Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TUGAS AKHIR

SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER ABU


TERBANG DENGAN PECAMPURAN PORTLAND
COMPOSITE CEMENT

Oleh:

RIZKY NOVIANDRI
NIM : 1507114696

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
A. Judul Penelitian
Judul penelitian ini adalah “Sifat Mekanik Beton Geopolimer Abu Terbang
Dengan Pecampuran Portland Composite Cement”.

B. Latar Belakang
Setiap orang perlu membangun sebuah tempat tinggal agar mereka bisa
merasa aman terhadap bahaya-bahaya yang ada dilingkungan sekitar. Tentu
tempat tinggal yang dibangun harus kuat, aman dan nyaman untuk ditempati.
Tidak hanya rumah yang setiap orang butuhkan, tetapi juga bangunan gedung
yang digunakan setiap orang untuk bekerja haruslah aman sehingga setiap orang
yang bekerja dapat merasakan kenyamanan tanpa perlu khawatir akan ketahanan
bangunan gedung. Membangun gedung tidaklah sederhana, harus menyiapkan
terlebih dahulu semua bahan-bahan yang dibutuhkan dan juga harus
mempertimbangkan dampak dari bahan-bahan yang digunakan, berdampak baik
atau buruk bagi lingkungan ataupun strukturnya. Adapun bahan-bahan yang perlu
dipersiapkan, seperti baja, besi, beton, air, pasir, kerikil dan lainya
(Handyaningtyas, 2015).
Beton adalah suatu bahan penting dalam suatu bangunan. Penggunaan beton
pada saat ini sudah banyak digunakan pada pembangunan-pembangunan
infrastruktur, seperti pada konstruksi bangunan tinggi, jembatan, jalan raya, dan
konstruksi lainnya. Material agregat kasar, agregat halus, semen portland, dan air
menjadi komponen penyusun penting dari suatu komposisi penyusun beton. Harga
yang relatif lebih murah dan memiliki kuat tekan yang tinggi membuat beton
menjadi pilihan yang bagus dalam dunia konstruksi pada saat ini (Putra, Wallah,
& Dapas, 2014).
Produksi semen portland pada saat ini memiliki dampak yang cukup besar
pada pencemaran lingkungan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena dalam
produksi satu ton semen portland akan menghasilkan sekitar satu ton gas karbon
dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer. Dari data tahun 1995, jumlah
produksi semen portland di dunia tercatat 1,6 miliar ton. Hal ini berarti produksi
semen portland telah melepaskan sebanayak 1,6 miliar gas karbon dioksida (CO2)
ke alam bebas (Kasyanto, 2012).
Penggantian material pengikat semen portland pada pembuatan beton
dengan material lain dapat menjadi salah satu solusi dalam mengurangi tingkat
pencemaran yang disebabkan oleh produksi semen portland. Para peneliti
terdahulu telah melakukan penelitian tentang beton geopolimer. Beton geopolimer
adalah konstruksi yang relatif baru dikembangkan, yaitu beton yang dibuat tanpa
menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya (Tambingon, Sumajouw, &
Wallah, 2018). Beton geopolimer sudah cukup terbukti sebagai bahan tahan
terhadap api dan asam, serta memiliki kuat tekan awal yang setara dengan beton
semen portland. Oleh karena itu, beton geopolimer cocok digunakan sebagai
bahan struktural (Maulana, Wardani, & Syamsidar, 2017). Sistem peratwatan
pada beton geopolimer tentunya memiliki sistem perawatan yang berbeda dari
beton pada umumnya, beton geopolimer memerlukan perawatan pada suhu yang
relatif lebih tinggi untuk mempercepat proses mencapai kuat tekan maksimum dan
pengikatannya. Maka dari itu, beton geopolimer harus dikembangkan lagi
sehingga dapat segera dijadikan alternatif dalam dunia konstruksi saat ini.
Material pengikat yang sesuai sebagai pengganti semen portland pada beton
adalah abu terbang. Abu terbang merupakan hasil sampingan dari produksi semen
portland sehingga dengan banyaknya jumlah produksi semen portland akan
menghasilkan abu terbang yang banyak pula. Abu terbang yang dihasilkan
menjadi permasalahan tersendiri bagi pihak yang memproduksi semen portland
dikarenakan sulitnya mencari tempat pembuangan yang tidak beresiko mencemari
lingkungan. Maka dari itu, penggunaan abu terbang dapat menjadi suatu pilihan
alternatif untuk material pengganti semen pada beton geopolimer dan juga dapat
menjadi solusi dalam masalah pencemaran gas karbon dioksida (CO2) di
lingkungan serta menjadi solusi dalam pembuangan fly ash akan terpecahkan.
Abu terbang sendiri sebenarnya tidak memiliki kemampuan mengikat
material yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pengganti semen
sehingga diperlukan bahan tambahan berupa bahan tambahan (Sikament-NN) dan
larutan aktivator (sodium silikat dan sodium hidroksida) agar proses pengikatan
berjalan dengan baik. Perawatan pada suhu ruangan yang tinggi juga dapat
mempercepat proses pengikatan beton geopolimer, tetapi jika hanya dilakukan
perawatan pada suhu normal ruangan maka penambahan semen pada beton
geopolimer juga dapat dilakukan sebagai upaya mempercepat proses pengikatan
pada perawatan di suhu normal ruangan.
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan, yaitu
kuat tekan, kuat tarik belah, dan susut beton maka dilakukan penambahhan semen
pada komposisi beton geopolimer. Penambahan semen tersebut membuat
komposisi dari beton geopolimer pada penelitian ini terdiri dari agregat halus,
agregat kasar, air, larutan aktivator, bahan tambahan, fly ash dan semen yang
dinamakan dengan beton geopolimer abu terbang hybrid.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian mengenai pembuatan beton
geopolimer hibrida yang menggunakan fly ash dan penambahan semen sebagai
pengganti fly ash dengan variasi 0%, 10%, dan 15% dari persentase berat fly
ash pada komposisi pada beton geopolimer. Semen yang digunakan adalah
semen tipe PCC (Portland Composite Cement) dan dilakukan penambahan
bahan tambahan (Sikament-NN) serta larutan aktivator (Sodium silikat dan
sodium hidroksida) dengan tujuan membantu terjadinya reaksi kimia dengan
aluminium dan silikat pada abu terbang (Tambingon et al., 2018). Kemudian,
dilakukan perawatan pada suhu ruangan dengan menganalisis sifat mekanik
beton, yaitu kuat tekan, kuat tarik belah, dan susut beton.

D. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengkaji kuat tekan beton geopolimer dengan penambahan molarittas NaOH
10 M, rasio modulus silikat 1,5 dan Portland Composite Cement sebanyak 10%
sebagai subtitusi abu terbang pada komposisi beton geopolimer yang dirawat
pada suhu ruangan selama 7 hari, 28 hari, dan 91 hari umur beton geopolimer.
2. Mengkaji kuat tarik belah beton geopolimer dengan penambahan molarittas
NaOH 10 M, rasio modulus silikat 1,5 dan Portland Composite Cement
sebanyak 10% sebagai subtitusi abu terbang pada komposisi beton geopolimer
yang dirawat pada suhu ruangan selama 7 hari, 28 hari, dan 91 hari umur beton
geopolimer.
3. Mengkaji susut beton beton geopolimer dengan penambahan molarittas NaOH
10 M, rasio modulus silikat 1,5 dan Portland Composite Cement sebanyak 10%
sebagai subtitusi abu terbang pada komposisi beton geopolimer yang dirawat
pada suhu ruangan selama 7 hari, 28 hari, dan 91 hari umur beton geopolimer.

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :


1. Mendapatkan sifat mekanik dari beberapa variasi penambahan molaritas
NaOH, rasio modulus silikat dan Portland Composite Cement sebagai
substitusi sebagian abu terbang pada komposisi beton geopolimer.
2. Mengurangi jumlah pemakaian semen portland pada pembuatan beton yang
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
3. Memberikan informasi tentang pengaruh penambahan larutan aktivator, bahan
tambahan, dan Portland Composite Cement terhadap kuat tekan, kuat tarik
belah, dan susut beton beton geopolimer.
4. Menambah wawasan dalam penelitian beton geopolimer.

