Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

“ Wanita G1P0A0 Hamil Post Date, Induksi Persalinan dan Preeklampsia


Berat
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu

Diajukan Kepada :
Pembimbing :dr. Yasmina Ema Pandanwangi,Sp.OG
Disusun Oleh :
Mifahul Tsani H2A014044

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN KLINIK
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Presentasi laporan kasus:


“ Wanita G1P0A0 Hamil Post Date, Induksi Persalinan dan Preeklampsia
Berat

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu
Disusun Oleh:
Miftahul Tsani H2A014044

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing TandaTangan

dr. Yasmina Ema Pandanwangi, Sp.OG .............................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi terjadi pada sekitar 6%-10% pada seluruh kehamilan, dan


kelainan hipertensi dalam kehamilan khususnya preeklampsia merupakan
penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal pada negara-
negara berkambang.
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui. Pada
kondisi berat preeklampsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan gejala
kejang.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagaisebab preeklampsia
adalah iskemik plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan
semua hal yang berkaitan dengan preeklampsia. Faktor yang sering ditemukan
sebagai faktor risiko antaralain nulipara, kehamilan ganda, usia kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, genetik, dan obesitas.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan satu kesatuan penyakit, yakni
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal
ini terjadi. Preeklampsai berat dan eklampsia merupakan risiko yang
membahayakan ibu disamping membahayakan janin melalui plassenta. Setiap
tahun sekitar 50.000 ibu meninggal akibat eklampsia. Jika eklampsai tidak
ditangani secara dini akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena
kegagalan jantung, ginjal, hati, atau perdarahan otak.

3
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jetis RT 11/05, Gedong
Tanggal masuk : 24 September 2018
No. CM : 239187
Biaya pengobatan : BPJS

Nama Suami : Tn. B


Umur : 40 th
Alamat : Jetis RT 11/05, Gedong
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Pendidikan Terakhir : SMA

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang VK RS PKU
Muhammadiyah Delanggu, hari jum’at, tanggal 25 September 2018 pukul 10.30
WIB.
Keluhan utama: Melewati hari perkiraan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :

4
Pasien datang ke Poli RS PKU Muhammadiyah Delanggu dengan rujukan
dari Puskesmas, dengan keterangan dari dokter spesialis kebidanan dan
kandungan dengan hipertensi. Pasien masih jarang merasakan kenceng-kenceng.
Gerak janin masih dirasakan. Tidak ada keluhan lain seperti lendir darah, rembes
air ketuban, mules-mules. Tidak ada keluhan sistemik lain seperti pusing, nyeri
kepala, mata berkunang, mata kabur, dada sakit, sesak nafas, mual, muntah
berlebih, kelemahan anggota geerak.
Riwayat Haid
- Menarche : 13 tahun.
- Lama haid : 4-7 hari
- Siklus haid : 28-30 hari teratur
- HPHT :18 Desember 2017
- HPL : 22 September 2018

Riwayat Menikah
Pernikahan kedua, lama pernikahan 1 tahun
Riwayat Obstetri
Hamil ini G1P0A0 37 tahun hamil 40 minggu, 3 hari, janin 1 hidup
intrauterin, presentasi kepala, sudah masuk PAP, puka, Riwayat Hipertensi, DM,
jantung, asma selama kehamilan disangkal. Tekanan darah dalam batas normal.
Pada kunjungan ANC usia kehamilan 39 minggu diakui mulai terjadi kenaikan
tekanan darah menjadi 130/90, usia kehamilan 40+1 minggu menjadi 140/100.
Riwayat ANC
Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan rutin di bidan puskesmas
trimester 1 3x, trimester II 4kali, Trimester III 8 kali, dan di spOG 2x. Imunisasi
TT dua kali. Riwayat USG (+). Berat badan sebelum hamil 60 kg
Riwayat KB

Belum pernah menggunakan KB


Perilaku Kesehatan
- Merokok : disangkal
- Minum-minuman beralkohol : disangkal

- Konsumsi narkoba : disangkal

5
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Abortus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes melitus : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
- Riwayat ISK : disangkal
- Riwayat IMS : disangkal
- Riwayat TORCH : disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan : disangkal
- Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal

- (hanya konsumsi vitamin dari bidan).


