Disusun oleh:
Listia Baqih Arie Prayoga (171910401031)
Dosen Pengajar :
Boy Arief Fachri, S.T., M.T., Ph.D.
Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, sering kali terjadi penumpukan kotoran dan
sel kulit mati karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan, khususnya pada kulit yang memiliki
tingkat reproduksi minyak yang tinggi. Akibatnya saluran kandung rambut (folikel) menjadi
tersumbat menghasilkan komedo. Sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tersebut, kemudian
terkena bakteri acne, maka timbulah jerawat. Aktivitas hormon, faktor genetis (keturunan) dan
infeksi oleh bakteri Propionibacterium acnes juga merupakan penyebab terbentuknya jerawat
(West et al., 2005). Jerawat yang tidak diobati akan mengalami pembengkakan (membesar dan
berwarna kemerahan) disebut papul. Bila peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik
ke permukaan kulit dalam bentuk nanah (pus), jerawat tersebut disebut pustul (Mitsui, 1997).
Jerawat radang terjadi akibat folikel yang ada di dalam dermis mengembang karena berisi
lemak padat, kemudian pecah, menyebabkan serbuan sel darah putih ke area folikel sebaseus,
sehingga terjadilah reaksiradang. Peradangan akan semakin parah jika kuman dari luar ikut masuk
kedalam jerawat akibat perlakuan yang salah seperti dipijat dengan kuku atau benda lain yang
tidak steril. Jerawat radang mempunyai ciri berwarna merah,cepat membesar, berisi nanah dan
terasa nyeri. Pustul yang tidak terawat akan berakibat pada jaringan kolagen yang akan mengalami
kerusakan sampai pada lapisan dermis, sehingga kulit/wajah menjadi bekas luka (Mitsui, 1997).
Pengobatan jerawat sampai saat ini masih terus dikembangkan. Salah satu solusi mengatasi
jerawat adalah membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dengan menggunakan antibiotik
seperti tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin dan klindamisin. Selain itu pengobatan jerawat juga
dapat menggunakan benzoil peroksida, asam azelat dan retinoid. Namun obat-obat tersebut
memiliki efek samping dalam penggunaannya sebagai antijerawat antara lain iritasi dan
penggunaan antibiotik sebagai pilihan pertama dalam penyembuhan jerawat harus ditinjau kembali
untuk membatasi perkembangan resistensi antibiotik (Muhammad dan Rosen, 2013).
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan produk susu.
Kefir adalah salah satu produk fermentasi susu dengan bakteri asam laktat. Kefir merupakan
produk fermentasi yang mengandung alkohol 0,5-1,0% dan asam laktat 0,9-1,11% (Rahman dkk.,
1992).Kefir lebih encer dibandingkan yoghurt, namun gumpalan susunya lebih lembut dan
mengandung gas CO2 (Rahman dkk., 1992). Kefir susu dibuat dari susu sapi, susu kambing atau
susu domba yang ditambahkan starterkefir berupa granula kefir atau biji kefir (Kosikowski dan
Mistry, 1982)
Kefir mulai digemari oleh masyarakat sebagai makanan fungsional, karena khasiatnya
telah dipercaya secara empiris mampu mencegah dan mengobati berbagai penyakit seperti jantung,
ginjal, paru-paru, hati, menurunkan kolesterol, meningkatkan nafsu makan, serta membuat tubuh
menjadi segar dan bertenaga. Secara empiris kefir juga dapat digunakan untuk mengobati jerawat
karena terdapat zat antimikroba didalamnya (Firdausi dkk., 2010).
Inovasi dari hasil penelitian ini yaitu susu fermentasi berupa kefir yang mana memiliki
potensi paling tinggi dalam menghambat laju pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Penggunaan susu fermentasi berupa kefir sebagai masker untuk wajah akan dapat mengurangi laju
pertumbuhan bakteri Propionibacterium yang nantinya akan dapat menjadikan produk kecantikan
berbasis organik yang dapat melawan bakteri penyebab jerawat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis susu fermentasi berupa kefir yang paling berpotensi dalam
menghambat laju pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.
2. Untuk mengetahui bagian kefir yang memiliki aktivitas antibakteri paling baik terhadap
bakteri Propionibacterium.
3. Untuk menghasilkan produk yang dapat mengatasi masalah yang disebabkan oleh bakteri
propionibacterium
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah perbedaan jenis susu dalam pembuatan kefir dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan bakteri Propionibacterium ?
