Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latatar Belakang


Perusahaan Umum Perikanan Indonesia bergerak di bidang frozen fish.
Perusahaan Umum Perikanan Indonesia yang sebelumnya bernama Perusahaan
Umum Prasarana Perikanan Samudera didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990 diatur kembali dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2000, sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2013 merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN
ini bergerak dalam bidang perikanan yang diberi tugas dan tanggung jawab
dalam rangka mengelola aset negara guna menyelenggarakan pengusahaan dan
pelayanan barang jasa dan pengembangan sistem bisnis perikanan kepada
pengguna jasa pelabuhan perikanan yaitu nelayan pada khususnya dan
masyarakat perikanan pada umumnya serta memupuk keuntungan.
Peraturan Pemerintah Perum Perikanan Indonesia telah menyusun RKAP
dan RKA PKBL Tahun 2015 berdasarkan evaluasi kinerja perusahaan beberapa
tahun terakhir dengan langkah-langkah optimalisasi sarana dan prasarana serta
mencari terobosan peluang usaha baru dengan memperhitungkan faktor-faktor
eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Perusahaan Umum Perikanan Indonesia mempunyai banyak cabang, salah
satu cabangnya berada di Natuna. Pada Perusahaan itu terdapat pasokan bahan
baku, unit pengolahan ikan, dan proses pembekuan ikan (frozen fish).
Masalah utama Masyarakat Natuna lebih cenderung menangkap ikan secara
soliter, yang berakibat rendahnya produktivitas nelayan. Keahlian nelayan yang
kurang ahli mengoperasikan alat tangkap jaring. Terbatasnya ukuran kapal
nelayan, sehingga kemampuan jelajah yang kurang. Nelayan asli tempatan yang
cenderung mempertahankan teknik penangkapan yang tradisional. Melihat
keadaan tersebut belum adanya terbentuk bisnis dalam bidang perikanan.
Berdasarkan hal tersebut harus ada kajian tentang supply chain manajemen
yang berguna untuk kerberlanjutan usaha. Produk kelautan dan perikanan
memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan produk lain seperti pupuk,
2

semen atau beras. Produk ini memiliki sifat umur penggunaan yang pendek
serta tingkat kerentanan yang tinggi terhadap cuaca, sehingga diperlukan
penanganan khusus dalam proses packaging dan distribusinya, guna
mempertahankan kualitas produk tersebut. Proses pendistribusian perikanan
terkait erat dengan SCM (Supply Chain Management). Inti dari SCM adalah
integrasi, kolaborasi dalam pengelolaan supply dan demand dengan seluruh
pihak yang terlibat dalam proses bisnis principles of supply chain management
(PSCM 2010).
Upaya menjadikan pelabuhan sebagai marketing pusat pemasaran maka
peran Pelabuhan Perikanan sebagai mata rantai dalam proses transportasi mulai
dari tempat asal barang sampai ke tujuan menjadi sangat strategis untuk
dikembangkan. Alir produk perikanan mulai dari dermaga pelabuhan hingga
didistribusikan ke tangan konsumen memiliki kesamaan dengan prinsip mata
rantai pasokan atau supply chain. Mengingat sifat produk perikanan yang high
perishable (mudah rusak) maka dibutuhkan manajemen rantai pasokan yang
efektif dan efisien. Salah satu kerangka analisis yang sangat populer digunakan
akhir-akhir ini dalam peningkatan nilai tambah dan daya saing dalam industri
adalah analisis supply chain (rantai pasokan).
1.2 Tujuan
Praktek Magang ini bertujuan untuk mempelajari penerapan management
supply chain dalam aktivitas distribusi hasil tangkapan di Perusahaan Umum
Perikanan Indonesia, Natuna.
1.3 Manfaat
Manfaat bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang diperoleh
di bangku perkuliahan.
2. Menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai dunia industri.
3. Menambah dan meningkatkan keterampilan serta keahlian dibidang
praktek, memberikan manfaat untuk masyarakat dan diri peribadi
4. Terjalinnya kerjasama “bilateral” antara Universitas dengan perusahaan.
5. Universitas akan dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui
pengalaman kerja Magang.
3

6. Universitas yang akan dikenal di dunia industri.


Manfaat bagi Perusahaan
1. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri/
perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademis.
2. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa-mahasiswa
yang melakukan Praktek Magang.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Identifikasi Ikan Tamban (Sardinella sp )