Riwayat Penyakit Keluarga
- Asma : disangkal
- Hipertensi : diakui (bapak dan ibu)
- Riwayat Diabetes melitus : disangkal
- Penyakit Jantung : disangkal

- Alergi : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai swasta.
Biaya pengobatan menggunakan asuransi BPJS. Tinggal bersama orangtua. Kesan
ekonomi baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 20 September 18 pada pukul 10.30
WIB.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E 4, V 5, M 6)
Tanda Vital :
a) Tekanan darah : 140/90mmHg
b) Nadi : 90x/ menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
c) Nafas : 20x/ menit
d) Suhu : 36,7oC (axiler)

6
Status Gizi
a) BB : 92 kg
b) TB : 160 cm
c) IMT : 27,8
d) Penambahan BB selama kehamilan : 32 kg (BB awal 60 kg)
Status Internus
a) Mata : Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-), ikterik (-/-); edem palpebra
(-/-); Pupil isokor 3mm/ 3mm
b) Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)
c) Telinga : Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/-)
d) Mulut : Lembab (+), Sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-)
e) Leher :Pembesaran limfonodi(-/-), pembesarantiroid (-/-), hipertropi otot
bantupernafasan (-)
f) Thorax :
Cor :
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V LMCS, tak kuat angkat
3) Perkusi :
- Batas atas
- jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
- Batas Pinggang jantung : ICSIII Linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial Linea mid clavicula
sinistra
- Batas kanan bawah jantung : ICS IV Linea sternalis dextra
4) Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo

Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi Simetris statis & dinamis, Simetris statis & dinamis, retraksi
retraksi (-) (-)

Stem fremitus normal kanan = Stem fremitus normal kanan = kiri


Palpasi kiri
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru
Perkusi Suara dasar paru vesikuler(+),
Suara dasar paru vesikuler (+), suara tambahan paru : wheezing
suara tambahan paru : wheezing (-), ronki (-)
Auskultasi (-), ronki(-)

7
Belakang
Palpasi Stem fremitus normal kanan = Stem fremitus normal kanan = kiri
kiri Sonor seluruh lapang paru
Perkusi Sonor seluruh lapang paru SD paru vesikuler (+),
SD paru vesikuler (+), suara suara tambahan paru: wheezing
Auskultasi tambahan paru : wheezing (-), (-), ronki (-)
ronki (-)

g) Abdomen :
- Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (+), striae gravidarum
(+), bekas sc (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Sulit dinilai
- Palpasi : Sulit dinilai
h) Genitalia : pada status obstetri
i) Extermitas

Superior Inferior
Edema -/- +/+
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis + normal + normal
Reflek patologis -/- -/-
Kekuatan dan gerakan 555/555, aktif segala arah 555/555, aktif segala arah

Status obstetri
1) Muka : chloasma gravidarum (-)
2) Thorax : mammae membesar (+/+), hiperpigmentasi (+/+)
3) Abdomen :
a)Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (+), striae gravidarum
(+), bekas sc (-)
b) Palpasi :
- Leopold I : teraba 1 bagian besar, lunak, dan ballotemen (-), kesan
bokong
- Leopold II : teraba 1 tahanan keras memanjang di sisi kanan ibu (Puka)
dan teraba bagin-bagian kecil janin di sisi kiri ibu, TFU 29 cm (3 jari
dibawah procesus xyphoid,
- Leopold III : teraba 1 bagian bulat, keras dan ballotemen (+)
- Leopold IV : bagian bawah janin 1/5 bagian masuk pintu atas panggul,
kesan konvergen.

8
- His : jarang
c) Auskultasi : DJJ 152 x/menit, regular
d) Perkusi : tidak dilakukan
4) vulva : tidak ada eritem tidak ada erosi, oedema -/-, air ketuban (-), keputihan
(-), lendir darah (-)
5) Pemeriksaan dalam :
a) Vaginal Toucher :

- Kulit Ketuban (KK) (+),


- Air ketuban (-)
- Lendir darah, sarung tangan lendir darah (-)
- Bishop Skor
Serviks Hasil Pemeriksaan Skor
Posisi portio Portio posterior 0
Konsistensi Tebal 0
Pendataran 0-10% 0
Pembukaan ≠0 cm 0
Penurunan kepala Bidang hodge I 3
TOTAL 3
Total Bishop skor = 3

b) Pemeriksaan Panggul Dalam :


- Promontorium : Tidak teraba
- Linea Inominata : Teraba 1/3 bagian
- Spina Ischiadika : Tidak menonjol
- Dinding samping pelvis : Sejajar
- Lengkung os. Sakrum : Cukup
- Mobilitas os. Coccygeus : Cukup
- Arcus Pubis : >90o
Kesan panggul genekoid tak sempit

IV. DIAGNOSA SEMENTARA


Hamil ini G1P0A0 37 tahun hamil 40+2 minggu, janin 1 hidup intrauterin
presentasi kepala masuk PAP 1/5 bagian, puka, belum dalam persalinan, suspek
Gestasional Hipertensi dan kehamilan postdate