E. Batasan Masalah
Pembatasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Bahan pembentuk beton geopolimer :
a. Fly ash yang digunakan adalah abu terbang tipe F dari hasil pembakaran
batu bara dari PLTU Ombilin, Sumatra Barat.
b. Bahan tambahan (superplasticizer) yang digunakan adalah Sikament-NN.
c. Agregat halus yang digunakan berasal dari Sungai Teratak Buluh, Kampar
d. Agregat kasar yang digunakan berasal dari Rimbo Panjang, Kampar
e. Semen portland tipe PCC(Portland Composite Cement)
f. Larutan aktivator yang digunakan adalah sodium silikat dan sodium
hidroksida.
g. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari sumur Fakultas Teknik
Universitas Riau.
2. Benda uji beton geopolimer :
a. Pengujian kuat tekan berbentuk silinder 10/20 cm
b. Pengujian kuat tarik belah berbentuk silinder 15/30 cm
c. Pengujian susut beton berbentuk silinder 15/30 cm
3. Variasi komposisi material beton geopolimer yang digunakan :
a. Semen portland menggunakan 3 variasi, yaitu 0%, 10%, dan 15% dari berat
fly ash.
b. Molaritas NaOH menggunakan 3 variasi, yaitu 10M, 12M, dan 14M.
c. Modulus silikat menggunakan 3 variasi, yaitu 1,5 MS, 2 MS, 2,5 MS.
4. Pengujian yang dilakukan :
a. Pengujian kuat tekan pada umur 7, 28, dan 91 hari
b. Pengujian kuat tarik belah pada umur 7, 28, dan 91 hari
c. Pengujian susut beton pada umur 7, 28, dan 91 hari
5. Perawatan (curing) benda uji dilakukan pada suhu ruangan.
6. Kuat tekan rencana beton geopolimer adalah 21 MPa

F. Tinjauan Pustaka
E.1 Beton
Beton merupakan salah satu bahan struktur yang sudah umum digunakan
pada konstruksi infrastrukur di dunia. Ais (2017) mengungkapkan bahwa
konsumsi dunia untuk beton sekitar 8,8 juta ton setiap tahun dan kebutuhan
material ini akan meningkat ari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan sarana dan prasarana manusia. Menurut Prasetyo, Olivia, &
Ismeddyanto, (2017) beton didefinisikan sebagai campuran dari agregat halus dan
aggregat kasar dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan
tertentu. Penggunaan beton secara terus menerus juga dapat mengakibatkan
dampak negatif bagi masyarakat, pembakaran batu bara yang dilakukan pada
produksi semen menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) yang beresiko
mencemari lingkungan apabila dalam jumlah yang sangat banyak.
Sifat mekanik yang dimiliki beton, seperti kuat tekan, kuat tarik belah, dan
susut beton. Kuat tarik belah yang dimiliki beton pada umumnya relatif lebih
rendah dari pada kuat tekannya, persentase perbandingannya kuat tarik belah
beton berkisar antara 10% - 15% dari kuat tekannya (Paat, Wallah, & Windah,
2014). Kemudian untuk mengatasi permasalahan rendahnya kuat tarik yang
dimiliki beton, dapat dilakukan penambahan tulangan baja dalam struktur beton
tersebut untuk menambah gaya tarik dari beton tersebut sehingga resiko-resiko
terjadinya keretakan pada beton dalam diminimalisir.

E.2 Beton Geopolimer


Istilah geopolimer pertama kali dikemukakan oleh Davidovits, pada tahun
1990-an. Awalnya penemuan geopolimer digunakan untuk material bangunan anti
kebarakaran, kemudian material ini dikembangkan menjadi alternatif pengganti
semen yang berasal dari aktivasi zat silika dan alumina dari limbah industri seperti
abu terbang, abu sawit dan abu sekam. Mekanisme geopolimerasi dijelaskan oleh
Fernadez-Jimenez, Palomo, & Criado, (2005), terdiri dari tahap pemutusan
partikel abu terbang oleh ion hidroksida OH- dan proses pengikatan polimerasi.
Pada diagram reaksi geopolimer (Gambar 1.) tahap pemutusan partikel abu
terbang diawali dengan reaksi kimia ion OH- dari larutan alkali aktivator ke
permukaan abu terbang.