Ikan tamban (Sardinella sp.) merupakan jenis ikan pelagis kecil yang banyak
dijumpai di perairan Indonesia. Kelimpahan ikan tamban yang paling besar di
Indonesia ditemukan di perairan Selat Bali sampai ke Nusa Tenggara Timur.
Ada dua jenis ikan tamban yang penting secara ekonomis yaitu Sardinella sirin
dan Sardinella longiceps. Daerah penyebaran jenis Sardinella sirin terutama di
laut Jawa, sedangkan Sardinella longiceps didapatkan dalam jumlah besar di
selat Bali (Rasyid, 2001; DKP Bali, 2010).
Klasifikasi ikan tamban Klasifikasi ikan tamban menurut Saanin (1968)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella albella
Morfometrik adalah ukuran bagian bagian tertentu dari struktur tubuh ikan
(measuring methods). Morfometrik ikan dapat juga diartikan sebagai jarak antara
suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainya (Fitriadi 2013). Morfometrik
berkenaan dengan pengukuran bagian-bagian tertentu dari struktur luar tubuh ikan
(measuring methods). Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur
antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,
tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Hubbs dan Lagler 1958; Parin 1999).
5

Gambar 1. Ikan Tamban (sardinella sp.)


2.2 Mutu ikan
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan
atau perishable food, hal ini mengharuskan dilakukannya perlakuan yang tepat
pada ikan setelah ditangkap agar mutu ikan tetap terjaga. Parameter untuk
mengetahui mutu ikan dapat dilihat dari kenampakan fisik tubuh ikan, bau,
tekstur, serta rasa ikan (Winarni,et.al 2003).
Menurut Made Astawan (2008), ikan yang masih segar mempunyai tanda-
tanda sebagai berikut :
Tabel 1. Organoleptik Pada Ikan
Parameter Keterangan
cemerlang, kornea bening, pupil mata hitam dan
Mata mata
cembung.
warna merah sampai merah tua, cerah, bau
Insang tidak
menyimpang.
terdapat lendir alami menutupi ikan, bening
Lendir dan
baunya khas menurut jenis ikan.
melekat kuat, mengkilap dengan warna
Sisik khusus,
tertutup lendir jernih.
bersih dan bebas dari bau yang menusuk,
Rongga perut tekstur
dindingperut kompak elastis, tanpa
penyimpangan
warna.
6

tidak terdapat bau pesing dan ikan tenggelam di


Bau dalam
air.
sayatan daging cerah dan elastis, bila ditekan
Daging tidak ada
tanda bekas jari.
Sumber : Astawan (2008)

Proses perubahan pada ikan setelah mati terjadi karena adanya aktivitas enzim,
mikroorganisme, dan kimiawi. Ketiga hal tersebut menyebabkan tingkat
kesegaran ikan menurun. Penurunan tingkat kesegaran ikan tersebut dapat terlihat
dengan adanya perubahan fisik, kimia, dan organoleptik pada ikan. Semua proses
perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan (Munandar 2008).

2.2.1 Penurunan Mutu Ikan Karena Aktivitas Enzim


Enzim masih mempunyai kemampuan untuk bekerja aktif setelah ikan mati.
Sistem kerja enzim menjadi tidak terkontrol karena organ pengontrol tidak
berfungsi, sehingga enzim merusak organ tubuh ikan. Perstiwa ini disebut
autolysis. Perubahan secara autolysis ini ditandai dengan dihasilkannya amoniak
sebagai hasil akhir penguraian protein dan lemak yang menyebabkan perubahan
rasa, tekstur dan penampakan ikan (Junianto 2003).

2.2.2 Penurunan Mutu Ikan Karena Aktivitas Mikroba


Bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan, insang, saluran darah dan
permukaan kulit tidak dapat merusak atau menyerang bagian-bagian ikan selama
ikan hidup. Bagian-bagian tubuh ikan tersebut mempunyai batas pencegah
(barrier) terhadap penyerangan bakteri. Kemampuan barrier tersebut akan hilang
setelah ikan mati, sehingga bakteri dapat segera masuk ke dalam daging ikan
melalui saluran pencernaan, insang, saluran darah dan permukaan kulit (Junianto
2003).

2.2.3 Penurunan Mutu Ikan Karena Aktivitas Kimiawi


Proses perubahan pada ikan juga dapat terjadi karena proses oksidasi lemak
sehingga timbul aroma tengik yang tidak diinginkan dan perubahan rupa serta
warna daging ke arah coklat kusam. Bau tengik ini dapat merugikan pada proses
7

pengolahan maupun pengawetan karena dapat menurunkan mutu dan daya


jualnya. Pencegahan proses oksidasi dapat dilakukan dengan mengusahakan
sekecil mungkin terjadinya kontak antara ikan dengan udara bebas di
sekelilingnya dengan menggunakan ruang hampa udara, antioksidan atau
menghilangkan unsur-unsur penyebab proses oksidasi (Murniyati dan Sunarman
2000).
Dalam daftar komposisi bahan makanan (Persatuan Ahli Gizi Indonesia 2009),
ikan tamban memiliki komposisi zat gizi makanan
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Ikan Tamban per 100 g ikan

Zat Gizi Jumlah


Kalori/ Energi (kkal) 112,00
Protein (g) 20,00
Lemak (g) 3,00
Karbohidrat (g) -
Kalsium (mg) 20,00
Fosfor (mg) 100,00
Besi (mg) 1,00
Vitamin A (S.I) 150,00
Vitamin B1 (mg) 0,05
Air (g) 76,00

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (Persatuan Ahli Gizi Indonesia),


2005.