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

Darah Rutin Tgl 24/9/18 Nilai Normal


(WB EDTA) VK

9
Hb 12,2 g/dL 12-16 g/dL
Ht 40,3 % 37-43 %
Eritrosit 5,88 jt/mm3 4-5 jt/mm3
Trombosit 231rb/mm3 150-400 10.3/uL
Leukosit 9,7 rb/mm3 4-12 10.3/uL
MCV 68,5 fl 78,6-102,2 fL
MCH 20,7 pg 25,2-34,7pg
MCHC 30,3 g/Dl 31,3-35,4 g/dl
Ureum 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,5-0,9 mg/dl
Total protein 6,6-8,7 g/dl
Albumin 3,8-5,1 g/dl
Globulin 2,6-3,6 g/dl
Na 135-145 mmol/L
K 3,5- 5,10 mmol/L
Cl 95-115 mmol/L
Sero-imunologi Nonreaktif Nonreaktif
HbSAg
Urin Protein +2

VI. RESUME
Pasien datang ke Poli RS PKU Muhammadiyah Delanggu dengan rujukan
dari Puskesmas, dengan keterangan dari dokter spesialis kebidanan dan
kandungan dengan hipertensi. Pasien masih jarang merasakan kenceng-kenceng.
Gerak janin masih dirasakan. Tidak ada keluhan lain seperti lendir darah, rembes
air ketuban, mules-mules. Tidak ada keluhan sistemik lain seperti pusing, nyeri
kepala, mata berkunang, mata kabur, dada sakit, sesak nafas, mual, muntah
berlebih, kelemahan anggota gerak.
RPD disangkal, RPK Hipertensi ayah dan ibu, Riwayat ANC rutin,
Riwayat Obstetri, hamil ini G1P0A0 37 tahun hamil 40 minggu, 2 hari, janin 1
hidup intrauterin, presentasi kepala, sudah 1/5 bagian masuk PAP kesan
konvergen, puka, Riwayat Hipertensi, DM, jantung, asma selama kehamilan
disangkal. Tekanan darah dalam batas normal. Pada kunjungan ANC usia
kehamilan 39 minggu diakui mulai terjadi kenaikan tekanan darah menjadi
130/90, usia kehamilan 40+1 minggu menjadi 140/90. Riwayat haid, HPHT 18-12-
17, HPL 22-10-2018
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, GCS 15, Tanda Vital TD 140/90mmHg, range TD 200-140/90-

10
107, nadi : 90x/ menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, nafas : 20x/ menit,
suhu : 36,7oC (axiler). Status internus mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorax,
abdomen dalam batas normal, oedem pada kaki (+). Status obstetri thorax :
mammae membesar (+/+), hiperpigmentasi (+/+), Abdomen membuncit,
membujur, linea nigra (+), striae gravidarum (+), ,janin 1 hidup intauterin
presentasi kepala,masuk PAP 1/5 bagian konvergen, puka. DJJ 152 x / menit,
reguler. Pemeriksaan dalam VT pembukaan Ø≠ 0cm, pendataran portio 0-10%,
arah portio posterior, konsistensi tebal, penurunan kepala bagian terbawah janin
sudah turun H1, KK (+). Bishop skor 3-6-6.

VII. DAFTAR MASALAH

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


1. Kenceng-kenceng 12. TD 140/90mmHg
13. Status gizi normal
jarang
14. Odem kaki (+)
2. Gerak janin
15. Palpasi janin 1 hidup
3. Lendir darah (-)
4. Rembes (-) intauterin presentasi
5. Mules (-)
kepala,masuk PAP 1/5
6. R.HT ayah ibu
7. R. HT naik usia 39-40 bagian konvergen dapat
minggu digoyang puka. DJJ 152 x /
8. Usia kehamilan 40+2
menit, reguler.
9. HPHT 18 desember
16. VT pembukaan Ø≠ 0cm,
2017
pendataran portio 0-10%,
10. HPL 22 september
arah portio posterior,
2018
11. Keluhan sistemik lain konsistensi tebal,
(-) penurunan turun H1, KK
(+)
17. Bishop skor 3-6-6

VIII. DIAGNOSISI BANDING


Kehamilan Postdate 1,2,3,4,5,8,9,10,15,16,17
Tekanan darah tinggi
Pre-eklampsia Berat 6,7,11,12,13,14
Pre-eklampsia dengan impending eklampsia 6,7,11,12,13,14