Gambar 1. Skema Reaksi Larutan Alkali dengan Abu Terbang


Sumber : (Fernadez-Jimenez et al., 2005)
Reaksi geopolimerasi secara kimiawi terbentuk dari pemutusan ikatan Si
dan Al melalui aksi ion hidroksida (OH-). Selanjutnya, reaksi membentuk ikatan
polysialate -Si-O-Al-O- (Davidovits, 1994). Ikatan ini terbagi menjadi tiga bentuk
dasar, seperti Gambar 2. berikut:

Gambar 2. Tipe Poly(sialate) dan Hubungan Konfigurasinya


Sumber: Davidovits (1994)

Pada penelitian ini geopolimer abu terbang dirancang dalam bentuk beton.
Menurut SNI 03-2847-2002, beton merupakan campuran antara semen portland
atau perekat lain, agregat halus, agregat kasar dan air serta bahan tambah lain
yang membentuk masa padat. Beton geopolimer adalah suatu material kosntruksi
yang relatif baru dikembangkan, tetapi menawarkan berbagai kelebihan
dibandingan dengan beton konvensional yang menggunakan semen portland
(Wallah, 2014). Material yang digunakan dalam pembuatan beton geopolimer
merupakan material yang ramah terhadap lingkungan, yaitu material-material
buangan industri. Beton geopolimer yang menggunakan material ramah
lingkungan sebagai bahan dasarnya dapat mengurangi efek gas rumah kaca yang
diakibatkan oleh gas karbon dioksida hasil dari produksi semen portland.
Menurut Pesik, Sumajouw, & Pandaleke, (2018) mengatakan bahwa proses
pembuatan beton geopolimer tidak memerlukan energi yang besar, jika
dibandingkan dengan proses pembuatan semen portland yang memerlukan suhu
sekitar 800 derajat celcius.
Tanpa adanya bahan pengikat dalam beton geopolimer maka dibutuhkan
tambahan larutan aktivator agar terjadi suatu reaksi pengikatan antara abu terbang
dan material agregat yang digunakan. Proses pengikatan terjadi akibat bereaksinya
silikon dan aluminium yang ada pada material abu terbang dengan larutan
aktivator yang diberikan sehingga membentuk suatu geopolimer gel yang
kemudian mengikat agregat-agregat dan material tambahan lainnya (Wallah,
2014).
Beton geopolimer ini terbentuk dari reaksi kimia dan bukan dari reaksi
hidrasi seperti pada beton biasa. Oleh karena itu, jenis aktivatornya harus sesuai
dengan senyawa yang terkandung dalam abu terbang dan juga komposisinya harus
tepat sehingga bisa terjadi reaksi kimia. Aktivator yang umumnya digunakan
adalah Sodium Hidroksida 8M sampai 14M dan Sodium Silikat (Na2SiO3)
dengan perbandingan antara 0.4 sampai 2.5 (Rangan, Hardjito, & Wallah, 2014).

E.3 Material Campuran Beton Geopolimer Abu Terbang Hibrida


Beton merupakan campuran dari beberapa material, seperti agregat kasar,
agregat halus, semen, dan air. Pada penelitian ini digunakan fly ash dan larutan
aktivator sebagai pengganti bahan pengikat utama pada pembuatan beton
geopolimer hibrida ini. Beton juga biasanya ditambahkan bahan tambahan
(superplasticizer) untuk mecapai mutu beton yang diinginkan.
E.3.1 Agregat
a. Agregat Halus
Tambingon et al., (2018) menyatakan bahwa agregat halus merupakan
pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan
No.100 saringan standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas bahan
organik,lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100, atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak campuran beton.

b. Agregat Kasar
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in. (6
mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya
tahannya terhadap disentegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya
(Tambingon et al., 2018).
E.3.2 Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama terdiri atas kalsium silikat yang bersifat
hidrolis dan digiling bersamasama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain (Mulyati & Suhendri, 2013).
Pada penelitian ini digunakan semen tipe PCC (Portland Composite
Cement) dengan kadar 0%, 10%, dan 15% dari berat fly ash yang digunakan.

E.3.3 Air
Menurut SNI 03-2847-2002, syarat standar air yang digunakan untuk
campuran beton adalah :
1. Air harus bersih, tidak mengandung asam, oli, alkali, garam, atau bahan
orgganik yang dapat merusak beton dan tulangan
2. Air yang digunakan pada campuran tidak boleh mengandung klorida lebih dari
0,5 gram/liter dan tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1
gram/liter.