2.3 Rantai Pasok (Supply Chain)


Istilah supply chain dan supply chain management sudah menjadi jargon yang
umum dijumpai di berbagai media baik majalah manajemen, buletin, koran, buku
ataupun dalam diskusi-diskusi. Namun tidak jarang kedua tern diatas di
persepsikan secara salah banyak yang mengkonotasikan suplay chain sebagai
suatu software. Bahkan ada yang mempersepsikan bahwa supply chain hanya
dimiliki oleh perusahaan manufaktur saja. Supply chain management memang
merupakan suatu disiplin ilmu yang relative baru. Lambert & Cooper (1998)
mendefenisikan rantai pasok sebagai integrasi bisnis proses utama dari pengguna
akhir melalui pemasok asli yang menyediakan produk, layanan dan informasi
yang menambah nilai bagi pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya.
Defenisi ini juga dan sekaligus digunakan oleh Global Supply Chain Forum
8

(GSCF) pada tahun 2000. Dalam pemahaman yang secara sederhana, rantai pasok
merupakan rangkaian aliran barang/fisik, informasi dan proses yang digunakan
untuk mengirim produk atau jasa dari lokasi sumber (pemasok) ke lokasi tujuan
(pelanggan atau pembeli).
Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk
entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang
mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen
akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan
yang mengangkut bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang
mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen,
supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan
retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir. Supply chain ada
beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai
kepentingan yang sama, yaitu :
Supplies
1. Manufactures
2. Distribution
3. Retail Outlet
4. Customers
Menurut Martono (2015), Rantai Pasok adalah suatu sistem terintegrasi yang
mengkoordinasikan keseluruhan proses di organisasi/perusahaan dalam
mempersiapkan dan menyampaikan produk/jasa kepada konsumen. Proses ini
mencakup perencanaan (plan), sumber input bagi proses (sumber, misalnya
pengiriman bahan mentah dari pemasok), proses transformasi input menjadi
output membuat, transportasi, distribusi, pergudangan, pengiriman system
informasi, dan pembayar produk/jasa, sampai produk/jasa tersebut dikonsumsi
oleh konsumen, serta layanan pengembalian produk/jasa kembali.
Gambar aliran rantai pasok
9

Gambar 3. Aliran Rantai Pasok

Rantai pasok pangan pada Gambar 3, pangan (produk) bergerak mengalir

secara berkesinambungan dari produsen ke konsumen melalui proses produksi,


pengolahan, distribusi, ritel dan konsumen; dengan demikian, pangan mengalir
dari petani ke konsumen (from farm to table). Selain itu, khusus untuk produk
pangan yang mudah rusak atau busuk, resiko dalam menghasilkan
limbah/kerugian pada setiap tahapan rantai pasok memiliki potensi sangat tinggi
yang selanjutnya akan menekan keuntungan dan kualitas produk dalam rantai
pasok pangan.
Adapun aktivitas Manajemen Rantai Pasokan :
• Perencanaan (plan): Proses yang menyeimbangkan permintaan dan
penawaran agregat untuk membangun jalan terbaik dari tindakan yang
memenuhi aturan bisnis yang ditetapkan.
• Sumber (source): Proses yang melakukan pengadaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau actual.
• Membuat (make): Proses yang mengubah barang ke tahap penyelesaian
untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau actual.
• Pengiriman (deliver): Proses yang menyediakan barang jadi dan jasa,
termasuk manajemen pemesanan, manajemen transportasi, dan manajemen
gudang, untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau actual.
Membangun suatu sistem manajemen rantai pasokan yang optimal, kita
harus perhatikan lima hal dasar sebagai berikut :
1) Perencanaan : Ini merupakan proses awal yang strategis, harus
dipikirkan mulai dari awal bagaimana membuat suatu tolok ukur untuk
menentukan tingkat efisiensi, harga, kualitas, dan nilai pada pelanggan
10

2) Pemasokan : Pilihlah pemasok-pemasok yang paling baik, dan tentukan


tolok ukur untuk menjaga kualitas, komitmen, penerimaan barang,
pemeriksaan, pemindahan ke pabrik, serta pembayaran
3) Pembuatan : Merupakan langkah pabrikasi, tentukan langkah yang
diperlukan untuk pembuatan, pemeriksaan, pemaketan, dan persiapan
pengiriman. Tentukan tolok ukur yang jelas tentang tingkat kualitas,
tingkat produksi, dan produktivitas karyawan
4) Pengantaran : Bagian ini disebut juga logistik. Atur penerimaan pesanan
dari pelanggan, buat jaringan pergudangan, pilih ekspedisi pengiriman
barang ke arah pelanggan, dan juga masalah pembayaran
5) Pengembalian : Bagian ini menangani masalah pengembalian barang
cacat atau produksi berlebih dari pelanggan.