11
Superimposed Pre-Eklampsia 6,7,11,12,13,14
Hipertensi gestasional 6,7,11,12,13,14
Hipertensi Kronis 6,7,11,12,13,14

IX. INITIAL PLAN

Diagnosis Kerja: Hamil ini G1P0A0 37 tahun hamil 40+2 minggu, janin 1 hidup
intrauterin presentasi kepala, masuk 1/5 bagian kesan konvergen, belum dalam
persalinan (inpartu), postdaate
1. IP Dx :
a. Subjektif : HPHT

b. Objektif :His, DJJ, Bishop score, Tes darah rutin, Proteinuria, Urin rutin,
EKG, USG
2. IP Tx :
- Pasang IV line RL 20 tpm
- Pasang oksigen
- Operasi sesar (SC), bila tidak ada kemajuan pembukaan
3. IP Mx : - Monitoring KU, TTV
- Monitoring DJJ, His, KU, TV, pembukaan EKG, CTG
- Monitoring darah rutin dan proteinuria
- Monitoring bishop skor atau pembukaan
4. IP Ex
- Posisi ibu miring kiri
- Motivasi induksi persalinan
- Motivasi rawat inap untuk pasien
- Motivasi bila persalinan tak maju, indikasi sectio cesaria
- Beri pasien dan keluarga penjelasan tentang kondisi pasien beserta janin
serta penanganannya

Diagnosis Kerja : Pre Eklamsia Berat


1. IP Dx :
a. Subjektif : Riwayat ANC, Riwayat Gizi, Riwayat Hipertensi pada

12
RPD dan keluarga

b. Objektif : Tanda vital, Tes darah rutin, Proteinuria, Urin rutin, EKG,
USG, CTG
2. IP Tx :
- Pasang IV line RL 20 tpm
- Initial dose MgSO4 4 gr secara bolus dalam 10-15 menit
- Metildopa 2x250mg
- Pasang oksigen
- Persalinan secara sectio sesaria (SC)
3. IP Mx :
- Monitoring KU, TTV
- Monitoring DJJ, HIS, KU, TV, pembukaan EKG, CTG
- Monitoring darah rutin dan proteinuria
4. IP Ex
- Posisi ibu miring kiri
- Motivasi rawsat inap untuk pasien
- Motivasi bila persalinan tak maju, indikasi sectio cesaria

X. Persalinan Secara Sectio Secaria (SC)


Kala I (24/09/8)
15.20 Belum pembukaan, menetap tidak maju

Tekanan darah naik turun dengan range antara 140-200 / 90-107


Kala II (25/09/8)
11.00 operasi sesar
Kala III
 KU : baik
 TFU : 3 jari di bawah pusat
 Perdarahan : 50 ml
 Kontraksi uterus : baik

 Plasenta :lahir per abdominam, lengkap, selaput amnion


lengkap
Kala IV
No Waktu TD N S TFU Kontraksi KandungPerdarah
Uterus kemih an
1 11.30 140/60 50 36 3jari Keras 100cc 10cc
11.45 150/100 47 100cc 10cc

13
12.00 150/100 48 dibawah 100cc 10cc
12.15 150/100 59 100cc 10cc
pusat
2 12.30 140/100 60 36,4 100cc 10cc
13.00 150/100 60 100cc 10cc

XI. Diagnosis post SC:

P1A0, Hamil Postdate, Sectio Secaria a/i Pre-eklampia berat

XII. Terapi post SC :

Injeksi MgSO4 40% 4 gr, maintenance 1gr/jam, syring pump sampai 24jam
Inj. Ceftriaxon 2x1 gram  ganti
Inj. Metronidazole 3x500mg  ganti
Inj. Ketorolac3x30 gram prn nyeri
p.o metyldopa 2x250mg
p.o amlodipin 1x5mg
p.o cefadroxyl 2x500mg
p.o asam mefenamat 3x500mg
p.o sulfas ferous 1x10mg

XIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam

14
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. PRE EKLAMPSIA

1. Definisi
Perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti “halilintar” karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan.Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini
umumnya terjadi setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi bila terdapat peubahan
hidatidiformis yang luas pada vili khorealis.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, pre-eklampsiaberat, eklampsia, serta superimposed
hipertensi(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi
dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta
tatalaksanayang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.
Proteinuria adalah tanda yang penting dari preeklampsia.Preeklampsia tidak
hanya terjadi pada wanita muda pada kehemilan pertamanya.Preeklampsia
paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan.

