pengetahuan,sikap dan

Tindakan Penderita DM pada Lansia

b. Data Sekunder

Data Sekunder Adalah data yang diperoleh Penelti tidak

secara langsung dari objek penelitian.peneliti Mendaptkan data

yang suda jadi yang diperoleh dari laporan tahun Puskesmas

Perumnas Kota Kendari Data Sekunder ini merupakan Sumber

Imformasi Pendukung Dalam Penelitian

2. Cara Pengumpulan Data

Instrumen Pengumpulan Data Berdasrkan Penelitian yang di

lakukan penulis menggunakan teknik:

a) Kuisioner yaitu merupakan suatu daftar rangkaian pertanyaan

yang di susun secara tertulis menegenai sesuatu yang

berkaitan dengan penelitian Angket yang digunakan adalah tipe

(tertutup). Dalam hal ini pertanyaan dijaukan kepada responden


dalam angket ini adalah menegnai penegtahuan,sikap dan

tindakan pada penderita DM pada lasia.

b) Wawancara yaitu merupakan tanya jawab yang akan dikerjakan

secara sistematis berdasrkan pada tujuan penelitian

Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

imformasi dan melengkapi data yang akan diperlukan dalam

penelitian.

c) .Dokumentasi yaitu suatu usaha aktif bagi suatu badan atau

lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan

dokumen yang bagi badan atau lembaga yang

mengadakan.dokumentasi yang akan dilakukan untuk

memperoleh data tentang penegtahuan,sikap dan tindakan

D. Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Menurut Azrul Aswar (2008) pengolahan data menggunakan

tekhnik editing, coding, dan tabulating. Adapun pelaksanaannya

meliputi :

a.Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang

sudah diisi. Editing meliputi memeriksa kelengkapan data,

memeriksa kesinambungan data dan memeriksa keseragaman

dat.
b. Coding

Langkah ini dapat dilakukan hanya memberi kode

pada responden untuk memudahkan analisis data dan

mengklasifikasi data menurut jenisnya.

c Tabulating

Memberi kategori dan skor terhadap jawaban

responden dengan menggunakan sistem kategori dan nilai

kemudian menjumlahkan hasil dan skor yang didapat dan

mengklasifikasikan untuk selanjutnya dibuat tabel distribusi

frekuensi.

1. Penyajian Data

Setelah data dikumpulkan, data harus disusun secara

skematis dan disajikan dengan baik agar data tersebut dapat

dimengerti pada penelitian ini. Penyajian data akan menggunakan

tabel sesuai dengan kebutuhan dan jenis data kemudian dirahasiakan

agar lebih mudah dipahami.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian dengan

melakukan analisa data yang meliputi persiapan, tabulasi dan aplikasi

data (Arikunto,2010).

a. Analisis Univariat
statistik (analisis frekuensi) dengan formula sebagai berikut

(Candra Budiman, 2008) :


f
x = n x k Keterangan :

x : Persentase variabel diteliti

f : Kriteria penelitian terhadap responden

n : Jumlah sampel

k : Konstanta (100%)

b. Analisis Bivariat

Setelah data terkumpul dianalisa secara Analitik dengan

menggunakan perhitungan uji Chi- Square dengan rumus

(Sugiyono,2016)
2
n (ad-bc)
2
X = ∑ --------------------------------
(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)

Keterangan:

N : jumlah sampel

a,b,c,d : sel-sel

Interprestasi hasil uji, dikatakan bermakna bila dengan kriteria :


2 2
a. X hitung ≥ X tabel = H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan yang bermakna.


2 2
b. X hitung < X tabel = Ho diterima yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna.

c. dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan tingkat

kepercayaan 95%.
Tetapi bila uji Chi Square tidak memenuhi syarat maka dilakukan

Fisher’s Exact Test dengan rumus

P = (a+b)! (c+d)!(a+c)!(b+d)!

n!a!b!c!d!
Keterangan :
a,b,c,d = Nilai Sel

n = Jumlah sampe

! = Faktorial

Taraf signifikan 5% (α = 0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%

pengambilan keputusan dilakukan sebagai berikut :


2 2
a.Jika nilai x hitung ≥ x maka Ho ditolak dan Ha Dditerima yang

berarti ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen.
2 2
b.Jika nilai x hitung <x maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen.

Keterangan :
2
X = nilai chi-square ( Sugiyono, 2012 ).

Tabel 1: Tabel 2 x 2

Frekuensi pada
Sampel Jumlah Sampel
Objek I Objek II
sampel a A B a+b
sampel b C D c+d
Jumlah a+c b+d a + b+c + d
Keterangan :
a : Jumlah variabel bebas, variabel bebas positif dengan variabel terikat

positif

b : Jumlah variabel bebas, variabel bebas positif dengan variabel terikat

negatif

c : Jumlah svariabel bebas, variabel bebas negatif dengan variabel

terikat positif

d :Jumlah variabel bebas negatif dengan dengan variabel terikat negative

Untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel yang telah

diuji Chi-kuadrat dilakukan uji koefisien phi dengan rumus

Keterangan :

2
X = nilai chi

n = besar sampel

ᶲ = nilai phi

interpretasi sebagai berikut :

Nilai 0,00-0,199 :Hubungan sangat lemah

Nilai 0,20-0,399: Hubungan Lemah

Nilai 0,40-0,599: Hubungan Sedang

Nilai 0,60-1,799 Hubungan Kuat

Nilai 0,80-1,000: Hubungan Sangat Kuat


E. Etika Penelitian

Di dalam melakukan peneltian, peneliti harus mendapat izin dari

institusi Puskesmas Poasia untuk melakukan penelitian di tempat

tersebut. Setelah mendapat izin barulah peneliti dapat melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi

(Notoatmodjo, 2012).

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada

responden (komunikasi terapeutik) yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian dengan tujuan responden dapat memahami maksud dan

tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2 Tanpa nama (Anonymity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar

pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode

huruf tertentu demi menjaga kerahasiaan identitas subjek.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitia

Anda mungkin juga menyukai