2.6 Penerapan SCM (Supply Chain Management)


Supply Chain Management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam
rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga
menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan
dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai
kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor.
1. Pemain Utama dalam Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai
dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut
pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks
tersebut. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam supply
chain:
 Supplier (chain 1)
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai.
Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, suku cadang atau barang dagang.
 Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
11

Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer


yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi
untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying
cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
 Supplier-Manufacturer-Distribution (Chain 1-2)
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan,
dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang
merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
 Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (Chain 1-2-3)
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail
outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil
produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak
dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
 Supplier-Manufacturer-Distribution-RetailOutlets-Customer (Chain 1-
2-3-4) Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply
chain dalam konteks ini sebagai end-user.
Setiap stage dalam supply chain terhubung oleh produk, informasi dan
biaya. Aliran supply chain dapat dua arah dan dapat dikelola oleh satu
stages atau satu perantara. Dasar strategi supply chain ada dua sesuai
dengan tipe perusahaan, perusahaan make to stock akan berbeda strateginya
dengan perusahaan make to order. Strategy supply chain menurut tipe
perusahaan umumnya hanya ada dua macam strategi, yaitu push strategy
dan pull strategy. Push strategy merupakan strategi supply chain yang
fokus pada efisiensi aktivitas dan standarisasi.
Push strategy bisa dikonotasikan dengan lean supply. Sedangkan pull
strategy merupakan srategy supply chain yang fokus pada aktivitas yang
responsif. Strategi ini sering disebut dengan agile supply.
12

2. Tahapan Supply Chain


1. Strategi atau desain Supply chain Penentuan struktur supply chain dan
proses yang akan dilakukan pada tiap stage dalam waktu jangka panjang.
Struktur ini menjelaskan konfigurasi supply chain untuk kedepannya dan
bagaimana strategi/desain akan dialokasikan serta proses apa saja yang
akan berjalan pada setiap stage. Keputusan strategis supply chain
mencakup:
 Lokasi dan kapasitas fasilitas
 Produk yang akan dibuat atau disimpan
 Moda transportasi
 Sistem informasi
2. Perencanaan Supply chain tujuannya adalah memaksimalkan surplus dari
supply chain dengan jangka waktu yang telah ditentukan (3 bulan, 4 bulan,
atau 6 bulan) pada saat tahap strategi/desain supply chain. Keputusan
perencanaan mecakup:
 Pasar mana yang akan disuplai dan dari lokasi mana
 Rencana penambahan inventori
 Subkontrak, lokasi cadangan
 Kebijakan inventori
 Promosi harus mempertimbangkan ketidakpastian permintaan, nilai
tukar, persaingan selama horizon waktu perencanaan.
3. Operasional supply chain
 Horizon waktu bersifat mingguan atau harian
 Keputusan diambil berdasar order tiap konsumen
 Menyusun kebijakan operasional
 Menerapkan kebijakan seefektif mungkin
 Alokasi order, menetapkan duedate, kontrol data gudang, mengatur
jadwal pengiriman
 Faktor ketidakpastian makin sedikit
13

BAB III
TATA PELAKSANAAN MAGANG

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang


Adapun kegiatan magang ini akan dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2018
sampai dengan 11 agustus 2018. Kegiatan ini dilaksanakan di Perusahaan Umum
Perikanan Indonesia, yang berada di Selat Lampa Kec.Pulau Tiga- Natuna .
3.2 Metode Pelaksanaan Magang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
1. Pengumpulan Data Secara Primer
Pelaksana magang turut serta melakukan praktik kerja secara langsung dalam
setiap kegiatan di PT. Perindo Perum Perikanan Indonesia, yaitu meliputi kegiatan
dalam proses rantai pasok (supply chain) bahan baku
a. Wawancara
Melaksanakan wawancara dengan pihak-pihak dari instansi yang bersangkutan
guna mengetahui segala hal yang diperlukan dalam magang khususnya berkaitan
dengan proses distribusi bahan baku dari penanganan awal hingga sampai ke
konsumen.
b. Observasi
Dengan mengadakan pengamatan mengenai kondisi dan kegiatan yang ada di
lokasi magang, yang meliputi:
1) Observasi mengenai pengamatan distribusi bahan baku.
2) Obsevasi mengenai penerapan rantai pasok (supply chain).
2. Pengumpulan Data Sekunder
a. Studi pustaka mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan magang
b. Dokumentasi dan data-data
c. mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada pada
pelaksanaan magang.
14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan


4.1.1 Sejarah Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia
Transformasi bisnis dalam tiga tahun terakhir ini merupakanan jaminan atas
kesiapan Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia untuk mewujudkan visi
menjadi perusahaan perikanan yang tangguh percaya, dan menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi, sekaligus menujukkan kesiapan untuk menjadi mitra
strategis bagi perusahaan lain maupun pemerintahan daerah untuk bersama-sama
memajukan industri perikanan dan kemaritiman Indonesia.