2. Epidemiologi
Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda.Sedangkan
diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur
lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
preeklampsia.
Wanita dengan kehamilan ganda bila dibandingkan dengan kehamilan
tunggal, memperlihatkan insidensi gestasional (13% : 6%) dan PE (13% : 5%)
yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan kehamilan ganda

15
memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita denan
kehamilan tunggal.
3. Etiologi dan Patofisiologi Preeklampsia / Eklampsia
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab
preeklampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta
berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat.
Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan
aktivitas tromboksan memegang peranan sentral terhadap
ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan
pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan
volume plasma.
b. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada
kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna. Padpreeklampsia terjadi kompleks imun
humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya
pembentukan proteinuria.
c. Peran Faktor Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita
preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA).
Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan
haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita
preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.
d. Disfungsi endotel

16
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada
terjadinya preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia
dapat menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas
agregasi trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan
plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi
deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2
dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Terdapat dua tahap perubahan yang mendasari pathogenesis preeklampsia :
1. Hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dalam
a.spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel trofoblas pada dinding
a.spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan
sehingga a.spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat
penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus di plasenta sehingga
terjadilah hipoksia plasenta.
2. Stres oksidatif bersama dengan zat toksin yang beredar dapat merangsang
terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh darah yang disebut
disfungsi endotel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endotel
pembuluh darah pada organ – organ penderita preeklampsia.13
Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbbangan produksi zat – zat
yang bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida
dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboksan,
dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan
terjadilah hipertensi. i
Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan system
koagulasi sehingga terjadi agregasi trombosit dan pembentukan thrombus.
Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi endotel di dalam tubuh
penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi disfungsi dan
kegagalan organ seperti :
1. Pada ginjal : hiperurisemia, proteinuria, dan gagal ginjal
2. Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi

17
3. Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai denga edema paru
dan edema menyeluruh
4. Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan koagulopati
5. Pada hepar dapat terjadi perdarahan dan gangguan fungsi hati
6. Pada susunan saraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang,
kebutaan, pelepasan retina, dan perdarahan
7. Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin,
hipoksia janin, dan solusio plasenta.

4. Klasifikasi Preeklampsia
Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat.
a. Preeklampsia Ringan
Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi : Kenaikan tekanan darah
sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolic 90-110 mmHg,
Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/L dalam 24 jam, Edema pada pretibial,

18
dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan, Tidak disertai gangguan
fungsi organ
Tanda klinis preeklampsia ringan :
1. Kehamilan >20 minggu
2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan
2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat
3. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral,
wajah, atau tangan
4. Proteinuria lebih dari 0,3 gr/liter/24 jam, kualitatif +2

b. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Dikatakan preeklampsia berat bila terdapat satu atau lebih keadaan seperti :
1. Tekanan darah sistolik antara >160 mmHg dan tekanan darah diastolic >110
mmHg. Tekanan darah tidak menurun meski sudah dirawat dan tirah baring
dirumah sakit,
2. Trombosit <100.000/mm3
3. Proteinuria (>5gr/lt/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan kuantitatif
disertai dengan :
a. Oliguria (urine ≤ 400 mL/24 jam)
b. Keluhan serebral, gangguan penglihatan
c. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium
d. Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
e. Edema pulmonum, sianosis
f. Gangguan perkembangan intrauterine
g. Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia
Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ – organ tubuh
seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindroma haemolysis, elevated liver enzymes and low

19
platelet (HELLP), bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibum atau
keduanya bila preeklampsia tak segera diatasi dengan baik dan benar.
PEB dapat dibagi dalam beberapa kategori :
1. PEB tanpa impending eclamsia
2. PEB dengan impending eclamsia, dengan gejala-gejala impending : nyeri
kepala, mata kabur mual dan muntah, nyeri epigastrium, nyeri kuadran
kanan atas abdomen

c. Eklampsia
Jika terjadi tanda – tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai
dengan adanya kejang maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.
Pembagian preeklampsia berat

Tabel. Klasifikasi Ringan dan Berat Preeklampsia6

Sedangkan klasifikasi untuk eklampsia yaitu gejala preeklampsia berat


ditambah dengan konvulsi dan kesadaran turun hingga koma.