E.3.4 Abu Terbang (Fly Ash)


Abu terbang merupakan hasil dari sisa pembakaran dari produksi semen
portland. Material yang dapat dijadikan pengganti dari bahan pengikat merupakan
material yang kaya akan silikon (Si) dan alumina (Al) yang bereaksi dengan
larutan aktivator menghasilkan bahan pengikat (Tambingon et al., 2018). Pada
penelitian ini menggunakan semen tipe F yang memiki kandungan kalsium yang
rendah (low-calsium fly ash).

E.3.5 Larutan Aktivator


Penggunaan larutan aktivator yang digunakan pada penelitian ini adalah
sodium hidroksida dan sodium silikat. Pemilihan larutan aktivator karena kedua
aktivator tersebut dapat menambah ion Na+ pada proses polimerisasi dan
aktivator ini juga mudah didapatkan. Sodium hidroksida yang digunakan sebagai
alkalin aktivator berfungsi untuk meraksikan unsur-unsur Al dan Si yang
terkandung dalam abu terbang dan kapur sehingga dapat menghasilkan ikatan
polimer yang kuat, sedangkan sodium silikat berfungsi untuk mempercepat reaksi
polimerisasi (Tambingon et al., 2018).

E.3.6 Bahan Tambahan (Superplasticizer)


Tambingon et al., (2018) menyatakan bahwa superplasticizer adalah bahan
kimia yang digunakan untuk meningkatkan workability pada saat pelaksaan
pengecoran dengan menggunakan air sedikit mungkin sehingga pekerjaan menjadi
lebih mudah. Pada penelitian ini digunakan superplaticizer berjenis sikament-NN
yang mudah untuk didapatkan.

E.4 Pengujian Beton Geopolimer Abu Terbang Hibryb


Seluruh pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan, Universitas
Riau, Pekanbaru. Hasil dari pengujian merupakan rerata dari 3 sampel benda uji.
Sifat mekanik beton yang diuji adalah uji kuat tekan (SNI 02-1974-2011) dengan
umur beton 7, 28, dan 91 hari, uji kuat tarik belah (SNI 03-2491-2002) dengan
umur beton 7, 28, dan 91 hari, dan uji susut beton (ACI 209R-92) dengan umur
beton 7, 28, dan 91 hari.

E.5 Perawatan Beton Geopolimer Hibrida


Beton geopolimer berbeda dengan beton normal, material semen pada beton
normal menghasilkan panas hidrasi yang tinggi. Beton geopolimer membutuhkan
energi aktivasi tambahan untuk mempercepat proses polimerisasi yang terjadi
(Putra et al., 2014). Hal ini disebabkan karena kurang tingginya panas yang
dihasilkan. Oleh karena itu, perawatan pada penelitian ini dilkakukan dengan
perawatan di suhu ruang.

G. Metode Penelitian
F.1 Material Campuran Beton
Material yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
1. Semen PCC (Portland CompositeCement) produksi PT. Semen Padang
2. Abu terbang (fly ash) kelas F
3. Agregat halus dan agregat kasar
4. Air bersih
5. Larutan alkali aktivator sodium hidroksida (NaOH)
6. Bahan tambahan (superplasticizer) berjenis Sikament-NN

F.2 Peralatan
Penelitian ini menggunakan alat-alat untuk pengujian karakteristik
material pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Peralatan Pengujian
No Alat Fungsi
1 Cetakan silinder 100 x 200 mm Cetakan benda uji kuat tekan
2 Cetakan silinder 150 x 300 mm Cetakan benda uji kuat tarik belah
3 Cetakan silinder 150 x 300 mm Cetakan benda uji susut beton
4 Timbangan Menimbang berat material dan
berat benda uji
5 Oven Mengeringkan agregat dan benda
uji
6 Bak perendaman Curing beton
7 Mesin uji kuat tekan Menguji kuat tekan beton
8 Mesin uji kuat tatik belah Menguji kuat tarik belah beton
9 Mesin uji susut beton Menguji susut beton beton
10 Talam Wadah benda uji
11 Piknometer Menguji berat jenis agregat
12 Mesin Los Angeles Menguji keausan agregat
13 Mould dan tongkat besi Menguji berat volume agregat
14 1 set saringan Menyaring agregat dan pengujian
analisa saringan
15 Botol dan larutan NaOH 3% Menguji kadar organik
16 Mixing Concrete Mencampur bahan-bahan
penyusun beton
17 Kerucut abraham, alas, dan Menguji slump pada campuran
penggaris beton
18 Sendok semen Memasukkan dan meratakan
campuran beton pada cetakan
Adapun peralatan pengujian beton geopolimer hibrid yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Peralatan Pengujian Beton Geopolimer