Gambar 2. Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna


Perusahaan umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan perikanan yang berada di jalan
Dewi Sartika RT 05/RW 01, Tegul Laksamana, Arikolek, Ranai, Natuna Provinsi
Kepulauan Riau. Perum Perindo Unit Natuna berdiri karena adanya Program
Sentra Kelautan dan perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Natuna oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI). Surat
Menteri Kelautan dan Perikanan RI yang menunjukan Perum Perindo sebagai
operator bisnis di SKPT Kabupaten Natuna. Sesuai dengan tujuan didirikan
Perum Perindo yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk
meningkatkan kesejahteraan. Hingga hari ini, Perum Perindo Unit Natuna telah
memiliki kurang lebih 200 kapal binaan dengan total 1200 nelayan binaan.
15

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan


Visi Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia adalah menjadi perusahaan
perikanan yang tangguh, terpercaya dan penggerak pertumbuahn ekonomi.
Misi Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia:
a. Berperan aktif dalam pengembanagan pembangunan perekonomian nasioal
disektor perikanan dan kelautan
b. Menyediakan fasilitas barang dan jasa guna mendukung pelayanan prima
c. Mengembangkan sistem bisnis perikanan
d. Memiliki sumber daya manusia (SDM) yang professional
e. Mengelola perusahaan berdasarkan prinsip Good Corporate Governance
budaya perusahaan.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna
terbagi menjadi dua yaitu struktur organisasi kantor pusat dan struktur organisasi
di tiap divisi produksi. Untuk Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia
Unit Natuna dipimpin oleh General Manager SBU FPT, untuk pelaksana
lapangan di pimpin oleh Manager Unit Natuna yang dibantu oleh Assisten
Manager Produksi dan Pengolahan yang bertugas mengawasi langsung proses
produksi dan Assisten Manager Teknik yang mengawasi kerja mesin yang
dibutuhkan selama penanganan. Untuk kegiatan lapangan dijalankan langsung
oleh staf produksi dan teknik (Lampiran 1).
4.1.5 Lokasi Perusahaan
Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna berlokasi di
kawasan Pelabuhan Perikanan Selat Lampa, Kabupaten Natuna. Lokasi
Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia yang berada di wilayah
pelabuhan.
16

Gambar 3. Lokasi Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna


(Google Maps., 2017)
4.2 Fasilitas Perusahaan
Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna memiliki
berbagai fasilitas untuk mendukung kelancaran pada saat proses produksi.
Fasilitas yang dimiliki perusahaan adalah sebagai berikut :
4.2.1 Fasilitas Bangunan
Untuk membantu atau mendukung proses penanganan dan memuaskan pekerja,
Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna membangun
beberapa fasilitas, seperti ruang ganti pakaian wanita dan ruang ganti pakaian
laki-laki, toilet untuk wanita dan toilet untuk laki-laki, ruang pencucian, ruang
produksi, gudang kering, gudang kemas, Air Blast Freezer (ABF) 1, Air Blast
Freezer (ABF) 2, cold Storage, ruang anteroom, dan ruang teknisi.
4.2.2 Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk membantu dalam penanganan proses
bembekuan ikan tamban di Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit
Natuna adalah sebagai berikut :
4.2.2.1 Fasilitas Penyiapan Bahan Baku
a. Mobil pick up dan thermoking digunakan untuk pengangkutan bahan baku dari
Pelabuhan Perikanan Terpadu Natuna ke Perusahaan Umum (Perum)
Perikanan Indonesia.
17