20
5. Gejala dan Tanda
Gejala dan tandanya dapat berupa :
Hipertensi
Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa
penyakit preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba.
Banyak primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar
100-110/60-70 mmHg selama trimester kedua. Peningkatan diastolik
sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg harus
dipertimbangkan (William obstetri, 2010).
Hasil pemeriksaan laboratorium
Proteinuria merupakan gejala terakhir timbul. Proteinuria berarti
konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24
jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan (+1 sampai 2+ dengan
metode dipstik) atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan
menggunakan kateter atau midstream.Hemoglobin dan hematokrit
meningkat akibat hemokonsentrasi. Trombositopenia biasanya terjadi.
Terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan penurunan antitrombin III. Asam
urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal
tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin fosfatase
meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit
meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada
pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan
proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast.
Edema
Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen, tetapi
jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang
meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema lain
dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu dan
penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut pitting
edema > +1 setelah tirah baring 1 jam.
6. Penegakan Diagnosis

21
Gambar 7. Bagan alur penegakan diagnosis wanita hamil dengan tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg

7. Diagnosis Banding

a. Hipertensi kronik
b. Preeklampsia-eklampsia
c. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
d. Hipertensi gestasional: (1) hipertensi transien dalam kehamilan jika
preeklampsia tidak terjadi pada saat melahirkan dan tekanan darah kembali
normal setelah 12 minggu postpartum atau (2) hipertensi kronik jika tekanan
darah tetap tinggi.

8. Komplikasi

a. Solusio plasenta
Terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada preeklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis

22
Penderita dengan preeklampsiabert kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum dikethui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi darah merah.Nekrosis
periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklampsia dapat
menerangkan ikterus tersebut.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
preeklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung hingga
seminggu dapat terjadi.Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
f. Edema paru
Paru – paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat spirasi.Kadang-kadang ditemukan abses paru.
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia tetapi
ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes , dan low
platelet
Merupakan kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat
lelah, mual,muntah,nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membrane
eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia
(<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan
tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
i. Kelainan ginjal

23
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
j. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation)
9. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit


preeklampsiaadalah:
a. Mencegah terjadinya preeklampsia berat dan eklampsia
b. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya.
c. Melahirkan janin hidup
d. Pemulihan sempurna bagi kesehatan ibu.
Penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan
obstetrik. Penanganan obstetric ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal yaitu sebelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur
untuk hidup di luar uterus.Pendapat lain mengemukakan bahwa penatalaksanaan
dibagi atas tingkatan dari preeklampsia itu sendiri, yaitu preeklampsia ringan,
preeklampsia berat, eklampsia, dan sindrom HELLP (haemolysis,elevated liver
enzymes, and low platelet).

a. Pengelolaan PER dapat secara rawat jalan (ambulatoir) dan juga rawat inap
(hospitalisasi)
1) Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)
- Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya.
Di Indonesia tirah baring masih diperlukan.
- Diet regular : tidak perlu diit khusus
- Vitamin prenatal
- Tidak perlu pembatasan konsumsi garam
- Tidak perlu pemberian diuretic, antihipertensi dan sedativum

24
- Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu.
2) Pengelolaan rawat inap (hospitalisasi)
- Indikasi PER rawat inap (hospitalisasi)
a. Hipertensi yang menetap selama >2 minggu
b. Proteinuria menetap selama >2 minggu
c. Hasil tes laboratorium yang abnormal
d. Adanya gejala atau tanda 1 (satu) atau lebih preeklampsia berat
- Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
a. Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen
c. Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan
penimbangan dilakukan setiap hari
d. Pengamatan dengan cermat gejala preeklampsia dengan impending
eclamsia : nyeri kepala frontal atau oksipital, gangguan visus, nyeri
kuadran atas, nyeri epigastrium
- Pemeriksaan laboratorium
a. Proteinuria dengan dipstick pada waktu masuk dan sekurangnya
diikuti 2 hari setelahnya
b. Hematokrit dan trombosit : 2x seminggu
c. Tes fungsi hepar 2x seminggu
d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan
BUN
e. Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter
tetap)
- Pemeriksaan kesejahteraan janin
a. Pengamatan gerakan janin setiap hari
b. Nonstress Tess (NST) 2x seminggu
c. Profil biofisik janin dengan USG, setiap 3-4 minggu
d. Ultrasound Doppler
3) Terapi medikamentosa

25
Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar, bila terdapat
perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklampsia dan umur kehamilan>37
minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh
dipulangkan
4) Pengelolaan obstetric
Pengelolaan obstetric tergantung umur kehamilan
a. Bila penderta tidak inpartu
1) Umur kehamilan <37 minggu. Bila tanda dan gejala tidak memburuk,
kehamilan dapat dipertahankan hingga aterm.
2) Umur kehamilan >37 minggu
 Kehamilan dipertahankan hingga timbul permulaan partus
 Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat
dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan
b. Bila penderita sudah inpartu
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Partograf Friedman atau
Partograf WHO
c. Konsultasi
Selama dirawat di rumah sakit dilakukan pada :
 Bagian penyakit mata
 Bagian penyakit jantung
 Bagian lain atas indikasi
b. Preeklampsia Berat