No Pengujian Alat Fungsi
1 Kuat tekan Capping Meratakan permukaan beton
Mesin tekan Menguji nilai kuat tekan beton
2 Kuat tarik Mesin tarik belah Menguji nilai kuat tarik belah
beton
3 Susut beton Alat uji batas susut Menguji nilai susut beton beton

F.3 Pengujian Karakteristik Propertis Material


Pengujian karakteristik propertis material yang dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan analisa saringan agregat (SNI 03-1968-1990)
2. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar (SNI 03-1969-1990)
3. Pemeriksaan kadar air agregat (SNI 03-1971-1990)
4. Pemeriksaan keausan agregat (SNI 03-2417-2008)
5. Pemeriksaan berat jenis agregat halus (SNI 03-1970-1990)
6. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (SNI 03-2461-2002)
7. Pemeriksaan kadar organik agregat (SNI 03-2816-1992)
8. Pemeriksaan karakteristik abu terbang (SNI 15-2049-2004)
9. Pemeriksaan karakteristik semen (ASTM C 150 94)
10. Pemeriksaan karakteristik air (SNI 7974-2013)

F.4 Perencanaan Trial Mix


Trial mix merupakan uji coba pembuatan benda uji yang dilakukan sebelum
melaksananakan pembuatan benda uji untuk penelitian. Trial mix pada penelitian
ini berfungsi untuk memberikan gambaran nilai kuat tekan pada masing-masing
variasi yang akan digunakan. Trial mix yang dilakukan terdiri dari beberapa
tahapan yaitu, tahap pertama menentukan variasi molaritas NaOH, tahap kedua
menentukan variasi rasio modulus aktivator (Ms) dan tahap ketiga menentukan
persentase variasi semen PCC. Dilakukan curing selama 28 hari pada suhu ruang.
Tabel 4.1 Asumsi Komposisi Trial Mix
Trial Mix No. NaOH (M) Rasio Ms % PCC Keterangan
1 10 1,5 10
Variasi
Trial Mix 1 2 12 1,5 10
NaOH
3 14 1,5 10
1 10 2 10
Variasi
Trial Mix 2 2 10 2,5 10
Rasio Ms
3 10 3 10
1 10 1,5 0 Variasi
Trial Mix 3
2 10 1,5 15 PCC

F.5 Perencanaan dan Pelaksanaan Benda Uji


Pada penelitian ini akan dibuat 72 benda uji beton geopolimer hibrid dengan
24 benda uji berbentuk silinder dengen diameter 100 mm dan tinggi 200 mm
untuk pengujian kuat tekan, 24 benda uji berbentuk silinder dengen diameter 150
mm dan tinggi 300 mm untuk pengujian kuat tarik belah dan 24 benda uji
berbentuk silinder dengen diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk pengujian
susut beton.
Tabel 5.1 Jumlah Benda Uji Beton Campuran
Kuat Tekan Kuat Tarik Belah Susut beton
Tipe Umur Beton (Hari)
Campuran
7 28 91 120 7 28 91 120 7 28 91 120
Beton
Geopolimer 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
+ PCC
Beton PCC 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jumlah 24 24 24
Total 72

F.6 Perawatan Benda Uji


Proses perawatan benda uji (curing) dilakukan pada suhu ruang dari usia 7,
28, dan 91 hari beton.
F.7 Pengujian Benda Uji
Pengujian benda uji yang dilakukan, yakni kuat tekan, kuat tarik belah, dan
susut beton pada usia beton 7, 28, dan 91 hari di suhu ruang.
1. Uji Kuat Tekan (SNI 03-1974-2011)
2. Uji Kuat Tarik Belah (SNI 03-2491-2002)
3. Uji Susut beton (ACI 209R-92)

F.8 Bagan Alir Kegiatan


Bagan alir untuk metode penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir
penelitian berikut ini.