b. Fiber box digunakan untuk menaruh sementara bahan baku yaitu ikan tamban
yang berisikan air dan es.
c. Timbangan digunakan untuk menimbang bahan baku ikan tamban yang baru
datang, agar mengetahui jumlah total bahan baku.
d. Keranjang digunakan sebagai wadah unutuk menimbang bahan baku ikan
tamban.
4.2.2.2 Fasilitas Saat Penanganan
a. Meja sortir yang terbuat dari aluminium digunakan untuk sebagai tempat untuk
mensortir atau memisahkan bahan baku.
b. Fiber box digunakan untuk mencuci bahan baku pada saat sebelum proses
penimbangan dilakukan, fiber box berisikan air dan es curah.
c. Keranjang digunakan sebagai wadah bahan baku yang telah di sortir.
d. Timbangan digunakan untuk menimbang berat bahan baku ikan tamban dan
menyamakan dengan berat 10kg pada setiap keranjang.
e. Pan stainless digunakan sebagai tempat penyususn bahan baku ikan tamban
yang akan dibekukan.
f. Air Blast Freezer (ABF) digunakan untuk membekukan bahan baku dengan
Ikan Tamban (sardinella s) .jumlah maksimal 5 ton.
4.2.2.3 Fasilitas Saat Pemasaran
a. Cold Storage digunakan untuk penyimpanan bahan baku yang telah dibekukan
sebelumnya dengan kapasitas 100 ton.
b. Anteroom merupakan ruangan perantara antar cold storage dengan ruang
lainnya atau dengan mobil pengangkut, agar bahan baku yang akan
dipindahkan tidak mengalami penurunan suhu secara drastis.
c. Plastik khusus digunakan sebagai kemasan untuk melapisi produk ikan tamban
beku.
4.2.2.4 Fasilitas Untuk pekerja
a. Sarung tangan digunakan untuk karyawan perusahaan agar mencegah
kontaminasi.
b. Sepatu bot digunakan sebagai alas kaki untuk keamanan karyawan.
c. Affrond digunakan ketika proses produksi yang berguna untuk menlindungi
pakaian karyawan dari percikan air.
18

d. Clorin digunakan sebagai bahan untuk mencuci peralatan produksi dan tangan
karyawan di ruang produksi.
4.3 Proses Pembekuan Ikan Tamban (sardinellasp.)
Pembekuan yang digunakan di Perusahaan Umum (Perum) Perikanan
Indonesia Unit Natuna adalah jenis Air Blast Freezer (ABF). Proses pembekuan
selama 22-26 jam dengan suhu -30˚C-40˚C dan Cold Storage (CS) dengan suhu -
10-25˚C setelah produk ikan tamban dibekukan di ruangan ABF, selanjutnya
produk ikan tamban tersebut dimasukan ke ruangan CS. Pembekuan dilakukan
dengan menggunakan pan pembeku dan disusun pada rak-rak pembekuan.
Produk disusun rapi di atas pan untuk menjamin terjadinya sirkulasi udara yang
merata keseluruh produk yang dibekukan. Beberapa proses yang dilakukan dalam
produksi yaitu penerimaan bahan baku, proses pembekuan, pengemasan, dan
penyimpanan.

Penerimaan Bahan Baku

Sortasi

Penimbangan

Penyusunan dalam pan

Pembekuan

Pengemasan

Penyimpanan

4.3.1 Proses Penerimaan Bahan Baku


Bahan baku ikan tamban yang didatangi dari berbagai sumber nelayan Pulau
Tiga (Tanjung Batang) dan Desa Tanjung dengan cara pengangkutan dari
menggunakan motor laut dan kendaraan darat berupa mobil Pick Up atau
Thermoking dan diletakkan pada wadah tertutup (fiber), dan di dalam fiber
tersebut berisi es batu atau es flake.
19

Gambar 4. Penerimaan bahan baku dari kapal nelayan


Proses penanganan pertama bahan baku diawali dengan disortasi di ruangan
penerimaan. Sortasi yang dilakukan harus sesuai dengan jenis ikan, ukuran dan
kualitas bahan baku ikan tamban dari supplier.sortasi sangat penting untuk
dilakukan, agar bahan baku yang rusak atau reject bisa terpisah dari bahan baku
yang masih segar kualitasnya. Kemudian dilakukan penimbanan bahan baku ikan
tamban yang diletakkan didalam keranjang dengan menggunakan timbangan
digital.

Gambar 5. Penimbangan bahan baku ikan tamban


4.3.2 Proses Pembekuan
Setelah proses dari ruangan penerimaan dilanjutkan dengan proses pembekuan
dimana setelah proses penimbangan selesai dilanjutkan dengan proses penyususan
di rak atau pan, dan diletakkan keruangan Air Blast Freezer (ABF) dengan suhu
-30˚C-40˚C selama 22-26 jam
20

Gambar 6. Proses pembekuan ikan tamban ke ABF


4.3.3 Pengemasan
Proses pengemasan dilakukan setelah proses pembekuan yang telah dibekukan
diruangan ABF dan dilakukan pengeluaran ikan dari pan stainlees dan dilanjutkan
dengan pengemasan dengan kantong plastik 10kg.