Dasar pengelolaan preeklampsia berat


Pada kehamilan dengan penyulit apapun ibunya, dilakukan pengelolaan dasar
sebagai berikut :
1. Rencana terapi pada penyulit : medikamentosa
a. segera masuk RS
b. tirah baring miring ke kiri secara intermiten
c. infus ringer laktat atau ringer dextrose
d. pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang

26
e. pemberian antihipertensi, diberikan bila tekanan darah sistolik > 180
mmHg diastolic >110 mmHg. Obat antihipertensi yang digunakan :
Hidralazin, labetalol, nifedipin, sodium nitroprusid, diazoxide, metildopa,
nitrogliserin, clonidin.
f. pemberian diuretic bila ada indikasi edema, gagal jantung kongestif, dan
edema.
2. kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang
terhgantung pada umur kehamilannya.
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu :
a. Ekspektatif, konservatif
Bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa.Pengelolaan konservatif adalah tetap mempertahankan
kehamilan bersamaan dengan terapi medikamentsa.Terdapat banyak
pendapat bahwa semua kasus PEB harus ditangani secara aktif,
penanganan konservatif tidak dianjurkan. Indikasi untuk melakukan
pengelolaan konservatif adalah bila umur kehamilan <37 minggu tanpa
disertai tanda – tanda impending eclamsia dengan keadaan janin baik,
artinya kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan
terapi medikamentosa. Perawatan tersebut terdiri atas :
- Terapi MgSO4, yang disuntikkan secara intramuscular (IM). MgSO4
dihentikan bila sudah mencapai tanda PER, selambat-lambatnya
dalam waktu 24 jam
- Terapi lain sama seperti terapi medikamentosa
- Dianggap gagal jika >24 jam tidak ada perbaikan, harus diterminasi
- Jika sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan, diberikan MgSO 4
20% 4 gr/IV dahulu
- Penderita pulang bila : dalam 3 hari perawatan setelah penderita
menunjukkan tanda-tanda PER dengan keadaan penderita tetap baik
dan stabil.
b. Aktif , agresif

27
Bila umur kehamilan ≥ 37 minggu,artinya kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Penanganan aktif meliputi penanganan umum, terapi medikamentosa,
dan pengelolaan obstetric.
Pengelolaan aktif dilakukan dengan indikasi :
 indikasi ibu :
 bila kehamilan > 37 minggu
 adanya tanda impending eklampsia
 kegagalan terapi konservatif : dalam waktu setelah 6 jam dimulainya
terapi medikamentosa terjadi kenaikan desakan darah. Setelah 24 jam
sejak dimulainya terapi medikamentosa tidak ada perbaikan.
 Indikasi lain : adanya sindrom HELLP (haemolysis,elevated liver
enzymes and low platelet)
 indikasi janin :
 terjadi gawat janin
 Intrauterine Growth Retardation (IUGR)
3. Pemberian terapi medikamentosa

a. Segera masuk RS
b. Tirah baring miring ke kiri secara intermiten
c. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dextrose 5%
d. Pemberian antikejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
e. Pemberian MgSO4 dibagi :
- Loading dose (initial dose) : dosis awal
- Maintenance dose : dosis lanjutan
f. Anti hipertensi
- Diberikan : bila tensi ≥ 180/110 mmHg atau MAP ≥ 126
- Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit,
maksimum 120 mg dalam 24 jam.

28
- Nifedipin tidak dberikan di bawah mukosa lidah (sublingual)
karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan
makan.
- Tekanan darah diturunkan secara bertahap :
1. Penurunan awal 25% dari tekanan sistolik
2. Tekanan darah diturunkan mencapi : TD<160/105 dan MAP <
125
- Siapkan juga oksigen dengan nasal kanul 2L /menit.
g. Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :
- Memperberat penurunan perfusi plasenta
- Memperberat hipovolemia
- Meningkatkan hemokosentrasi
Diuretikuam yang diberikan hanya atas indikasi : Edema paru, Payah
jantung kongestif, Edema anasarka
h. Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan karbohidrat yang
berlebihan

c. Eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi suportif untuk
stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat airway, breathing,
circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia
dan asidemia, mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi,
melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat dan
dengan cara yang tepat.
 Pengobatan medikamentosa
1. Obat antikejang
Obat antikejang yang menjadai pilihan utama magnesium
sulfat. Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti
pemberian pada preeklampsia berat. Pengobatan suportif terutama