2. Bagaimana proses yang terjadi dalam pengamatan laju pertumbuhan bakteri?
3. Bagaimanakah jenis susu dapat mempengaruhi laju pertumbuhan bakteri ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
Jerawat merupakan suatu penyakit peradangan kronik yang ditandai dengan adanya
komedo, papula, pustula, nodul, kista, dan skar. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah, leher,
dada dan punggung. Meskipun jerawat tidak berdampak fatal, tetapi cukup merisaukan karena
dapat menurunkan kepercayaan diri (Tjekyan, 2008).
Pada remaja, jerawat terjadi dengan kisaran umur 14-17 tahun pada wanita, dan pada pria
kisaran umur 16-19 tahun. Di Amerika, jerawat diderita oleh 40-50 juta orang dengan 85% usia
tersering 12-24 tahun (Burch dan Aeling, 2011). Penelitian di Singapura pada 1.045 remaja
berusia 13-19 tahun diketahui sebanyak 88% menderita akne (Tan dkk., 2007).
Penyebab terjadinya jerawat antara lain faktor genetik, endokrin, psikis, musim, stres,
makanan, keaktifan kelenjar sebasea, infeksi bakteri, kosmetika, dan bahan kimia lain. Jerawat
dapat disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh infeksi
bakteri. Bakteri yang dapat memicu tumbuhnya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes
(Chomnawang, dkk., 2007).
Salah satu solusi mengatasi jerawat adalah membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab jerawat dengan antibiotik, seperti eritromisin, klindamisin, tetrasiklin dan
benzoil peroksida (Loveckova dan Havlikova, 2002). Penggunaan antibiotik yang berlebihan
dapat menyebabkan bakteri yang semula sensitif menjadi resisten.
2.3 Kefir
Kefir merupakan kumpulan dari bakteri dan khamir yang sangat banyak jumlah strainnya.
Di Indonesia, kefir dikenal dengan nama dagang kristal alga Jepang. Munculnya nama dagang
tersebut karena ilmuwan yang mempublikasi kegunaan dan segala hal yang berkaitan dengan
kefir ini berasal dari Jepang (Firdausi dkk., 2010).
Kefir merupakan produk fermentasi yang mengandung alkohol 0,5-1,0% dan asam laktat
0,9-1,11%. Ada 2 macam jenis fermentasi kefir, yaitu kefir susu (Rahman dkk., 1992) dan kefir
air. Kefir lebih encer dibandingkan yoghurt, namun gumpalan susunya lebih lembut dan
mengandung gas CO2 .Kefir susu dibuat dari susu sapi, susu kambing atau susu domba yang
ditambahkan starterkefir berupa granula kefir atau biji kefir (Rahman dkk., 1992).
Kefir mulai digemari oleh masyarakat sebagai makanan fungsional, karena khasiatnya
telah dipercaya secara empiris mampu mencegah dan mengobati berbagai penyakit seperti jantung,
ginjal, paru-paru, hati, menurunkan kolesterol, meningkatkan nafsu makan, serta membuat tubuh
menjadi segar dan bertenaga. Secara empiris kefir juga dapat digunakan untuk mengobati jerawat
karena terdapat zat antimikroba didalamnya (Firdausi dkk., 2010).
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu fermentasi yang diolah
menjadi kefir. Selain itu, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan bakteri
Propionibacterium acnes sebagai aspek indikator pengujian laju pertumbuhan dari bakteri itu
sendiri. larutan H2O23%, larutan cat Hucker’s crystal violet (Gram A), larutan Mordan Lugol’s
Iodine(Gram B), larutan aceton-alkohol (Gram C), larutan cat Safranin (Gram D), dan larutan cat
nigrosin merupakan bahan yang digunakan sebagai pengujian untuk meneliti laju pertumbuhan
bakteri.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow, toples kedap udara,
microwave, autoklaf, pH meter, Gas Chromatography,lumpang porselin, mortar porselin, stoples
kaca, petridish, mikro pipet, mikro tip, perforator, jarum ose, erlenmeyer, mikroskop, gelas
benda, dan tabung reaksi.
persiapan bahan
(bahan dihaluskan)
fermentasi
pembuatan starter
bakteri
Propionibacterium acnes
Hasil