Gambar 7. pengemasan ikan dgn kantong plastic


4.3.4 Penyimpanan
Setelah proses pengemasan ikan beku selesai dilanjutkan dengan proses
penyimpanan di ruangan cold storage agar suhu ikan tetap stabil dan tetap terjaga
khualitasnya.
21

Gambar 8. Penyimpanan di ruangan cold storage


4. Proses Rantai Pasok (Supply Chain) Di Perusahaan Umum (Perum)
Perikanan Indonesia

Proses Rantai Pasok (Supply chain)


Chain)
Nelayan

Ikan di daratkan ke pelabuhan

Ikan di angkut menggunakan mobil creen

Tempat penerimaan ikan

Tempat
Ikanpenerimaan
di produksiikan

Masuk ke ruangan cold storage

Pendistribusian

Konsumen
Lokal
Gambar 9. Alur proses supply chain
4.4.1 Penerimaan Bahan Baku dari Nelayan
Bahan baku yang diterima dari supplier nelayan yang berada di pulau dan desa-
desa kecil seperti pulau tiga (Tanjung Batang) dan Desa Tanjung, dimana alat
tangkap yang digunakan nelayan secara umum untuk menangkap ikan tamban
ialah berupa bagan.
22

Gambar 10.Penerimaan bahan baku dari nelayan


4.4.2 Ikan Di Daratkan Ke Pelabuhan
Proses pendaratan bahan baku dari kapal nelayan ke pelabuhan menggunakan
bantuan mobil creen, setelah bahan baku sudah di angkat semua ke dalam mobil
creen kemudian di bawa ke ruangan penerimaan, setelah sampai di tempat
penerimaan dilanjutkan dengan pengeluaran bahan baku dari fiber dan di
masukkan ke dalam bokak atau keranjang kemudian di lanjutkan dengan sortir di
ruangan produksi.

Gambar 11. Penerimaan bahan baku dan sortasi


4.4.3 Penyimpanan ke ruangan cold storge
Setelah proses dari pembekuan di ruangan Air Blast freezer (ABF) selesai
kemudian bahan baku dikemas dengan menggunakan kantong plastic 10kg dan di
lanjutkan dengan penyusunan di ruangan cold storage (CS) untuk
mempertahankan mutu produk.
23

Gambar 12. Penyimpanan produk beku pada ruangan cold storage


4.4.4 Pendistribusian
 Di Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) Unit Natuna ikan
di distribusikan berdasarkan permintaan konsumen.Ikan dikeluarkan dari
ruangan cold storage dan dihitung jumlah ikan sesuai dengan pesanan
konsumen, selanjutnya ikan di bawa ke pelabuhan menggunakan pick up
setelah sampai dilakukan pembongkaran ikan dan di lanjutkan dengan
pemasukan ikan ke dalam palka kapal yang akan membawa ke Tanjung Balai
Karimun menggunakan kapal kayu.
 Konsumen Lokal
Selain di distribusikan ke luar daerah produk Perusahaan Umum Perikanan
Indonesia (Perum perindo) Unit Natuna, ikan beku juga di beli oleh konsumen
lokal untuk di jadikan umpan pancingan nelayan sekitar.
24

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Untuk supply chain kegiatan rantai pasok hasil tangkapan Perusahaan Umum
Perikanan Indonesia (Perum Perindo) Unit Natuna dapat disimpulkan bahwa
perusahaan belum menjalankan koordinasi supply chain yang masih kurang
efektif. Hal ini terlihat dari masih banyaknya permasalahan yang terjadi pada
aktivitas distribusi seperti masih rendahnya pasokan ikan dari nelayan, melihat
dari observasi langsung masih banyaknya nelayan-nelayan kecil yang masih
menggunakan kapal kayu yang berukuran kecil dan masih menggunakan alat
tangkap manual sehingga hasil tangkapan yang di dapat pun kurang memuaskan,
serta belum adanya ekspor ikan keluar negri dikarenakan kurang efisienya supply
chain.
4.2 Saran
Hal yang dapat untuk disarankan yaitu meningkatkan penerapan jaringan
supply chain di Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) Unit
Natuna. Dibuat unit atau seksi yang mengatur tentang jalannya sistem aliran
informasi supply chain. Untuk masalah perbaikan saran dan prasarana melalui
program perintah agar lebih di tingkatkan, melihat dari hasil observasi langsung
masih banyak kelompok nelayan yang masih menggunakan kapal-kapal kayu
kecil dan alat tangkat yang masih manual, diharapkan kepada progam pemerintah
agar lebih peduli terhadap nelayan dan memberi bantuan berupa kapal dan alat
tangkat yang layak umtuk didapatkan, agar kedepannya pasokan ikan di
Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) Unit Natuna lebih
tinggi.
25

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. 2002. Pedoman teknis pengenalan ekosistem mangrouv. Pusat