29
ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ yang penting, misalnya
tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan
ventilasi paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi
kordis.
2. Perawatan pada waktu kejang
Tujuan utama pertolongan adalah mencegah penderita
mengalami trauma akibat kejang-kejang terserbut.Bila penderita slesai
kejang-kejang, segera beri oksigen.
3. Dirawat di kamar isolasi cukup terang
4. Masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita
5. Kepala direndahkan : daerah orofaring dihisap
6. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor untuk
menghindari fraktur.
7. Perawatan koma
Menjaga agar jalan nafas tetap terbuka, mencegah aspirasi
bahan lambung, monitor kesadaran dan dalamnya koma memakai
GCS, pencegahan dekubitus, dan dipertahankan makanan penderita.
8. Perawatan edema paru
Penderita dirawat di ICU karena membutuhkan perawatan
dengan respirator.
9. Penatalaksanaan obstetric
a. Sikap dasar

Sikap terhadap kehamilan adalah semua kehailan dengan


eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin
b. Saat terminasi
Bila sudah terjadi (pemulihan) hemodinamika dan
metabolism ibu yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan
di bawah ini :
i. Setelah pemberian obat antikejang terakhir
ii. Setelah kejang berakhir

30
iii. Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir
iv. Penderita mulai sadar

B. Krisis Hipertensi
1. Hipertensi emergensi
Tujuan penanganan hipertensi krisis adalah adalah untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Penderita hipertensi emergensi harus dirawat di ruang
perawatan intensif dengan target pengobatan menurunkan tekanan arteri rerata
tidak lebih dari 25 % dalam satu jam dan jika sudah stabil selanjutnya diturunkan
menjadi 160/100-110 mm Hg dalam 2 - 6 jam. Penurunan tekanan yang terlalu
cepat dan melampui target tersebut dapat menginduksi iskemia renal, cerebral dan
koroner. Atas dasar hal tersebut pemakaian Nifedipin short acting tidak lagi
direkomendasi untuk pengobatan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika telah
tercapai target pengobatan awal dan tekanan darah stabil maka pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah lebih lanjut dapat dimulai dalam 24-48 jam kemudian.
Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi
emergensi diberikan secara parentral. Pengobatan hipertensi krisis secara spesifik
tergantung dari kerusakan target organ yang terjadi.
2. Hipertensi Urgensi
Pada umumnya pasien dengan hipertensi urgensi terjadi karena penghetian
terapi hipertensi sebelumnya. Penanganan penderita demikian, dilakukan
observasi beberapa menit dan bila tekanan darahnya tetap > 180/120 mm Hg,
maka dapat dilakukan terapi oral yang sesuai dan mungkin perlu dikombinasi
dengan obat oral sebelumnya.terutama jika jenis obat yang diberikan sebelumnya
dapat mengontrol tekanan darahnya dengan baik dan dapat ditoleransi oleh
penderita. Secara logis, dalam menentukan pemilihan obat untuk hipertensi
urgensi hendaknya dipilih obat yang short acting yang masih dapat dipergunakan
dalam jangka lama. Adapun pilihannya adalah sbb:

Tabel obat oral untuk hipertensi urgensi

31
Gambar Algoritma tatalaksana Hipertensi menurut JNC VII

Pada kasus
Pengobatan hipertensi pada kehamilan menurut JNC VII menggunakan
methyldopa atau beta blocker seperti labetolol, karena paling aman pada
kehamilan, namun penggunaan CCB seperti nifedipin belum banyak
penelitian,namun tidak ada efek teratogenik yang besar.

32
Pada kasus sudah sesuai teori, sesuai tujuan pengobatan yaitu mencegah
perburukan klinis dan mencegah terjadinya kejang yaitu dengan penggunaan
MgSO4 sesuai dengan teori pada pengobatan PEB.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo;2008.
2. PangemananWT.Pencegahan preeklampsia.Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK Universitas Sriwijaya / RSMH Palembang. Available
from:http://digilib.unsri.ac.id/download/PENCEGAHAN%20PREEKLAMSI
%20.pdf. diunduh tanggal 24-12-12
3. Pangemanan WT. Komplikasi akut pada preeklampsia.Palembang:Bagian Obstetri
dan Ginekologi RSMH / FK UNSRI;2002
4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.p.181-191.
5. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/preeklampsia.pdf
6. Cunningham, F.G. Gangguan hipertensi dalam kehamilan. Dalam Obstetri
william. Ed.18. Jakarta: EGC;2006
7. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, kandungan & keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta:EGC;2010.
8. JNC VII. 2010

34

Anda mungkin juga menyukai