Mulai

Persiapan Bahan dan Alat

Pengujian Propertis Agregat dan Propertis Abu


Terbang

TIDAK
Memenuhi
Persyaratan SNI

YA

Pencampuran Bahan dan Pembuatan Benda Uji


Beton Geopolimer Hibrida

Rest Period, Curing Suhu Ruang selama 91


hari

Pengujian Kuat Pengujian Kuat Pengujian Susut


Tekan Tarik Belah Beton

Analisis Data dan Pembahasan

Nilai Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah,


dan Susut beton Rencana

Selesai
F.9 Jadwal Kegiatan
Tugas akhir ini direncanakan akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan
dengan rincian jadwal kegiatan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 9.1.
NOV DES JAN FEB MAR APR
No. Uraian Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi literatur
2 Persiapan Alat dan Bahan
Pengujian Karakteristik Material
Perencanaan Komposisi Beton
Melakukan Trial Mix
3 Pembuatan Benda Uji
4 Ujian Proposal
5 Perawatan Benda Uji
7 Pengujian Benda Uji
8 Analisis Benda Uji
9 Penulisan Laporan Tugas Akhir
10 Seminar Hasil
11 Sidang
DAFTAR PUSTAKA

Fernadez-Jimenez, A., Palomo, A., & Criado, M. (2005). Microstructure


development of alkali-activated fly ash cement : a descriptive model, 35,
1204–1209. https://doi.org/10.1016/j.cemconres.2004.08.021

Handyaningtyas, G. M. (2015). Compressive Strength and Modulus of Elasticity


of Geopolymer Concrete with Metakaolin and Silica Fume. Yogyakarta.

Kasyanto, H. (2012). Tinjauan Kuat Tekan Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash
dengan Aktivator Sodium Hidroksida dan Sodium Silikat. Industrial
Research Workshop and National Seminar.

Maulana, A. I., Wardani, N. K., D, S., Subaer, Ariani, & Nurfadilla. (2017).
Pengaruh Rasio Sodium Hidroksida dengan Sodium Silikat pada Mortar
Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang Terhadap Kuat Tekan dan Kuat
Geser pada Aplikasi Spesi Batu Bata. Jurnal Rekayasa Teknik Sipil, 02(02),
8.

Maulana, A. I., Wardani, N. K., & Syamsidar, D. (2017). Development of Hybrid


Composite Rice Husk Ash ( RHA ) – Geopolymer for Bricks Bearing
Buildings, 01009, 1–8.

Mulyati, & Suhendri. (2013). Studi Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal
Menggunakan Semen Portland Tipe I dan Portland Composite Cement.
Jurnal Momentum, 15(2), 1–14.

Paat, F. E. S., Wallah, S. E., & Windah, R. S. (2014). Kuat Tarik Lentur Beton
Geopolymer berbasis Abu Terbang (Fly Ash). Jurnal Sipil Statik, 2(7), 330–
336.

Pesik, J., Sumajouw, M. D. J., & Pandaleke, R. E. (2018). Karakteristik Mekanik


Beton Geopolimer dengan Perawatan Suhu Ruangan (Ambient Curing).
Jurnal Tekno, 16(69), 25–29.

Prasetyo, A., Olivia, Mo., & Ismeddyanto. (2017). Sifat Mekanis Beton OPC dan
OPC POFA Menggunakan Air Gambut sebagai Air Pecampur. Jom
FTEKNIK, 4(1), 10.

Putra, A. K., Wallah, S. E., & Dapas, S. O. (2014). Kuat Tarik Belah Beton
Geopolymer Berbasis Abu Terbang (Fly Ash). Jurnal Sipil Statik, 2(7), 330–
336.

Rangan, B. V, Hardjito, D., & Wallah, S. E. (2014). Studies on Fly Ash-Based


Geopolymer Concrete Studies on Fly Ash-Based Geopolymer Concrete.

Tambingon, F. R., Sumajouw, M. D. J., & Wallah, S. E. (2018). Kuat Tekan


Beton Geopolymer dengan Perawatan Temperatur Ruangan. Jurnal Sipil
Statik, 6(9), 641–648.

Wallah, S. E. (2014). Pengaruh Perawatan dan Umur Terhadap Kuat Tekan beton
Geopolimer Berbasis Abu Terbang, 4(1), 1–7.

Anda mungkin juga menyukai