Kajian Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian, Bogor.
Berhimpon. 1982. Pengaruh perendaman filet (Fillet) di dalam larutan garam
dan asam asetat terhadap kandungan urea dan mutu ikan hiu (Carcharhins
Limbatus) selama penyimpanan beku.Thesis Fakultas pasca sarjana IPB
Bogor.
Harisna, 2010. Pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica) dengan
konsentrasi yang berbeda terhadap mikroba pada isolat ikan nila
(Creochromis niloticus)
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar swadaya. Jakarta.
Khomsan, A. 2006. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup.Grasindo.
Jakarta.
Lambert, D.M., Cooper, M. C., & Pagh, J. D., (1998). Supply Chain
Management: Implementation Issues and Rsesearch opportunities,
International Journal of Logistics Management Vol. 9 No. 2.
Made Astawan, 2008. Sehat dengan hidangan hewani. penebar swadaya.
Jakarta Munandar, 2008. Poses Kemunduran mutu ikan.
Murniati, AS dan Sunarman. 2000. Pendinginan pembekuan
dan pengawetan ikan.
Kanisius. Yogyakarta. Persatuan ahli gizi indonesia, 2005. Daftar komposisi
bahan makanan. Jakarta.
Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain Management. Edisi pertama. Guna
widya, Surabaya
Ross, F. D. (2003). Introduction to e-supply chain management:engaging
technology to build market-winning businesspartnership. United States of
America: ST. Lucie Press.
Saanin, H. 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina
Cipta. Bogor.
Suwamba K. 2008. Proses pemindangan dengan mempergunakan garam
dengan konsentrasi yang berbeda. Denpasar
Watanabe, K., Schuster, E, W. 2003. The Impact of e-Commerce on the
Japanese Raw Fish Supply Chain.
Batubara, C, S. Maarif, S, M. Marimin, Irianto, E, H. 2017 Model Manajemen
Rantai Pasok Industri Perikanan Tangkap berkelanjutan di Propinsi Maluku
marine Fisheries Vol. 8 no 2. Hal: 137-148
Winarni, T, F. Swastawati, Y. S.Darmanto, danE. N. Dewi. 2003.Uji mutu
terpadu pada beberapa spesies ikan dan produk perikanan di Indonesia.
Laporan akhir hibah bersaing XI perguruan tinggi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Wudji A, Suwarso, Wudianto. 2013 Biology Reproduction and Spawning
Season Of Bali Sardinella (Sardinella Lemuru Bleeker 1853) in Bali Strait
Waters. BAWAL Vol. 5 (1): 49-57
26

LAMPIRAN
27

Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna

Direksi

Divisi Divisi Perdagangan Divisi

Penangkapan Dan Pengolahan

Divisi Perdagangan
Divisi Pengolahan Divisi Penangkapan

Unit-Unit

Unit-Unit Unit Natuna


Manager Unit

Ass. Manager Ass. Manager


Pengolahan Teknik
28

Lampiran 2. Fasilitas Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit


Natuna

No Mesin dan Peralatan Jumlah


1 Sepatu bot 37
2 Meja stenlees 10
3 Rak 10
4 Timbangan digital kecil 4
5 Timbangan digital besar 2
6 Timbangan gantung 100kg 1
7 Ganco 5
8 Sekop 2
9 Pest killer lamp 4
10 Fiber box kuning 150
11 Fiber box biru 106
12 Keranjang Kecil (ukuran 10kg) 24
13 Keranjang sedang (ukuran 25kg) 58
14 Keranjang biru besar (ukuran 25kg) 12
15 Keranjang bolong biru besar (ukuran 40kg) 3
16 Troli 4
17 Wastafel 3
18 Alat pengering tangan 3
19 Pan alumunium 400
20 Wiper lantai 4
21 Pel lantai 3
22 Sapu 3
23 Toilet laki laki 3
24 Toilet perempuan 3
25 Tangki penampung air (1500 L) 2
26 Tangki penampung air (500 L) 2
27 Mesin ice flake 2
28 Kompresor air 1
29 Palet plastic 74
29

30 Keranjang biru besar (ukuran 50kg) 20


31 Timbangan gantung 120kg 2
32 Tangki penampung air (3000L) 1
33 Tangki penampung minyak solar (3000L) 1
34 pallet truck (5000kg) 1
35 Pallet truck (3000kg) 1
30

Lampiran 3. Dokumentasi Proses Rantai Pasok Perusahaan Umum


(Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna

(a) Penerimaan bahan baku dari kapal nelayan

(b) Pengangkutan bahan baku

(c) Penerimaan bahan baku


31

(d) Ruang produksi bahan baku

(e) Penyimpanan di ruangan cold storage

(f) Proses pengemasan


32

(g) Pendistribusian
33

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Magang Industri


34
35

Lampiran 5. Layout Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Unit Natuna


36

Lampiran 6. Penyerahan Piagam Kepada Perusahaan Umum (Perum)


Perikanan Indonesia Unit Natuna

Anda mungkin juga menyukai